3026-Article Text-5934-1-10-20140310 PDF
3026-Article Text-5934-1-10-20140310 PDF
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
This research was conducted to determine the relationship between the work environment and
behavioral factors with the incidence of coronary heart disease (a case study in X Hospital
Semarang City). This research was an analytic observational case-control design. The population
in this study were all outpatients and inpatients were positive examination results EKGnya CHD
(cases) and negative CHD (controls) were recorded in the medical record in November-December
2012 in X Hospital Semarang City. The sample of 42 people (cases) and 42 individuals (controls).
Instrument in this study was a questionnaire and an interview guide questionnaire FFQ. The
results showed that the factors associated with CHD was exercise habits (p value = 0.002, OR =
4.889) and the factors that were not related to CHD was the work environment (p value =. A),
smoking (p value = 0.091), customs consumption of alcohol/drugs (p value = 0.608), and the
habit of consumption of foods containing cholesterol (p value = 1.000). There was a relationship
between smoking and the incidence of coronary heart disease .
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
firusytsani@gmail.com
1
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
2
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
Wilasa Citarum (55%), RS Roemani (46%), dan Faktor perilaku juga memiliki kontribusi
RS Telogorejo (33%) (Subdin P2P Dinkes Kota besar terjadinya Penyakit Jantung Koroner.
Semarang, 2011). Hasil penelitian dari Donal Nababan (2008)
Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner menghasilkan bahwa Penyakit Jantung Koroner
di Rumah Sakit X Kota Semarang tahun 2009 mempunyai hubungan dengan tipe perilaku
terdapat 148 kasus (Angina Pectoris 25 kasus (OR=3,05) dan stres (OR=2,86). Menurut hasil
dan AMI 123 kasus). Pasien rawat jalan penelitian Mamat Supriyono (2008)
berjumlah 61 pasien dan pasien rawat inap menyatakan bahwa ada hubungan antara
sebanyak 87 pasien. Pada tahun 2010, jumlah merokok yang mempunyai risiko pada usia >45
kasus berjumlah 119 kasus (Angina Pectoris 15 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan
kasus dan AMI 104 kasus). Jumlah pasien rawat yang tidak memiliki kebiasaan merokok
inap yaitu 60 pasien dan jumlah pasien rawat (OR=2,4) dengan Penyakit Jantung Koroner.
jalan yaitu 59 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit Hasil penelitian Retno Utami Sutjijo (2008)
X Kota Semarang, 2011). menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
Tinggi atau rendahnya derajat kesehatan jenis rokok (OR=3,551), jumlah rokok yang
masyarakat secara garis besar dipengaruhi oleh dihisap (OR=2,681), dan lama merokok
faktor-faktor lingkungan, perilaku dan (OR=8,813) dengan Penyakit Jantung Koroner.
kebiasaan hidup, tersedianya upaya pelayanan Berdasarkan hasil penelitian Sutanti (2010)
dan bawaan biologik. Pengaruh yang paling menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
besar adalah faktor lingkungan dan perilaku (OR=4,125) dan kebiasaan olahraga (OR=3,5)
serta kebiasaan hidup masyarakat. Lingkungan berhubungan dengan Penyakit Jantung
kerja dapat menimbulkan gangguan terhadap Koroner.
suasana kerja dan berpengaruh terhadap Permasalahan yang diambil yaitu apakah
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. ada hubungan antara faktor lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota
secara optimal dan produktif. Baik dari Semarang). Adapun tujuan dari penelitian ini
lingkungan fisik dan non fisik, hal ini dapat yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor
memicu timbulnya masalah kesehatan, salah lingkungan dan perilaku dengan kejadian
satunya yaitu Penyakit Jantung Koroner. penyakit jantung koroner (studi kasus di
Berdasarkan hasil penelitian dari IPD Badan Rumah Sakit X Kota Semarang).
Litbangkes (2009) menghasilkan bahwa adanya
hubungan dengan faktor lingkungan sosial METODE PENELITIAN
(pekerjaan berat) (OR=1,21), lingkungan
psikologis (emosi terganggu) (OR=5,34). Jenis dan rancangan sampel pada
Menurut hasil penelitian dari Erlina Restu penelitian ini adalah penelitian survei analitik
Winarsih (2007) menyatakan bahwa Penyakit dengan rancangan case control.
