Anda di halaman 1dari 67

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Analisis Tegangan-Perpindahan dan Faktor Keamanan (SF) Pada Lereng


Miring Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunakan Program Plaxis 8.2

Stress-Deformation and Safety Factor (SF) Analysis on Slope With Soil Nailing
Reinforcement Using Plaxis 8.2

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun Oleh :

AZA NUR FAUZI


NIM I0107053

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit
ii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

ALLOH akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat (Q.S. Al-Mujadalah:11)

Man jadda wajada – Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya


(anonim)

commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan segenap cinta dan rasa bangga, aku persembahkan karya ini untuk:
Sukarti (ibunda tercinta)
Juwahir (ayah ku tercinta)
Safrudin Nur Taufik (kakak ku)
Arif Tri Wiharjo (adik ku)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Life in this world is not long


Seek for the knowledges as much as you can,
maybe you can get the glory from it
Climb the highest mountain, dive the deepest sea,
cross the largest ocean, explore the caves,
and see the other side of this world
After you have done, You’ll find the way to do this life better
(Juwahir – my beloved father)

Clever and civilized men will not stay at home


Leave your home land and explore foreign fields
Go out! You shall find replacements for those you have left
Give your all, the sweetness of life will be tasted after the struggle
I have seen that standing water stagnates
If it flows, it is pure, if it does not, it will become murky
If the lion doesn’t leave the den, he will not eat
If the arrow does not leave the bow, it will not strike
Gold dust is merely soil before excavated
Aloewood is just ordinary wood if in the forest (Imam Syafi’i)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Aza Nur Fauzi, 2011. Analisis Tegangan-Perpindahan dan Faktor Keamanan


(SF) Pada Lereng Miring Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunakan
Program Plaxis 8.2, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Lereng didifinisikan sebagai permukaan tanah yang tidak horisontal. Pada


permukaan lereng, komponen gravitasi yang bekerja pada tanah cenderung akan
menggerakkan tanah ke bawah. Komponen gravitasi ini disebut sebagai gaya
penggerak tanah. Lereng mempunyai perkuatan alami yang berasal dari
komponen material tanah itu sendiri, untuk melawan gaya penggerak tanah,
sehingga gerakkan tanah atau kelongsoran tidak terjadi. Kondisi ini disebut
sebagai stabilitas alami lereng.

Ada banyak metode analisis yang bisa digunakan dalam menganilisis kestabilan
lereng, salah satunya adalah dengan menggunakan metode elemen hingga atau
finite element method (FEM). Perhitungan elemen hingga umumnya susah untuk
dilakukan secara manual, sehingga diperlukan bantuan dengan menggunakan
program komputer. Salah satu program komputer yang menggunakan prinsip
elemen hingga untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan geoteknik
termasuk permasalahan kestabilan lereng adalah Program Plaxis 8.2.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis, dimana data
analisis diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data
analisis merupakan kombinasi dari berbagai data analisis yaitu jenis tanah,
kemiringan lereng, kemiringan nail, dan panjang nail. Kombinasi dari berbagai
data analisis menghasilkan 81 variasi data analisis.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa semua variasi data analisis untuk tipe tanah A
mengalami keruntuhan. Nilai faktor keamanan (safety factor atau SF) paling besar
adalah 4,433 (lebih besar dari syarat aman, 1,5). Terjadi pada kemiringan lereng
300, kemiringan nail 300, panjang nail 30m, dan tanah tipe C yang memiliki nilai
c = 0 dan . Tanah tipe B merupakan tipe tanah yang paling stabil
dibanding tipe tanah yang lain dalam tiap kombinasi variasi analisisnya. Tanah
tipe B merupakan tipe tanah yang paling stabil dibanding tipe tanah yang lain
dalam tiap kombinasi variasi analisisnya

Kata kunci : kestabilan lereng, soil nailing, nilai faktor keamanan (safety factor
atau SF)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Aza Nur Fauzi, 2011. Stress Deformation and Safety Factor Analysis on
Slope with Soil Nailing Reinforcement Using Plaxis 8.2, Thesis, Civil
Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University of
Surakarta.

Slope is defined as a soil surface wich is no horizontaly. On slope, component of


grafity force wich work in soil will leading it to the bottom. The component of
grafity is called soil moving force. The slope has a nature reinforcement from the
component of soil wich contained in it, to holding the soil moving force, so soil
movement or landslide can not happen. This condition is callaed slope stability of
nature.

There are many stability analysis method can use to analyze slope stabilization,
one of them is finite element method (FEM). Commonly, manual calculation of
finite element method is not easy to do, so the helping of computer program is
necessary. One of it is Plaxis 8.2

The method wich used in this thesis is analyze method, where the analyze data is
acquired from the result of the past research. The analyze data are combined from
multiple data variety, there are kind of soil, slope inclination, nail inclination, and
the length of nail. The combination of all those are getting 81 variation of analyze
data.

The result of analyze calculation is all of analyze data variation of soil type a are
failure. The biggest value of safety factor is 4,433, it is happened at slope
inclination 300, nail inclination 300, length of nail 30 m, and soil type C. The
accuration of Plaxis 8.2 depends on model of parameter and mesh generation
elemen. Beside of that, Plaxis 8.2 also can not make the real condition in field yet,
so it need analyze using another method as a comparator.

Key words: slope stability, soil nailing, safety factor (SF).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
hidayah , serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Tegangan-Perpindahan dan Faktor Keamanan (SF) Pada Lereng Miring
Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunakan Program Plaxis 8.2”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
wacana dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi orang lain
umumnya.

Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak hingga selesainya skripsi
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pimpinan serta staf fakultas dan jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dosen pembimbing skripsi: Pak Bambang Setiawan, ST, MT dan Pak Dr.
Tech. Ir. Sholihin As’ad, MT
3. Dosen penguji Skripsi : Ir. Noegroho Djarwanti, MT dan Dr. Ir. Rr. Rintis
Hadiani, MT
4. Pembimbing akademis: Wibowo, ST, DEA.
5. Rekan-rekan Teknik Sipil angkatan 2007.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca, karena banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki.
Kritik dan saran akan penulis terima untuk kesempurnaan tulisan ini.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................... iii
Motto .................................................................................................................. iv
Persembahan ........................................................................................................ v
Abstrak ............................................................................................................... vii
Abstact .............................................................................................................. viii
Kata Pengantar .................................................................................................... ix
Daftar Isi .............................................................................................................. x
Daftar Gambar ................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4
2.2 Dasar Teori ................................................................................... 4
2.2.1 Stabilitas Lereng ................................................................. 4
2.2.2 Soil Nailing ......................................................................... 6
2.2.2.1. Umum ................................................................... 6
2.2.2.2. Komponen Material Soil Nailing ........................ 11
2.2.2.3. Konstruksi Soil Nailing ....................................... 13
2.3. Metode Elemen Hingga .............................................................. 14
2.3.1. Umum............................................................................... 14
2.3.2. Tahapan Metode Elemen Hingga ..................................... 14
2.3.2.1. Diskritisasi .......................................................... 14

commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3.2.2. Pemilihan Model atau Fungsi Pendekatan .......... 15


2.3.2.3. Menentukan Hubungan Regangan-Perpindahan
dan Tegangan-Regangan..................................... 17
2.3.2.4. Perakitan Persamaan Elemen Lokal ke Persamaan
Global.................................................................. 19
2.4. Program Plaxis............................................................................ 19
2.4.1. Geometri Model ............................................................... 20
2.4.2. Kondisi Batas ................................................................... 20
2.4.3. Data Elemen ..................................................................... 20
2.4.4. Mesh Generation .............................................................. 23
2.4.5. Kondisi Awal ................................................................... 23
2.4.6. Perhitungan ...................................................................... 24
2.4.7. Keluaran Data .................................................................. 25
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 27
3.1 Umum ......................................................................................... 27
3.2 Pemodelan .................................................................................. 27
3.2.1. Bentuk Pemodelan ........................................................... 27
3.2.2. Pemodelan Lereng Tanpa Perkuatan................................ 28
3.2.3. Titik Tinjau ...................................................................... 30
3.3 Pemodelan dengan Plaxis ........................................................... 30
3.3.1. Masukan (Input) ............................................................... 30
3.3.2. Diskritisasi Model ............................................................ 31
3.3.3. Penentuan Kondisi Awal (Initial Kondition) ................... 32
3.3.4. Perhitungan (Calculation) ................................................ 33
3.3.5. Keluaran Data (Output) .................................................... 34
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 37
4.1 Analisis ....................................................................................... 37
4.1.1. Data Analisis .................................................................... 37
4.1.2. Variasi Data Analisis ....................................................... 39
4.1.3. Hasil Analisis ................................................................... 41
4.2 Pembahasan ................................................................................ 47
4.2.1 Analisis Tegangan Perpindahan ........................................ 47

commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.2 Analisis Faktor Keamanan (SF) ........................................ 48


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 51
5.2 Saran ........................................................................................... 51
Daftar Pustaka .................................................................................................. xvii
Lampiran ................................................................................................................

commit
xiito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teori Keruntuhan Mohr-Coulomb .................................................. 5


Gambar 2.2. Stabilitas lereng ............................................................................... 6
Gambar 2.3. Stabilitas Lereng Global dari Soil Nailing ...................................... 7
Gambar 2.4. Komponen Gaya yang Bekerja Pada Nail ...................................... 8
Gambar 2.5. Pullout Failure ................................................................................ 9
Gambar 2.6. Nail Tendon Failure ...................................................................... 10
Gambar 2.7. Detail Pemasangan Ujung Permukaan Nail .................................. 10
Gambar 2.8. Face Failure .................................................................................. 11
Gambar 2.9. Centralizer ..................................................................................... 12
Gambar 2.10. Detai Soil Nailing ........................................................................ 13
Gambar 2.11. Diskritisasi Elemen ..................................................................... 14
Gambar 2.12. Elemen segitiga dalam sumbu lokal dan global .......................... 15
Gambar 2.13. Elemen segitiga dalam sumbu lokal ............................................ 16
Gambar 2.14. Jendela Penggambaran Geometri Model..................................... 20
Gambar 2.15. Jendela Data Material Tanah dan Antarmuka ............................. 21
Gambar 2.16. Jendela Data Material Pelat ......................................................... 22
Gambar 2.17. Jendela Data Material Geogrid .................................................... 22
Gambar 2.18. Jendela Data Material Jangkar .................................................... 23
Gambar 2.19. Mesh Generation ......................................................................... 23
Gambar 2.20. Kondisi Awal............................................................................... 24
Gambar 2.21. Jendela General Setting............................................................... 25
Gambar 2.22. Bidang Gelincir Lereng ............................................................... 26
Gambar 2.23. Grafik Nilai SF ............................................................................ 26
Gambar 3.1. Pemodelan lereng tanpa perkuatan ................................................ 28
Gambar 3.2. Hasil analisis lereng tanpa perkuatan ............................................ 29
Gambar 3.3. Output analisis lereng tanpa perkuatan ......................................... 29
Gambar 3.4. Pemodelan dan Titik Tinjau .......................................................... 30
Gambar 3.5. Parameter Umum Dalam Plaxis .................................................... 31
Gambar 3.6. Masukan Pemodelan Dalam Plaxis (input) ................................... 31

commit
xiiito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.7. Diskritisasi Model Dalam Plaxis ................................................... 32


Gambar 3.8. Kondisi Awal Model (initial conditioni)....................................... 33
Gambar 3.9. Tahap Perhitungan Pada Plaxis ..................................................... 34
Gambar 3.10. Perilaku Deformasi Pada Tanah .................................................. 34
Gambar 3.11. Bidang Gelincir (slip-surface) Tanah .......................................... 35
Gambar 3.12. Grafik Nilai Faktor Keamanan (SF) ............................................ 35
Gambar 3.13. Diagram Alir Tahapan Penelitian................................................ 36
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 300 Untuk Tanah Tipe B .................................................... 45
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 450 Untuk Tanah Tipe B .................................................... 45
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 600 Untuk Tanah Tipe B .................................................... 45
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 300 Untuk Tanah Tipe C .................................................... 46
Gambar 4.5. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 450 Untuk Tanah Tipe C .................................................... 46
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 600 Untuk Tanah Tipe C .................................................... 46
Gambar 4.7. Keruntuhan Lereng Hasil Analisis Tegangan Perpindahan .......... 48
Gambar 4.8. Kegagalan Analisis Faktor Keamanan (SF) .................................. 48

commit
xivto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Data input parameter tanah, kemiringan lereng, kemiringan nail, dan
panjang nail ........................................................................................................ 28
Tabel 4.1. Data Material Tanah ......................................................................... 37
Tabel 4.2. Nilai Modulus Elastisitas (E) Tanah ................................................. 38
Tabel 4.3. Data Material Pelat ........................................................................... 38
Tabel 4.4. Data input parameter tanah, kemiringan lereng, kemiringan nail, dan
panjang nail ........................................................................................................ 39
Tabel 4.5. Kombinasi Variasi Data Analisis ...................................................... 39
Tabel 4.6. Hasil Analisis .................................................................................... 42
Tabel 4.7. Nilai Tegangan Geser Masing-masing Jenis Tanah .......................... 47

commit
xvto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. A1. Data Analisis Kadar Air Pada Tanah Tipe A .......................................
Lamp. A2. Data Analisis Berat Isi Tanah Pada Tanah Tipe A ..............................
Lamp. A3. Data Analisis Berat Jenis (Specific Gravity, GS) Pada Tanah Tipe A
Lamp. A4. Data Analisis Uji Triaxial Pada Tanah Tipe A ....................................
Lamp. A5. Data Analisis Kadar Air Pada Tanah Tipe B .......................................
Lamp. A6. Data Analisis Berat Isi Tanah Pada Tanah Tipe B ..............................
Lamp. A7. Data Analisis Berat Jenis (Specific Gravity, GS) Pada Tanah Tipe B
Lamp. A8. Data Analisis Uji Triaxial Pada Tanah Tipe B ....................................
Lamp. A9. Data Analisis Kadar Air Pada Tanah Tipe C .......................................
Lamp. A10. Data Analisis Berat Isi Tanah Pada Tanah Tipe C ............................
Lamp. A11. Data Analisis Berat Jenis (Specific Gravity, GS) Pada Tanah Tipe C
Lamp. A12. Data Analisis Uji Direct Shear Pada Tanah Tipe C ...........................
Lamp. B1. Hasil Analisis Plaxis

commit
xvito user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lereng didifinisikan sebagai permukaan tanah yang tidak horisontal. Pada


permukaan lereng, komponen gravitasi yang bekerja pada tanah cenderung akan
menggerakkan tanah ke bawah (Hardiyatmo, 2007). Komponen gravitasi ini
disebut sebagai gaya penggerak tanah. Lereng mempunyai perkuatan alami yang
berasal dari komponen material tanah itu sendiri, untuk melawan gaya penggerak
tanah, sehingga gerakkan tanah atau kelongsoran tidak terjadi. Kondisi ini disebut
sebagai stabilitas alami lereng.

Penambahan komponen gravitasi dapat terjadi akibat adanya beban luar yang
bekerja pada lereng. Jika komponen gravitasi yang bekerja pada lereng sangat
besar, perlawanan terhadap gaya penggerak yang dikerahkan oleh tanah dapat
terlampaui, yang akan menimbulkan kelongsoran lereng. Diperlukan adanya
perkuatan tambahan untuk mencegah terjadinya kelongsoran sehingga kestabilan
lereng dapat tercapai. Perkuatan lereng yang biasanya dipakai adalah dengan
membuat dinding penahan tanah pada lereng. Penambahan perkuatan lereng
diperoleh dengan meningkatkan tegangan normal dari penambahan beban dinding.
Cara ini sangat efektif digunakan untuk meningkatkan kestabilan lereng karena
dengan bertambahnya tegangan normal, maka gaya gesekan yang diperoleh juga
akan semakin besar. Namun cara ini sama sekali tidak efisien, jika gaya
penggerak tanah sangat besar. Karena diperlukan beban dinding yang lebih besar
juga. Hal ini berarti diperlukan dimensi dinding yang lebih besar dan akan
meningkatkan biaya konstruksi menjadi sangat besar. Salah satu alternatif
perkuatan lereng yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan soil nail.

Soil nail adalah jenis perkuatan lereng dengan memasang batangan-batangan baja
ke dalam tanah (Lazarte, 2003). Perkuatan yang diberikan diperoleh dari kekuatan
tegangan baja dan gesekan antara permukaan batangan baja dengan tanah
disekelilingnya yang akan memberikan gaya perlawanan tambahan bagi lereng.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perhitungan mengenai gaya penggerak tanah dan perlawanannya disebut analisis


stabilitas lereng.

Banyak variabel terkait dalam analisis stabilitas lereng. Beberapa metode


mempunyai syarat batas sesuai yang diharapkan. Penelitian yang akan dilakukan
ini mempunyai batasan untuk analisis kekuatan tanah. Parameter yang diperoleh
dari hasil uji tanah di laboratorium diasumsikan valid. Salah satu variabel yang
diuji dalam penelitian ini adalah faktor keamanan (safety factor atau Sf) yang
merupakan monitor dalam perencanaan keamanan konstruksi dalam stabilitas
lereng.

Ada banyak metode analisis yang bisa digunakan dalam menganilisis kestabilan
lereng, salah satunya adalah dengan menggunakan metode elemen hingga atau
finite element method (FEM). Perhitungan elemen hingga umumnya susah untuk
dilakukan secara manual, sehingga diperlukan bantuan dengan menggunakan
program komputer. Salah satu program komputer yang menggunakan prinsip
elemen hingga untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan geoteknik
termasuk permasalahan kestabilan lereng adalah Program Plaxis 8.2.

