Anda di halaman 1dari 24

Makalah

PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN


PENDAPATAN DI INDONESIA
(diajukan untuk memenuhi tugas ekonomi kesehtatan yang di ampuh
oleh ibu Dr. Dra. Ha. Sri Endang saleh, M.Si)

OLEH:

REGINA PUTRI HAMZAH

811418097

B/3 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga boleh menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang di berikan
dan demi kelancaran dalam proses pembelajaran.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu kami sangat mengaharapkan kritik dan saran kepada saya sehingga
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                       

Gorontalo, November 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI..........................................................................3
2.1.1 Definisi.......................................................................................................3
2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi...............................................4
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.........................5
2.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut..................6
2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN.....................................8
2.2.1 Definisi distribusi pendapatan....................................................................8
2.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan....................................................11
2.3 PENGANGGURAN.........................................................................................12
2.3.1 Definisi.....................................................................................................12
2.3.2 Jenis dan macam pengangguran...............................................................12
2.3.3 Akibat pengangguran................................................................................14
2.4 KEMISKINAN................................................................................................15
2.4.1 Definisi kemiskinan..................................................................................15
2.4.2 Ukuran kemiskinan...................................................................................17
2.4.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan.........................................................18
2.5 UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN...............18
2.5.1 Upaya Mengatasi Pengangguran..............................................................18
2.5.2 Upaya Mengatasi Kemiskinan..................................................................19

iv
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN................................................................................................20

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini
karena bagi mereka yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya,
tidak miskin lagi alias lebih makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu
salah sasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya
distribusi yang tidak merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan
perolehan kekayaan yang bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi
sementara. Yang penting, indikator makro di atas kertas selalu menunjukkan
performa bagus.
Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi
penting atau syarat yang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana pun, bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup yang
rendah, sehingga akan menurunkan produktivitas mereka yang pada gilirannya
ekonomi nasional menurun dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan
ekonomi.
Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan
pengurangan angka kemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan
akan meningkat, sehingga mendorong permintaan barang primer dan sekunder
yang dapat dihasilkan oleh perekonomian nasional.
Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi
melalui kenaikan permintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal,
selanjutnya mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi. Bandingkan jika
kenaikan pendapatan hanya terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin atau
justru bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi barang tersier
yang umumnya merupakan barang impor.

1
Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta
disinsentif material dan psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan
ekonomi. Padahal, sudah pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian
strategi guna menyajikan kemakmuran masyarakat.

Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan


pertumbuhan ekonomi dan kurang penekanan pemerataan pendapatan dan
pengurangan angka kemiskinan perlu dipikir ulang. Ini karena pemerataan
pendapatan adalah suatu alat yang efektif untuk pemberantasan kemiskinan yang
merupakan tujuan utama dari pembangunan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang
akan kami bahas, antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Indonesia !


2. Bagaimana distribusi dan pemerataan pendapatan di Indonesia !
3. Bagaimana penjelasan pengangguran di Indonesia !
4. Bagaimana kemiskinan di Indonesia
5. Bagaimana upaya mengatasi pengangguran dan kemiskinan !

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Definisi
Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil
atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan


ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa inggris diistilahkan dengan economic
growth mengandung pengertian proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi Dari
tahun ke tahun.

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde


baru diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk
mengatrol kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang
paling cepat adalah dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan
investasi dan pembangunan dengan padat modal. Sedangkan prioritas kedua
adalah pada stabilisasi, karena tanpa adanya stabilisasi maka pembangunan
tidak akan berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya mengapa pemerintah
Indonesia pada masa itu menetapkan stabilisasi sebagai salah prioritas
utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan pemerataan
pembangunan dan hasil – hasilnya justru menjadi prioritas ketiga.

3
2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi
1) Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran


yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik,
tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan
tenaga kerja lama. Penurunan produktivitas itu disebut hasil (per unit
masukan) yang menurun (diminshing returns). Hasil (per unit masukan)
yang berkurang dapat terjadi jika stok modal suatu bangsa bertumbuh
lebih lamban dari angkatan kerjanya.

2) Kenaikan modal fisik

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak
disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik
produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa
yang bernilai. Adalah mudah untuk melihat bagaimana modal
menyediakan jasa secara langsung.

3) Kenaikan modal SDM

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui


pelatihan d tempat kerja (on the job training). Pemerintah melakukan
investasi dalam modal SDM dengan melakukan program-program
untuk menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan kerja dan
pendidikan sekolah.

4) Kenaikan produktivitas

Pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh kenaikan kuantitas


masukan dapat dijelaskan hanya dengan kenaikan produktivitas
masukan tersebut – setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih
banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor temasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan
ekonomisnya skala produksi.
Apakah yang menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengetahui
adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan

4
Maria R. Suparko ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :

1) Produk Domestik Bruto PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran
pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak
mencerminkan kesejahteraan penduduk.

2) PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita PDB per kapita merupakan
ukuran yang lebih tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk.
Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB
dengan jumlah penduduk.

