Anda di halaman 1dari 13

A.

Mitokondria Secara Umum


Mitokondria adalah organel tempat berlangsungnya fungsi
respirasiselmakhluk hidup, memproduksi energi dalam bentuk ATP. Mitokondria
pertama-tama ditemukan sekitar tahun 1850 oleh Kollicker. Kollicker
berkesimpulan bahwa granula yang ditemukannya adalah struktur bebas dan
tidak langsung berhubungan dengan struktur sitoplasma lainnya. Beliau
mengenalkan dengan istilah Mitokondrion (Yunani :
Mito=Benang,Chondrion=Granula) untuk granula ini, karena kenampakan
granula ini menyerupai benang yang dilihat dengan mikroskop cahaya.
(Reksoatmodjo,1993 : 154).
Mitokondria dijumpai baik pada sel hewan maupun padasel tumbuhan.
Ukuran mitokondria kira-kira sama denganukuran rata-rata bakteri basil.
. Mitokondria umumnya ditemukan pada tempat-tempat di dalam sel yang
membutuhkan energi dalam jumlah yang besar, misalnya pada otot lurik dan
flagel sperma. Untuk bentuknya, menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur
mitokondria dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:
1. Krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria
sel hati.
2. Krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai tumpukan uang logam
misalnya pada mitokondria sel ginjal.
3. Krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh saluran-saluran yang
saling beranastomosis.
Ukuran mitokondria bervariasi antar sel. Pada kebanyakan sel, lebar
mitokondria relatif konstan sebesar sekitar 0,5 mu, dan panjangnya sangat
berfariasi paling panjang mencapai 7 mu. Diameter mitokondria berkisar
antara 0,2 sampai 2 u, panjang berkisar 0,3 -0,4 u. (Djohar,1983 : 43-44)
B. Struktur mitokondria

Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian
dalam membran.
1. Membran Luar

Membran luar mengandung protein transport yang disebut porin.


Porin membentuk saluran yang berukuran relative lebih besar di lapisan
ganda lipid membrane luar; sehingga membrane luar dapat dianggap sebagai
saringan yang memungkinkan ion maupun moekul berukuran 5 kDa atau
kurang, termasuk protein berukuran kecil.

2. Membran Dalam

Membran dalam dan matriks mitokondria terkait erat dengan aktivitas


utama mitokondria yaitu terlihat dalam siklus asam trikarboksilat, oksidasi
lemak dan pembentukan energi. Rantai respirasi terdapat dalam membran
dalam ini. Membran dalam dari selimut mitokondria sangat berbelit-belit
meruak ke bagian dalam matriks dengan pola seperti tabung atau dengan
polar lir lembaran di berbagai tempat, yang disebut krista.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar
terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat
utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi
diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut
krista [4]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam
sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran
dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif,
ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta
protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks
melewati membran dalam.
Membran dalam tidak berhubungan dengan membran luar. Membran
dalam membagi organel menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar
membran.
3. Ruang Antar Membran

Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan


membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang
penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi
β-oksidasi asam lemak.
4. Krtista
Krista mitokondria adalah lipatan membran dalam mitokondria yang
memberikan peningkatan luas permukaan. Hal ini memungkinkan ruang
yang lebih besar untuk proses yang terjadi melintasi membran ini. Proses ini
adalah rantai transpor elektron dan kemiosmosis, yang membantu
menghasilkan ATP dalam langkah-langkah akhir dari respirasi selular.
5. Matriks
Matriks mitokondria juga mengandung ribosom dan ADN. Molekul ADN
bentuknya kecil dan melingkar, tidak banyak bersenyawa dengan protein,
sedangkan ribosomnya sejenis dengan yang terdapat pada bakteri. Matriks
mitokondria  yang mengisi bagian dalam mitokondria berupa cairan. Di
dalamnya banyak mengandung enzim. Dalam matriks mitokondria
terkandung pula DNA dan ribosom. Selain itu, matriks DNA mengandung
enzim yang berperan dalam daur Krebs, enzim untuk sintesis asam nukleat
dan enzim-enzim oksidasi lainnya.
C. Mitokondria sebagai Organel Semi Otonom
Peranan mDNA dalam mitokondria sama dengan peranan DNA dari sel
eukariotik yang menghasilkan rRNA,tRNA, dan mRNA. Selanjutnya, ditranslasi
menjadi protein.Walaupun peranannya sama, tetapi produksinya tidak sama.
Mitokondria merupakan organel semi otonom, dalam hal ini, terjadi hubungan
fungsional antara inti dan mitokondria.

Hubungan fungsional antara inti dengan mitokondria (Thorpe,1984)

Mekanisme transkripsi dan translasi pada mitokondria tergantung


pada genetik inti. Bahan-bahan tertentu seperti rRNA, tRNA, dan mRNA,
tidak tergantung pada inti. Protein -protein tertentu yang ditentukan oleh
inti misalnya proteinribosom, RNA polimerase, DNA polimerase, tRNA-
aminoasilsintetase, dan faktor-faktor sintesis protein. Dari gambaran diatas,
jelas bahwa untuk aktivitas mitokondria, beberapakebutuhannya masih
tergantung pada inti. Namun beberapakebutuhan yang lain tidak tergantung
pada inti. Oleh sebab itu,mitokondria dianggap sebagai organel semiotonom.

D. Fungsi mitokondria
Secara umum mitokondria berfungsi sebagai respirasi. Respirasi adalah
proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan
dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari.
Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan
energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian
tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar,
batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat
(glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh
oksigen kan menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas
jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel
(Campbell, 2002). Jenis-jenis respirasi:

1. Respirasi Aerob

Respirasi Aerob adalah proses biologi dimana senyawa organik


tereduksi dimobilisasi dan kemudian dioksidasi secara terkontrol. Dalam
proses ini energi bebas dilepaskan dan kemudian digabungkan dalam bentuk
ATP, yang dapat segera digunakan dalam perkembangan tanaman. Respiarsi
aerobik secara umum disebut oksidasi senyawa gula berkarbon 6 (glukosa ).
Dengan reaksi dasar:
C6H12O6 + 6O2   →  6H2O+ 6CO2 + 38 ATP
Glukosa di oksidasi secara sempurna menjadi CO2, dan oksigen
(akseptor hidrogen terakhir) direduksi menjadi air. Oksidasi glukosa
dilakukan secara bertahap dalam beberapa rangkaian reaksi guna
menghindari kerusakan struktur seluler ( kebakaran) akibat pelepasan
energi yang sangat besar. Dengan tahap – tahap respirasi aerob ( oksidasi
glukosa):

a. Glikolisis (di sitosol/sitoplasma)

Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya


terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi
dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan
atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat
(champbell, 2002)

NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP


adalah persenyawaan berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4
molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP diantaranya digunakan kembali
untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa 2 molekul
ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak
memerlukan oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar
mitokondria). Hasil akhir sebelum memasuki siklus krebs adalah asam
piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua yaitu glikolisis dan
dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa
2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah
reaksi asam piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980).

b. Dekarboksilasi Oksidatif

Setelah memasuki mitokondria,asam piruvat mula-mula diubah


menjadi suatu senyawa yang disebut asetilCoA. Dekarboksilasi Oksidatif ini
merupakan persambungan antara glikolisis dan siklus krebs, yang
diselesaikan oleh kompleks multi enzim yang mengkatalis 3 reaksi:

1) Gugus karboksil piruvat dikeluarkan dan dilepaskan sebagai molekul


CO2
2) Fragmen ber-karbon dua yang tersisa dioksidasi untuk membuat
senyawa yang dinamai asetat. Suatu enzim mentransfer electron yang
diekstraksi ke NAD+ dan menyimpan energy dalam bentuk NADH.

3) Koenzim A (senyawa yang mengandung sulfur diikatkan pada asetat tadi


oleh ikatan yang tidak stabil yang membuat gugus asetil  sangat reaktif.

c. Siklus kreb / siklus asam sitrat (di mitokondria)


Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam
oksaloasetat (4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat
memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam
oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap
tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang
dihasilkan langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi
digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa
ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini dilepaskan energi, dan
hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi siklus
krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs
berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).

d. Sistem Transpor Elektron (di mitokondria)


Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada
dua macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP
atau GTP (Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang
langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu
NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida)
dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem
transfer elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya,
elektron dan H+ dan NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak
yang lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas
digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) kemolekul ADP sehingga
terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai penerima,
sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik
menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport
elektron dihasilkan senyawa – senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan
dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).

Selama respirasi seluler, pemanenan energi makanan untuk sintesis


ATP jika satu molekul glukosa terurai secara sempurna maka fosforilasi
tingkat substrat menghasilkan 4 ATP dan fosforilasi oksidatif menghasilkan
34 ATP. Proses oksidasi satu molekul glukosa dapat memanen energi
sebanyak 38 ATP. Sementara itu, dalam oksidasi sempurna satu molekul
glukosa melepaskan 686 kkal (DG = -686 kkal/mol), dan fosforilasi ADP
menjadi ATP menyimpan sedikitnya 7,3 kkal per mol ATP. Oleh karena itu,
efisiensi respirasi adalah 7,3 kali 38 dibagi 686, atau kira-kira 40%.
Sedangkan sisa energi simpanan hilang sebagai panas untuk mempertahankan
suhu tubuh, dan menghamburkan sisanya melalui keringat dan mekanisme
pendinginan lainnya (Campbell et al., 2002).

ATP yang dihasilkan dari sebuah molekul glukosa yang dioksidasi di dalam
sel, dari glikolisis sampai rantai respirasi antara lain:
a.    Glikolisis menghasilkan

1 NADH + H+ = 1 X 2 X 3 ATP       = 6 ATP

2 ATP             = 2 X 2 X 2 ATP       = 4 ATP

Jumlah                                               = 10 ATP

Dipakai                                              = 2 ATP

Hasil bersih ATP glikolisis           = 8 ATP

b. Dekarboksilasi oksidatif menghasilkan

1 NADH + H+ = 1 X 2 X 3 ATP        = 6 ATP

c. Siklus krebs menghasilkan

3 NADH+H+ = 3 X 2 X 3 ATP        = 18 ATP

1 FADH2 = 1 X 2 X 2 ATP        = 4 ATP

1 ATP             = 1X 2 X 1 ATP         = 2 ATP

Jumlah b + c                                      = 30 ATP

Jadi hasil bersih ATP dalam respirasi dari 1 molekul glukosa adalah 38 ATP

2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa menggunakan oksigen.
Dalam kondisi tidak ada oksigen, tanaman melakukan metabolisme fermentatif.
Fermentasi dapat terjadi melalui fermentasi alkohol atau fermentasi asam laktat.

Laktat dianggap merupakan produk akhir fermentasi yang relatif lebih


berbahaya dibanding alkohol karena akumulasi laktat berdampak pada
penurunan pH sitosol. Pada saat kurang oksigen, tumbuhan akan melakukan
respirasi anaerob yang hanya akan menghasilkan energi dalam jumlah yang
sedikit yakni 2 ATP saja
Sheeler, P. and D.G. Bianchi., l987. Cell and Molecular Biology. John Wiley and Sons, Inc
Canada.

Juwono dan achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Reksoatmodjo, S. M. Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta : Depdikbud.

Djohar, M.S. 1983. Biologi Sel I. Yogyakarta : UNY Press.

Thorpe, N.O., (1984), Cell Biology, John Willey, New York

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama,Erlangga.

Syamsuri, Istamar. 1980. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai