Maman Hilman
Staf Pengajar Program Studi Arsitektur – UPI Bandung, Alumni Magister Arsitektur UNPAR & Siswa S-3
PWD IPB
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pemekaran kota terhadap perkembangan luas area
perumahan; (2) melihat kecepatan perkembangan luas area perumahan; (3) mengetahui pola perkembangan lokasi
perumahan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Wilayah Gedebage Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode
yang digunakan adalah metode deskriftif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan luas area perumahan di
wilayah Gedebage Kota Bandung dipengaruhi oleh meningkatnya perkembangan faktor sosial ekonomi akibat pemekaran
kota. Perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage dipengaruhi oleh pemekaran kota sebesar 89,29%.
Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage lebih tinggi terjadi setelah pemekaran kota. Rata-rata
perkembangannya setelah pemekaran kota sebesar 212.003,7 m2/tahun dan sebelum pemekaran kota 17.369 m2/tahun..
Pola perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage menunjukkan pola yang tidak jelas, bahkan mendekati pola
urban sprawl.
ABSTRACT
This study aimed for three purpose. First, to have a sense housing area development in Gedebage as result of city
extension. Second, to identify the influence of Bandung city extension on the development of housing location. Third, to find
out the pattern of housing location in Gedebage Bandung Municipality. The acceleration of housing development in the
area of Gedebage in Bandung Municipality is higer after city extension, it is faund that the size of housing area after the
execution of city extension (1988-1997) was 2.120.037 m2 and the average of the development rate was 212.003,7
m2/annum. Whereas the size of housing area before the execution of city extension (1978-1987) was only 173.690 m2 and
the average of the development rate was 17.369 m2/annum. The influence of city extension indicator of development of
housing area in Gedebage was 89,29%. However the pattern of distribution was not clearly identified, it is more like and
urban sprawl.
Keywords: developmrnt of housing location, city extension.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 157
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 157 - 160
158 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
PERKEMBANGAN LOKASI PERUMAHAN DI WILAYAH GEDEBAGE KOTA BANDUNG (Maman Hilman)
mental dari proses perencanaan keseluruhan. Kualitas Pada dasarnya semua kegiatan perkotaan yang
dan kelayakan dasar dari perumahan untuk tapak non ekonomi akan memacu kegiatan faktor ekonomi
yang telah ditentukan haruslah timbul dari suatu perkotaan yang diikuti oleh pertambahan penduduk
ekspresi latar belakang sosial-budaya para pemakai, kota, begitu juga kebijakan yang diterapkan oleh
potensi-potensi dan batasan-batasan tapak, dan pihak pemerintah terhadap pemekaran kota akan
sumber-sumber bahan serta teknologis wilayah memberikan dampak dan konsekuensi ekonomi
tersebut. perkotaan.
Setelah lokasi daerah perumahan ditentukan Peranan faktor ekonomi perkotaan, faktor sosial
berdasarkan pilihan yang optimal, maka perlu dibuat dan politik kebijaksanaan menyebabkan suatu kota
rencana tapaknya (site planning). Rencana tapak ini berkembang dengan cepat dibanding kota lainnya
penting, karena hal itu selain akan menentukan (Chapin, 1972). Dengan dasar konsep ekonomi
bentuk kota yang ada, dapat menciptakan kemu- perkotaan maka keberadaan lokasi perumahan harus
dahan (atau kesukaran) bagi para penghuni, dilihat dari potensi lahan yang dimilikinya dan dapat
disamping dapat mempengaruhi tingkah laku dikembangkan sebagai titik tumbuh tersendiri.
penghuni di lokasi perumahan tersebut. Perkembangan lokasi perumahan harus diargumen-
Lingkungan-lingkungan perumahan kelompok tasikan sebagai perkembangan lahan yang mem-
adalah merupakan bentuk yang paling fundamental punyai peluang untuk mendapatkan suatu lingkungan
dan abadi dari pemukiman manusia. Pengadaan hidup yang atraktif dengan tatanan ruang yang
perumahan, baik yang dilakukan oleh sektor formal berkualitas dan mempunyai nilai ekonomis yang
maupun informal, didasarkan atas kebutuhan rumah memberikan dampak berganda (multiflier-effect) dan
tiap segmen penghasilan masyarakat. juga memberikan insentif yang cukup menjanjikan
Menurut Komarudin (1997), segmen peru- akibat distribusi dan desentralisasi kegiatan ekonomi
mahan dapat dibentuk berdasarkan kelompok pen- kota (Richardson, 1978).
dapatan penduduk, lokasi, penyediaan rumah (formal Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivi-
dan informal). Dari unsur pembentuk segmen tas usaha merupakan penyebab dari awal berkem-
perumahan ini, dapat dibuat matriks, misalnya lima bangnya lokasi perumahan wilayah perkotaan.
baris penghasilan penduduk (sangat rendah, rendah, Perkembangan ini berdampak pada peningkatan
sedang, tinggi, dan sangat tinggi) dan empat lajur tuntutan kebutuhan ruang. Kebutuhan ruang pada
(formal pusat kota, informal pusat kota, formal
hakekatnya dapat diartikan sebagai kebutuhan tanah.
pinggir kota, dan informal pinggir kota). Dari matriks
Meningkatnya kebutuhan tanah untuk perumahan
ini dapat kita baca misalnya segmen rumah
merupakan cikal bakal perkembangan lokasi peru-
penghasilan rendah, sektor formal di pusat kota atau
mahan.
penghasilan menegah, sektor informal pinggir kota.
