Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN

TERHADAP RETURN SAHAM PADA SUBSEKTOR


BATUBARA YANG TERDAFTAR PADA BURSA
EFEK INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

VALLENTLIY
NIM: 1722057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2019
PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS METODOLOGI PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Vallentliy
NIM : 1722057
Program Studi : Manajemen
Menyatakan bahwa proposal metodologi penelitian dengan judul : PENGARUH
PREDIKSI KEBANGKRUTAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA
SUBSEKTOR BATUBARA YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK
INDONESIA adalah karya saya.
Proposal ini adalah karya ilmiah yang bebas dari unsur plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti ada unsur plagiat dalam karya tulis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Palembang, 10 Januari 2020


Pemberi pernyataan

Vallentliy
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan akan menghasilkan


profit guna mempertahankan dan berkembang untuk waktu jangka panjang dalam
persaingan yang tinggi di masa sekarang. Namun, pada kenyataannya
mewujudkan hal tersebut tidak semudah yang dipikirkan dimana perusahaan
dapat mengalami financial distress yang dapat berujung pada kebangkrutan.
Kebangkrutan akan sangat berakibat fatal jika tidak terdeteksi. Hal ini dapat
berdampak negatif bagi semua pihak, baik internal maupun eksternal. Jika
kebangkrutan dapat terdeteksi terlebih dahulu maka perusahaan akan segera
melakukan langkah pencegahan melalui pembaharuan kebijakan perusahaan dan
pemberlakuan strategi baru.

Laporan keuangan yang dibuat dan diterbitkan oleh perusahaan mempunyai


peranan penting karena pada laporan tersebut menggambarkan informasi kinerja
keuangan perusahaan yang dihasilkan dalam jangka waktu satu tahun . Laporan
keuangan tersebut sangat dibutuhkan oleh para investor. Hasil kinerja keuangan
yang ditunjukkan dengan laporan rugi perusahaan dan rasio keuangan yang tidak
baik mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan
uang (financial distress). Adanya financial distress ini artinya keadaan kesulitan
keuangan atau likuiditas yang mungkin merupakan awal dari terjadinya
kebangkrutan (Gamayuni,2011)

Saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan adanya pasar modal


sebagai sarana untuk mendapat dana tambahan atau alternatif pembiayaan .
Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja
dan kondisi keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui
peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan bagus. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya
pada perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan
suatu perusahaan adalah sangat penting ( Syamsul dan Atika ,2010)

Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
dan mineral. Pada situs www.sourcewatch.org , Indonesia menempati urutan
kelima sebagai Negara produsen batubara dunia terbesar. Dari hasil tersebut
membuktikan Indonesia merupakan salah satu Negara penting dalam bidang
pertambangan. Produk pertambangan terutama batu bara memberikan kontribusi
berupa ekspor dan PDB.

Namun, kinerja perusahaan batu bara di Indonesia sedang mengalami


penurunan yang cukup signifikan . Menurut situs www.cnbcindonesia.com
ekspor batubara di Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,98% dan harga
perkiraan batu bara dengan konversi Newcastle mengalami penurunan sebesar
1,41% . Harga perkiraan Newcastle jika dikonversikan hanya Rp 883,4 per
kilogramnya. Penurunan ini di sebabkan oleh perlambatan ekonomi global serta
peningkatan produksi batu bara di Indonesia. Walaupun meningkatnya produksi
batu bara namun dalam hal ekspor menurun dimana Negara yang menerima
ekspor batu bara dari Indonesia yaitu China sedang melakukan kebijakan
membatasi impor batu bara dalam rangka kebijakan pengurangan emisi karbon

www.cnbcindonesia.com
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan Pertumbuhan Laba Return
1 Adaro Energy Tbk ADRO -27.8% -35%
2 Atlas Resources Tbk ARII -324% -8%
3 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR -19.9% 11%
4 Bumi Resources Tbk BUMI -30.5% -62%
5 Bayan Resources Tbk BYAN 33.1% 88%
6 Darma Henwa Tbk DEWA -66.9% 0%
7 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 16.9% -27%
8 Dian Swastatika Sentosa Tbk DSSA 16% -3%
9 Golden Energy Mines Tbk GEMS -10.3% -7%
10 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 18360% 41%
11 Harum Energy Tbk HRUM -41.7% -32%
12 Indika Energy Tbk INDY 14% -48%
13 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG -14% -2%
14 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI -82.8% 9%
15 Mitrabara Adiperdana Tbk MBAP -16% -2%
16 Samindo Resources Tbk MYOH 92.8% 49%
17 Bukit Asam Tbk PTBA -12.6% 75%
18 Petrosea Tbk PTRO 138% 8%
19 Golden Eagle Energy Tbk SMMT 111% 20%
20 SMR Utama Tbk SMRU -328% 20%
21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA 22.4% -22%
Sumber : Laporan keuangan (data diolah)

Data diatas merupakan penggambaran dari perusahaan batubara yang terdaftar


di Bursa Efek Indonesia dengan persentase peningkatan ataupun penurunan laba
serta persentase tingkat return yang diberikan perusahaan pada investor .
Penurunan laba yang drastic dialami oleh SMR Utama Tbk sebesar -328% namun
persentase return saham yaitu 20%. Sedangkan perusahaan yang mengalami
peningkatan laba terbesar adalah Garda Tujuh Buana Tbk sebesar 18.360% dan
tingkat return nya mencapai 41%.

