Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH TINGKAT WAWASAN LINGKUNGAN TERHADAP

MASALAH LINGKUNGAN
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar Ilmu Lingkungan
Yang dibina oleh Bapak Drs. I Wayan Suberartha, M.Sc
Disajikan Pada Hari Kamis Tanggal 8 Februari 2018

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Offering C 2017
1. Firdha Ilman Nafi’a (170341615048)
2. Krismariyanti Wibowo (170341615013)
3. Muhammad Sukarno Putra (170341615063)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pengaruh Tingkat Wawasan Lingkungan
Terhadap Masalah Lingkungan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Malang, 8
Februari 2018
Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Wawasan Lingkungan 3

2.2 Paradigma Ekologikal Baru (PEB) 5

2.3 Masalah Lingkungan 6

2.4 Hubungan Wawasan Lingkungan dengan Masalah Lingkungan 9

DAFTAR PUSTAKA 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Ibarat
bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan
hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan
global. Dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu atau
dua segi saja, tetapi kait mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi
mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek
dari lingkungan terkena masalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami
dampak atau akibat pula.
Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini
terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan
dapat pulih kemudian secara alami (homeostasi).
Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai
masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor
penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan.
Tidak bisa disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang
karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan
faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor
mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek
kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang
mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat
dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh karena itu, persoalan lingkungan seperti kerusakan sumber daya alam,
penyusutan cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan
jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala
negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. jadi,
beralasan jika dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia.
Cara pandang manusia terhadap lingkungannya dinamakan sebagai wawasan
lingkungan yang di negeri barat disebut sebagai environmental worldview. Miller
dan Spoolman (2010:18) mendefinisikan environmental worldview sebagai
seperangkat asumsi dan kepercayaan
tentang bagaimana orang berfikir cara kerja dunia, apa yang seharusnya mereka
pikirkan
tentang peranannya di dunia, dan apa yang mereka percaya merupakan perilaku
lingkungan yang baik dan salah (etika lingkungan). Wawasan lingkungan yang

4
digunakan manusia berabad lalu sampai sekarang cenderung menggunakan
antroposentrisme.
Masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor, gagal panen
karena harna, kekeringan, punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan menjadi
tandus, gajah dan harimau mengganggu perkampungan penduduk, dan lain-lainnya,
dalam rangka sistem pencegahan (preventive) dan penanggulangan (repressive) yang
dilakukan untuk itu tidak akan efektif jika hanya ditangani dengan paradigma fisik,
ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi. Maka dalam hal ini, peran ilmu-ilrnu
humaniora seperti sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, kesehatan, religi, etologi,
dan sebagainya sangat strategis dalam pendekatan persoalan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami mengkaji wawasan lingkungan beserta Paradigma
Ekologis Baru sebagai pemecahan masalahan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Mengapa tingkat wawasan lingkungan dapat mempengaruhi tingkat
masalah lingkungan?
1.2.2 Bagaimana solusi mengatasi masalah lingkungan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hubungan tingkat wawasan lingkungan terhadap masalah
lingkungan.
1.3.2 Memahami cara penyelesaian masalah lingkungan.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Wawasan Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan


sumber daya alam seperti tanah,air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di atas tanah mau-pun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi
ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik
tersebut. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang terdiri atas lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik disebut lingkungan (Dwi-yatmo, 2007). Tempat dimana
makhluk hidup dan mati ada, bertumbuh dan berkembang itulah yang disebut
lingkungan hidup.

Di dalam istilah sehari-hari, pembangunan berwawasan lingkungan hidup


sering dikemukakan sebagai pembangunan berkelanjutan. Adapun pengelolaan
lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan tersebut memberikan
gambaran bahwa minimal terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan yaitu:
1. pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana;
2. pembangunan berkesinambungan sepanjang masa; dan
3. peningkatan kualitas hidup generasi.
Jika terdapat pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana, terdapat pula
pengelolaan lingkungan hidup yang kurang bijaksana. Kegiatan yang tidak bijaksana
merupakan tindakan pengrusakan lingkungan. 
Dalam era Orde Baru pembangunanberwawasan lingkungan merupakan
kebijakan pemerintah yang disuarakan ke-pada seluruh lapisan masyarakat, sehingga
terlihat bahwa kesadaran lingku-ngan masyarakat Indonesia sangat tinggi. Prinsip
pembangunan berwawasanlingkungan ialah memasukkan factor lingkungan hidup
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (Puji,2010).Tidak satu pun
makhluk hidup yangbisa hidup sendirian di dunia ini. Faktor-faktor lingkungan
mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan he-wan dan tumbuhan karena
makhluk hidup saling menghargai satu sama lain.

