Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan


darah pada lansia hipertensi
Hari/tanggal : Selasa, 24 Maret 2020
Jam : 16.30 WIB - 17.30 WIB
Tempat : Serunii/PTSW Pandaan

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu memahami
konsep resiko jatuh dan mempraktekkan teknik Massage Kepala, Leher
dan Punggung.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian resiko jatuh
b. Menjelaskan tanda resiko jatuh
c. Menjelaskan penyebab resiko jatuh
d. Mengetahui penatalaksanaan resiko jatuh dengan teknik Massage Kepala,
Leher dan Punggung
e. Menyebutkan pengertian teknik Massage Kepala, Leher dan Punggung
f. Menyebutkan manfaat dari teknik Massage Kepala, Leher dan Punggung
g. Menyebutkan tujuan dari teknik Massage Kepala, Leher dan Punggung
h. Mengetahui langkah-langkah dari teknik Massage Kepala, Leher dan
Punggung

B. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan teknik Massage Kepala, Leher dan Punggung ini
adalah lansia hipertensi yang memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg
dan tidak memiliki hambatan dalam melakukan kegiatan.
C. METODA
A Ceramah
B Diskusi
C Demonstrasi
D Tanya Jawab

D. MEDIA DAN ALAT


a. Laptop
b. Infocus
c. Leaflet

E. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/tanggal : Selasa, 24 Maret 2020
Jam : 16.30 WIB – 17.30 WIB
Tempat : Serunii/PTSW Pandaan

F.MATERI (TERLAMPIR)

G. PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN KETRAMPILAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari
kegiatan
2 90m menit Pelaksanaan :
1. Keluarga untuk berkumpul 1. melaksanakan
di ruang keluarga dan
membentuk suatu
kelompok untuk bediskusi.

3 20 menit Evaluasi : 1. tanya jawab


1. mengetahui hasil diskusi
dengan tanya jawab
4 5 menit Terminasi :
1. mengucapkan terimakasih 1. mendengarkan
atas peran serta atas peran
keluarga

H. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
 75 % atau lebih peserta menghadiri acara
 Alat dan media sesuai dengan rencana
 Peran dan fungsi masing – masing sesuai dengan yang
direncanakan
b. Evaluasi proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
 Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
3) Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% peserta mampu :
 Menyebutkan pengertian dari Resiko jatuh
 Menyebutkan penyebab resiko jatuh
 Menyebutkan tanda resik jatuh
 Menyebutkan pengertian teknik Massage Kepala, Leher dan
PunggungMenyebutkan tujuan dari teknik Massage Kepala, Leher dan
Punggung
 Menyebutkan manfaat teknik Massage Kepala, Leher dan Punggung
 Menyebutkan langkah-langkah teknik Massage Kepala, Leher dan
Punggung
LAMPIRAN
RESIKO JATUH
1. Defenisi
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang
lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996).
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya
misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda,
penglihatan kurang terang dan sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang
pada orang dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) rendah.
Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah
penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya
risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan
tangan, pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus
meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang
beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa tulang
sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan meminimalisir
dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh American Geriatrics
Society, British Geriatrics Society, dan American Academy of Orthopedi Surgeons
pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al,
2001).

2. Faktor – Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan Kecelakaan pada


Lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
a. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit
seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh, Parkinson yang
mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia
tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan pun seperti misalnya
katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler
akan menyebabkan syncope yang sering meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare,
demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.
b. Faktor ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di lantai,
tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan
yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun,
karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan
benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau basah,
penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak
tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
3. Pencegahan Jatuh
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat menyebabkan jatuh
seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita,
pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan,
gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa: Debora
R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All, Edisi ke
3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler.
Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner and Sudarth,
vol. I (edisi 8 ). Alih Bahasa : Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta: EGC.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
Massage Kepala, Leher dan Punggung

PENGERTIAN
Massage adalah pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi darah serta
metabolisme dalam jaringan (Kusyati, 2006).
Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau
ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004).

TUJUAN
1. Melancarkan sirkulasi darah
2. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan stres
3. Mengurangi rasa nyeri dan kelelahan
4. Meningkatkan kualitas tidur

SASARAN
1. Pasien dengan nyeri
2. Pasien ancietas
3. Pasien dengan gangguan sirkulasi (hipertensi, stroke dan lain-lain)

PETUGAS
Perawat

PROSEDUR PELAKSANAAN
1) Persiapan Pasien
(a) Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien secara cermat.
(b) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
(c) Berikan privasi pada klien.
(d) Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman saat tindakan berlangsung.
2) Persiapan alat
(a) Handuk
(b) Minyak gosok atau lotion
(c) Handscoen
3) Prosedur tindakan
(1) Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
(2) Cek peralatan yang akan digunakan
(3) Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur klien
(4) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
(5) Kaji nadi dan tekanan darah klien sebelum melakukan masase
(6) Bantu klien dengan posisi fowler atau semifowler
(7) Menyiapkan lotion atau minyak gosok secukupnya
(8) Hangatkan lotion atau minyak gosok di telapak tangan
(9) Berdiri di dekat klien
(10) Gosokkan minyak atau lotion mulai dari dahi bagian tengah ke bagian pembuluh
darah temporalis dengan gerakan sirkuler
(11) Lakukan pemijatan daerah kepala dari tepi menuju ke bagian tengah atas kepala
(ubun-ubun)
(12) Pijat pada area belakang telinga (mastoideus) yang terdapat pembuluh darah
dengan gerakan sirkuler. Pijat sampai ke bagian leher
(13) Dengan gerakan sirkuler, pijat daerah leher dengan menggunakan tiga jari
(14) Lakukan pemijatan pada daerah punggung belakang secara sirkuler
(15) Ulangi kembali gerakan-gerakan tersebut di atas masing-masing gerakan 3-5
menit. Tambahkan lotion atau minyak jika diperlukan.
(16) Sambil melakukan massage periksa adanya kemerahan pada kulit.
(17) Tanyakan pada klien jika terdapat daerah yang perlu dilakukan massage khusus.
(18) Bersihkan sisa lotion pada punggung klien dengan menggunakan handuk
(19) Bantu klien ke posisi semula
(20) Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai
(21) Bereskan peralatan yang telah digunakan
(22) Lepas sarung tangan
(23) Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
(24) Buat kontrak pertemuan selanjutnya
(25) Akhiri kegiatan dengan baik (Setiawan & Prasetyo, 2014)
Daftar Pustaka

Setiawan D, Prasetyo H. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai