Anda di halaman 1dari 33

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELITUS (DM) DAN PENCEGAHANNYA

Disampaikan Pada Penyuluhan Kesehatan


Di Puskesmas Nanggalo Padang

Oleh:
Fini Andrika
183110214
1.B

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus (DM) dan Pencegahannya


Waktu Pertemuan : 60 menit
Tanggal : 15 April 2019
Tempat : Puskesmas Nanggalo
Sasaran : Pengunjung Puskesmas
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Presentator : Fini Andrika

TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Agar masyarakat terutama keluarga mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes
melitus dan cara pencegahannya.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan masyarakat mampu:
a. Menyebutkan pengertian DM
b. Menjelaskan penyebab DM
c. Menjelaskan cara penularan DM
d. Menjelaskan gejala-gejala DM
e. Menjelaskan upaya pencegahan DM

SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Cara penularan DM
4. Gejala-gejala DM
5. Pencegahan DM
KEGIATAN PENYULUHAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA


1. 5 menit PEMBUKAAN
 Mengucapkan salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Apersepsi  Mengemukakan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
 Mendengarkan dan
memperhatikan
2. 10 menit KEGIATAN INTI
 Menjelaskan pengertian DM  Memperhatikan
 Menjelaskan penyebab DM  Memperhatikan
 Menjelaskan cara penularan DM  Mendengarkan
 Menjelaskan gejala-gejala DM  Memperhatikan
 Menjelaskan pencegahan DM  Memperhatikan
 Memberikan kesempatan peserta  Mengajukan
untuk bertanya pertanyaan
 Memberikan kesempatan peserta  Mengemukakan
lain untuk menjawab pendapat
 Memberikan reinforcement positif  Mendengarkan

3. 5 menit PENUTUP
 Bersama peserta menyimpulkan  Bersama-sama
apa yang telah disampaikan menyimpulkan
 Evaluasi tentang DM dan  Menjawab pertanyaan
pencegahannya dengan  Memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan mendengarkan
 Melakukan terminasi  Menjawab salam
 Memberikan salam untuk
menutup pertemuan

METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Power point
DIABETES MELITUS (DM) DAN PENCEGAHANNYA

I. PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalahpenyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan
dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.
Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria,
polifagia, penurunan berat badan, kesemutan.

International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes


Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus
didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe
2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia
membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2disebabkan
oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor
genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan
merokok tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.4,8 Diabetes Mellitus
disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan
antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang
sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.Untuk
menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan
pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral
hiperglikemik dan insulin.

II. DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah secara kontinu dan bervariasi, terutama setelah
makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus
adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disertai berbagai kelainan metabolis
sebagai akaibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah serta disertai lesi pada membrane basalis yang
tampak dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron.

Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang hampir sama dan komplikasi
pada tingkat lanjut. Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis.
Komplikasi jangka Panjang meliputi penyakit kardiovaskular, gagal ginjal kronis,
kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius akan
terjadi jika control kadar gula darah buruk.

Diabetes adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memproduksi insulin dengan
cukup atau tidak merespon zat insulin dengan benar. Insulin adalah suatu hormone
yang di produksi di pancreas, yang memungkinkan sel menangkap glukosa untuk
diubah menjadi energi. Pada diabetes, tubuh tidak merespon insulin dengan baik atau
kekurangan insulin, atau terjadi karena kedua factor tersebut. Kondisi demikian
menyebabkan glukosa di dalam darah menumpuk dan sering menyebabkan berbagai
komplikasi. Satu dari empat penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka
mengidap penyakit tersebut. Oleh karena itu, perlu lebih waspada terhadap gejala-
gejala diabetes yang mungkin tidak terlalu signifikan.

A. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus


1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 adalah hasil dari kegagalan tubuh dalam
memproduksi insulin. Diperkirakan ada sekitar 5-10% penderita dabetes di
diagnosis menderita diabetes tipe 1. Hamper semua penderita diabetes tipe 1
harus melakukan pengobatan dengan metode suntik insulin. Diabetes mellitus
tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM), yaitu diabetes
yang tergantung pada insulin atau diabetes anak-anak. Ciri khusus diabetes
tipe 1 adalah hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pancreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun usia dewasa.
Hingga saat ini, diabetes tipe 1 masih masuk dalam kategori penyakit yang
tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau olahraga. Pada fase awal
munculnya penyakit ini, kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang cukup baik, respon tubuh terhadap insulin
juga masih normal. Penyebab utama kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan metode suntik insulin
dan memantau tingkat glukosa dengan ketat menggunakan alat monitor
pengujian darah. Pada tahap awal sekalipun, pengobatan dasar diabetes tipe 1
adalah dengan penggantian insulin. Tanpa bantuan insulin, penyakit ini dapat
menyebabkan koma, atau bahkan kematian. Selain itu, penderita diabetes tipe
1 harus menjalankan gaya hidup sehat dengan diet dan olahraga. Terlepas dari
pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari dengan dosis yang telah ditentukan dan
pemberian insulin sesuai dengan dosis yang dibutuhkan pada saat makan.
Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui inhaled
powder.

Perawatan pada penderita diabetes tipe 1 harus dilakukan secara kantinu.


Perawatan tersebut tidak akan mempengaruhi aktivita-aktivitas normal apabila
kesadaran, perawatan, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan
dijalankan dengan cara yang tepat. Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien
diabetes tipe 1 sebisa mungkin harus mendekati angka normal 80-120 mg/dl
(4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan tingkat glukosa rata-rata
mencapai angka 140-150 mg/dl (7-7,5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah
dengan angka yang lebih rendah. Angka diatas 200 mg/dl (10 mmol/l) sering
disertai dengan rasa tidak nyaman dan terlalu sering buang air kecil sehingga
menyebabkan dehidrasi. Untuk tingkat glukosa rata-rata dengan angka diatas
300 mg/l (15 mmol/l), biasanya membutukhan perawatan dengan segera dan
mungkin mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah
(hipoglikemia) dapat menyebabkan kejang atau sering hilang kesadaran.

2. Diabetes mellitus tipe 2


a. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah hasil dari penolakan atau kegagalan
tubuh menggunakan zat insulin, yaitu suatu kondisi dimana sel gagal
untuk menggunakan insulin dengan benar dan terkadang dikombinasikan
dengan kekurangan insulin relative. Banyak orang berpotensi terkena
diabetes mellitus tipe 2 menghabiskan bertahun-tahun dalam keadaan pra-
diabetes, yaitu suatu kondisi dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari
biasanya tapi tidak cukup tinggi untuk diagnosis diabetes tipe 2.

Diabetes mellitus tipe 2 disebut juga dengan no-insulin-dependent


diabetes mellitus (NIDDM) atau diabetes yang tidak bergantung pada
insulin. Diabetes jenis ini terjadi abibat kombinasi antara kekurangan
produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
kemampuan terhadap gangguan insulin yang melibatkan reseptor insulin
di membrane sel. Pada tahap awal, kondisi tidak normal yang paling
utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah. Pada tahap ini,
hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes
yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau mengurangi
produksi glukosa dari hepar. Seiring bertambah parahnya penyakit
tersebut, sekresi insulin pun semakin berkurang dan kadang dibutuhkan
terapi insulin.

Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab pasti dan


mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui
sebagai factor terjadinya resistensi terhadap insulin. Alasan tersebut
mungkin dikaitkan dengan pengeluaran kelompok hormone tertentu yang
merusak toleransi glukosa. 90% pasien diabetes tipe 2 ditemukan
mengalami gemuk perut atau obesitas. Penyebab lainnya adalah factor
riwayat keluarga dan seiring berjalannya waktu, diabetes mulai menyerang
anak-anak dan remaja.

Tidak ad acara penyembuhan yang pasti untuk penyakit diabetes


tipe 2 meski baru-baru ini, jenis operasi by pass lambung diklaim dapat
menormalkan kadar glukosa darah mencapai 80 % pada penderita obesitas
dengan diabetes. Operasi tersebut bermanfaat mengurangi angka risiko
kematian hamper setengah kali lipat dibanding para penderita diabetes
dengan obesitas berat. Beberapa penderita diabetes tipe 2 yang mengalami
obesitas telah menjalani operasi tersebut dan berhasil mengurangi risiko
kematian mereka.

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara


genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis
maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh
sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non
insulin dependent diabetes mellitus. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin (resistensi insulin).

b. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2


Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-
laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di
Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita
diabetes mellitus tipe 1.

c. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

d. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi


insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun
seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita
diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi
insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani
dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-
sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya
penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin.

e. Faktor resiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,


berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko
yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first
degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan
berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor
risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2
atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita


polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolic memiliki
riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi
dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan). Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT >
23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi
200mg%.
2. Hipertensi. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan
erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh
darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus. Seorang yang menderita
Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa
bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada
pasien Diabetes.
5. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes
Mellitus adalah > 45 tahun. Riwayat persalinan Riwayat abortus
berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram
6. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai
faktor mental Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan
agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami penyakitini.
7. Alkohol dan Rokok Perubahan-perubahan dalam gaya hidup
berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun
kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas
dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan
dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan
DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama
pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah
dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan
darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang
setara dengan 100 ml proof wiski, 240
ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk
DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan
yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, Indeks Masa Tubuh.

f. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik
Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan)
polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan turun dengan
cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah
dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

g. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi
glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal
untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada
keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat . Ada perbedaan antara uji
diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada
mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi
punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat
keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring. Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau
kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) standar

h. Penatalaksanaan diabetes melitus


Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai
dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM
adalah:
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.

1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-
70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status
gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical,
Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan
kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki
biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak
atau bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok
masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan
kepada kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk
pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan
pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian
obat hipoglikemik

i. Obat – Obat Diabetes Melitus


a. Anti diabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar
gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan
menghilangkan gejala,optimalisasi parameter metabolik, dan
mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan insulin
adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk
penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal
dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta
olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu
upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200
mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya
diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi
menggunakan antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat
atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral
yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit
DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-
penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat
hipoglikemik oral adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat
perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak
terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi
insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala
dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada
pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi
kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat maupun metabolism protein dan lemak.
Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam
sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara
oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta
mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa.

j. Komplikasi diabetes melitus


Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu,
Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak
tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan
dapat mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik,
Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak
(pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami penyakit
jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama
terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik
retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi

k. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:

Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus
diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM
misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa
bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang
kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah
kurang baik bagi kesehatan.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang orang
yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum
menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan
jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar
tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan
pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak
awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan
terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan
tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar
disiplin terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan,
misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung,
mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.

3. Diabetes Gestational
Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes, tetapi memiliki angka
gula darah cukup tinggi selama kehamilan dikatakan telah menderita diabetes
gestational. Diabetes jenis ini telah mempengaruhi sekitar 4% dari semua
wanita hamil. Dalam beberapa kondisi, diabetes gestational mirip dengan
diabetes tipe 2. Diabetes gestational terjadi akibat sekresi insulin relative tidak
memadai dan responsive. Diabetes gestatioanal dapat diobati sepenuhnya,
tetapi harus melalui pengawasan medis selama kehamilan. Sekitar 20-50%
wanita yang terkena diabetes gestational, kemudian akan berkembang
menjadi diabetes tipe 2.

Meski mungkin hanya bersifat sementara, diabetes gestational yang tidak


ditangani berpotensi merusak kesehatan janin dan ibu. Risiko rusaknya
kesehatan pada janin meliputi macrosomia (berat lahir tinggi), kongenital
jantung dan penyimpangan system saraf pusat, serta otot rangka tidak normal.
Peningkatan insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan dan
menyebabkan sindrom gangguan pernapasan.

Pada kasus yang parah, dapat terjadi kematian sebelum lahir yang umumnya
disebabkan oleh tali plasenta yang buruk akibat kerusakan pembuluh darah.
Banyak wanita memasuki kehamilan dalam kondisi sudah mengidap diabetes
sebelumnya. Pada kenyataannya, tingkat diabetes pada ibu hamil akan terus
meningkat. Hal tersebut sangat problematic mengingat diabetes meningkatkan
risiko komplikasi selama kehamilan, serta meningkatkan potensi janin akan
berkembang dengan mewarisi bibit diabetes. Semua jenis diabetes telah
tertangani sejak ditemukannya insulin, tetapi pengobatan secara umum adalah
dengan transplantasi pancreas.

Beberapa jenis diabetes dimasukkan dalam kategori terpisah dari kategori-


kategori di atas. Sebagai contoh, diabetes bawaan karena cacat genetic dalam
memproduksi insulin, diabetes yang dipicu oleh steroid dosis tinggi, dan
beberapa bentuk monogenic diabetes. Sebagian besar kasus diabetes mellitus
termasuk ke dalam dua kategori, yaitu diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.
Ketika lebih banyak penelitian tentang diabetes diakukan, banyak pasien yang
sebelumnya didiagnosis mengidap diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2 ternyata
memiliki kondisi yang berbeda.

Beberapa kasus diabetes yang disebabkan oleh reseptor jaringan tubuh yang
tidak merespons insulin sangat jarang terjadi. Dalam beberapa kasus, diabetes
disebabkan oleh aktivitas insulin yang tidak normal atau karena factor genetis.
Setiap penyakit yang menyebabkan kerusakan pada pancreas atau yang
berhubungan dengan pengeluaran hormone antagonis insulin secra berlebihan
dapat memicu diabetes. Ada banyak obat yang dapat merusak sekresi insulin
dan racun yang menyebabkan kerusakan sel beta pancreas penghasil insulin.
B. Mengenal Insulin
Produksi insuln yang berlebihan di dalam sel beta tidak dipengaruhi oleh kadar
glukosa darah. Zat ini disimpan dalam rongga sel melalui proses tertentu yang
dipicu oleh makanan, terutama yang mengandung glukosa. Insulin adalah hormon
utama yang mengatur pengambilan glukosa dari darah ke dalam sel. Glukosa
tersebut disimpan dalam otot dan sel-sel lemak. Kekurangan insulin adalah
masalah utama segala jenis diabetes mellitus.

Dalam beberapa jam, sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan diubah
menjadi glukosa monosakarida, yaitu karbohidrat utama yang ditemukan dalam
darah dan digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Insulin di lepaskan ke
dalam darah oleh sel beta yang ditemukan pada organ pancreas yang disebut
pulau Langerhans, sebagai cara menormalkan peningkatan kadar glukosa darah
setelah mengonsumsi makanan yang mengandung glukosa. Insulin yang
digunakan oleh sel-sel tubuh untuk menyerap glukosa dari darah digunakan
sebagai bahan bakar. Untuk mengubah glukosa menjadi gula otot diperlukan
molekul-molekul lain.

Insulin juga berperan sebagai sinyal control utama untuk mengubah glukoa
menjadi glikogen yang akan disimpan di dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar
glukosa dalam darah rendah maka akan terjadi konvensi sebaliknya, yaitu
perubahan glikogen menjadi glukosa. Proses tersebut terutama dikendalikan oleh
hormone glucagon yang memiliki efek berlawanan terhadap insulin. Kadar insulin
yang lebih tinggi meningkatkan beberapa proses seperti pertumbuhan sel,
pembentukan protein, dan penyimpanan lemak. Kekurangan insulin adalah
penyebab utama proses metabolism yang tidak normal. Secara khusus, kadar
insulin rendah merupakan pemicu terjadinya metabolism pembakaran lemak. Jika
jumlah insulin yang tersedia tidak mencukupi, maka glukosa tidak akan diserap
dengan baik oleh sel-sel tubuh yang memerlukannya dan tidak akan disimpan di
hati maupun otot. Dampak yang ditimbulkan adalah tingkat glukosa darah tinggi,
kekurangan protein, dan kondisi lainnya seperti asidosis.

C. Diagnosis Penyakit
Secara sederhana, cara menguji apakah seseorang mengidap diabetes atau tidak
adalah mengamati apakah air seni dikerumuni semut atau tidak. Jika iya, maka
kemungkinan besar orang tersebut mengidap diabetes. Cara lain adalah dengan
menggunakan kertas khusus uristix. Celupka kertas khusus uristix ke dalam air
seni, jika warna kertas berubah maka orang tersebut menderita kencing manis.
Diagnosis pada diabetes tipe 1 dan banyak kasus pada diabetes tipe 2, biasanya
gejala yang tampak berupa buang air kecil yang berlebihan (polyuria), rasa haus
yang berlebihan (polydipsia), dan sering disertai dengan penurunan berat badan.
Diagnosis diabetes jenis lain biasa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan
biasa, deteksi hyperglycemia selama penyilidikan medis lainnya, dan mengamati
gejala sekunder seperti gangguan penglihatan atau kelelahan. Diabetes sering
terdeteksi ketika seseorang mengalami gejala-gejala yang disebabkan oleh
diabetes seperti serangan jantung, stroke, neuropati, penyembuhan luka yang
lama, gangguan penglihatan, beberapa infeksi jamur, dan melahirkan bayi dengan
macrosomia atau hipoglikoma. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
terus-menerus dan pemeriksaan menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Tingkat glukosa plasma puasa pada angka atau di atas 126 mg/dl (7,0 mmol/l)
2. Glukosa plasma pada angka atau di atas 200 mg/dl (11,1 mmol/l) dua jam
setelah glukosa 75 g lisan beban seperti dalam sebuah tes toleransi glukosa
3. Gejala hiperglikemia dan glukosa plasma pada angka atau di atas 200 mg/dl
(11,1 mmol/l)
Jika pemeriksaan dan pengujian terhadap kondisi menunjukkan hasil positif,
namun tidak ada hiperglikemia maka harus dikonfirmasi dengan mengulang tes di
atas pada hari yang berbeda. Sebagian dokter lebih memilih untuk mengukur
tingkat glukosa puasa karena lebih mudah dilakukan dan komitmen waktu yang
cukup umum untuk uji toleransi glukosa yang membutuhkan waktu 2 jam untuk
menyelesaikannya. Menurut standar, dua pengukuran glukosa puasa di atas 126
mg/dl (7,0 mmol/l) dianggap sebagai diagnose diabetes mellitus.