Sebagaimana makhluk hidup yang lain,keberadaan manusia sangat


membutuhkan adanya lingkungan yang mendukung kehidupannya. Jika kita ingin
lingkungan selalu bersih tentunya kita harus sering membersihkannya. Seiring dengan

6
pertambahannya jumlah manusia dan meningkatnya aktivitas manusia,lingkungan
justru mengalami penurunan kualitas yang semakin rendah. Keadaan ini terutama
terjadi di pusat industry maupun di daerah perkotaan yang meru-pakan pusat aktivitas
masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan terutama ter-jadi pada air dan udara
akibat adanya pencemaran (Dwiyatmo, 2007).

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah lingkungan yang terdiri


lingkungan alam, fisik, dan adanya kesadaran dari lingkungan sosial masya-rakat
tertentu dalam sikap serta keperila-kuannya dilandaskan pengetahuan mau-pun
wawasan dengan upaya mencipta-kan kelestarian lingkungan.

Budimanta (2005) menyatakan bahwa, pembangunan berkelanjutan adalah


suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan te-
rencana dalam kerangka peningkatan ke-sejahteraan, kualitas kehidupan dan
lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi
yang akan datang Tommorrow’s Generation Today’s Generation North untuk
menikmati dan memanfaatkannya. Selanjutnya menurut UU no 23 tahun 1997
mendefinisikan “pembangunan berke-lanjutan berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana yangmemadukan lingkungan hidup, termasuk sumber
daya, kedalam proses pem-bangunan untuk menjamin kemampuan,kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Menurut Sugandi,dkk (2007) model
pembangunan berkelanjutan didasarkan atas tiga pilar utama yang ketiganya saling
berkaitan, yaitu pertama, society, berkaitan pe-ran masyarakat, responsibility
(tanggung ja-wab), interaksi sosial, keperilakuan masyarakat dan kondisi sosial
masyarakat yang ada di suatu wilayah, kedua, environment, yaitu berkaitan dengan
lingkungan alam, termasuk lingkungan fisik serta adanya seperangkat kelembagaan
sebagai hasil buatan manusia dalam rangka pemanfaatannya, ketiga, economy, yaitu
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pemanfaatan lingkungan alam untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk dalam rangka memperoleh keuntungan.

2.2 Paradigma Ekologi Baru (PEB)

Masalah lingkungan  mewakili apa yang disebut masalah sosiologi lingkungan.


(Dunlap dan Catton 1979). Sebagai ilmuan sosial yang lebih memerhatikan masalah
lingkungan, beberapa mulai untuk melihat melampaui perhatian masyarakat terhadap
masalah lingkungan ke hubungan yang mendasari antara modern, masyarakat industri
dan lingkungan fisik yang mereka tempati. New Environmantal Paradigm (NEP)
yang mereka melihat sebagai lensa mental yang bersaing dan dasar untuk
pembenahan teori sosial. Asumsi utama dari NEP adalah sebagai berikut :
1. Meskipun manusia memiliki karakteristik yang luar biasa (budaya, teknologi, dll),
mereka hanya satu di antara banyak spesies yang saling bergantung yang terlibat

7
dalam ekosistem global.
2. Urusan manusia dipengaruhi tidak hanya oleh faktor sosial dan budaya, tetapi juga
oleh hubungan yang rumit sebab, efek, dan umpan balik dalam wadah alam, dengan
demikian tindakan manusia purposive memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.

3. Manusia hidup dan tergantung pada lingkungan biofisik terbatas yang


memberlakukan pengekangan fisik dan biologis kuat terhadap urusan manusia.
4. Namun banyak cipta manusia mungkin tampak untuk sementara melampaui daya-
dukung, hukum ekologi tidak dapat dicabut. New  Environmental Paradigm (NEP)
alternatif ekologis dari Human Exemptionalist Paradigm.

