Wawasan Lingkungan-1
Wawasan Lingkungan-1
MASALAH LINGKUNGAN
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar Ilmu Lingkungan
Yang dibina oleh Bapak Drs. I Wayan Suberartha, M.Sc
Disajikan Pada Hari Kamis Tanggal 8 Februari 2018
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Offering C 2017
1. Firdha Ilman Nafi’a (170341615048)
2. Krismariyanti Wibowo (170341615013)
3. Muhammad Sukarno Putra (170341615063)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pengaruh Tingkat Wawasan Lingkungan
Terhadap Masalah Lingkungan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Malang, 8
Februari 2018
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 2
DAFTAR PUSTAKA 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Ibarat
bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan
hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan
global. Dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu atau
dua segi saja, tetapi kait mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi
mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek
dari lingkungan terkena masalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami
dampak atau akibat pula.
Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini
terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan
dapat pulih kemudian secara alami (homeostasi).
Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai
masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor
penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan.
Tidak bisa disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang
karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan
faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor
mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek
kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang
mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat
dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
Oleh karena itu, persoalan lingkungan seperti kerusakan sumber daya alam,
penyusutan cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan
jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala
negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. jadi,
beralasan jika dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia.
Cara pandang manusia terhadap lingkungannya dinamakan sebagai wawasan
lingkungan yang di negeri barat disebut sebagai environmental worldview. Miller
dan Spoolman (2010:18) mendefinisikan environmental worldview sebagai
seperangkat asumsi dan kepercayaan
tentang bagaimana orang berfikir cara kerja dunia, apa yang seharusnya mereka
pikirkan
tentang peranannya di dunia, dan apa yang mereka percaya merupakan perilaku
lingkungan yang baik dan salah (etika lingkungan). Wawasan lingkungan yang
4
digunakan manusia berabad lalu sampai sekarang cenderung menggunakan
antroposentrisme.
Masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor, gagal panen
karena harna, kekeringan, punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan menjadi
tandus, gajah dan harimau mengganggu perkampungan penduduk, dan lain-lainnya,
dalam rangka sistem pencegahan (preventive) dan penanggulangan (repressive) yang
dilakukan untuk itu tidak akan efektif jika hanya ditangani dengan paradigma fisik,
ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi. Maka dalam hal ini, peran ilmu-ilrnu
humaniora seperti sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, kesehatan, religi, etologi,
dan sebagainya sangat strategis dalam pendekatan persoalan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami mengkaji wawasan lingkungan beserta Paradigma
Ekologis Baru sebagai pemecahan masalahan lingkungan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hubungan tingkat wawasan lingkungan terhadap masalah
lingkungan.
1.3.2 Memahami cara penyelesaian masalah lingkungan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
pertambahannya jumlah manusia dan meningkatnya aktivitas manusia,lingkungan
justru mengalami penurunan kualitas yang semakin rendah. Keadaan ini terutama
terjadi di pusat industry maupun di daerah perkotaan yang meru-pakan pusat aktivitas
masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan terutama ter-jadi pada air dan udara
akibat adanya pencemaran (Dwiyatmo, 2007).
7
dalam ekosistem global.
2. Urusan manusia dipengaruhi tidak hanya oleh faktor sosial dan budaya, tetapi juga
oleh hubungan yang rumit sebab, efek, dan umpan balik dalam wadah alam, dengan
demikian tindakan manusia purposive memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.
2.3.1 Pencemaran
a) Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran
air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi
kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga
8
sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab
terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, Akibatnya :Dapat menyebabkan
banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat membuat sumber penyakit, tanah
longsor, dapat merusak ekosistem sungai, kerugian untuk nelayan.
b) Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber
alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.
c) Hujan asam, pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk
asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-
logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah
dan air permukaan, bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
d) Efek rumah kaca, disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global
adalah:Peningkatan suhu rata-rata bumi, Pencairan es di kutub,Perubahan iklim
regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan fauna,
e) Pencemaran tanah, adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk
dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan.
9
2.3.2 Pembabatan Hutan
Pembalakan liar dan pembabatan hutan tropis kini terjadi dengan laju menakutkan.
Setiap tahun rata-rata 7,3 juta hektar hutan dibabat, untuk dijadikan pemukiman,
lahan perkebunan besar, tanah pengangonan dan pertanian monokultur lainnya.
Fungsi hutan sebagai paru-paru hijau dan penyimpan CO2 turun drastis dan
dampaknya amat luas.
Monokultur, pembabatan hutan, pembetonan lahan dan perubahan tata guna lahan
adalah pemicu erosi tanah subur. PBB melaporkan setiap tahunnya 12 juta hektar
lahan pertanian terdegradasi jadi gurun akibat erosi. PBB sejak lama menyerukan
metode pertanian berkelanjutan untuk mengerem laju erosi.
Populasi manusia tumbuh dengan cepat. Hanya dalam waktu satu abad, jumlah
populasi meningkat dari 1,6 milyar di awal abad 20 menjadi 7,5 milyar orang saat ini.
Tekanan populasi jadi potensi konflik perebutan lahan dan sumber daya alam
terpenting, misalnya air. PBB memperkirakan, jika tidak direm, pada 2050 pupulasi
penduduk Bumi bisa mencapai 10 milyar orang (Nils Zimmerman, tanpa tahun).
10
Kepadatan penduduk lazim disebut ledakan penduduk (population bomb).
Pertambahan penduduk yang makin lama makin meningkat hingga akhirnya
memadati muka bumi. Hal ini kemudian justru merupakan rentetan masalah
besar. Setiap manusia tidak terlepas dari berbagai kebutuhan, mulai dari yang
pokok sampai pada kebutuhan pelengkap. Sedangkan semua faktor-faktor tersebut
baru dapat terpenuhi bila siklus dan cadangan sumber daya alam masih mampu dan
mencukupi, tapi akan lain jadinya jika angka pertumbuhan penduduk kian
melewati batas siklus ataupun jumlah cadangan sumber-sumber kebutuhan
(Siahaan, 2004).
1) Ketidaktahuan
Ketidaktahuan di sini maksudnya, masyarakat kurang mengerti akan
pentingnya lingkungan hidup sekitar dengan kelangsungan kehidupan masyarakat
ke depannya. Serta kemungkinan masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang
tentang lingkungan hidup, baik itu cara pengolahan lingkungan yang baik,
pencemaran, pengaruh tindakan masyarakat dari lingkungan sekitar, dan lain
sebagainya. Jadi perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang lingkungan
hidup. Pengetahuann yang minim terhadap lingkungan hidup dapat menyebabkan
tindakan sewenang-wenang terhadap lingkungan seperti ekspolitasi hutan,
pencemaran air sungai oleh limbah industri, atau pengeboman batu karang. Hal
11
itu dapat merusak lingkungan yang merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam kelangsungkan kehidupan kita kedepannya.
2) Kemanusiaan
Manusia merupakan faktor terbesar terhadap kelangsungan perkembangan
lingkungan hidup di sekitar kita. Manusia mempunyai sifat alami yaitu serakah,
berusaha untuk mengambil keuntungan yang besar dengan membabi buta
pengelolaan lingkungan dengan cara yang salah sehingga merusak kelangsungan
lingkungan hidup. Manusia selalu merasa kurang atas apa yang telah ia punya,
maka dari itu manusia melakukan apapun yang dapat memuaskan keinginannya,
dan untuk memuaskan keinginannya di perlukan dana yang cukup besar,dan
untuk mengumpulkan dana tersebut di lakukan tindakan-tindakan yang salah
termasuk dalam hal merusak lingkungan. Hubungan yang harmonis antara
lingkungan dengan manusia dapat membuat keseimbangan ekosistem tidak
terganggu.
3) Kurang tegasnya pemerintah melaksanakan peraturan
Pemerintah tikak cakap dalam mengatasi hal-hal yang dianggap penting
dalam menjalankan pemerintahan ini, misalnya saja dalam hal penegakan hukum,
pemerintah tidak membuat undang-undang mengenai suatu permasalahan yang
dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari sebelum terjadi suatu kejadian itu
di masyarakat. Seharusnya pemerintah lebih tegas dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut, jangan menunggu peristiwa terjadi baru
membuat undang-undang.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 minggu, mulai
tanggal 19-26 Februari 2018.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif,
untuk menjelaskan berbagai pertanyaan tentang wawasan lingkungan. Metode
deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis
dan interprestasi tentang arti data itu. Penelitian deskriptif membandingkan
persamaan dan perbedaan fenomena tertentu
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri
Malang dan dengan sampel mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu kuisioner sebagai
variable bebas, tahun angkatan sebagai variabel terkontrol dan wawasan
lingkungan sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini menggunakan
kuisioner yang dikutip dari artikel jurnal internasional oleh Rideout (2014).
13
WAWASAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL WORLDVIEW)
Sebelum mengisi dua kuesioner berikut ini isi terlebih dulu identitas yang diminta. Lalu isi kuesioner dengan
memilih tanda centang di tabel pilihan jawaban. Pilih dengan cepat 5-7 menit untuk kuesioner wawasan
lingkungan.
Isilah dengan benar dan pilihlah opsi pernyataan dalam tabel dengan cepat dan sesuai hati nurani.
A. IDENTITAS
Nama : ...................................................................
Umur : ...........................(jika umur kurang dari 6 bulan dibulatkan ke bawah, jika lebih dari 6 bulan
dibulatkan ke atas)
Agama : ...............................................
Nama Asal Kota Kelahiran :.......... .............................................(termasuk: besar, sedang, kecil) *) coret yang
tidak perlu
14
Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui dari
masing-masing variabel bersifat normal. Sedangkan uji linearitas untuk
mengetahui apakah hubungan antara varibel bersifat linear yang merupakan
syarat untuk uji korelasi.
DAFTAR PUSTAKA
15
Asan, I., Mile, S., & Ibraim, J. (2014). Attitudes of Macedonian High School
Students towards the environment. Procedia-Social and Behavioral
Sciences,159, 636-642
Budimanta, A. (2005), Memberlanjutkan Pembangunan di Perkotaan melalui
Pembangunan Berkelanjutan dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota
Indonesia dalam Abad 2. (tanggal 7Februari 2018)
Catoon, W and R Dunlap, 1978a, “ Environmental Sosiology : A New Paradigm” .
The American Sosiologist 13 : 41-49 Washington State University
16