Pasien dengan kadar glukosa puasa 100-125 mg/dl (6,1-7,0 mmol/l) dianggap
kadar glukosa puasanya terganggu. Pasien dengan glukosa plasma di atas 140
mg/dl atau 7,8 mmol/l, tetapi tidak lebih dari 200, dianggap memiliki toleransi
glukosa terganggu. Kedua kondisi tersebut adalah pra-diabetes dan kondisi kedua
adalah factor risiko utama diabetes mellitus dan penyakit jantung. Meskipun tidak
digunakan untuk diagnosis, glukosa yang terikat pada hemoglobin (disebut
glikosilasi hemoglobin atau HbA1c) sebesar 6,0% atau lebih dianggap tidak
normal. HbAic terutama digunakan sebagai tes kadar glukosa darah rata-rata
selama 90 hari sebelumnya yang merupakan masa hidup rata-rata sel darah merah
yang mengandung hemoglobin pada sebagian besar pasien.

D. Penyebab Diabetes Mellitus


Penyebab utama atau factor-faktor risiko diabetes adalah kurangnya produksi
insulin (diabetes melitus tipe 1, yang pertama dikenal)atau kurang sensitifnya
jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih
umum). Selain itu, ada jenis diabetes mellitus yang disebabkan oleh resistensi
insulin yang terjadi pada wanita hamil. Untuk diabetes tipe 1 membutuhkan
suntukan insulin, sedangkan diabetes tipe 2 datasi dengan pengobatan secara oral
dan hanya membutuhkan insulin apabila pemberian obat dinilai tidak efektif.
Diabetes mellitus yang terjadi sebagai efek kehamilan pada umumnya akan
sembuh dengan sendirinya setelah proses persalinan.
1. Genetika (Keturunan)
Diabetes tipe 1 dipicu oleh beberapa factor terutama infeksi virus, kondisi
stress, atau paparan zat-zat kimia dari lingkungan. Ada kerentanan factor
genetic terhadap beberapa pemicu munculnya penyakit ini. Pada mereka yang
telah mewarisi gen rentan diabetes mellitus tipe 1, memerlukan factor pemicu
dari lingkungan untuk kemunculan penyakit tersebut. Factor lingkungan yang
dimaksud adalah beberapa jenis makanan dan zat-zat kimia yang masuk ke
dalam tubuh. Ada juga diabetes muda (Mody) yang merupakan hasil beberapa
kelompok gen tunggal menghasilkan gangguan penyakit diabetes tipe 2,
biasanya sebelum berusia 30 tahun atau bahkan si usia dini. Dalam beberapa
kasus yang sangat jarang terjadi, penyakit diabetes juga dapat dihasilkan oleh
beberapa virus, misalnya cacar air.

Ada pola genetic yang lebih kuat untuk diabetes tipe 2. Seseorang yang
memiliki saudara kandung mnengidap diabetes tipe 2 memiliki risiko yang
jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes. Risiko tersebut akan meningkat
dengan semakin banyaknya jumlah saudara yang mengidap diabetes.
Gambaran di atas memberi kesimpulan bahwa risiko diabetes tersebut adalah
kondisi turunan. Wolfram’s syndrome disebabkan oleh kromosom (bagian sel
yang membawa gen) tubuh. Gangguan tersebut pertama kali jelas ditemukan
pada usia anak-anak.

2. Hipertensi
Menurut sebuah penelitian selama sepuluh tahun yang dilakukan oleh para
peneliti dari Amerika Serikat dan diikuti ribuan perempuan professional
kesehatan, wanita dengan penyakit hipertensi memiliki resiko terkena diabetes
tipe 2 tiga kali lebih besar disbanding wanita dengan tekanan darah optimal
setelah disesuaikan dengan berbagai factor seperti usia, etnis, merokok,
asupan alcohol, eindeks massa tubuh (BMI), olahraga, serta riwayat diabetes
dalam keluarga.

E. Pencegahan Diabetes Mellitus


Apabila seseorang menderita diabetes setelah berusia 40 tahun, sering kali
penyakit tersebut dapat dikontrol tanpa perlu melakukan tindakan pengobatan.
Yang perlu dilakukan adalah mengatur pola makan dengan program diet. Dengan
menerapkan aturan ketat dalam hal asupan makanan dan perilaku hidup,
diharapkan penderita akan hidup secara normal meskipun menyandang diabetes.
Secara sederhana, aturan untuk penderita diabetes adalah menurunkan berat badan
untuk penderita diabetes yang mengalami obesitas dan mempertahankan berat
badannya agar tetap proporsional. Selain itu juga perlu mengatur pola makan
dengan mengonsumsi makanan yang berkadar protein tinggi seperti telur, ikan,
buncis, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kacangan, dan lain sebagainya,
serta menghindari mengonsumsi makanan yang berkadar tepung tinggi.
1. Pemeriksaan Diabetes
Pemeriksaan diabetes sangat dianjurkan untuk semua usia, terutama bagi
mereka yang memiliki salah satu dari factor risiko penyakit tersebut. Tes yang
dilakukan bervariasi, sesuai dengan kebijakan dan pertimbangan labolatorium
kesehatan atau rumah sakit. Rangkaian pemeriksaan diabetes dapat meliputi
tes glukosa darah acah, tes puasa glukosa darah, tes glukosa darah dua jam
setelah asupan 75 g glukosa, dan yang lebih formal adalah tes toleransi
glukosa.

Banyak penyedia layanan kesehatan secara umum merekomendasikan


skrining untuk usia dewasa (40-50 tahun) dan dilakukan secara berkala.
Pemeriksaan awal direkomendasikan untuk mereka yang memilki factor risiko
diabetes seperti obesitas, riwayat diabetes dalam keluarga, dan sebagainya.

Banyak kondisi medis yang berkaitan dengan diabetes dan dapat dijadikan
acuan untuk memastikan kondisi diabetes seseorang. Daftar sebagian penyakit
akibat diabetes meliputi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit arteri
coroner, dan sebagainya. Beberapa bentuk gangguan kelebihan insulin pada
bayi merupakan kondisi yang diwariskan atau berkaitan dengan gen. risiko
diabetes kronis lebih tinggi dengan pengguanaan beberapa obat yang masuk
dalam dosis tinggi glukokortikoid, kemoterapi (terutama L-asparaginase);
serta beberapa antipsikotok dan obat penenang, terutama pheothiazines dan
beberapa atipikal antipsikotik.

2. Menekan Faktor-Faktor Risiko


Risiko diabetes tipe 1 tergantung pada factor genetic dan factor lain yang
diduga memicu adalah infeksi, meskipun tidak terbukti dalam semua kasus.
Beberapa penilitian menyatakan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko
diabetes mellitus. Memberi 2000 IU Vitamin D pada anak-anak selama tahun
pertama masa hidupnya diyakini juga mampu mengurangi risiko diabetes tipe
1.

Dalam banyak kasus, risiko diabetes tipe 2 dapat dikurangi dengan melakukan
perubahan pola diet dan meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu juga
direkomendasikan untuk menjaga berat badan proporsional, melakukan
olahraga sekurang-kurangnya 3 jam per minggu, mengonsumsi cukup
makanan kaya serat dengan asupan lemak sederhana.

3. Mengatur Zat Makanan


Mengonsumsi makanan yang rendah indeks glikemik, secara klinis diyakini
dapat membantu mengurangi risiko diabetes. Banyak penelitian menjelaskan
hubungan antara beberapa aspek diabetes tipe 2 dengan konsumsi makanan
tertentu atau dengan obat-obatan. Perkembangan penyakit diabetes pada
penderita dapat diperlambat dengan penggunaan profilaksis metformin,
rosiglitanzone, atau valsartan. Penggunaan zat hydroxychloroquine untuk
rheumatoid arthritis dapat menekan munculnya diabetes hingga 77%.
Aktivitas menyusui juga dapat mencegah penyakit pada ibu, dalam hal ini
berhubungan dengan diabetes tipe 2. Mengonsumsi lidah buaya diyakini juga
bermanfaat untuk menurunkan glukosa darah pada pasien diabetes, sekaligus
untuk mengurangi kadar lemak darah pada pasien dengan hyperlipidemia.

Untuk lebih jelas, berikut akan dijelaskan beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk mengurangi dampak buruk diabetes sehubungan dengan
asupan makanan bagi penderita diabetes.
a. Mengonsumsi aneka ragam makanan
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang
mampu membuat seseorang hidup sehat dan produktif. Oleh karena itu,
setiap orang termasuk penderita dabetes perlu mengonsumsi aneka ragam
makanan agar kebutuhan zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
dapat terpenuhi. Dalam setiap porsi makanan yang dikonsumsi sebaiknya
terdiri atas makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah. Sumber nutrisi
energi adalah makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, minyak
margarin, dan santan yang mengandung lemak sebagai penghasil tenaga.
Makanan yang berperan sebagai sumber tenaga menunjang kativitas
sehari-hari. Sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
nabati adalah kacang-kacangan beserta produk olahannya seperti tempe
dan tahu. Sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
hewani adalah telur, ikan, ayam , daging, susu serta hasil olahannya
misalnya keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Sumber nutrisi
pengatur adalah semua sayur dan buah-buahan yang mengandung berbagai
vitamin dan mineral yang berperan melancarkan fungsi kerja organ-organ
tubuh.

b. Kecukupan energi
Untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, belajar,
olahraga, dan berbagai kegiatan lain, setiap orang perlu mengonsumsi
makanan yang cukup energi. Kenutuhan energi seseorang bergantung pada
usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan
penyakit dan pengobatannya. Cukupnya energi ditandai dengan berat
badan yang ideal. Agar kondisi kesehatan tetap terjaga, usahakan untuk
mencapai berat badan ideal dan pertahankan agar tetap demikian.
Kelebihan gizi, terutama makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat
dapat menimbulkan obesuitas yang berujung pada munculnya penyakit
diabetes. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
berhasil menurunkan berat badannya hingga mencapai berat yang ideal
dan dapat mempertahankannya mampu menurunkan resiko mengidap
diabetes tipe 2.

c. Makanlah sumber karbohidrat kompleks


Terdapat 3 kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks, sederhana,
dan serat. Contoh makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-
padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar,
kentang), dan sagu. Jenis-jenis makanan tersebut mengandung zat gizi lain
selain karbohidrat. Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat
kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari karbohidrat
sederhana sehingga dapat mempertahankan rasa kenyang lebih lama.
Karbohidrat sederhana alamiah terdapat pada buah, sayuran, dan susu.
Selain mengandung karbohidrat, bahan makanan tersebut mengandung zat
gizi lain yang sangat bermanfaat. Karbohidrat sederhana yang diproses,
misalnya gula, madu, sirup, bolu, dan selai dapat langsung diserap dan
digunakan tubuh sebagai energi sehingga cepat menimbulkan rasa lapar.

Gula tidak mengandung zat gizi lain selain karbohidrat. Konsumsi gula
yang berlebih dapat menghambat terpenuhinya zat gizi lain. Hasil
penelitian tidak menemuka hubungan langsung antara asupan gula dengan
timbulnya diabetes mellitus tipe 2. Meski demikian, sebagian besar
makanan dengan kandungan gula tinggi juga mengandung lemak tinggi
sehingga berpotensi menyebabkan kegemukan.

Serat adalah bagian karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Kelompok ini
banyak terdapat pada buah, sayuran, padi-padian, dan produk sereal. Susu,
daging, dan lemak tidak mengandung serat. Ada 2 jenis serat yaitu serat
larut (pembentuk gel) seperti pectin dan guargum; serta serat tidak larut
seperti selulose dan bran. Kedua jenis serat tersebut banyak terdapat pada
padi-padian, kacang-kacangan, serta sayur dan buah-buahan. Makan
cukup serat memberikan banyak keuntungan, misalnya menunda lapar
sehingga dapat membantu mengendalikan nafsu makan yang secara tidak
langsung berpengaruh pada proses penurunan berat, membantu buang air
besar secara teratur, menurunkan kadar lemak darah yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung seperti kolesterol dan
trigliserida darah. Selain itu, makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.

d. Konsumsi lemak dan karbohidrat dengan perbandingan ¼ dan ¾ dari total


kebutuhan energi
Lemak dan minyak dalam makanan berguna untuk memenuhi kebutuhan
energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K, serta menambah
cita rasa makanan. Bagi kebanyakan masyarakat kita, khusunya yang
tinggal di pedesaan konsumsi lemak serta minyak masih sangat rendah
sehingga perlu ditingkatkan; sementara konsumsi lemak pada pemduduk
perkotaan cenderung telah melebihi ambang batas sehingga perlu
diwaspadai.
Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani secara berlabihan dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung
coroner. Mengganti kebiasaan mengonsumsi daging dengan ikan dapat
mengurangi risiko menderita penyakit jantung coroner karena lemak pada
ikan mengandung asam lemak omega3. Mengurangi asupan lemak,
terutama lemak jenuh dapat menurunkan resiko diabetes mellitus.
Beberapa contoh makanan sumber lemak jenuh adalah makanan yang
dimasak dengan menggunakan banyak minyak, mentega, atau santan;
lemak hewan; susu; dan cream.

e. Porsi makan penderita diabetes mellitus


Pengaturan pola makan merupakan dasar utama pengendalian diabetes
mellitus. Sebenarnya porsi makanan yang dikonsumsi tidak terlalu
berpengaruh. Hal yang paling penting adalah memperhatikan kandungan
glukosa yang terdapat dalam makanan tersebut. Anjuran makan pada
penderita diabetes sama dengan anjuran makan pada orang dengan kondisi
sehat pada umumnya, yaitu mengonsumsi makanan dengan menu
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing. Tujuan
mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat
mencapai dan mepertahankan berat badan ideal. Kadar gula darah
penderita diabetes yang mengalami obesitas lebih sulit dikendalikan
sehingga perlu melakukan program penurunan berat badan hingga
mencapai berat badan normal atau ideal. Berat badan normal berkisar
antara kurang atau lebih 10% dari berat badan ideal.

Berat badan ideal adalah 0,9 x (tinggi badan dalam cm dikurangi 100 kg).
sebagai contoh, jika tubuh tinggi anda 150 cm maka berat badan ideal
adalah 0,9 x (150-100) kg = 45kg. Jadi jika berat tubuh adalah 40,5 kg
sampai 49,5 kg maka masih masuk dalam kategori normal. Olahraga
dengan teratur dapat membantu menurunkan berat badan dan
mengendalikan kadar gula darah. Selain perlu mencapai dan
mepertahankan gula darah mendekati normal, penderita diabetesjuga perlu
mencapai dan mempertahankan kadar lemak dalam darah serta tekanan
darah pada level normal. Di samping itu, penderita dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan secara wajar dengan tetap memperhatikan menu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan gizi. Kandungan
zat gizi dalam makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes adalah
sebagai berikut:
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga utama yang melakukan aktivitas
sehari-hari yang terdiri atas tepungan-tepungan dan gula. Penderita
diabetes dianjurkan mengonsumsi padi-padian, sereal, buah dan sayur-
sayuran karena kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Makanan yang
perlu dibatasi adalah gula, madu, sirup, dan berbagai kue manis.
Karbohidrat sederhana seperti gula tidak mengandung zat gizi lain
selain karbohidrat sehingga kurang bermanfaat bagi tubuh.
2) Protein
Protein adalah zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan pengganti
jaringan tubuh yang rusak. Oleh karena itu, kita perlu mengonsumsi
protein setiap hari. Contoh makanan sumber protein adalah ikan,
ayam, daging, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
3) Lemak
Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber tenaga. Bagi penderita
diabetes sangat dianjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak
berlebih, baik dengan cara menghindari maupun berlemak maupun
memilih cara pengolahan makanan tanpa menggunakan minyak.
4) Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayur dan buah-buahan.
Kedua zat gizi tersebut berfungsi untuk membantu melancarkan kerja
system tubuh. Apabila makanan yang kita konsumsi setiap hari cukup
bervariasi maka tidak perlu lagi mengonsumsi vitamin tambahan.
Penderita diabetes perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah
normal maka harus membatasi konsumsi natrium dengan menghindari
makanan tinggi garam dan vetsin. Anjuran konsumsi makan garam
dapur adalah sekitar 6-7 g (1 sendok the) dalam sehari.

f. Menu seimbang
Baik penderita diabetes maupun orang dalam kondisi sehat sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi beraneka ragam makanan yang
mengandung sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
1) Makanan sumber zat tenaga adalah makanan yang mengandung zat
gizi karbohidrat, lemak, dan protein. Makanan sumber zat tenaga
antara lain nasi, roti, mie, kentang, dan lain-lain
2) Makanan sumber zat pembangun adalah makanan yang mengandung
zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun antara
lain kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu,
keju, dan lain-lain.
3) Makanan sumber zat pengatur adalah makanan yang mengandung
vitamin dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain sayuran
dan buah-buahan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi, kita perlu mengetahui kebutuhan
kalori dalam sehari. Selain membantu dalam mengatur asupan kalori, ahli
gizi juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar bahan
makanan pengganti.

4. Lakukan Kagiatan Fisik dalam Ritinitas


a. Pengetahuan pengendalian kadar gula darah
Berkaitan perawatn, pesien diabetes harus memiliki bekal pengetahuan
agar dapat menghindari kemungkinan masalah komplikasi yang berkaitan
dengan diabetes, baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Beberapa
hal yang dapat membantu pasien untuk menghindari masalah komplikasi
tersebut adalah Pendidikan, dukungan diet, pola hidup sehat, dan
pemantauan glukosa darah secara ketat.
b. Perubahan pola hidup
Di samping itu, mengingat tingginya risiko terkait dengan penyakit
jantung, pasien harus mengubah gaya hidup untuk mengendalikan tekanan
darah dan kolesterol dengan cara menambah porsi olahraga, menjalankan
diet dengan tepat, mengenakan kaus kaki dan sepatu diabetes, dan jika
perlu bisa mengonsumsi obat penurun tekanan darah.
c. System konsultasi rawatan
Di beberapa negara, pasien dapat memanfaatkan jasa dokter umum
sebagai system perawatan di luar rumah sakit. Perawatan spesialis berbasis
rumah sakit hanya digunakan jika terjadi komplikasi, pengendalian gula
darah yang sulit, atau proyek-proyek penelitian. Dalam keadaan lain,
dokter umum dan spesialis bekerja sama dalam perawatan seorang pasien
melalui sebuah pendekatan tim medis. Di samping obat-obatan dan
persediaan yang dibutuhkan, pasien juga dianjurkan untuk melakukan
konsultasi secara rutin dari seorang dokter, rata-rata selama tiga hingga
enam bulan.
d. Dukungan lingkungan social
Dukungan dari lingkungan sekitar sangat bermanfaat bagi penderita
diabetes, baik dukungan moral, maupun dukungan yang lebih realistis
seperti memberikan informasi tentang penyakit diabetes secara umum atau
berbagi pengetahuan serta pengalaman.
e. Perhatian usia
Perawatan diabetes harus memperhatikan peubahan usia penderita.
Produksi insulin berkurang karena usia berkaitan dengan kerusakan sel
beta organ pancreas. Selain itu, resistensi insulin meningkat karena
hilangnya jaringan ramping dan terjadi pengumpulan lemak, terutama
lemak intra-abdomen, serta penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin.

F. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus


Gejala umum adalah polyuria atau sering buang air kecil dan polydipsia
meningkatkan rasa haus sehingga berakibat pada meningkatnya asupan cairan.
Gejala dapat berkembang dengan cepat, dalam beberapa minggu atau bulan pada
diabetes tipe 1, terutama pada anak-anak. Sementara gejala diabetes tipe 2
biasanya berkembang jauh lebih lambat. Diabetes tipe 1 juga dapat menyebabkan
berat badan menurun meski tidak begitu signifikan dan tidak menimbulkan
kelelahan mental. Semua gejala di atas, kecuali penurunan berat badan juga dapat
terjadi pada diabetes tipe 2. Pada pasien diabetes yang tidak mengontrol kadar
gula darah dengan baik, penruanan berat badan yang signifikan mungkin dialami
pada tahap awal serangan diabetes. Langkah deteksi akhir gejala diabetes melitus
adalah dengan melakukan tes kadar gula darah.

Bila konsentrasi glukosa dalam darah naik melampaui ambang batas ginjal makan
dalam ginjal akan kembali terjadi penyerapan glukosa, sementara sisa glukosa
tetap berada dalam urine. Hal tersebut mningkatkan tekanan cairan urine dan
menghambat reabsorpsi air oleh ginjal sehingga meningkatkan produksi urine
atau polyuria dan tubuh mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang lebih
banyak. Volume air darah yang hilang akan diganti oleh air yang diproduksi oleh
sel-sel bagian tubuh yang lain sehingga menyebabkan dehidrasi dan
meningkatkan rasa haus.

Penyerapan kelebihan glukosa ketika kadar gula darah terlalu tinggi dapat
mengakibatkan perubahan bentuk lensa mata yang jika terjadi secara
berkelanjutan akan mengakibatkan gangguan penglihatan. Penglihatan kabur
adalah keluhan umum yang mengarah pada diagnosis diabetes tipe 1, sedangkan
pada diabetes tipe 2, umumnya perubahan terjadi secara bertahap.

Pada awalnya, penderita diabetes tipe 1 akan mengalami kondisi ketoasidosis


(DKA), yaitu suatu keadaan ekstrim yang ditandai dengan aroma aseton pada
napas penderita. Hal tersebut dikenal dengan pernapasan Kussmaul; polyuria;
mual; muntah, dan sakit perut. Kodisi tersebut mempengaruhi kesadaran dan
memberi efek lesu pada penderita. Kasus DKA yang parah bisa menyebabkan
koma dan tidak menutup kemungkinan akan berujung pada kematian.

G. Akibat Diabetes Mallitus


Komplikasi yang sering menyertai diabetes mellitus antara lain gagal ginjal,
penyakit jantung, impoten, kerusakan otak, dan kebutaan

1. Diabetes pada keadaan berat


Pada keadaan berat, diabetes menyebabkan penurunan berat badan secara tiba-
tiba, mati rasa/kesemutan atau sakit pada tangan atau kaki, borok pada kaki
yang tidak kunjung sembuh, dan hilangnya kesadaran penderita. Diabetes
dapat menyebabkan komplikasi yang pada tahap akut meliputi hipoglikemia
dan diabetic ketoasidosis. Penyakit diabetes yang tidak dikendalikan juga
dapat memicu terjadinya nonketotic koma hyperosmolar. Bahaya serius
jangka Panjang meliputi komplikasi penyakit jantung, gagal ginjal kronis,
kerusakan retina yang berdampak pada kebutaan, beberapa jenis kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah mikro yang dapat menyebabkan
disfungsi ereksi dan kesulitan dalam hal penyembuhan luka, terutama pada
bagian kaki yang dapat menyebabkan gangrene atau bahkan risiko amputasi.

Perawatan diabetes yang memadai, serta menjaga kestabilan teanan darah


DNS dan menjalankan gaya hidup sehat seperti tidak meroko dan menjaga
berat badan dapat memperbaiki profil risiko dari sebagian besar komplikasi.
Di negara maju, diabetes adalah penyebab paling signifikan kebutaan pada
orang dewasa. Selain itu diabetes juga menjadi penyebab utama tindakan
amputasi pada orang dewasa dan nefropati diabetes merupakan penyakit
utama yang menyebabkan ginjal tidak berfungsi.

2. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis (DKA) adalah komplikasi akut dan berbahaya yang
merupakan keadaan darurat medis. Tingkat insulin rendah menyebabkan hati
menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal tersebut normal ketika terjadi
secara periodic, tapi akan menjadi masalah serius jika dipertahankan.
Peningkatan kadar keton dalam darah menurunkan pH dan menyebabkan
DKA. Penderita DKA biasanya mengalami dehidrasi serta pernapasan cepat
dan dalam. Sakit perut mungkin merupakan gejala yang umum, namun
mungkin juga sebagai indikasi komplikasi berat. Tingkat kesadaran penderita
yang semula normal pun dapat berlanjut menjadi koma.

Ketoasidosis dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan hipotensi,


shock, bahkan kematian. Analisi urine akan menunjukkan tingkat signifikan
kadar keton tubuh karena kadar keton yang telah melebihi ambang batas ginjal
akan muncul dalam air seni, seringkali sebelum gejala lain muncul.
Pengobatan yang tepat dapat menghasilkan pemulihan secara penuh, namun
sebaliknya perawatan yang terlambat atau kurang maksimal dapat
menimbulkan resiko kematian. Komplikasi juga dapat terjadi misalnya edema
otak. Perlu diingat bahwa DKA merupakan keadaan darurat medis sehingga
memerlukan penanganan dan perawatan yang cepat dan tepat. Ketoasidosis
jauh lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1 dibanding tipe 2.

3. Hiperglikemia
Nonketotic hyperosmolar (HNS) adalah komplikasi akut dari berbagai macam
gejala dengan DKA, tetapi dengan factor penyebab dan penanganan yang
sama sekali berbeda. Air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel masuk ke
dalam darah dan ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke dalam
urine. Jika cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan muncul efek
osmotic karena kadar glukosa tinggi dan hilangnya air yang kemudian akan
mengarah pada dehidrasi. Sel-sel tubuh menjadi semakin dehidrasi karena
kadar air di dalamnya terkuras. Kondisi elektrolit yang tidak seimbang juga
mengganggu dan berbahaya. DKA memerlukan perawatan medis cepat dan
tepat, biasanya dimulai dengan penggantian volume cairan. Kondisi ini lebih
sering terjadi pada diabetes tipe 2 dibanding tipe 1.

4. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah
merupakan komplikasi akut beberapa perawatan diabetes dan sangat jarang
terjadi. Penderita akan mengalami perasaan gelisah, berkeringat, lemah, dan
mengalami semacam rasa takut dan bergerak panik. Dalam kasus yang
ekstrim, kesadaran dapat berkurang atau bahkan hilang, menyebabkan koma,
kejang, kerusakan otak, hingga kematian. Pada pasien dengan penyakit
diabetes, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, seperti terlalu banyak
atau salah penggunaan insulin, terlalu banyak atau salah waktu olahraga, dan
tidak cukup asupan makanan (khususnya glukosa dan karbohidrat).

Hipoglikemia biasanya merupakan hasil interaksi insulin karena kelebihan


glukosa dan berkompromi dalam diabetes tipe 1 dan tipe 2. Dalam kondisi
kekurangan insulin diabetes (eksogen), insulin tidak mampu menurunkan
kadar glukosa, sementara kombinasi dari kekurangan glucagon dan epinefrin
menyebabkan tanggapan glukosa tidak sempurna. Konsep hipoglikemia
terkait dengan kegagaln otonom pada diabetes. Fakta terbaru, hipolikemia
menjadi penyebab kekurangan glukosa dan berakibat ketidaksadaran. Dalam
banyak kasus, menghindari hipoglikemia jangka pendek dapat dilakukan
dengan cara membalikkam kondisi, misalnya mengonsumsi minuman atau
makanan yang mengandung kadar gula tinggi. Pada kasus yang parah,
pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan glucagon (hormone dengan efek
yang sangat berlawanan dengan insulin), namun biasanya hanya dilakukan
jika pasien dalam kondisi tidak sadar.

5. Infeksi pernapasan
Pada seseorang dengan diabetes mellitus, respon kekebalan akan terganggu.
Penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia mengurangi fungsi kekebalan
sel dan meningkatkan peradangan. Efek vascular diabetes juga memiliki
kecenderungan mengubah fungsi paru-paru. Semua hal tersebut mengarah
pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan seperti
radang paru-paru dan influenza pada penderita diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto. 2010. ”Penyakit Modern: Hipertensi, stroke, jantung, kolesterol, dan diabetes”.
Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET.
Noor, Restyana. 2015. “Diabetes Melitus Tipe 2”. Lampung: Medical Faculty.
Alexander, Fawcett, Runciman. 2000. Nursing Practice Hospital and Home the Adult, Second
Edition, Taronto: Churchill Livingston.
Wilson Lorraine M. 1995. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi
4.
www.medicine.net
EVALUASI
PERTANYAAN ESSAY:
1. Sebutkan apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
2. Sebutkan apa saja yang menyebabkan Diabetes Mellitus?
3. Jelaskan cara penularan penyakit Diabetes Mellitus?
4. Sebutkan gejala-gejala penyakit Diabetes Mellitus?
5. Jelaskan cara pencegahan Diabetes Mellitus?

PERTANYAAN OBJEKTIF:
1. Diabetes Mellitus tipe 1 disebabkan oleh…
a. Kekurangan protein
b. Kegagalan tubuh memproduksi insulin
c. Kelebihan natrium

2. Penolakan atau kegagalan tubuh menggunakan zat insulin menyebabkan penyakit…


a. DM tipe 2
b. DM tipe 1
c. Hipertensi
d. Syok

3. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki berat badan…


a. Kurus
b. Ideal
c. Gemuk/obesitas
d. Tinggi

4. Factor lain yang terkait dengan resiko Diabetes Mellitus di bawah ini adalah kecuali…
a. Obesitas
b. Hipertensi
c. Riwayat keluarga DM
d. Kebutuhan hidup

5. obat-obatan yang digunakan untuk penderita Diabetes Mellitus yaitu…


a. Insulin
b. Paracetamol
c. Bodrexin
d. Cetamin

6. Komplikasi dari Diabetes Mellitus yang meliputi komplikasi akut yaitu…


a. Makrovaskuler
b. Mikrovaskuler
c. Hipoglikemia
d. Hipertensi

7. Penyebab lain dari munculnya Diabetes Mellitus adalah…


a. Hipertensi
b. Fluenza
c. Magg
d. Sakit kepala

8. Mengatur zat makanan untuk penderita Diabetes Mellitus diantaranya…


a. Mengonsumsi aneka ragam makanan
b. Kecukupan energi
c. Konsumsi lemak dan karbohidrat dengan perbandingan ¼ dan ¾ dari total kebutuhan
energi
d. Semua benar

9. Penyakit Diabetes Meliitus disebut juga dengan…


a. Kencing manis
b. Hipertensi
c. Kardiovaskular
d. Semua salah

10. Komplikasi yang sering menyertai diabetes mellitus antara lain…


a. Gagal ginjal
b. Penyakit jantung
c. Impoten
d. Semua benar

Anda mungkin juga menyukai