Anda di halaman 1dari 4

PEWARNAAN GIGI / DENTAL GUIDE

A. Pengertian Dasar Warna


Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya sempurna,
dipantulkan oleh suatu objek, dengan panjang gelombang tertentu, sehingga dapat 63
diterima oleh mata, dan melalui impuls saraf dialirkan ke otak sebagai sebuah warna
(Gambar 1). Ketika cahaya mengenai permukaan gigi, cahaya akan berinteraksi
dengan semua lapisan struktur gigi. Cahaya yang mengenai permukaan enamel,
sebahagian ada yang dipantulkan mengkilat, apabila permukaan enamel halus, dan
dipantulkan merata apabila permukaan enamel kasar. Cahaya yang mencapai dentin
akan diserap atau dipantulkan tersebar di dalam enamel. Jika dentin tidak ada, seperti
pada ujung gigi insisivus, beberapa cahaya akan diteruskan dan diserap ke dalam
mulut. Akibatnya daerah ini tampak lebih translusen jika dibandingkan dengan daerah
ke arah gingival (Baltzer dkk. 2004).

(Gambar 1) : Hubungan antara sumber cahaya, objek dan pengamat.


Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh
warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang 64
warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.
Ada tiga jenis warna, antara lain: warna primer, warna sekunder, dan warna tersier.
Warna primer, terbagi atas warna merah, kuning, dan biru. Apabila ketiganya
dicampur dengan perbandingan yang sama akan menghasilkan warna putih. Ketika
dua warna primer dicampurkan, akan menghasilkan warna lain yang disebut warna
sekunder, seperti pencampuran merah dengan kuning akan menghasilkan orange,
campuran merah dan biru akan menghasilkan warna ungu dan hasil pencampuran
kuning dan biru adalah hijau. Pencampuran warna-warna dasar tersebut digambarkan
dengan sebuah segitiga sama sisi yang setiap sudutnya terdapat warna primer dan
pada titik tengah sisi tersebut terdapat warna sekunder Kombinasi warna primer dan
warna sekunder disebut warna tersier (Gambar 2). (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice
2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).
(Gambar 2) : Segitiga warna

B. Sistem Warna
1. Sistem Warna Munsell
Sistem warna Munsell merupakan suatu sistem untuk menyesuaikan warna gigi
tiruan dengan warna gigi asli dalam kedokteran gigi. Untuk menetapkan warna
tanpa kesalahan perlu digunakan tiga paremeter yaitu hue. Chroma dan value,
value, yang menjadi standar untuk menggambarkan warna gigi.
a. Hue
Hue berhubungan dengan karakteristik warna seperti warna primer, warna
sekunder, maupun warna tersier, contohnya: merah, kuning, hijau. Merah
muda. Orange, dan lain sebagainya. Masing-masing warna mempunyai
panjang gelombang tertentu. Pada shade guide Clssical Vitalumin, hue
mewakili A, B, C, atau D.
b. Chroma
Chroma adalah suatu kualitas yang membedakan warna yang kuat dari satu
warna yang lemah. Chroma merupakan intensitas warna yang memisahkan
hue dari value. Chroma menunjukkan sejumlah warna dalam hue,
dihubungkan sebagai lingkaran dari pusat seperti jari-jari pada kumparan.
Chroma berhubungan dengan banyaknya pigmen yang ada pada warna yang
digambarkan pada walnya. Jika warna memiliki konsentrasiyang kuat pada
pigmen hue, maka warnanya kuat. Skala Chroma dari /0 untuk abu-abu netral
ke /10, /12, /14 dan seterusnya.
c. Value
Value adalah kualitas warna yang digambarkan dengan istilah gelap dan
terang, yang berhubungan dengan pencahayaan. Hal ini merupakan tingkat
kecerahan. Walue merupakan parameter fotometrik yang diasosiasikan dengan
pemantulan total yaitu kecerahan atau kegelapan warna. Hue yang diukur dari
putih absolut atau hitam absolut disebut value.
Value menunjukkan tingkat kecerahan atau kegelapan warna yang
dihubungkan dengan skala abu-abu normal yang meluas dari hitam absolut,
simbol 10 untuk putih absolut, simbol 5 untuk abu-abu sedang dan semua
warna chromatik antara hitam absolut dan putih absolut. Hitam dan putih
disebut warna netral karena tidak memiliki hue.
Warna hitam dan putih dihasilkan dari pancaran cahaya objek yang tidak dapat
diabsorbsi pada posisi spektrum tetapi direfleksikan keseluruh pancaran
cahaya. Objek yang direfleksikan dari banyak pancaran cahaya adalah warna
putih sebaliknya objek yang sedikit pancaran cahaya adalah warna hitam.

(Gambar 3) : Sistem Warna Munsell


2. Sistem Warna CIE Lab
FINISHING POLISHING AMALGAM, KOMPOSIT DAN GIC

A. AMALGAM
1. Cara Finishing dan Polishing
B. KOMPOSIT
A. Carbide Finishing Bur

Carbide burs tersedia dalam berbagai bentuk untuk contouring dan finishing. Bur yang
paling umum digunakan memiliki 8 sampai 40 fluted blades, bisa berbentuk lurus atau
bengkok. Paling umum digunakan adalah fluted carbide finishing burs yang memiliki 12,
20, atau 40 blades untuk contouring dan merapikan berbagai bahan restoratif dan
struktur gigi. Carbide finishing burs kurang baik dalam melakukan pengerjaan abrasif,
sehingga lebih baik digunakan untuk jaringan lunak yang berada pada margin gingiva
dibandingkan dengan diamond bur atau bonded abrasive contouring instruments. Pada
restorasi indirek, seperti pada perselen dan bahan keramik lainnya, akan diperlukan
bahan dan teknik spesifik untuk finishing dan polishing. Pada evaluasi in-vivo trehadap
kualitas margin dan permukaan menggunakan komposit dan restorasi inlay 13 keramik,
finishing awal dengan diamond 30μm diikuti denga finishing menggunakan tungsten
carbide finishing bur menghasilkan margin yang secara siginifikan lebih baik jika
dibandingkan finishing menggunakan dua finishing diamond (20μm diikuti 30μm
diamond). Studi tersebut menunjukkan penggunaan yang sesuai pada carbide finishing
burs digunakan setelah finishing diamonds untuk contouring awal serta pegurangan
secara luas untuk memperbaiki permukaan dan kualitas marginal.13

Anda mungkin juga menyukai