Return saham dapat mencerminkan nilai dan kinerja perusahaan tersebut..


Tingkat laba yang tinggi dan tercapainya target perusahaan maka semakin tinggi
pula tingkat pengembaliannya (return). Tingkat pengembalian yang tinggi akan
menjadi suatu alasan bagi investor dalam melakukan investasi dan mendorong
investor untuk melakukan investasi lebih besar dari sebelumnya sehingga akan
meningkatkan harga saham (Pratama,2018)

Jika perusahaan dalam kondisi bangkrut atau mengalami kesulitan keuangan


maka para investor tidak akan mendapatkan laba atau keuntungan. Hal ini akan
mengakibatkan para investor akan mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.
Dalam kondisi ini maka diperlukan keputusan untuk melakukan pencegahan atau
persiapan dalam langkah perbaikan kinerja melalui langkah – langkah yang tetap
dan cepat demi peningkatan nilai perusahaan di masa depan.
Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk
melunasi kewajibannya. Kondisi ini tidak muncul begitu saja namun ada indikasi
awal dari analisis laporan keuangan perusahaan (Prihadi,2011). Analisis terhadap
prediksi kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai metode
salah satu nya metode Altman Z-Score. Menurut Hadi, dkk (2008) Metode
Altman Z-Score terbukti dapat memprediksi kondisi kesulitan keuangan
perusahaan ( financial distress dengan tingkat keakuratan prediksi berkisar 90% –
95%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hadi,dkk (2008) menemukan bahwa
prediksi Altman merupakan predictor terbaik diantara ketiga predictor yang
digunakan sebagai analisis yaitu metode Model Altman Z-Score, Model
Zmijewski X-Score, dan Model Springate S-Score. Model Altman Z-Score
menggunakan lima rasio keuangan yaitu X1 (modal kerja terhadap total aset), X2
(Laba ditahan terhadap total aset), X3 ( Laba sebelum bunga dan pajak terhadap
total aset), X4 (nilai pasar saham biasa dan preferen terhadap total utang), X5
(penjualan terhadap total aset) .

Hasil penelitian oleh Kurniawan (2018) yang melakukan penelitian terhadap


perusahaan batubara menggunakan metode Altman dan Springate dalam
memprediksi kebangkrutan dan pengaruhnya terhadap harga saham
menyimpulkan bahwa metode Altman dan Springate berpengaruh positif terhadap
harga saham. Pada penelitian Julaisah (2016) prediksi kinerja keuangan model
springate dan pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan food and
beverages di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa hasil prediksi kinerja
keuangan model Springate tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian Safitra,dkk (2017) menggunakan metode Altman
dalam memprediksi kebangkrutan pada 3 perusahaan rokok dan hasilnya
menunjukkan 2 perusahaan pada tingkat sehat dan 1 perusahaan pada tingkat abu
– abu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan prediksi
kebangkrutan dengan return saham dengan judul “Pengaruh prediksi
kebangkrutan terhadap return saham pada subsektor batubara yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “ Bagaimana pengaruh mengenai
prediksi kebangkrutan terhadap return saham pada subsektor batubara yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh prediksi
kebangkrutan terhadap return saham pada subsektor batubara yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia

1.4 Manfaat penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak sebagai berikut :

A. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal bahan
pengetahuan secara khusus mengenai prediksi kebangkrutan dan pengaruhnya
terhadap return saham
B. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi
kinerja keuangan perusahaan yang terkait dalam hal pengambilan keputusan
untuk kebijakan perusahaan.
C. Bagi pengguna eksternal
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana pertimbangan dan masukan yang
bermanfaat dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan dalam rangka
pengambilan keputusan investasi baik bagi investor, kreditur, dan pemerintah
D. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan bahan acuan
khususnya mengenai analisis prediksi kebangkrutan dan pengaruhnya
terhadap return saham

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Kebangkrutan
Menurut Prihadi (2008:177) Kebangkrutan merupakan kondisi dimana
perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
Kebangkrutan adalah kondisi dimana sebuah perusahaan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) dan tidak mampu mengoperasikan
perusahaan dengan baik
Memprediksi kebangkrutan bertujuan untuk memberikan petujuk bagi
pihak yang berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan apakah
mengalami kesulitan keuangan atau tidak dimasa yang akan datang.
Semakin awal mengetahui adanya tanda-tanda kebangkrutan, maka
semakin baik bagi pihak manajemen karena bisa melakukan perbaikan-
perbaikan. Pihak kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan
persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk.
(Hanafi:263)
Informasi mengenai prediksi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi
beberapa pihak seperti berikut ini: (Hanafi:261)
A. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan
kepada pihak yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat
untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada
B. Investor
Investor yang memiliki strategi aktif akan menggunakan model
prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
seawal mungkin dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi dalam
hal investasi yang akan dilakukan.

C. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, pemerintah mempunyai tanggung jawab
untuk mengawasi jalannya usaha tersebut . Juga pemerintah
mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi.
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan lebih awal supaya dapat melakukan langkah
pencegahan lebih awal
Darsono,dkk (2005:104) menjelaskan bahwa secara garis besar
penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal
berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi
perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan
menurut Darsono,dkk (2005:102) meliputi:
A. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus
menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat
membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh
pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian
manajemen.
B. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang-
piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan
biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa
menyebabkan kerugian karena aktiva yang menganggur terlalu banyak
sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
C. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan
perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup
ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau
investor.
Faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari
faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan,
supplier, pesaing, debitur, kreditur, ataupun dari pemerintah. Sedangkan
faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan
meliputi kondisi perekonomian secara makro dan faktor persaingan global.
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kebangkrutan perusahaan
yaitu:
A. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi
penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan
harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
B. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin
hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan
bahan baku pada satu pemasok sehingga resiko kekurangan bahan
baku dapat diatasi.
C. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan
menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan,
memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
D. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh
perusahaan. Dengan semakin terpadunya perkonomian dengan Negara-
negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus
diantisipasi oleh perusahaan.

2.1.2 Laporan Keuangan


Menurut Hery (2016: 3) Laporan Keuangan (Financial Statement)
merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan
pengikhtisaran data transaksi bisnis. Tujuan laporan keuangan adalah
menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan
lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Menurut standar akuntasi keuangan yang berlaku di Indonesia, laporan
keuangan lengkap terdiri dari:
A. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang berfungsi untuk
menilai kinerja keuangan apakah perusahaan mengalami keuntungan
dan kerugian pada satu periode satu akuntansi. Selain itu, laporan laba
rugi juga digunakan sebagai bahan evaluasi manajemen dan membantu
dalam pengambilan keputusan. Dalam format laporan laba rugi
terdapat beberapa hal yang ada didalamnya yaitu pendapatan, beban,
dan harga pokok produksi, beban pajak, laba atau rugi perusahaan.
B. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan
perubahan baik berupa peningkatan atau penurunan aktifa bersih
selama satu periode. Data yang diperlukan untuk membuat laporan ini
adalah modal awa, prive atau pengambilan dana pada periode tersebut,
dan total laba atau rugi bersih yang diperoleh.
C. Laporan neraca
Laporan neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan informasi
keuangan sebuah perusahaan. Dalam laporan neraca terdapat informasi
mengenai aset, kewajiban dan modal perusahaan.
D. Laporan arus kas
Laporan arus kas memberikan informasi mengenai aliran kas
perusahaan yang masuk dan keluar. Laporan arus kas terdiri dari 3
aktivitas utama yaitu aktivitas operasi (kegiatan operasional
perusahaan seperti penjualan barang, pembelian persediaan dll),
aktivitas investasi (penjualan atau pembelian aktifa tetap), dan aktivitas
pendanaan (penambahan modal perusahaan)
E. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah bagian dari laporan keuangan
suatu perusahaan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara
rinci mengenai hal yang ada pada jenis laporan keuangan lainnya
sehingga laporan ini akan memudahkan dalam memahami isi laporan
keuangan lainnya. Namun, catatan laporan keuangan bukanlah suatu
hal yang wajib dibuat oleh perusahaan sehingga biasanya perusahaan
berskala besar atau go-public yang akan membuat catatan laporan
keuangan.

2.1.3 Metode Altman Z-Score


Analisis Altman Z-score merupakan teknik statistik analisis
diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Analisis diskriminan ini adalah teknik statistik yang
mengidentifikasikan beberapa macam rasio penting dalam mempengaruhi
suatu kejadian, kemudian mengembangkannya pada suatu model dengan
tujuan untuk memudahkan menarik kesimpulan dari suatu kejadian.
Penerapan analisis rasio menggunakan metode ini bersifat terpisah
dikarenakan setiap rasio diuji terpisah. Metode Altman dikembangkan
oleh Edward I. Altman pada tahun 1968, dengan menggunakan rasio
keuangan. Berikut rumus dari metode altman z-score
Z=1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4+ 1,0 X5
Sumber: (Hanafi, 2014: 656)
Keterangan
Z = Indeks Kebangkrutan
X1 = Modal Kerja (Aktiva lancar – Hutang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4 = Nilai Pasar Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku Total
Hutang
X5 = Penjualan / Total Aktiva
Perusahaan-perusahaan yang diteliti akan dikategorikan menjadi 3
golongan yaitu perusahaan yang tidak bangkrut, perusahaan yang
termasuk rawan dan perusahaan yang berpotensi bangkrut (Hanafi,2014:
657). Penggolongan ini berdasarkan nilai Z yang merupakan indeks
keseluruhan dari fungsi multiple discriminant analysis dengan kriteria
penilaian sebagai berikut:
A. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat
sehingga dapat dikategorikan dalam perusahaan tidak bangkrut
(Hanafi, 2014: 657).
B. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah rawan dimana perusahaan
tersebut tidak dapat ditentukan apakah termasuk perusahaan yang
bangkrut atau tidak (Hanafi, 2014: 657).
C. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki
kesulitan keuangan yang sangat besar dan berisiko bangkrut (Hanafi,
2014: 657)

Analisis Rasio Altman Z-Score


A. Modal Kerja terhadap Total Aktiva (Working Capital to Total Assets)

Sumber : (Hanafi, 2014: 656)


Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal
kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator
kebangkrutan maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-
indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang
membengkak, harta kekayaan menurun, penambahan utang yang tidak
terkendali . Sebuah modal kerja yang bernilai positif menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya sedangkan
apabila sebuah perusahaan memiliki modal yang bernilai negatif maka
perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya.

B. Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (Reained Eraning to Total Assets)

Sumber : (Hanafi, 2014: 656)


Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dalam periode tertentu. Manajemen bank sangat berkepentingan untuk
dapat melihat rasio ini, karena sekaligus akan terlihat tingkat efisiensi
usaha dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari hasil
penjualannya. Laba ditahan perusahaan yang mencerminkan usia
perusahaan serta kekuatan pendapatan perusahaan. Laba ditahan yang
rendah mungkin menunjukkan tahun bisnis yang buruk atau
pengurangan umur bagi perusahaan

C. Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (Earning before
Interest and Taxes to Total Assets)

Sumber : (Hanafi, 2014: 656)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dari aktiva yang digunakan atau untuk mengukur kemampuan dari
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
memperoleh keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang
saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan
diantaranya adalah piutang dagang meningkat, rugi terus menerus
dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun,
terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan
berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak
dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.

D. Nilai Pasar Saham Biasa dan Preferen terhadap Nilai Buku Total
Hutang (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities)
Sumber : (Hanafi, 2014: 656)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur solvabilitas (leverage)
perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan finansial jangka
panjang suatu perusahaan dan mengukur kemampuan perusahaan
dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya
sendiri.

E. Penjualan terhadap Total Aktiva (Sales to Total Assets)

Sumber : (Hanafi, 2014: 656)


Rasio ini merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan
dalam menghasilkan penjualan dan menggambarkan tingkat perputaran
seluruh aktiva perusahaan. Rasio ini mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam
satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang
mengukur modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk
menghasilkan revenue.

2.1.4 Return Saham


Pengertian Saham Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan
individu/institusi dalam suatu perusahaan (biasa dipegang
peorangan/lembaga pada suatu perusahaan). Apabila seorang membeli
saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang
saham perusahaan tersebut.
Return saham diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh selama
periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan dalam bentuk
saham ( Boediono,2000)
Komponen return saham yang dikemukakan oleh Tandelilin (2010:48),
menyatakan bahwa return saham terdiri dari :
A. Capital Gain (Loss) merupakan kenaikan ( penurunan) harga suatu
saham yang bisa memberikan keuntungan ( kerugian) bagi investor.
Capital gain juga merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara
harga pembelian dengan harga penjualan. Jika harga pembelian lebih
kecil daripada harga penjualan maka investor dikatakan memperoleh
capital gain, begitu pula sebaliknya apabila harga pembelian lebih
besar daripada harga penjualan maka investor mengalami capital loss.
Maka capital gain dapat ditulis sebagai berik
Capital Gain (Loss) = Pt – Pt-1
Pt-1
Keterangan
Pt = Harga saham periode sekarang
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya.

B. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau


pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi saham.
Yield juga merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham
biasa dimana pembayaran periodic sebesar Dt rupiah per lembar , maka
yield dapat dituliskan sebagai berikut :
Yield = Dt
Pt-1

Keterangan
Dt = Dividen kas yang dibayarkan
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi Return saham


Faktor yang mempengaruhi return saham terdiri dari dua kategori yaitu :
faktor makro dan faktor mikro , Samsul (2008 : 200)
A. Faktor makro adalah faktor yang meliputi dari luar perusahaan,
meliputi :
-
Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum
domestic, tingkat inflasi, kurs valuta asing, dan kondisi ekonomi
internasional.
-
Faktor makro non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam
negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi
masa, dan kasus lingkungan hidup.
B. Faktor mikro adalah faktor yang berada didalam perusahaan itu
sendiri, meliputi :
-
Labar bersih per saham
-
Nilai buku per saham
-
Rasio utang terhadap ekuitas
-
Rasio keungan lainnya
Metode Perhitungan Return Saham
Tidak seterusnya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik
kepada pemegang saham, maka return saham dapat dihitung sebagai
berikut (Jogianto, 2015):

Retun Saham =
Keterangan
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Namun dalam jenisnya return dibedakan menjadi dua yaitu :


A. Retun Realisasi ( Actual Return) merupakan return yang telah terjadi.
Return ini dihitung menggunakan data historis. Return realisasi
bermanfaat sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan Return
Realisasi digunakan dalam menganalisis data dengan hasil yang
diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham
individual periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen, dapat ditulis dengan rumus :
Keterangan
Ri,t = Return saham i pada waktu t
Pi,t = Harga saham i pada periode t
Pi,t – 1 = Harga saham i pada periode t-1

B. Return Ekspektasi ( Expected Return) merupakan return yang


diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Adapun perhitungan Expected Return menurut Brown dan Waren
dalam (Jogiyanto,2015) : yaitu
E(Rit) = Rmt
Keterangan
E(Rit) = Tingkat keuntungan saham yang diharapkan pada hari ke t
Rmt = Tingkat keuntungan pasar pada periode t

2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil

1 Priyo Purnomo, Pengaruh Metode Altman Z- Hasil penelitian


2014 Tingkat Score menunjukkan tingkat
Prediksi prediksi kebangkrutan
Variabel terikat nya
Financial perusahaan sektor
imbal hasil (return
Distress pertambangan berada
saham) sedangkan
Terhadap Imbal dalam area abu – abu
variabel bebas
Hasil Saham dimana perusahaan
adalah Z- Score
Pada Sektor mempunyai potensi
Pertambangan kebangkrutan. Risiko
Di Bursa Efek kebangkrutan terbukti
Indonesia memiliki hubungan yang
signifikan (positif)
terhadap imbal hasil
(return) saham pada
perusahaan sektor
pertambangan.

2 Kurniawan,2018 Pengaruh Metode Altman Z- Altman Z-Score dam


Altman Z-Score Score dan Metode Springate S-Score pada
Dan Springate Springate S- Score laporan keuangan
S- Score perusahaan periode 2013-
Variabel dependen
Sebagai Alat 2014 berpengaruh positif
nya adalah harga
Prediksi Potensi terhadap Harga
saham sedangkan
Kebangkrutan
variabel independen Saham perusahaan. Hal ini
Terhadap Harga
nya adalah Model mengindikasikan bahwa
Saham Pada
Altman Z-Score tingkat kondisi
Perusahaan
dan Model
Batubara Yang perusahaan akan
Springate S- Score
Listing Di berpengaruh terhadap
Bursa Efek Harga Saham perusahaan
Indonesia
yang mencerminkan nilai
Periode 2013
dari perusahaan tersebut.
-2015

3 Nur Fadli dkk, Analisis Metode Metode Altman Z- Berdasarkan hasil


2016 Altman Z-Score Score penelitian disimpulkan
Sebagai Alat bahwa dari perhitungan
Variabel dependen
Prediksi Altman Z- Score pada
nya adalah harga
Kebangkrutan tahun 2009 sampai 2013
saham dan variabel
Dan diperoleh sebagian besar
independennya
Pengaruhnya perusahaan manufaktur di
tingkat
Terhadap Harga sektor farmasi di Bursa
kebangkrutan
Saham Pada Efek Indonesia masuk
Perusahaan dalam kategori perusahaan
Farmasi Yang
Terdaftar Di yang sehat.
Bursa Efek
Menurut hasil uji regresi,
Indonesia
didapatkan bahwa harga
saham dapat dipengaruhi
oleh nilai Z-Score namun
masih banyak variabel
yang dapat mempengaruhi
harga saham selain
variabel nilai Z – Score

4 Ova Novi Pengaruh Variabel dependen Berdasarkan hasil


Irama , 2018 Potensi nya adalah Harga penelitian di dapatkan
Kebangkrutan saham dan variabel hasil bahwa pengaruh
Terhadap Harga independen nya potensi kebangkrutan
Saham Pada adalah potensi Altman Z- Score terhadap
Perusahaan kebangkrutan harga saham menunjukkan
Manufaktur dimana pengaruh positif yang
Yang Terdaftar pengukurannya signifikan
Di Bursa Efek menggunakan 5
Indonesia rasio yaitu Working
Capital To Total
Assets, Total Assets
Retained Earning
To Total Assets,
Earning Before
Interestand Tazes
To Total Assets,
Market Value Of
Equity To Book
Value Of Total
Liabilities, Sales
To Total Assets.

5 Tri Ayu Prediksi Dalam penelitian Berdasarkan hasil


Marcelina, 2014 Kebangkrutan ini variabel penelitian didapat hasil
Menggunakan independen adalah bahwa tidak terdapat
Metode Z-Score rasio – rasio pengaruh yang signifikan
Dan keuangan model antara analisis
Pengaruhnya Altman Z-Score kebangkrutan metode
Terhadap Harga modifikasi untuk Altman Z-Score dengan
Saham Pada perusahaan non - harga saham
Perusahaan manufaktur . Untuk
Transportasi variabel dependen
Yang Terdaftar dalam penelitian ini
Di Bursa Efek adalah harga saham
Indonesia
Tahun 2008 –
2012

2.3 Pengembangan Hipotesis


Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran dari keadaan
perusahaan. Gambaran ini diperoleh melalui laporan keuangan yang dibuat
oleh perusahaan sebagai sarana pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam periode tertentu. Agar perusahaan tetap berjalan dengan
baik dan dapat berkembang maka perusahaan perlu melakukan analisis
prediksi kebangkrutan untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada
masa sekarang dan di masa yang akan mendatang. Dalam memprediksi tingkat
kebangkrutan suatu perusahaan dapat dengan mengamati perkembangan rasio
keuangan dari tahun ke tahun. Informasi prediksi kebangkrutan sangat penting
karena akan memberikan keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan
investor. Kebangkrutan sendiri bagi investor akan mempunyai konsekuensi
yaitu tidak mendapatkan keuntungan atau return saham dari ekuitas yang
diinvestasikan . Untuk mecegah hal tersebut sebaiknya para investor
memperhatikan kinerja suatu perusahaan sebelum berinvestasi
Metode kebangkrutan telah dikembangkan oleh para peneliti terdahulu
untuk mengetahui tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan. Para peneliti ini
seperti metode Altman ( 1968), Springate ( 1978), dan Zmijewski ( 1983).
Dari beberapa metode yang telah disebutkan, peneliti disini akan
menggunakan metode Altman Z-Score. Metode ini dipilih karena tingkat
keakuratan metode ini paling tinggi dibanding dua metode lainnya yaitu
sebesar 90 % - 95%. (Hadi,dkk 2008). Menurut Purnomo 2014 dalam
penelitiannya mengatakan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan memiliki
hubungan signifikan positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian di
atas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Prediksi kebangkrutan Altman Z-Score berpengaruh signifikan dan
positif terhadap retun saham pada perusahaan batubara yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan pada hal ini adalah penelitian deskriptif,
dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2007) penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai suatu gejala yang ada. Metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan secara kuantitatif ini dilakukan dengan cara menganalisis data –
data laporan keuangan perusahaan kemudian dikelompokkan sehingga dapat
menentukan kategori perusahaan tersebut bangkrut atau tidak. Penelitian ini
menjelaskan mengenai suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam
bentuk angka – angka yang bermakna dengan dukungan studi kepustakaan
sehingga lebih memperkuat analisa peneliti dalam membuat suatu kesimpulan
yang berdasarkan kriteria yang telah ditentukan .

3.2 Ukuran Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


Menurut Sugiyono ( 2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Maka dari itu populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
Sektor Pertambangan dengan Sub Sektor Batu Bara yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Menurut Sugiyono ( 2014 ) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel
yang dipilih adalah metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014 )
metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria tertentu Maka dari itu, kriteria yang ditentukan
untuk penentuan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan batubara yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
2. Perusahaan batubara yang telah melakukan IPO sebelum 2016
3. Perusahaan yang harga sahamnya tidak di suspend oleh Bursa Efek
Indonesia.

Kriteria Jumlah

Perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 25

Perusahaan batubara yang telah melakukan IPO sebelum (2)


tahun 2016
Perusahaan yang harga sahamnya tidak disuspend oleh Bursa (2)
Efek Indonesia

Total perusahaan yang dijadikan sampel 21

Berdasarkan populasi penelitian di atas, maka sampel yang digunakan


dalam penelitian ini adalah perusahaan batubara yang memenuhi kriteria pada
tabel di atas yaitu sebanyak 21 perusahaan.
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan


1 Adaro Energy Tbk ADRO
2 Atlas Resources Tbk ARII
3 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR
4 Bumi Resources Tbk BUMI
5 Bayan Resources Tbk BYAN
6 Darma Henwa Tbk DEWA
7 Delta Dunia Makmur Tbk DOID
8 Dian Swastatika Sentosa Tbk DSSA
9 Golden Energy Mines Tbk GEMS
10 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO
11 Harum Energy Tbk HRUM
12 Indika Energy Tbk INDY
13 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG
14 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI
15 Mitrabara Adiperdana Tbk MBAP
16 Samindo Resources Tbk MYOH
17 Bukit Asam Tbk PTBA
18 Petrosea Tbk PTRO
19 Golden Eagle Energy Tbk SMMT
20 SMR Utama Tbk SMRU
21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA

3.3 Jenis Data Penelitian


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari literatur
atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian (Jogiyanto,2015). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, laporan historis yang telah tersusun
dalam artsip yang dipublikasikan. Pada penelitian ini data yang diambil adalah
data yang telah dipublikasikan oleh perusahaan pertambangan batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Data tersebut berupa laporan keuangan
tahunan dan diperoleh dari www.idx.com

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi. Observasi dapat didefinisikan sebagai pengamatan, dokumentasi,
pencatatan, analisis, dan interprestasi perilaku yang terencana (Sekaran, 2018).
Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu
metode pengumpulan data yang bersumber dari benda – benda tertulis
( Arikunto, 2007) Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari
dokumen – dokumen serta mencatat data tertulis yang ada hubungannya
dengan objek penelitian . Metode dokumentasi pada penelitian ini adalah
mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan pertambangan batubara di
Bursa Efek Indonesia yang dapat diperoleh pada website www.idx.co.id.
Metode studi pustaka juga diterapkan oleh peneliti yaitu metode yang
digunakan untuk memahami literature – literature yang memuat pembahasan
yang berkaitan dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan
membaca buku dan sumber bacaan yang relevan.

3.5 Variabel dan Pengukurannya


Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan
pengamatan. Karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan keadaannya
berbeda-beda atau memiliki gejala yang bervariasi dari pengamatan satu ke
pengamatan lainnya (Supardi, 2012: 22).
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam
penelitian ini terdiri dari variabel independen ( variabel bebas) dan variabel
dependen ( variabel terikat). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
A. Variabel Independen ( variabel bebas)
Sugiyono ( 2014 :59) mendefinisikan variabel independen yaitu variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen ( terikat)
Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah prediksi
kebangkrutan menggunakan metode Altman Z –Score (X)
B. Variabel Dependen ( variabel terikat)
Sugiyono ( 2014 : 59) mendefinisikan variabel dependen yaitu variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (bebas).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah return saham (Y).

Indikator dan Skala


Variabel Konsep
Pengukuran Data

Variabel Metode Altman Z- Z=1,2 X1 + 1,4 X2 Rasio


Independen Score adalah + 3,3 X3 + 0,6 X4+
(X) Metode metode untuk 1,0 X5
Altman Z- memprediksi (Hanafi, 2014: 656)
Score kebangkrutan X1 = Modal Kerja
suatu perusahaan terhadap Total
menggunakan Aktiva
perhitungan rasio X2 = Laba Ditahan
keuangan terhadap Total
(Supardi,2003) Aktiva
X3 = Laba Sebelum
Bunga dan Pajak
terhadap Total
Aktiva
X4 = Nilai Pasar
Saham Biasa dan
Preferen terhadap
Nilai Buku Total
Hutang
X5 = Penjualan
terhadap Total
Aktiva

Variabel Return saham Return Saham =


Dependen diartikan sebagai
(Y) Return penghasilan yang
saham diperoleh selama
periode investasi
per sejumlah dana
Nominal
yang
diinvestasikan
dalam bentuk
saham
( Boediono,2000)

3.6 Model Penelitian

Return Saham
Metode Altman Z-Score
(X) (Y)

3.7 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono ( 2014 : 206) Analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
3.7.1 Analisis Deskriptif.
Analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melihat
sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur yang
telah ditetapkan. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil
penelitian data dari variabel yang diteliti
3.7.1.1 Metode Altman Z-Score
Dalam hal ini menggunakan metode Altman Z-Score . Metode ini
menggunakan rasio keuangan . Rasio – rasio tersebut yaitu :
Z=1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4+ 1,0 X5
Keterangan:
X1 = Modal Kerja (Aktiva lancar – Hutang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4 = Nilai Pasar Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku
Total Hutang
X5 = Penjualan / Total Aktiva

Z-Score yang dihasilkan dari formula tersebut akan


mengelompokkan perusahaan dalam tiga kategori sebagai berikut :
a. Z- Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat
sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan
b. 1,81 < Z – Score < 2,99 berada di daerah abu – abu sehingga
dikategorikan perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan,
namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut
sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan
manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.
c. Z – Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang
memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan berisiko
tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar
3.7.1.2 Return saham
Return saham diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh selama
periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan dalam
bentuk saham ( Boediono,2000)

Return saham =
Keterangan
Pt = Harga saham sekarang
Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

3.7.2 Teknik Analisis Regresi Linear


Analisis regresi linear untuk menunjukkan hubungan antara variabel
dependen (Y) dengan variabel independen (X) yaitu menggunakan
persamaan regresi sederhana yaitu
Y = a +bX

Keterangan
Y = Return saham
a = konstanta
b = koefisien variabel independen
X = Metode Altman Z - Score

3.7.3 Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauhnya
kemampuan model untuk menerangkan vasiasi dalam variabel
dependen ( Ghozali ,2011:95). Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011 : 97)

3.7.4 Uji Asumsi Klasik


Mengingat data penelitian yang digunakan adalah data sekunder,
maka untuk memenuhi syarat yang ditentukan sebelum uji hipotesis
melalui uji t, maka perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi
klasik yang digunakan yaitu normalitas, , autokorelasi, dan
heteroskedastisitas yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
3.7.4.1 Uji normalitas residual
Uji normalitas residual bertujuan untuk melihat sampel –
sampel yang di ambil mempunyai data yang terdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas menggunakan program SPSS yaitu uji
Kolmogorov – Smirnov Test, dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut :
-
Nilai signifikasi < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal
-
Nilai signifikasi > 0,05 maka data terdistribusi normal

3.7.4.2 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi ( Singgih,2012 :241)
Uji autokorelasi menggunakan besaran Durbin – Waston .

Dengan rumus D – W =
Jika (D – W ) < dtv, maka ho ditolak
Jika (D – W ) > du, maka ho diterima
Jika dt < ( D – W ) < du, maka tidak dapat diambil kesimpulan
3.7.4.3 Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
heteroskedastisitas.
Dengan menggunakan uji Glejser, jika nilai signifikansi
(Sig) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas

3.7.5 Pengujian Hipotesis


Pegujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t , hipotesis
yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini yaitu prediksi
kebangkrutan dengan metode Altman Z – Score terhadap return saham.
Menurut Nazir (2003 : 394), tingkat signifikan yang sering digunakan
adalah 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat dalam menguji
hubungan variabel dengan probabilitas 95% atau toleransi kesehatan
sebesar 5%.
3.7.5.1 Uji t (Uji Parsial)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level taraf nyata 0.05 (α = 5%) . Kriteria pengujian
hipotesis yaitu
-
Jika probabilitas Sig < 0,05 maka Ha ditolak dan Ho
diterima
-
Jika probabilitas Sig > 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima
DAFTAR PUSTAKA

Altman. 2003. Corporate Financial Distress : A Complete Guide to Predicting,


Avoiding and Dealing With Bankruptcy. New York. John Willey&Sons.
Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Cetakan Kesembilan. PT Rineka Cipta.
Jakarta
Bursa Efek Indonesia. 2019. Laporan Keuangan Perusahaan Batubara.
(Http://www.idx.com) . Diakses 16 September 2019.
Dwi Ayuningtyas. 2019. Genap 4 Tahun Tak Ditransaksikan, Saham BORN
Disuspensi Lagi. CNBC Indonesia. 1 Juli 2019.
(Http://www.cnbcindonesia.com). Diakses 11 November 2019.
Dwi Ayuningtyas. 2019. Harga Dunia Rebound, Saham Batubara Terpuruk Ke
Zona Merah. CNBC Indonesia. 13 September.
(Http://www.cnbcindonesia.com). Diakses 15 September 2019
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Kanisius.Yogyakarta
Fitria,dkk. 2017. Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman
(Z-Score) Pada Perusahaan Farmasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2015 ). Jurnal
Manajemen dan Bisnis. Vol.2 No.1 Juni 2017. Hal: 15 – 27.
Gamayuni. 2011. Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk
Memprediksi Kebangkrutan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.16 No.12.
Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19.
Edisi Kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hadi,dkk. 2008. Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik ( Perbandingan Antara
The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The Springate Model).
Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia. Vol.12 No.2. Hal: 177 – 186.
Hambang Argani. 2010. Analisis Tingkat Kebangkrutan dan Pengaruhnya
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Manajemen Keuangan. Universitas
Negeri Semarang.
Hanafi. 2014. Manajemen Keuangan. Cetakan Ketujuh. BPFE. Yogyakarta.
Imam Tri Wibowo. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Berdasarkan Teori
Kebangkrutan Zmijewski Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Publik
Sektor Keramik, Kaca dan Porselin Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2010 – 2014. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol.4 No.2
Oktober 2015.
Irvin Avriano Arief. 2019. 2 Tambang Batubara RI Masuk 10 Besar Dunia.
CNBC Indonesia. 28 April 2019. (Http://www.cnbcindonesia.com).
Diakses 16 September 2019.
Jogiyanto. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kesepuluh. BPFE.
Yogyakarta.
Ova Novi Irama. 2018. Pengaruh Potensi Kebangkrutan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Bisnis Net. Vol1. No1.
Pratama Gilang Kurniawan. 2018. Pengaruh Altman Z-Score dan Springate S-
Score Sebagai Alat Prediksi Potensi Kebangkrutan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Batubara Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode
2013 – 2015. Skripsi. Prodi Studi Akuntansi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Priyo Purnomo. 2014. Analisis Pengaruh Tingkat Prediksi Financial Distress
Terhadap Imbal Hasil Saham Pada Sektor Pertambangan Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal OE. Volume VI No3 November 2014. Hal: 377 – 394
Sugianto. 2018. Harga Batubara Global Turun, 3 Saham Ini Tertekan Hingga 17
Persen Sebulan. Bareksa. 26 Maret 2018. (Http://m.bareksa.com). Diakses
15 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai