Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Promosi Kesehatan

(Upaya Kemitraan dengan Masyarakat dan Berbagai Organisasi Masyarakat dalam


Promosi)

Amelia Donsu, S.ST, M.Kes

OLEH :
Angelica Patrichia Paraya
7115 4011 8007
TINGKAT II-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PRODI DIII- KEBIDANAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan makalah yang merupakan
suatu kajian yang disusun untuk melengkapi tugas individu dalam mata kuliah Promosi
Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengharapkan saran,masukkan bahkan
kritik yang membangun untuk makalah ini, sehingga bias digunakan sebagai referensi dalam
mata kuliah ini.
Penulis menyampaikan Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai seperti yang diharapkan.

                                                                                                                              
                                                                                                      Manado , 19 Maret 2020

                                                  Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A.    Latar Belakang................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C.    Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A.        Perlunya Kemitraan....................................................................................................2
B. Bentuk dan Mekanisme Kerja dalam Kemitraan………………………………...…4
C. Langkah-langkah Kemitraan………………………………………………………..4
D. Kiat-kiat Bermitra………………………………………………………………….6
E. Indikator Keberhasilan Bermitra…………………………………………………..7
BAB III……………………………………………………………………………………….8
PENUTUP……………………………………………………………………………………8
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..8
B. Saran…………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Meskipun di
dalam Undang-undang No. 23 Tahun   1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu
pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat termasuk komunitas perlu mencoba mencari
terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan  secara
optimal dan berkesinambungan. Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan
datang di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah kesehatan masih
menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini menjadi salah satu patokan
keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang.
Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak,
remaja,dewasa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan
yang sangat erat untuk menanggung reiko kesehatan yang relatif lebih berat dan
berjalan dengan seadanya. Kelompok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan
dan persalinan) disamping mereka juga sebagai tulang punggung kehidupan keluarga.
Sementara itu,anak sampai dengan usia 5 tahun  adalah kelompok yang sangat
bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang  justru sedang dalam fase
kritis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.

B. Rumusan Masalah
a. Penjelasan tentang perlunya kemitraan
b. Siapa pelaku dan apa saja peran mitra?
c. Apa saja langkah-langkah kemitraan?
d. Apa saja kiat-kiat bermitra?
e. Apa saja indikator keberhasilan bermitra ?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang
Upaya Kemitraan dengan Masyarakat dan Berbagai Organisasi Masyarakat dalam Promosi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perlunya Kemitraan
Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership,
dan berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh,
sekutu, atau kampanyon”. Makna partnership yang diterjemahkan menjadi
persekutuan atau perkongsian.13 Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai
sebagai bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan
kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan
tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, rekan. Sementara kemitraan
artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Hafsah menjelaskan
pengertian kemitraan 13Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. Gaya Media. Yogyakarta. 2004. hal. 129. 18 adalah suatu strategi
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan.14 Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan
sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalma menjalanan
etika bisnis. Hal demikian sesuai dengan pendapat Ian Linton yang mengatakan
bahwa Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan
pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.15 Menurut
Anwar dalam Hafsah, pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dapat dianggap
sebgai usaha yang paling menguntungkan (maximum social benefit), terutama ditinjau
dari pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang.16 Hal ini didasari oleh
perwujudan cita-cita pola kemitraan untuk melaksankan sistem perekonomian gotong
royong antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar, dan kemampuan teknologi
bersama petani golongan lemah yang tidak berpengalaman. Tujuannya adalah
meningkatkan produktivitas usaha dan kesejahteraan atas dasar kepentingan bersama.
Secara ekonomi, kemitraan didefinisikan sebagai: 1. Esensi kemitraan terletak pada
kontribusi bersama, baik berupa tenaga (labour) maupun benda (property) atau
keduanya untuk tujuan kegiatan ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama
dimana pembagian keuntungan dan kerugian distribusi diantara dua pihak yang

2
bermitra. (Burns, 1996 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1998);
14Muhammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999,
hal. 43. 15Ibid, hal. 10. 16Ibid, hal. 12. 19 2. “Partnership atau Alliance” adalah suatu
asosiasi yang terdiri dari dua orang atau usaha yang sama-sama memiliki sebuah
perusahaan dengan tujuan untuk mencari laba. (Winardi, 1971 dalam Agribisnis
Departemen Pertanian, 1998); 3. Kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang
atau lebih sebagai pemilik bersama yang menjalankan suatu bisnis mencari
keuntungan. (Spencer, 1977 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1998); 4.
Suatu kemitraan adalah suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik uang menikmati
bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan masing-masing menanggung
liabilitas yang tidak terbatas atas hutang-hutang perusahaan. (McEachern, 1988 dalam
Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1998).17 Sementara itu, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 1 ayat 13
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kemitraan adalah kerjasama dalam
keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling
memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.18 Kesemua definisi
tersebut di atas, ternyata belum ada satu definisi yang memberikan definisi secara
lengkap tentang kemitraan. Hal tersebut disebabkan karena para sarjana mempunyai
titik fokus yang berbeda dalam memberikan definisi tentang kemitraan. Menurut
Keint L. Fletcher dan Kamus Besar Bahasa Indonesia memandang kemitraan sebagai
suatu jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Berbeda dengan
Muhammad Jafar Hafsah dan Ian Linton yang memandang kemitraan sebagai suatu
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, 17Mia Nur damayanti,
Kajian Pelaksanaan Kemitraan Dalam Menigkatkan Pendapatan Antara Petani
Semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri, IPB Press,
Bogor, 2009, hal. 18. 18Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 1 ayat (3) 20 dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Tetapi dengan adanya perbedaan pendapat diantara para
sarjana ini maka akan saling melengkapi diantara pendapat sarjana yang satu dengan
yang lainnya, dan apabila dipadukan maka akan menghasilkan definisi yang lebih
sempurna, bahwa kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan
strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling
membutuhkan, saling memperbesar dan saling menguntungkan. Hubungan kerjasama

3
tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan, hal ini dapat terlihat
karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan
kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak akan saling
melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan
pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya. Konteks kemitraan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Kota
Bandar Lampung dengan PT. Perkebunan Nusantara VII dan Pengrajin Keripik di
Sentra Industri Keripik Jalan Pagar Alam. Kemitraan yang dimaksud adalah
hubungan yang terjadi dari elemen-elemen diatas dalam program PKBL PT.
Perkebunan Nusantara VII yaitu PTPN 7 Peduli. Pendapat para ahli di atas
memaparkan bahwa kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan
strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling
membutuhkan, saling memperbesar dan saling menguntungkan. Konteks kemitraan
dalam penelitian ini bukan strategi bisnis tetapi lebih kepada strategi penyusunan dan
pelaksanaan program PKBL antara Pemerintah 21 Kota Bandar Lampung dengan PT.
Perkebunan Nusantara VII dan Pengrajin Keripik di Sentra Industri Keripik Jalan
Pagar Alam dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling
menguntungkan.

B. Pelaku dan Peran Mitra


Pelaku adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa,
penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
a. Unsur Pemerintah. Unsur pemerintah terdiri dari berbagai pemerintah yang terkait
dengan dengan masalah kesehatan, antara lain kesehatan sebagai kuncinya,
pendidikan, pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industri dan perdagangan.
b.   Dunia usaha atau unsur swasta (private sector) atau kalangan bisnis, contonya
seperti : dari kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai
perusahaan. Salah satu kemitraan dengan dunia usaha/ usaha dapat berbentuk
bantuan uang yang berasal dari dana corporate social responsibility (CSR). CSR
merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas hidup yang
lebih baik, yang bekerjasama  masyarakat dan lingkungan sosial dimana
perusahaan itu berdiri. 

4
c.  Unsur organisasi non pemerintah/ Non Government Organization ( NGO). Unsur
oraganisasi non pemerintah meliputi dua unsur pokok yakni: a) unsur Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masa ( Ormas) termasuk yayasan
bidang kesehatan. b) Organisasi profesi seperti IDI, PDGI, IAKMI, PPNI dan lain
sebagainya.

C. Bentuk dan Mekanisme Kerja dalam Kemitraan


Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang
ada, secara umum dikelompokan menjadi dua yaitu :
a)  Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja.
Masing-masing mitra atau intitusi telah memiliki program tersendiri mulai dari
perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk
karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik
lainnya. Sifat kemitraan ini juga disebut koalisi. Contohnya Koalisi Indonesia
Sehat.  

b) Model II
Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini
karena setiap anggota mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan kegiatan-kegiatan
dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
bersama. Contohnya Gerakan Terpadu Nasional (GERDUNAS), Gebrak Malaria
(Rollback Malaria).
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
1.      Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat.
2.      Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal.
3.      Complementary Partnership

5
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap
dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
4.      Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian.

D. Langkah-Langkah Kemitraan
Identifikasi atau Pemetaan Objek Mitra

Fasilitator perlu melakukan identifikasi atau memetakan pelaku utama dan pelaku
usaha serta lembaga atau organisasi yang sekiranya bisa diajak bermitra baik di
wilayah kerjanya maupun wilayah yang lebih luas. Identifikasi didasarkan pada
karakteristik dan kebutuhan bermitra. Pemetaan dilakukan secara berhadap mulai
dariscope yang lebih kecil kepada scope yang lebih besar. Berikut adalah contoh
identifikasi atau pemetaan mitra / kelompok untuk program menabung pohon yang
berpotensi dijadikan mitra kerja: Kelompok Mayarakat yang sudah maju; Tokoh-
tokoh masyarakat yang berpengaruh; Dunia Usaha dan Industri; Koperasi/KUD;
Lembaga Pemerintah (Dinas-dinas terkait, UPT, dsb)

Menggali Informasi

Langkah selanjutnya setelah melakukan identifikasi dan pemetaan kebutuhan adalah


menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan atau bidang
garapan, visi misi dan sebagainya. Informasi-informasi tersebut berguna untuk
menjajagi kemungkinan membangun jaringan kemitraan. Pengumpulan informasi
dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal. Pendekatan
personal lebih menekankan pada pendekatan secara pribadi/intim tanpa
memperhatikan sisi-sisi kelembagaan formal. Pendekatan personal dapat dilakukan
dengan mendatangi rumahnya dengan tujuan untuk ngobrol tentang informasi yang
ingin didapatkan. Pendekatan informal dilakukan dengan memanfaatkan hubungan
baik yang sudah terjalin. Pendekatan formal dilakukan dengan memanfaatkan posisi
atau peran seseorang dalam sebuah lembaga. Dalam beberapa kasus, pendekatan
personal dan informal akan lebih efektif bila dibandingkan dengan pendekatan formal.

Menganalisis Informasi

Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan


menetapkan mana pihak-pihak yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan
yang diperlukan utuk dihadapi.

Penjajagan Kerjasama

Dari hasil analisi data dan informasi, perlu dilakukan penjajagan lebih mendalam dan
intensif dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat

6
dilakukan dengan cara melakukan audensi atau presentasi tentang program menabung
pohon

Penyusunan Rencana Kerja

Apabila beberapa pihak telah sepakat untuk bekerja sama, maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaannya harus melibatkan
pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak
dapat terwakili.

Membuat Kesepakatan

Para pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggung jawab
masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang dituangkan
dalam Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).

Penandatanganan Akad Kerjasama (MoU)

Nota Kesepakatan yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani oleh pihak-


pihak yang bermitra.

Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan implementasi dari rencana kerjasama yang


sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak
yang bermitra.

Monitoring dan Evaluasi

Selama pelaksanaan program menabung pohon perlu dilakukan monitoring dan


evaluasi. Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan
sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang ingin
dicapai. Selain itu juga segala permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan
dapat dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan
evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk
mengetahui kegiatan yang belum berjalan sesuairencana dan mana yang sudah, tujuan
mana yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah atau kelemahan apa yang
menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.

Perbaikan

Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan dan pengambilan keputusanselanjutnya apakah kerjasama akan
dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

Rencana Tindak Lanjut

Apabila pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan


kerjasama, maka mereka perlu merencanakan kembali kegiatan yang akan

7
dilaksanakan pada tahun berikutnya. Dalam Perencanaan selanjutnya perlu
mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumya. Disamping itu, mungkin
dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama dengan atau tanpa perubahan
nota kesepakatan.

Pola Kemitraan

Pihak mana saja yang berpotensi menjadi mitra fasilitator menabung pohon dan
bagaimana pola kemitraan serta pesan masing-masing mitra dapat dituangkan dalam
perjanjian kerja. Pola kemitraan yang sudah berjalan perlu disempurnakan dengan
melibatkan pihak – pihak yang bermitra. Tujuannya adalah untuk menemukan pola
kemitraan yang lebih tepat dimana pihak-pihak yang bermitra dapatmemainkan
perannya masing-masing dengan lebih baik.

E. Kiat-Kiat Bermitra
1. Temukan mitra bisnis yang memiliki nilai (value), visi, dan semaangat wirausaha
yang sejalan dengan kita
2. Temukan mitra bisnis yang kompetensi yang berbeda dengan kita dan mengisi
kekurangan
3. Temukan mitra bisnis yang rekam jejak pribadi (track record) dan bisnisnya
positif
4. Temukan mitra yang kondisi keuangannya sudah stabil

8
F. Indikator Keberhasilan Mitra
a) Indikator Input
Jumlah mitra yang menjadi anggota
b) Indikator Proses
Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan,
keberlangsungan kemitiraan yang dijalankan.
c) Indikator Ouput
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan
efisiensi upaya yang di selenggarakan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat,


sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan
bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan
pelaksanaan kegiatan bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan
(outcome). Fokus adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.
Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis
komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community
development). Intervensi komunitas yang paling penting adalah membangun
kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat
lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat
mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.
B.     Saran
Kiranya dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang upaya
kemitraan dalam dunia kesehatan bersama dengan para masyarakat. Dan kiranya
tenaga kesehatan akan lebih baik dalam pelayanan yang ada untuk mewujudkan
Indonesia yang lebih baik

9
DAFTAR PUSTAKA
- Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media.
Yogyakarta. 2004. hal. 129
- http://pengembanganmediaunudwidy.com/p/kemitraan.html
- https://breakscoffee.com/2012/08/kiat-bermitra-dalam-membangun-usaha.html
- 7Sedarmayanti, Good Governance (Tata Kepemerintahan Yang Baik), Mandar Maju,
Bandung, 2004, hal. 76.

10
11

Anda mungkin juga menyukai