Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat.Tugas ini telah jelas digariskan dalam dalam
pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek
pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dan diperjelas lagi dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 yang menguraikan pedoman umum
penyelenggaraan pelayanan public. Pelayanan sebagai proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara lansung, merupakan konsep yang
senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada
organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada tatanan organisasi
pemerintah (Sinambela, 2006:42-43).
Untuk dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan diperlukan sumber
daya yang besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pemenuhan
standar sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, proses,
pembiayaan, dan keperluan penting lainnya. Sebagian sekolah/madrasah belum
mampu memenuhi SNP.
Mengingat pemenuhan standar nasional pendidikan masih dirasakan sulit
bagi banyak sekolah/madrasah, maka Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai SNP dan standar lainnya.
Pemberian pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
memang menjadi bagian yang perlu dicermati.Saat ini masih sering dirasakan
bahwa kualitas pelayanan minimum sekalipun masih jauh dari harapan
masyarakat.Yang lebih memprihatikan lagi,masyarakat hampir sama sekali tidak
memahami secara pasti tentang pelayan yang seharusnya diterima dan sesuai
dengan prosedur pelayanan yang baku oleh pemerintah.Praktek semacam ini
menciptakan kondisi yang merendahkan posisi tawar dari masyarakat sebagai
pengguna jasa pelayanan dari pemerintah,sehingga memaksa masyarakat mau
tidak mau menerima dan menikmati pelayanan yang kurang memadai tanpa
protes.Apalagi pada era otonomi daerah,kualitas pelayanan dari aparatur
pemerintah akan semakin ditantang untuk optimal dan mampu menjawab bebagai
tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat,baik dari segi kualitas maupun dari
segi kuantitas pelyanan.
Di negara-negara berkembang dapat kita lihat mutu pelayanan publik
merupakan masalah yang sering muncul,karena negara berkembang pada
umumnya permintaan akan pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah
untuk memenuhinya sehingga pelayanan yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat kurang terpenuhi baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang saya tulis sebelumnya diatas,saya dapat
mengidentifikasi masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
1. kurangnya kualitas pelayanan publik di indonesia
2. Minimnya kualitas dan mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada
masyarakat
3. Kurangnya perhatian yang dilakukan pihak pemerintah dalam
memberikan Standar Pelayanan Minimal pendidikan
4. Masih adanya keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
publik yang relatif rendah
5. K

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas karena kurangnya sumber
daya,informasi mengenai permasalahan diatas maka permasalahan diabatasi pada
Kurangnya Kualitas Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Nasional di
indonesia.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas,maka dapat disimpulkan rumusan
masalah yaitu Pengertian dan Indikator Pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal(SPM) Pendidikan Nasional.

1.5. Tujuan penulisan


Berdasarkan perumusan masalah diatas,tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari standar pelayanan minimal
2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik di indonesia dalam
konteks pendidikan nasional
3. Untuk mengetahui beberapa komponen penunjang Manajemen
Peningkatan mutu Standar Pelayanan Minimal(SPM)
1.6. Manfaat Penulisan
Manfaat yang di harapkan dari penulisan makalah kualitas pelayanan publik
di indonesia adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan tentang kualitas pelayanan publik di
indonesia.
2. Agar dapat mengetahaui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Nasional.
3. Agar dapat mengetahui undang undang yang mengatur tentang
pelayanan publik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pelayanan Publik


Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan,baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
pada perinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi di
pusat,di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah,dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengertian berdasarkan UU pelayanan publik dalam Undang-Undang
pelayanan publik terdapat pengertian pelayanan publik yang dimana merupakan
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang,jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayan publik.

2.2. Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Nasional


Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan yang selanjutnya disebut
(SPM) adalah jenis dan tingkat pelayanan pendidikan minimal yang harus
disediakan oleh satuan atau program pendidikan,Pemyelenggara satuan atau
program pendidikan,Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah
Provinsi,Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolak ukur kinerja
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur formal yang diselenggarakan pemerintah
Kabupaten/Kota. SPM mengatur jenis dan mutu layanan pendidikan yang
disediakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah.SPM juga
merupakan pelaksanaan Desentralisasi Penyelenggaraan Kewenangan di bidang
pendidikan Dasar.
SPM Pendidikan Dasar mengatur mengenai :
 Apa yang harus tersedia di Sekolah/Madrasah seperti guru, kepala
sekolah/Madarasah, Tenaga kependidikan, Sarana-
Prasarana,Media,Buku,dan sebagainya.
 Apa yang harus terjadi di Sekeolah/Madrasah,Misalnya guru harus
menyiapkan RPP, Kepala Sekolah/Madrasah melakukan supervisi
akademik, pemenuhan jam belajar,dan Sebagainya.

2.3. Indikator Pemenuhan SPM


Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang standar pelayanan
minimal pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, Terdapat 13 Indikator Pemenuhan
SPM yang merupakan tanggun jawab Kabupaten/Kota. Indikator pencapaian
standar pelayanan minimal sekolah dasar oleh Sekolah/Madrasah Terdiri Dari
yang akan dipaparkan berikut :
1. Setiap SD/Mi menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya
oleh pemerintah mancakup mata pelajaran bahasa
indonesia,Matematika,IPA,dan IPS dengan perbandingan satu set untuk
setiap peserta didik.
2. Setiap SD/Mi memeliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku
referensi,Dan setiap SMP/Mts memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20
buku referensi;
3. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan,
termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan;
4.  Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34
minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut :
a. Kelas I – II : 18 jam per minggu;
b. Kelas III : 24 jam per minggu;
c. Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau
d. Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;
5. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;
6. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk
membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;
7.  Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi kelas dan memberikan
umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;
8. Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir
semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta ujian akhir
(US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor
Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan
9. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah (MBS/M).

Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar oleh


Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kemenag Kabupaten/Kota dapat mengambil
bentuk sebagai berikut :
1.  Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan
kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari
kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;
2.  Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak
melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk
setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi
dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta
papan tulis;
3. Di setiap SMP/MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi
dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal
satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta
didik;
4. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik
dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah
khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
5. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi
akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik;
6. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-
IV sebanyak 70% dan separuh di antaranya (35% dari keseluruhan guru)
telah memiliki sertifikat pendidik; untuk daerah khusus masing-masing
sebanyak 40% dan 20%
7. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-
IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk
mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;
8. Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
9. Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
10. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah/madrasah memiliki
kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;
11. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan
untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum
dan proses pembelajaran yang efektif; dan
12. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan
dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi
dan pembinaan.

2.4. Komponen Penunjang Manajemen Peningkatan Mutu


manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai
faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan),
kepemimpinan, tim, proses, dan struktur.

Pelanggan atau klien. Dalam organisasi MPM pelanggan atau klien adalah
seseorang atau kelompok yang menerima produk atau jasa layanan. Jadi, klien
tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada setiap tahapan
yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah produk atau pemberian
layanan. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat mata rantai dari klien, yang
keterkaitannya bersama dengan proses. Manajemen mutu mempersyaratkan
organisasi melakukan penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang
tentunya kepada klien yang tepat. Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang
pasti untuk menjamin bahwa layanan yang dikerjakan memang tepat. Hal-hal
yang tercakup di dalam MPM terhadap pelanggan adalah nilai-nilai organisasi,
visi, dan misi yang perlu dikomunikasikan, yang dikerjakan dengan
memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan perencanaan anggaran.

2.5. Penyelenggara Pelayanan Publik


Penyelengara Pelayanan Publik Berdasarkan UU “Penyelenggara
pelayanan publik atau Penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara
negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik, Atasan satuan kerja
Penyelenggara merupakan pimpinan satuan kerja yang membawahi secara
langsung satu atau lebih satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik,
Organisasi penyelenggara pelayanan publik atau Organisasi Penyelenggara
merupakan satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di
lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik,
dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik, Pelaksana pelayanan publik atau Pelaksana merupakan pejabat,
pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi
Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian
tindakan pelayanan publik”.

2.6. UNDANG-UNDANG PELAYANAN PUBLIK


Undang-undang pelayanan publik(secara resmi bernama undang undang
nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik) adalah undang undang yang
mengatur tentang perinsip-perinsip pemerintahan yang baik yang merupakan
efektifitas fungsi fungsi atau koporasi yang efektif dapat memperkuat
demokrasi dan hak asasi manusia,mempromosikan kemakmuran
ekonomi,kohesi sosial,mengurangi kemiskinan dan memperdalam kepercayaan
pemerintahan dan administrasi publik.
Negara berkewajiban setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi
hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang
merupakan amanat UUD 1945 ,membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik yang dialakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan
kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh
warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik,diperlukan
norma hukum yang memberikan pengaturan secara jelas sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas dan menjamin peyedia pelayanan publik sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan koporasi yang baik serta untuk memberikan
perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan
wewenang di dalam peyelenggara pelayannan publik.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar adalah tolak ukur kinerja
pelayanan pendidikan dasar melalui jalur formal yang diselenggarakan
pemerintah Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal Mengatur jenis dan
mutu layanan pendidikan yang disediakan pemerintah Kabupaten/Kota dan
Sekolah/Madrasah. Standar Pelayanan Minimal Juga merupakan pelaksanaan
Desentralisasi penyelenggaraan kewenangan di bidang pendidikan dasar.
Dan juga pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang dimana
pada perinsipnya menjadi sebuah tanggung jawab dan dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah,yang dimana dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan Perundnag-Undangan.

3.2. SARAN

Anda mungkin juga menyukai