Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok
tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es dimana kejadian gizi kurang dapat menyebabkan kematian (Pudjiadi : 2005). Balita termasuk kedalam usia berisiko tinggi terhadap suatu penyakit. Kekurangan asupan zat gizi pada balita dapat mempengaruhi status gizi pada usia balita merupakan dampak komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh langsung terhadap status gizi pada balita, adapun faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita secara langsung yaitu keluarga. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan penting dalam permasalahan status gizi pada balita khususnya gizi kurang. Oleh karena itu yang berkaitan langsung pada keluarga yaitu faktor pendidikan, bagaimanapun pendidikan akan akan secara otomatis memberi dampak pada suatu permasalahan dalam suatu keluarga dalam hal penangulangan maupun pencegahan staus gizi. Dalam menyikapi berbagai macam permasalahan dalam sebuah keluarga yang mendasari permasalahan pendidikan yang rendah maka dari itu dengan cara penanggulangan dengan pendidikan kesehatan (health education) akan menjadi salah satu alternatif yang efektif ( Moehji. S. 2009).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksisatu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas adalahkelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosialyang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007). Salah satu kelompok khusus dalamkeperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY,(2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius,
karena masihtingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi(AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal)menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang menyebabkan tingginya angkakematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir lebih dari 2 juta anak anak balitamengalami gizi buruk (Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkanRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 danuntuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan olehgizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan anak- anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A,anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi
dan balita,disamping penyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Untuk mengatasi masalahyang sering menimbulkan kematian pada balita, pemerintah telah membuat program dankebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan balita,diantaranya adalah kegiatan Posyandu, BKB (Bina Keluarga Balita), dan program PAUD.Sementara sebagai perawat, yang dapat dilakukan di komunitas adalah memberi penyuluhanatau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat atau pun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelolaan penyakit pada balita, serta member informasi kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada masa balita.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan
pada kelompok khusus balita
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep komunitas
2. Mengetahui konsep balita dan tumbuh kembang yang terjadi pada masa balita
3.Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok balita
4. Mengetahui indikator kesehatan kelompok balita
5. Mengetahui program dan kebijakan Pemerintah untuk kesehatan balita
6.Mengetahui ruang lingkup keperawatan dan peran perawat komunitas
padakelompok balita
7. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas
padaagregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatankomunitas pada masyarakat.