Jantung Koroner berhubungan dengan jenis Populasi kasus dalam penelitian ini
kelamin (laki-laki 64,8% dan perempuan adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan
35,2%) dan umur (<45 tahun 18,3%, 45-55 yang hasil pemeriksaan EKGnya positif
tahun 56,3%, dan >55 tahun 25,4%). menderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah
Berdasarkan penelitian Yusnidar (2007) Sakit X Kota Semarang dan populasi kontrol
menunjukkan bahwa menopause (OR=7,2) dan dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat
penuaan (kelompok umur ≥66 tahun) inap dan rawat jalan yang hasil pemeriksaan
(OR=6,0) mempunyai hubungan dengan EKGnya negatif Penyakit Jantung Koroner di
Penyakit Jantung Koroner. Rumah Sakit X Kota Semarang.
3
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
4
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
kebiasaan merokok. Responden kelompok sini yang dapat dinilai hanya dari sisi apakah
kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak pasien memiliki riwayat merokok, padahal
memiliki kebiasaan merokok 60 responden seorang perokok pasif pun memiliki 70% resiko
(71,4%). menderita penyakit akibat rokok tersebut.
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,091, Dimungkinkan 71,4% termasuk dalam perokok
maka diperoleh hasil tidak ada hubungan pasif. Selain itu, jumlah responden dalam
antara variabel kebiasaan merokok dengan penelitian ini jenis kelamin perempuan lebih
penyakit jantung koroner. banyak daripada laki-laki yang pada umumnya
Berdasarkan hasil penelitian Yusnidar perempuan memiliki kebiasaan merokok lebih
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang kecil daripada laki-laki. Hal ini tentu sangat
bermakna antara riwayat merokok ≥15 bertolak belakang dengan teori yang
batang/hari dengan kejadian PJK (p=1,000), menyatakan bahwa merokok merupakan faktor
meskipun risiko meningkat hingga 2,9 kali resiko utama pada penderita penyakit jantung
dibandingkan yang tidak pernah merokok koroner bahkan penelitian Framingham
(OR=2,9). Riwayat merokok 1-14 batang/hari mendapatkan bahwa penyakit jantung koroner
juga tidak meningkatkan risiko terjadinya PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari
dibandingkan tidak pernah merokok (OR=0,5 ; pada bukan perokok dan pada perempuan
95% CI=0,1-0,2) dan tidak ada hubungan yang perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan
bermakna antara riwayat merokok 1-14 perokok.
batang/hari dengan terjadinya PJK (p=0,045).
Tidak adanya hubungan dalam penelitian Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian
ini dikarenakan variabel kebiasaan merokok di Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi koroner. Hasil ini didasarkan pada uji chi-
bahwa dari 42 responden pada kelompok square yang diperoleh p value 0,002 < α 0,05.
kasus, 33 responden (78,6%) tidak memiliki Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
kebiasaan olahraga dan 9 responden (21,4%) bahwa responden yang tidak memiliki
memiliki kebiasaan olahraga. Sedangkan dari kebiasaan olahraga mempunyai resiko 4,889
42 responden pada kelompok kontrol, 24 kali terkena penyakit jantung koroner
responden (57,1%) memiliki kebiasaan dibandingkan responden yang memiliki
olahraga dan 18 responden (42,9%) tidak kebiasaan olahraga dengan nilai Odd Ratio
memiliki kebiasaan olahraga. Pada kelompok (OR)=4,889 (95% CI = 1,877–12,736).
kasus cenderung tidak memiliki kebiasaan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
olahraga daripada kelompok kontrol yang penelitian yang dilakukan oleh Sutanti (2010)
cenderung memiliki kebiasaan olahraga. yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
Hasil analisis bivariat menunjukkan kebiasaan olahraga dengan kejadian penyakit
bahwa ada hubungan antara kebiasaan jantung koroner (p value=0,038 dengan
olahraga dengan kejadian penyakit jantung OR=3,500), dimana orang yang tidak memiliki
5
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
kebiasaan olahraga mempunyai resiko 3,5 kali yang tidak aktif memiliki resiko 1,9 kali lebih
terkena penyakit jantung koroner daripada besar untuk menderita penyakit jantung
orang yang memiliki kebiasaan olahraga. koroner dibandingkan mereka yang aktif
Sudah menjadi pengetahuan umum berolahraga (Peter Kabo, 2008). Banyak
bahwa olahraga menyehatkan badan, penyelidikan di Amerika dan Eropa
sebaliknya kurang bergerak (physical menunjukkan bahwa olahraga secara teratur
inactivity) menimbulkan berbagai macam yaitu 20 menit dan 2-3 kali seminggu berhasil
penyakit. Hasil dari banyak studi membuktikan menurunkan resiko penyakit jantung koroner
bahwa aktifitas fisik menurunkan angka (R. Christopher Davidson, 2002).
kejadian hipertensi, kegemukan, stroke,
osteoporosis, kencing manis, dan penyakit Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol/NAPZA
jantung koroner. dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Dalam hubungannya dengan penyakit
jantung koroner, telah dilaporkan bahwa orang
6
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
>500 ml, tetapi tidak dikonsumsi setiap hari. efek yang menguntungkan pada HDL (High
Adapun konsumsi alkohol yang masih dalam Density Lipoprotein), kolesterol, kerja insulin,
batas ringan dan sedang dapat menjadi terapi inflamasi, minum alkohol jumlah sedikit sampai
dalam mencegah penyakit jantung koroner. Hal sedang, sangat berguna pada pasien dengan
ini dapat didukung dengan pernyataan bahwa gangguan metabolisme glukosa dan atau insulin
konsumsi alkohol yang dilakukan tiap hari dan resisten.
dalam jumlah sedang, mempunyai efek
melindungi jantung, tetapi konsumsi alkohol Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang
yang berlebihan justru sejalan dengan Mengandung Kolesterol dengan Kejadian
memburuknya keadaan. Karena mempunyai Penyakit Jantung Koroner
Tabel 4. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Kolesterol dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Kebiasaan Konsumsi Makanan yang
Kasus Kontrol Total
Mengandung Kolesterol P
n % n % n %
Ya 0 0 1 2,4 1 1,2
Tidak 42 100 41 97,6 83 98,8 1,000
7
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
tidak hanya mengkonsumsi lauk pauk saja IPD Badan Litbangkes, Analisis Faktor
2009,
(Sunita Almatsier, 2004 dan Erik Tapan, 2005). Lingkungan dan Perilaku Sebagai Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner pada
Masyarakat di Indonesia,
SIMPULAN
http://digilib.litbang.depkes.go.id/gdl.php?m
od=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-
Ada hubungan antara kebiasaan 2009-researcher-3205, diakses tanggal 28
olahraga dengan kejadian Penyakit Jantung Agustus 2012
Koroner dan tidak ada hubungan antara Mamat Supriyono, 2008, Faktor-faktor Risiko yang
lingkungan kerja, kebiasaan merokok, Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit
kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA, dan Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤45
kebiasaan konsumsi makanan yang Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan
mengandung kolesterol dengan kejadian RS Telogorejo Semarang),
http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_
Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X
SUPRIYONO.pdf, (Tesis), diakses tanggal 3
Kota Semarang.
Oktober 2011
Peter Kabo, 2008, Mengungkap Pengobatan Penyakit
DAFTAR PUSTAKA Jantung Koroner (Kesaksian Seorang Ahli
Jantung dan Ahli Obat), Jakarta: PT. Gramedia
Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan Pustaka Utama
Indonesia 2008, R. Christopher Davidson, 2003, Penyakit Jantung
http://www.depkes.go.id/downloads/publik Koroner, Jakarta: Dian Rakyat
asi/Profil Kesehatan Indonesia 2008.pdf, Retno Utami Sutjijo, 2008, Hubungan Antara
diakses tanggal 11 Maret 2011 Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2009, Profil Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008 Inap di RSUP Dr.Kariadi Semarang, Skripsi:
(Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat), Universitas Negeri Semarang
Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Rekam Medik Rumah Sakit X Kota Semarang, 2012,
Tengah Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner
----------------------------------------------------, 2010, Profil Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2009, 2011, Semarang: Rumah Sakit X Kota
Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Semarang
Tengah Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2011, Jumlah
Donal Nababan, 2008, Hubungan Faktor Risiko dan Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
Karakteristik Penderita dengan Kejadian Semarang Tahun 2008-2010, Semarang:
Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. Pirngadi Dinas Kesehatan Kota Semarang
Medan Tahun 2008, --------------------------------------------------, 2012, Jumlah
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
6789/6673/1/08E00743.pdf, (Tesis), diakses Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas
tanggal 28 November 2011 Kesehatan Kota Semarang
Erik Tapan, 2005, Penyakit Degeneratif, Jakarta: PT Subdin P2P Dinkes Propinsi Jateng, 2012, Jumlah
Elex Media Komputindo Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
Erlina Restu Winarsih, 2007, Profil Faktor Risiko Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas
Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus Pada Kesehatan Propinsi Jateng
Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSU Sunita Almatsier, 2004, Penuntun Diet, Jakarta: PT
Dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang), Gramedia Pustaka Utama
Skripsi: Universitas Negeri Semarang Sutanti, 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan
Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit X Kota Dengan Kejadian Klinis Penyakit Jantung
Semarang, 2012, Data Jumlah Pasien Koroner (Studi Kasus di RSI Sultan Agung
Pemeriksaan EKG Tahun 2012, Semarang: Semarang), Skripsi: Universitas Negeri
Rumah Sakit X Kota Semarang Semarang
8
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)