Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

Alih fungsi lahan di wilayah Indonesia khususnya di Propinsi Jawa Barat


yang saat ini mengalami peningkatan terus-menerus seiring dengan pesatnya
pertumbuhan penduduk. Sementara disisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut
adanya permintaan jumlah lahan untuk pembangunan infrastruktur. Peningkatan
jumlah penduduk dan luas lahan yang terbatas berakibat terhadap kemampuan
daya dukung dan daya tampung lingkungan baik lahan, air, maupun udara, oleh
karena itu pemanfaatan penggunaan lahan harus memperhatikan karakteristik
lahan. Perubahan/penurunan daya dukung menyebabkan terancamnya penurunan
kemampuan wilayah untuk menyuplai lahan produktif sehingga menyebabkan
ketahanan pangan suatu wilayah mengalami penurunan.
Salah satu metode untuk menilai kemampuan suatu wilayah dalam
menyediakan pangan secara mandiri adalah dengan menilai daya dukung berbasis
neraca lahan. Daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan yang seimbang
ditentukan apabila luas lahan pertanian yang ada pada suatu wilayah dapat
memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduknya. Keseimbangan daya dukung
lahan pertanian diwujudkan dalam suatu keadaan dimana jumlah penduduk
optimal yang mampu didukung oleh hasil tanaman pangan dari lahan produktif
yang ada asumsi yang digunakan adalah selain jumlah dan pertumbuhan
penduduk, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi dianggap tetap sehingga
penurunan daya dukung lahan menambah pendapatan petani serta memperkecil
risiko degradasi lahan merupakan fungsi dari kenaikan jumlah penduduk
(Moniaga,2011).
Kabupaten Garut merupakan daerah dengan pegunungan aktif dan pasif,
memiliki daerah yang curam kabupaten ini terletak di bagian Tenggara Jawa Barat
pada koordinat 6º56'49 – 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 – 108º7'30 Bujur
Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha
(3.065,19 km²). Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali
di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara gunung-

1
gunung di Garut adalah: Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur
(2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta
Gunung Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu mahasiswa dapat
mengevaluasi atau menilaia daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan di
Kabupaten Garut dengan tujuan agar dapat dijadikan rujukan stakeholder terkait
dalam peninjauan penggunaan lahan dan dapat menjadi pertimbangan dalam
menentukan prioritas penggunaan lahan di masa mendatang.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
kegiatan penatagunaan tanah di Kabupaten garut untuk penggunaan 5 tahun ke
depan.

2
II. TINJUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Geografis

Seiring dengan kemajuan teknologi, informasi spasial suatu wilayah


dapatdilakukan dengan mudah. Penggunaan data penginderaan jauh dan SIG
dalamekstraksi informasi mengenai keruangan dan kewilayahan dapat digunakan
untuk pengkajian wilayah secara menyeluruh dalam hubungannya dengan
sumberdaya air. Keterbatasan-keterbatasan data permukaan yang memerlukan
suatu pengaitan obyek dengan mudah, cepat, dan akurat dapat dianalisis dengan
menggunakan data penginderaan jauh. SIG memiliki kemampuan yang sangat
baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya. Unsur-unsur
yang terdapatdipermukaan bumi dapat diuraikan ke dalam bentuk beberapa layer
atau coverage data spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat direkonstruksi
kembali atau dimodelkan dalam bentuk nyata (Raharjo, 2010)

B. Tata Guna Lahan Wilayah Kota

Tata Guna Lahan Perkotaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukan pembagian dalam ruang dari peran kota: kawasan, tempat tinggal,
kawasan tempat bekerja, dan kawasan rekreasi. Suatu kota umumnya selalu
mempunyai rumah-rumah yang mengelompok atau merupakan pemukiman
terpusat. Suatu kota yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh keadaan
fisik dan sosial. (Perda Majalengka, 2011).

C. Neraca Penatagunaan Lahan

Santoso (2005) menyatakan bahwa neraca penatagunaan tanah pada


dasarnya merupakan program operasionalisasi pemanfaatan ruang dalam upaya
mewujudkan pola ruang dan struktur ruang wilayah dan kawasan strategis.

3
Keberadaan neraca ini seharusnya mampu menjadi elemen penting dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Penyusunan RDTR selama ini
masih belum mengakomodasi secara khusus data dan informasi yang ada dalam
neraca penatagunaan tanah. Hal ini disebabkan belum tersedianya neraca
penatagunaan tanah pada setiap wilayah kabupaten/ kota atau belum dipahami
sepenuhnya keberadaan neraca penatagunaan tanah oleh penyusun RDTR. Tidak
adanya NPGT dalam RDTR menyebabkan informasi yang terkandung dalam
regulasi tersebut menjadi tidak optimal. Hal ini berakibat pada pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang yang kurang tepat atau bahkan mekanisme
pengendalian tidak dapat dijalankan. ( Muryono, 2018).
NPGT meliputi neraca perubahan penggunaan tanah, neraca kesesuaian
penggunaan tanah terhadap RTRW dan prioritas ketersediaan tanah. Penyusunan
NPGT merupakan amanat Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah khususnya Pasal 23 ayat (3) dan Undang Undang 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Pasal 33 ayat (2). Tujuan disusunnya NPGT adalah
untuk memperoleh informasi ketersediaan, dan kebutuhan mengenai penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan sebagaimana
tertuang dalam RTRW. Manfaat NPGT adalah sebagai bahan masukan bagi
perencanaan kegiatan dan pengendalian pembangunan secara makro,
penyusunan/revisi RTRW, kebijakan dan pelaksanaan penyesuaian penggunaan
dan pemanfaatan tanah dengan RTRW, kebijakan dan penyusunan program
penataan pertanahan, serta kebijakan pertanahan dalam menyelesaikan
permasalahan pertanahan dan koordinasi lintas sektoral (BPN 2018).
Dalam penyusunan NPGT, dilakukan Analisa Penatagunaan Tanah yang
terdiri atas 3 (tiga) analisa, yaitu Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, Analisa
Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap RTRW, dan Analisa Ketersediaan
Tanah. Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, dapat diketahui luas dan
lokasi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu tertentu. Langkahlangkah
analisanya dilakukan dengan mengoverlaykan Peta penggunaan Tanah baru dan
peta Penggunaan Tanah lama sehingga diperoleh Peta Perubahan Penggunaan
Tanah. Dari hasil ini dilakukan inventarisasi luas, jenis, dan letak perubahan

4
penggunaan tanah pada kurun waktu tertentu. Hasilnya dituangkan dalam tabel
Perubahan Penggunaan Tanah, Rekapitulasi Perubahan Penggunaan Tanah, dan
Perkembangan Penggunaan Tanah. Dari peta perubahan penggunaan tanah
selanjutnya dioverlaykan dengan peta RTRW sehingga diperoleh Peta Perubahan
Penggunaan Tanah pada Fungsi Kawasan menurut RTRW. ( Muryono, 2018).

5
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan di kantor Badan Pertanahan


Nasional Kantor Wilayah Jawa Barat di Kabupaten Bandung yang beralamat di
JL. Soekarno Hatta. Untuk pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan dilakukan
selama 8 minggu dimulai dari awal bulan Februari sampai dengan bulan April
2020.
B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dikaji selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini meliputi
berbagai hal yang berkaitan dengan Pemetaan dan penata gunaan lahan.

C. Metode Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan dilakukan dengan metode magang, Pengumpulan


data yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder
antara lain yaitu :
1. Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan secara visual dan praktik kerja
lapangan secara langsung serta pencatatan data, foto atau dokumentasi yang
di ambil saat pelaksanaan praktik kerja lapangan.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari informasi yang terdapat di pusat penelitian
tanah dan konservasi Indonesia serta catatan, buku, dokumen, pustaka, yang
berhubungan dengan erosi dan konservasi tanah.

6
D. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap
persiapan, pengumpulan data, dan tahap analisa data. Adapun tahapan-tahapan
tersebuut diantaranya:
1. Tahap persiapan
a. Pencarian Lokasi
Lokasi kegiatan Penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten/Kota
ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi. Pemilihan lokasi diprioritaskan untuk
kabupaten/kota yang belum disusun neraca penatagunaan tanahnya. Jika
telah disusun, dapat dilakukan revisi neraca penatagunaan tanah dengan
ketentuan 3 tahun untuk wilayah kota dan 5 tahun untuk wilayah
kabupaten. Namun apabila dalam suatu wilayah kabupaten/kota terdapat
kegiatan-kegiatan yang bersifat masif/terdapat pemekaran wilayah,
perubahan rencana tata ruang wilayah, Penyusunan Neraca Penatagunaan
Tanah dimungkinkan dapat disusun/direvisi sebelum kurun waktu
tersebut.
2. Penyiapan Data
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan data dan informasi antara lain :
Data dan informasi yang disiapkan dalam Penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah
adalah :
a. Peta Penggunaan Tanah, dapat diperoleh dari Bidang Survey, Pengukuran
dan Pemetaan pada Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi dan/atau Seksi
Survey, Pengukuran dan Pemetaan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Apabila data dimaksud belum
tersedia, dilakukan kegiatan pengumpulan data di lapang dengan bantuan
citra satelit.
1. Peta Administrasi
2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Pemerintah
Daerah

7
3. RTRW yang dapat digunakan adalah RTRW
Kabupaten/Kota yang berlaku (telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah).
4. Apabila RT/RW sedang direvisi, dapat digunakan
RT/RW revisi yang masih menunggu persetujuan
subtansi.
3. Pengolahan dan analisa tata guna lahan
Analisa perubahan penggunaan tanah dilakukan untuk melihat trend
perubahan penggunaan tanah dalam jangka waktu tertentu. Perubahan data
penggunaan tanah dilakukan dengan cara membandingkan peta penggunaan tanah
lama (G) dengan peta penggunaan tanah terbaru (Q). Untuk mendapatkan informasi
perubahan penggunaan tanah, informasi (klasifikasi) penggunaan tanah yang lama
dan baru (existing) harus sama dan jika perlu, dilakukan rasionalisasi
(menyamakan nomenklatur (kelas) penggunaan tanah sesuai standarisasi basis
data penatagunaan tanah.
a. Melakukan overlay (tumpang-tindih) Peta Penggunaan Tanah Lama
(G) dan Peta Penggunaan Tanah Baru (Q) sehingga dihasilkan
Perubahan Penggunaan Tanah (GQ)
b. Menginventarisasi luas, jenis, dan letak perubahan penggunaan tanah
pada kurun waktu tertentu

Tabel 1. Contoh Tabel Perubahan Penggunaan Tanah Tahun


Perubahan
No. Penggunaan Tanah Tahun …. Tahun …. Penggunaan Tanah
(Ha)
1. Kampung
2. Perumahan
3. ……..dst
Sumber : Analisis Spasial Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

8
Tabel 2. Contoh Rincian Perubahan Penggunaan Tanah Tahun

No. Perubahan Penggunaan Tanah Luas (ha)

1. Tegalan menjadi Kampung


2. Semak menjadi kampung
3. Tegalan menjadi Industri
4. Hutan menjadi kebun
5. Hutan menjadi perkebunan
dst ……

Tabel 3. Contoh Tabel Perubahan Penggunaan Tanah Reklas Tahun


No. Penggunaan Tanah Reklass
Tahun .... Luas (Ha) Tahun … Luas (Ha)
1. Pertanian Tanah Kering Budidaya Non-pertanian
Persawahan
Pertanian Tanah Kering
….dst
2. Persawahan Budidaya Non-pertanian
Persawahan
Pertanian Tanah Kering
….dst
dst …….
Sumber : Analisis Spasial Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

Catatan : Klasifikasi penggunaan tanah mengikuti karakter fisik wilayah, bukan


berdasarkan administrasi wilayah. Misal : dalam administrasi wilayah kabupaten,
tetapi karakter fisiknya sudah mendekati atau terlihat seperti kota maka klasifikasi
penggunaan tanah yang digunakan adalah klasifikasi penggunaan tanah perkotaan.

9
IV. JADWAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan direncanakan selama kurang


lebih 8 minggu atau selama 2 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan
bulan April 2020. Pelaksanaan disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan

Minggu Ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Penulisan Laporan

10
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Arthur, B, G. Simon, E.1996. Pengantar Perancangan Kota Desain dan


Perencanaan kota.Penerbit Erlangga.Jakarta.

Direktorat Penatagunaan Tanah 2013, Tata carakerja penyusunan neraca


penatagunaan tanah, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika
(Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hudson, N. 1995. Soil Conservation. 3 th Edition. Iowa States University Press.


USA

Habibah, H,R,W,N. Suharno. Slamet, M. 2019. Aspek Tata Guna Tanah Dalam
Pertimbangan Teknis Pertanahan Untuk Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Tunas Agraria Vol. 2 No. 1. Hal 70-94.

Jayadinata, T. Johara.1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan


Perkotaan dan Wilayah. Institut Teknologi Bandung

Kurnia, U., H. Suganda, D. Erandi, dan H. Kusnadi. 2004. Teknologi konservasi


tanah pada budi daya sayuran dataran tinggi. Dalam U. Kurnia, A.
Rachman, dan A. Dariah (Ed.). Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan
Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor.

Muryono,S.Agung,N,B.Asih,R,D. 2018. Optimalisasi Pemanfaatan Neraca


Penatagunaan Tanah Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Di
Daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal Agraria dan PertanahanVol. 4 No. 2
Hal 224-248 .

Kabupaten Majalengka. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10


Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Menara Telekomunikasi, Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi Dan Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi Di Kabupaten Majalengka

Santoso, Urip, 2005. Hukum Agraria & HakHak Atas Tanah. Prenada. Jakarta

Sitorus, S. R. P. 1995. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung.

Sutedjo, M. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara Jakarta.

11
Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wahid, M. 2008, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah. Republika.
Jakarta.

12
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………..……iii
PRAKATA…………………………………………………………………..…...iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..……vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II. TINJUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
A. Sistem Informasi Geografis.......................................................................... 3
B. Tata Guna Lahan Wilayah Kota ................................................................... 3
C. Neraca Penatagunaan Lahan ....................................................................... 3
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN ........................................... 6
A. Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan................................................. 6
B. Materi Praktik Kerja Lapangan .................................................................... 6
C. Metode Praktik Kerja Lapangan .................................................................. 6
D. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ........................................................... 7
IV. JADWAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN .......................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................11

13
v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Perubahan Penggunaan Tanah .......................................................................... 8
Tabel 2. Rincian Perubahan Penggunaan Tanah ............................................................. 9
Tabel 3. Perubahan Penggunaan Tanah Reklas .............................................................. 9
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan .................................................... 10

14
vi

Anda mungkin juga menyukai