3) Pendapatan Per jam Kerja Suatu negara dapat dikatakan lebih maju
dibandingkan negara lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah
per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerja di negara lain
untuk jenis pekerjaan yang sama

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses
pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.

2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu


kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

5
3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4) Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap


pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi
sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet
dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.

5) Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk


mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal
berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas. Dua hal esensial harus dilakukan
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber
yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada
sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.
Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen
pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya

2.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut


1) Sumber-sumber Alam. Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber
mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang
berkembang sangat miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya
sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius.

6
Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan
kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih
serius.

2) Sumber-sumber Tenaga Kerja. Masalah di bidang sumber daya manusia


yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya
adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah,
dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat rendah.

3) Kualitas Tenaga Kerja. Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara


sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai
untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran
untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan
latihan kerja.

4) Akumulasi Kapital. Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan


pengorbanan atau penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa
decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah pada
tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar
dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja,
plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur
yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta
pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali
dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.
Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan
dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama,
hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan
barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi,
bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan
perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena
keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.

7
2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN

2.2.1 Definisi distribusi pendapatan


Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang
sering digunakan dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan
perorangan. Kedua, kurva Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing
indikator tersebut mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva
Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi
pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz
dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan
untuk koefisien gini, semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang
lebih merata. Demikian juga sebaliknya. Kuznets (1995) dalam
penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-tahap
pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun
pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang
kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik.
Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia
nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan.
Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar
daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu
tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri.

1) Distribusi ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang


diterima masing-masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan
(personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size
distribution of income) merupakan indikator yang paling sering
digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung
jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah
tangga. Yang diperhatikan di sini adalah seberapa banyak pendapatan
yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya, entah itu
bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun

8
warisan. Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan menjadi
lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh kelompok
yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka,
kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing
kelompok. Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini
mereka langsung memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang
bersangkutan.

2) Kurva lorenz

Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan


dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati
populasi atau kelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang
jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60
terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada
sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi
atau jumlah penduduk. Sumbu vertikal menyatakan bagian dari total
pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah
(kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik
100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama
panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ Setiap titik yang terdapat
pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya
(persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total
penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal
melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50
persen dari jumlah penduduk. Titik yang terletak pada posisi tiga
perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional
yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk. Garis
diagonal merupakan garis "pemerataan sempurna" (perfect equality)
dalam distribusi ukuran pendapatan. Persentase pendapatan yang
ditunjukkan oleh titik-titik di sepanjang garis diagonal tersebut persis

9
sama dengan persentase penduduk penerimanya terhadap total penduduk.
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara
persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total
penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka
peroleh dari total pendapatan selama, misalnya, satu tahun. Sumbu
horisontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama;
sumbu vertikal mewakili kelompok atau kategori (jumlah-jumlah)
pendapatan, sedangkan sumbu yang horisontal melambangkan
kelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga yang menerima
masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A
menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total
penduduk hanya menerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan
nasional). Titik B menunjukkan bahwa 20 persen kelompok terbawah
yang hanya menerima 5 persen dari total pendapatan, demikian
seterusnya bagi masing-masing 8 kelompok lainnya. Perhatikanlah
bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima
19,8 persen dari total pendapatan.

3) Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1


menjelaskan kadar kemertaan distribusi pendapatan nasional. Semakin
kecil koefesiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi.
Dipihak lain, koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian
timpang atau senjang.

4) Kriteria bank dunia

Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh


tiga lapisan penduduk yakni 40% penduduk berpendapatan terendah,
40% penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan
tertinggi. Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah
apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12%
pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40%

10
penduduk termiskin menikmati 12 hingga 17% pendapatan nasional.
Sedangkan 40% penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih
dari 17% pendapatan nasional, maka ketimpangan dan kesenjangan
dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata.

2.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan


1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat


dapat ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini.
Koefesien gini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator
paling ideal tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis.
Namun setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai
kecendrungan umum dalam pola pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja


berlangsung secara nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi secara
spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan relative lebih merata
didaerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Dibandingkan rasio
gini antara desa dan kota untuk tahun-tahun yang sama, koefesien lebih
rendah untuk daerah pedesaan.

3) Ketidakmerataan pendapatan regional

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataan


distribusi pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara
wilayah-wilayah di Indonesia bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat
pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif antarwilayah,
ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat
antar wilayah yang satu dengan yang lain, maupun dalam hal distribusi
pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah.

11
2.3 PENGANGGURAN

2.3.1 Definisi
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung"
di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja
sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2.3.2 Jenis dan macam pengangguran


1). Berdasarkan jam kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

12
 Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan
tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
2). Berdasarkan penyebab terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi


7 macam:
 Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan
kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan
pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu
daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
 Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
 Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka

13
panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti:
1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah
 Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan
seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti
musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
 Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja
lebih rendah daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-
mesin.
 Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).

2.3.3 Akibat pengangguran


 Bagi perekonomian negara

1. Penurunan pendapatan perkapita.


2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
 Bagi masyarakat

14
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak
digunakan apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

2.4 KEMISKINAN

2.4.1 Definisi kemiskinan


1) Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai
pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan
dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.

2) Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan


ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar,
rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan
memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan,
adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan
jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya
infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.

3) Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan


Kemiskinan juga mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya
diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan
orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk
menjadi miskin

4) Menurut Sutrisno (1993), ada dua sudut pandang dalam memahami


substansi kemiskinan di Indonesia. Pertama adalah kelompok pakar dan
aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengikuti pikiran
kelompok agrarian populism, bahwa kemiskinan itu hakekatnya, adalah
masalah campur tangan yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat pedesaan. Dalam
pandangan ini, orang miskin mampu membangun diri mereka sendiri

15
apabila pemerintah memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk
mengatur diri mereka sendiri. Kedua, kelompok para pejabat, yang
melihat inti dari masalah kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang
menjadi miskin karena tidak memiliki etos kerja yang tinggi, tidak
meiliki jiwa wiraswasta, dan pendidikannya rendah. Disamping itu,
kemiskinan juga terkait dengan kualitas sumberdaya manusia. Berbagai
sudut pandang tentang kemiskinan di Indonesia dalam memahami
kemiskinan pada dasarnya merupakan upaya orang luar untuk memahami
tentang kemiskinan. Hingga saat ini belum ada yang mengkaji masalah
kemiskinan dari sudut pandang kelompok miskin itu sendiri.

5) Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-


barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.

6) Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa


kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

7) Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar


tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

8) Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan


kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang
meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber
keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial
politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang
berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu
poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan

16
proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.

9) Specker (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal


yaitu :

a) kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal.


b) gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
c) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan
lingkungannya,
d) kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak,
dan
e) kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh
ketersisihan sosial,  ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas
pendidik yang rendah.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar


masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada
pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya,
ekonomi dan politik.

2.4.2 Ukuran kemiskinan


1) Kemiskinan Absolut Konsep kemiskinan pada umumnya selalu
dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya
terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu:
a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2) Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat
hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk
yang selalu miskin.

17
2.4.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara
langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat kemiskinan cukup banyak.


2) Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga
kerja ).
3) Tingkat inflasi.
4) Tinggat Investasi.
5) Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
6) Tingkat dan jenis pendidikan.
7) Etos kerja dan motivasi pekerja.

2.5 UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

2.5.1 Upaya Mengatasi Pengangguran


Untuk dapat mengatasi masalah penganguran, hal yang dapat dilakukan
adalah:

1. Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja.

2. Memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang


kelebihan tenaga kerja ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan
tenaga kerja.

3. Memberikan informasi yang cepat jika ada lowongan pekerjaan disektor


lain.

4. Melakukan pelatihan dibidang keterampilan lain,untuk memanfaatkan


waktu hingga misum tertentu.

5. Mendirikan industri padat karya.

6. Mengintensifkan program keluarga berencana.

7. Membuka kesempatan bekerja ke luar negeri.

18
8. Mendorong majunya pendidikan.

9. Meningkatkan latihan kerja.

10. Mengadakan program transmigrasi.

11. Memberikan kemudahan pada investor baru untuk mendirikan industri


baru.

2.5.2 Upaya Mengatasi Kemiskinan


a. Pembangunan Sektor Pertanian : Sektor pertanian memiliki peranan
penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan
berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia : Sumberdaya manusia


merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar,
diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan
lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langkah yang baik
untuk diterapkan oleh pemerintah.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat : Mengingat LSM memiliki


fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu
memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan
program pengentasan kemiskinan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1) Pembangunan itu harus berarti pembangunan manusia seutuhnya, bukan
pembangunan dalam arti fisik saja (bangunan, jalan, bendungan dan lain
sebagainya). Pembangunan harus dapat dirasakan secara merata oleh seluruh
rakyat.

2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana pendidikan dan kesehatan harus


dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas menindak
penyelewengan yang terjadi. Penggunaan dana yang efisien dan efektif akan
semakin meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat sehingga
mampu menciptakan sumber daya manusia yang produktif. Sumber daya
manusia yang produktif menghantarkan negara pada keunggulan komparatif
sehingga mampu bersaing di dunia internasional.
3) Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan
pembangunan yang ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa
disertai pemerataan pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang
lemah dan eksploitasi sumber daya manusia. 

4) Dapat dipastikan bahwa ternyata pengangguran berpengaruh pada


pertumbuhan ekonomi. Karena pengangguran memberikan dampak negatif
langsung bagi perekonomian, sehingga menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan nasional yang akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP
dan pendapatan per kapita suatu negara. Namun tidak menutup kemungkinan
untuk mengurangi pengangguran, jika kita serius dan terus berusaha untuk
mengatasi pengangguran dengan melihat penyebab terjadinya pengangguran
tersebut.

20

Anda mungkin juga menyukai