Perkembangan lokasi lahan perumahan mem-
2. Perkembangan Lokasi Lahan Perumahan punyai implikasi terhadap nilai dan harga tanah.
Wilayah Kota Proses peningkatan nilai dan harga tanah memang
dimulai dengan perkembangan fungsi dan peranan
Pola-pola ruang sosial dapat terjadi akibat wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah berkembang
tingkat penghasilan, cara hidup, bentuk rumah, akibat meningkatnya kemampuan produktivitasnya
kepadatan keluarga, kepadatan lingkungan, kesa- dan semakin baiknya sarana perhubungan, maka
daran lingkungan, kondisi dan latar belakang sosial pemanfaatan dan penggunaan tanah akan meningkat
budaya, etnik, strata sosial, lingkup organisasi dan pula baik secara intensif maupun ekstensif.
pekerjaan. Pada dasarnya ruang sosial wilayah kota
dibagi menjadi lima konsep ruang sosial, yaitu
konsep: Ecology, Land-Economic, Social Area, HASIL PENELITIAN
Factor Analysis, dan Social-Class.
Jika karakter fisik kota sudah semakin kom- 1. Pengaruh pemekaran kota terhadap perkembang-
pleks, maka faktor sosial ekonomi yang menentukan an luas area perumahan di wilayah Gedebage
perkembangan wilayah kota. Alasan yang paling ditunjukkan oleh koefisien determinasi, yaitu
dominan dan paling mendasar pada hakekatnya sebesar 89,29%. Hal ini menunjukkan bahwa
adalah alasan ekonomi (Richardson, 1978). Karakter 89,29% perkembangan luas area perumahan
wilayah kota sangat ditentukan oleh kegiatan diakibatkan oleh adanya pemekaran kota, sedang-
perekonomiannya baik pada skala lokal, regional, kan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak
maupun nasional, bahkan kadang internasional. dibahas dalam penelitian ini.
Karakter ini akan diikuti pula oleh perubahan 2. Peningkatan kecepatan perkembangan luas area
demografi. perumahan di wilayah Gedebage Kota Bandung
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 159
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 157 - 160
yang lebih tinggi terjadi setelah pemekaran kota. Dana, Djefry W., Ciri Perancangan Kota Bandung,
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertambahan Jakarta, Gramedia. 1990.
luas area perumahan setelah pemekaran kota
sebesar 212.003,7 m2 per tahun dan rata-rata Djoko Sujarto, Beberapa Pengertian Tentang
pertambahan luas area perumahan sebelum Perencanaan Fisik, Jakarta, Bharata Karya
pemekaran kota sebesar 17.369 m2 per tahun. Aksara, 1985.
3. Pola perkembangan lokasi perumahan di wilayah Djoko Sujarto, Nilai dan Harga Tanah dalam
Gedebage kota Bandung akibat pemekaran kota Pengembangan Wilayah, Bandung, ITB.
menunjukkan bahwa pola yang terjadi adalah 1982.
pola campuran, bahkan mendekati pola urban
sprawl (semerawut) dimana pola perkembangan Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah di Pedesaan,
lokasi perumahan lebih cenderung mengikuti Perkotaan, dan Wilayah, Bandung, ITB.
kalangan “swasta”. Perkembangan lokasi peru- 1992.
mahan di wilayah Gedebage tidak terorganisir
Komarudin, Menelusuri Pembangunan Perumahan
dengan baik. Lokasi perumahan yang tercipta
dan Pemukiman, Jakarta, Yayasan Real Estat
hanyalah kantung-kantung perumahan yang
Indonesia. 1997.
terlepas satu sama lain, yang akan menyulitkan
penataan kembali kawasan perumahan. Maman Hilman, Pemekaran Lokasi Perumahan di
Wilayah Gedebage Kotamadya Bandung
Sebagai Akibat Pemekaran Kota, TESIS
KESIMPULAN
Magister Program Arsitektur Universitas
Perkembangan luas area perumahan di wilayah Kotolik Parahyangan Bandung. 1999.
Gedebage Kota Bandung dipengaruhi oleh mening- Marcus, CC. & Sarkissian, W., Housing as if People
katnya perkembangan faktor sosial ekonomi akibat Mattered, California, University of California
pemekaran kota. Pola perkembangannya menunjuk- Press. 1986.
kan pola campuran bahkan mendekati pola urban
sprawl. Marsudi Djoyodiputro, Teori Lokasi, Jakarta, Fakul-
tas Ekonomi UI. 1992.
160 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/