Bagaimana NEP membentuk pemikiran tentang stratifikasi :


a. Penurunan standar hidup dipahami dalam konteks sosial-lingkungan dialektika.
b. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan degradasi ekologis yang merespon hal
terburuk polusi dari pelaku ekonomi dengan cara regresif ( yaitu cara pembiayaan
pada pengelolaan kelangkaan untuk kelas bawah dan menengah melalui adanya pajak
atau hal-hal lain. )
c. Saat “pie” ekonomi telah tetap, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan hanya
dapat diatasi melalui redistribusi kekayaan. Kecuali ilmuan sosial mengakui kalau
“pie” tidak dapat tumbuh melampaui ukuran tertentu (yakni kesemuanya akan
membatasi  pertumbuhan). Teori stratifikasi sosial yang bertujuan untuk memahami
konflik masa depan antara lapisan masyarakat akan salahnya informasi.
d. Pengentasan kemiskinan merupakan upaya yang memperhitungkan hubungan
antara paparan lingkungan yang berbahaya dan kemiskinan yang yang ditakdirkan
untuk gagal.

2.3 Masalah Lingkungan

2.3.1 Pencemaran

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau


komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya
tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga
kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.

Ada bebarapa jenis pencemaran di dunia yaitu :

a) Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau  sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran
air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi
kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga

8
sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab
terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, Akibatnya :Dapat menyebabkan
banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat membuat sumber penyakit, tanah
longsor, dapat merusak ekosistem sungai, kerugian untuk nelayan.
b) Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber
alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.
c) Hujan asam, pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk
asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-
logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah
dan air permukaan, bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
d) Efek rumah kaca, disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global
adalah:Peningkatan suhu rata-rata bumi, Pencairan es di kutub,Perubahan iklim
regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan fauna,
e) Pencemaran tanah, adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk
dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan.

9
2.3.2 Pembabatan Hutan

Pembalakan liar dan pembabatan hutan tropis kini terjadi dengan laju menakutkan.
Setiap tahun rata-rata 7,3 juta hektar hutan dibabat, untuk dijadikan pemukiman,
lahan perkebunan besar, tanah pengangonan dan pertanian monokultur lainnya.
Fungsi hutan sebagai paru-paru hijau dan penyimpan CO2 turun drastis dan
dampaknya amat luas.

Sumber : Made For Minds

2.3.3 Erosi Tanah Subur

Monokultur, pembabatan hutan, pembetonan lahan dan perubahan tata guna lahan
adalah pemicu erosi tanah subur. PBB melaporkan setiap tahunnya 12 juta hektar
lahan pertanian terdegradasi jadi gurun akibat erosi. PBB sejak lama menyerukan
metode pertanian berkelanjutan untuk mengerem laju erosi.

2.3.4 Tekanan Ledakan Populasi

Populasi manusia tumbuh dengan cepat. Hanya dalam waktu satu abad, jumlah
populasi meningkat dari 1,6 milyar di awal abad 20 menjadi 7,5 milyar orang saat ini.
Tekanan populasi jadi potensi konflik perebutan lahan dan sumber daya alam
terpenting, misalnya air. PBB memperkirakan, jika tidak direm, pada 2050 pupulasi
penduduk Bumi bisa mencapai 10 milyar orang (Nils Zimmerman, tanpa tahun).

2.3.5 Kepadatan Peduduk

10
Kepadatan penduduk lazim disebut ledakan penduduk (population bomb).
Pertambahan penduduk yang makin lama makin meningkat hingga akhirnya
memadati muka bumi. Hal ini kemudian justru merupakan rentetan masalah
besar. Setiap manusia tidak terlepas dari berbagai kebutuhan, mulai dari yang
pokok sampai pada kebutuhan pelengkap. Sedangkan semua faktor-faktor tersebut
baru dapat terpenuhi bila siklus dan cadangan sumber daya alam masih mampu dan
mencukupi, tapi akan lain jadinya jika angka pertumbuhan penduduk kian
melewati batas siklus ataupun jumlah cadangan sumber-sumber kebutuhan
(Siahaan, 2004).

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk


yang tinggi. Hal itu menyebabkan kebutuhan akan barang, jasa, dan tempat
tinggal meningkat dan menuntut tambahan sarana dan prasarana untuk melayani
keperluan masyarakat. Akan tetapi, alam memiliki daya dukung lingkungan
yang terbatas. Kebutuhan yang terus-menerus meningkat tersebut akan
menyebabkan penggunaan sumber daya alam sulit dikontrol. Pengurasan sumber
daya alam yang tidak terkendali tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan
(Ilahi,2015).

Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Pada


daerah dengan kepadatan yang tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk akan
lebih sulit dilakukan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi,
kesejahteraan, Keamanan,ketersediaan lahan, air bersih dan kebutuhan pangan.
Dampak yang paling besar adalah kerusakan lingkungan.Semua kebutuhan manusia
dipenuhi dari lingkungan, karena ingkungan merupakan sumber alam yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
pangan, papan, air bersih, udara bersih dan kebutuhan lainnya.

2.4 Hubungan Wawasan Lingkungan dengan Masalah Lingkungan

Wawasan lingkungan dianggap penting karena masalah lingkungan bersumber


dari tingkat pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan. Tingkat pengetahuan
masyarakat dapat dipegaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Ketidaktahuan
Ketidaktahuan di sini maksudnya, masyarakat kurang mengerti akan
pentingnya lingkungan hidup sekitar dengan kelangsungan kehidupan masyarakat
ke depannya. Serta kemungkinan masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang
tentang lingkungan hidup, baik itu cara pengolahan lingkungan yang baik,
pencemaran, pengaruh tindakan masyarakat dari lingkungan sekitar, dan lain
sebagainya. Jadi perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang lingkungan
hidup. Pengetahuann yang minim terhadap lingkungan hidup dapat menyebabkan
tindakan sewenang-wenang terhadap lingkungan seperti ekspolitasi hutan,
pencemaran air sungai oleh limbah industri, atau pengeboman batu karang. Hal

11
itu dapat merusak lingkungan yang merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam kelangsungkan kehidupan kita kedepannya.
2) Kemanusiaan
Manusia merupakan faktor terbesar terhadap kelangsungan perkembangan
lingkungan hidup di sekitar kita. Manusia mempunyai sifat alami yaitu serakah,
berusaha untuk mengambil keuntungan yang besar dengan membabi buta
pengelolaan lingkungan dengan cara yang salah sehingga merusak kelangsungan
lingkungan hidup. Manusia selalu merasa kurang atas apa yang telah ia punya,
maka dari itu manusia melakukan apapun yang dapat memuaskan keinginannya,
dan untuk memuaskan keinginannya di perlukan dana yang cukup besar,dan
untuk mengumpulkan dana tersebut di lakukan tindakan-tindakan yang salah
termasuk dalam hal merusak lingkungan. Hubungan yang harmonis antara
lingkungan dengan manusia dapat membuat keseimbangan ekosistem tidak
terganggu.
3) Kurang tegasnya pemerintah melaksanakan peraturan
Pemerintah tikak cakap dalam mengatasi hal-hal yang dianggap penting
dalam menjalankan pemerintahan ini, misalnya saja dalam hal penegakan hukum,
pemerintah tidak membuat undang-undang mengenai suatu permasalahan yang
dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari sebelum terjadi suatu kejadian itu
di masyarakat. Seharusnya pemerintah lebih tegas dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut, jangan menunggu peristiwa terjadi baru
membuat undang-undang.

Dari faktor yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa wawasan


masyarakat masih dianggap rendah terhadap pengetahuan lingkungan. Sehingga
apabila masyarakat memiliki tingkat wawasan yang rendah akan meningkatkan
potensi terjadinya masalah lingkungan. Oleh karena itu masyarakat diharapkan
mampu meningkatkan wawasan lingkungan dengan tujuan untuk mengindari atau
mencegah terjadinya masalah lingkungan.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
angkatan tahun 2017 dan 2016, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan
Universitas Negeri Malang. Adapun penelitian dilakukan pada jurusan
tersebut karena penulis beranggapan bahwa mahasiswa jurusan tersebut
akan terjun langsung ke masyarakat, dan lokasi ini berdekatan dengan
lokasi penulis sehingga memudahkan bagi penulis.

2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 minggu, mulai
tanggal 19-26 Februari 2018.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif,
untuk menjelaskan berbagai pertanyaan tentang wawasan lingkungan. Metode
deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis
dan interprestasi tentang arti data itu. Penelitian deskriptif membandingkan
persamaan dan perbedaan fenomena tertentu
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri
Malang dan dengan sampel mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu kuisioner sebagai
variable bebas, tahun angkatan sebagai variabel terkontrol dan wawasan
lingkungan sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini menggunakan
kuisioner yang dikutip dari artikel jurnal internasional oleh Rideout (2014).

13
WAWASAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL WORLDVIEW)
Sebelum mengisi dua kuesioner berikut ini isi terlebih dulu identitas yang diminta. Lalu isi kuesioner dengan
memilih tanda centang di tabel pilihan jawaban. Pilih dengan cepat 5-7 menit untuk kuesioner wawasan
lingkungan.

Isilah dengan benar dan pilihlah opsi pernyataan dalam tabel dengan cepat dan sesuai hati nurani.

A. IDENTITAS

Nama : ...................................................................

Jenis Kelamin : ...............................................

Program Studi, Jurusan, Fakuliras : ............................................................................................

Nama Universitas : ..................................................

Tempat dan tanggal lahir: ..............................................

Umur : ...........................(jika umur kurang dari 6 bulan dibulatkan ke bawah, jika lebih dari 6 bulan
dibulatkan ke atas)

Agama : ...............................................

Nama Asal Kota Kelahiran :.......... .............................................(termasuk: besar, sedang, kecil) *) coret yang
tidak perlu

Asal kota kelahiran : desa/kota *) coret yang tidak perlu

No. Item Pernyataan Pilih satu opsi dengan tanda V


SS S N TS STS
1 Manusia mendekati batas jumlah yang dapat disokong bumi.
2 Manusia memiliki hak mengubah lingkungan alam untuk menyesesuaikan
dengan kebutuhannya.
3 Ketika manusia berinteraski dengan alam sering menghasilkan akibat yang
membahayakan.
4 Kecerdikan manusia akan terjamin jika kita tidak membuat bumi tak dapat
ditinggali.
5 Manusia menyalahgunakan lingkungan.
6 Bumi memiliki sumber daya alam berlimpah sehingga kita belajar untuk
mengembangkannya.
7 Tumbuhan dan hewan memiliki hak yang sama dengan manusia.
8 Keseimbangan alam cukup kuat untuk menangani dampak industri modern.
9 Meskipun memiliki kemampuan yang istimewa manusia masih tunduk pada
hukum alam.
10 Krisis ekologis terkenal yang menghadang manusia telah terlalu dibesarkan.
11 Bumi seperti kapal ruang angkasa dengan kamar dan sumber daya yang
terbatas.
12 Manusia merupakan pengatur alam.
13 Keseimbangan alam sangat lembut dan mudah terganggu.
14 Manusia akhirnya akan belajar cukup tentang bagaimana alam bekerja untuk
dapat mengendalikannya.
15 Jika segala sesuatu berlanjut pada perjalanan sekarang, kita akan segera
mengalami bencana ekologis yang besar.
KETERANGAN: SS = Sangat Seuju TS = Tidak Setuju N = Netral

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Sumber: Rideout (2014)

E. Teknik pengumpulan Data


Pengambilan data dilakukan terhadap mahasiswa angkatan 2017 dan
2016 jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Malang.
Kuisioner berisi data tentang wawasan lingkungan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis
deskriptif dan uji hipotesis dengan analisis korelasional. Sebelum
melaksanakan analisis korelasional, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
dan uji linearitas.

14
Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui dari
masing-masing variabel bersifat normal. Sedangkan uji linearitas untuk
mengetahui apakah hubungan antara varibel bersifat linear yang merupakan
syarat untuk uji korelasi.

DAFTAR PUSTAKA

15
Asan, I., Mile, S., & Ibraim, J. (2014). Attitudes of Macedonian High School
Students towards the environment. Procedia-Social and Behavioral
Sciences,159, 636-642
Budimanta, A. (2005), Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui
Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota
Indonesia dalam Abad 2. (tanggal 7Februari 2018)
Catoon, W and R Dunlap, 1978a, “ Environmental Sosiology : A New Paradigm” .
The American Sosiologist 13 : 41-49 Washington State University

Dwiyatmo, Kus. (2007). Pencemaran Lingkungan dan Penangananya.Yogyakarta:


PT. Citra Aji Parama.
Holdaway, D. (1979). The foundations of literacy(Vol. 138). Sydney: Ashton
Scholastic.
Ilahi, R. Juita, E & Zuriyani, E. 2015. Influence Of Resident Growth To The
Setlement Environment In Pauh Subdistrict Padang.

Rahmawati, N. A., & Suyanto, T. (2016). Kepemimpinan Kepala Desa Jombangdelik


Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik dalam Mendorong Partisipasi
Masyarakat pada Pengelolaan Lingkungan. Jurnal Mahasiswa Teknologi
Pendidikan, 2(4)
Siahaan N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta:
Erlangga.

Sugandi, dkk. (2007). Prinsip dasarkebijakan pembangunan berkelanjutan


berwawasan lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai