PENDAHULUAN
Perawatan luka merupakan bagian dari ilmu keperawatan uang banyak memperoleh
banyak perhatian sejak dahulu. Dengan makin banyaknya perhatian sejak dahulu. Dengan
makin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk perawatan luka
tersebut membuktikan bahwa metode perawtaan luka telah berkembang. Perubahan profil
pasien mendukung kompleksitas perawatan luka dimana pasien dengan kondisi penyakit
degenerative dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan dimana perawatan yang
tepat di diperlukan agar proses penyembuhan luka bisa tercapai dengan optimal. Peran
perawat sangat dibutuhkan pad acara kerja asepsis yang berhubungan dengan perawatan luka
dan cara melakukan tindakan dengan cara steril.
Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2m, berat
sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima1/3 siplai sirkulasi darah pada orang
dewasa. Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu; sebagai
pelindung, sensasi,komunikasi, termoregulasi, sintesis metabolic dan kosmetik. Kulit terdiri
dari tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, dermis dan hipodermis(subkutan). Adanya
suatu trauma baik itu secara mekanik, kimia, radiasi, dan lainnya akan menyebabkan struktur
kulit rusak dan menimbulkan suatu keadaan yang disebut sebagai luka. Kulit berfungsi
sebagai barrier untuk melindungi tubuh dari lingkungan eksternal yang berpotensi berbahaya.
Ketika integritas (keutuhan) kulit terganggu, lingkungan internal tubuh terbuka terhadap
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Setiap lubang yang abnormal atau robekan
dikulit adalah luka. Menginspeksi kulit klien secara cermat saat masuk ke fasilitas, dan
selanjutnya dengan sering untuk melihat adanya tanda tekanan atau kerusakan kulit
merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting. Penting untuk mencegah kerusakan
kulit dan, jika kerusakan kulit terjadi, penting untuk melaporkannya dengan segera dan
menanganinya sesuai program. Luka dideskripsikan sebagai cedera fisik yang menyebabkan
kerusakan kulit atau membrane mukosa. Jenis luka yang paling umum adalah luka trauma
(tidak disengaja atau dibuat oleh diri sendiri), insisi bedah dan beberapa jenis ulkus. (Ulkus
eksternal adalah defek atau keruskan di kulit yang disebabkan oleh peluruhan jaringan
inflamasi yang telah mati. Ulkus juga dapat terjadi dalam membrane mukosa). Jenis
abnormalitas kulit yang lain mencakup infeksi , ruam, lesi dan luka bakar. Luka mungkin
tidak disengaja atau tidak diniatkan, seperti absarsi( menggosok permukaan kulit) atau
laserasi (luka dengan tepi robekan yang tidak beraturan. Luka yang yang tidak dilakukan oleh
diri sendiri mungkin diniatkan, seperti insisi bedah( luka dengan tepi bersih). Luka yang
terjadi secara tidak disengaja atau yang disebabkan oleh diri sendiri dianggap terkontaminasi
insisi bedah yang diniatkan dilakukan di bawah kondisi streril dan semaksimal mungkin
dipertahankan bebas dari mikroorganisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perawatan luka ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ?
3. Bagaimana asuihan keperawatan pada perawatan luka ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dsar keperawatan luka
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada perawatan luka
BAB II
PEMBAHASAN
Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan
kematian dan kerusakan sel-sel kulit. Luka juga dapat diartikan sebagai interupsi kontinuitas
jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cidera. Luka dapat diklasifikasikan secara
umum, yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang sesuai dengan proses
penyembuhan normal, yang dapat dikategorikan menjadi luka pembedahan (Insisi), non
pembedahan (luka bakar) dan atau trauma. Sedangkan luka kronis adalah suatu proses
penyembuhan luka yang mengalami keterlambatan misalnya luka decubitus, luka diabetic,
dan leg ulcer. Luka juga dapat diklasifikasikan dari kedalaman luka itu sendiri berdasarkan
The UK consencious classification of pressute sores yang diadaptasikan juga untuk
mengambarkan luka yang lain. Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel
dari kulit atau terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu
trauma. Definisi lain menyebutkan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Luka didiagnosis oleh penyedia layanan kesehatan primer dalam berbagi cara. Ulkus vascular
(pembuluh darah) mungkin dievaluasi dengan menggunakan angiogram atau dopes laser. Uji
laboraturium, termasuk biosopsi dan kultur luka, mengasilkan informasi tentang penyebab
dan penanganan luka. Penting bagi perawat untuk mengobservasi dan mendeskripsikan
semua luka secara cermat, termasuk ulkus tekan dan insisi bedah. Perawatan luka merupakan
tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi
silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan.
1.3 Klasifikasi Luka
Luka dibedakan berdasarkan :
1.3.6 Berdasarkan usia luka ( Wound Age ) atau lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Luka Akut
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu
atau luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati atau diharapkan. Luka akut biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat dan
dapat dilakukan penutupan luka secara primer atau dibiarkan menyembuh secara sekunder.
Sebagian besar luka yang terjadi akibat trauma pada organ atau jaringan dapat dikatagorikan
sebagai luka akut.
Menurut Cohen,dkk luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui proses
penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai pemulihan integritas
anatomi dan fungsi. luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan
penyembuhan luka sesuai yang diharapkan.
b. Luka Kronik
luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka
lebih dari 4-6 minggu. luka kronik adalah luka yang tidak sembuh dalam waktu yang
diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau
berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka
tampak merah, lembab dan sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak mengalami
kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.
Pada luka kronik terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan yang diharapkan
dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas anatomi dan fungsi.
Penyembuhan luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak lengkap.
Luka kronik terjadi karena kegagalan proses penyembuhan luka akibat ada kondisi
patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak akan sembuh bila penyebab yang
mendasarinya tidak dikoreksi. Seringkali luka kronik mengalami rekurensi. Diantara kondisi
patologis tersebut adalah penyakit vaskuler, oedema, diabetes melitus, malnutrisi dan tekanan
(pressure). Torre menyebutkan penyebab luka kronik diantaranya infeksi, hipoksia jaringan,
trauma berulang, adanya jaringan nekrotik/debris dan sebab sistemik seperti diabetes melitus,
malnutrisi, imunodefisiensi dan pemakaian obat-obatan tertentu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
c. Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan spillage dari traktus
gastrointestinal atau incisi pada lapangan operasi dengan inflamasi akut dan non-purulen.
d. Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma melewati waktu golden periode, serta ditemukan adanya infeksi atau
adanya perforasi pada organ viscera. Disini organisme penyebab infeksi luka post-operatif
sudah ada sebelum operasi.
b. Fase rekontruksi
Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini dibagi
menjadi fase destruktif dan fase proliferasi atau fibrolastik fase. Ini merupakan fase
dengan aktivitas yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan penggantian
jaringan sementara. PMN akan membunuh bakteri pathogen dan makrofag
memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam usaha membersihkan luka. Selian itu,
makrofag juga snagat penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat
menstimulasi fibriblastik sel untuk mebuat kolagen.
Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru. Kapiler
baru yang terbentuk akan terlihat kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata
atau bergelombang (bumpy). Migrasi sel epitel terjadi diatas dasar luka yang
bergranulasi, sel epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut,
kelenjar keringat atau kelenjar sebasea dalam luka. Mereka Nampak tipis,
mengkilap(translucent film) melewati luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah
dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada pembersiha dengan hati-hati. Meigrasi
berhenti ketika luka menutup dan mitosis epitelium menebal ke lapisan ke4-5 yang
diperlukan untuk mebnetuk epidermis.
Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang meggambarkan tepi luka secara
bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka, seingga pengurangan
jumlah jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi luka terlihat baik diikuti dengan
pelepasan selang drainase luka. Pada umumnya, 24-48 jam diikiuti dengan pelepasan
selang drain, tepi dari sinus dalam keadaan tertutup.
c. Fase Maturasi
Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya adalah meningkatkan kekuatan
regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase rekontruksi yang
diorganisir dengan kekuatan regangan yang minimal. Selama masa maturase, kolagen
akan perlahan-lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan
peningkatan kekuatan regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam
vaskulartisasi dan ukuran skar. Fase ini biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari
sampai 1 tahun. Penyembuhan luka adalah adalah suatu proses yang kompleks dengan
melibatkan banyak sel. Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam
penyembuhan semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik (decubitus dan
ulkus tugkai), luka traumatis dilihat proses penyembuhan luka dari fase inflmasi, fase
proliferative dan fase maturase dan pada bagan 1 dapat dilihat bagiman fisiologi
penyembuhan luka..