Program Plaxis 8.2 merupakan salah satu program komputer analisis tanah yang
menggunakan FEM dalam analisisnya. Bentuk lereng yang dimodelkan akan
dianalisis dengan pendekatan elemen hingga berdasarkan parameter kekuatan
tanah dan jenis perkuatan yang diberikan terhadap tanah tersebut. Pada penelitian
ini akan dilakukan dua analisis yaitu analisis tegangan perpindahan dan analisis
SF lereng. Analisis tegangan perpindahan dilakukan untuk mengetahui kekuatan
lereng terhadap penagruh beban yang diberikan apakah lereng mengalami
keruntuhan atau tidak. Sedangkan analisis SF dilakukan untuk mengetahui
besarnya nilai SF yang dimiliki oleh lereng.

Penelitian ini akan membahas tentang analisis kestabilan lereng terbebani dengan
perkuatan soil nail dengan variasi jenis tanah, sudut kemiringan lereng, sudut
kemiringan nail, dan panjang nail menggunakan program Plaxis 8.2. Penggunaan
program Plaxis dipilih karena program ini merupakan program analisis geoteknik
yang memiliki berbagai macam pilihan variasi model material tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perilaku tegangan-perpindahan dan besarnya nilai SF pada lereng


terbebani dengan perkuatan soil nailing dengan variasi jenis tanah, sudut
kemiringan lereng, sudut kemiringan nail, dan panjang nail menggunakan
program Plaxis 8.2.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mempersempit dan memfokuskan analisis penelitian, maka dilakukan


batasan masalah sebagai berikut:
1. Model material tanah menggunakan Mohr-Coulomb,
2. Analisis metode elemen hingga menggunakan model Plainstrain dengan
jumlah titik tiap elemen adalah 15,
3. Jumlah lapis tanah yang digunakan adalah satu lapis,
4. Tidak dipengaruhi adanya muka air tanah,
5. Variasi sudut kemiringan lereng adalah 300-600,
6. Variasi sudut kemiringan nail adalah 100-300,
7. Variasi panjang nail adalah 20m - 30m,
8. Analisis Program Plaxis 8.2 dilakukan dengan pengaturan standar program.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kestabilan lereng dan besarnya nilai faktor
keamanan (SF) pada lereng terbebani dengan perkuatan soil nailing dan
pemodelan elemen hingga dengan variasi jenis tanah, sudut kemiringan lereng,
sudut kemiringan nail, dan penjang nail menggunakan program Plaxis 8.2.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:


1. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil dalam kaitannya
dengan analisis stabilitas lereng.
2. Pemanfaatan program komputer dalam menyelesaikan permasalahan
geoteknik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Soil nailing merupakan jenis perkuatan pasif pada tanah dengan menancapkan
potongan-potongan baja (nails) yang kemudian di-grout. Soil nailing digunakan
secara khusus untuk menstabilisasi lereng atau galian yang lebih menguntungkan
dibandingkan sistem dinding penahan tanah yang lain. Pada beberapa kondisi, soil
nailing memberikan alternatif yang bisa dilakukan dilihat dari sisi kemungkinan
pelaksanaan, biaya pembuatan, dan lamanya waktu pengerjaan jika dibandingkan
dengan sistem perkuatan lereng yang lain (Lazarte, 2003).

Metode elemen hingga adalah metode numerik untuk mendapatkan solusi dari
permasalahan yang sering terjadi dalam analisis teknik. Peningkatan penggunaan
komputer sebagai alat bantu dalam mendesain membuat perlu bahwa para praktisi
teknik mempunyai pengetahuan tentang bagaimana metode elemen hingga itu
bekerja (Segerlind dalam Antonius 2007).

Program Plaxis, merupakan program komputer yang menggunakan metode


elemen hingga untuk analisis-analisis dalam mekanika tanah. Dalam analisis
kestabilan lereng, nilai faktor keamanan (SF) diperoleh dari analisis phi/c
reduction. Sedangkan nilai tegangan-perpindahan diperoleh dari analisis plastic
(Brinkgreve, 2007).

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Stabilitas Lereng

Suatu lereng dikatakan stabil jika lereng tersebut tidak mengalami pergerakan dan
tidak berpotensi mengalami pergerakan. Kondisi tersebut dapat tercapai jika
besarnya komponen gaya penahan pada lereng lebih besar dibanding komponen
gaya penggerak lereng. Perbandingan antara komponen gaya penahan lereng dan
gaya penggerak lereng dinamakan faktor keamanan (SF) lereng. Nilai faktor
keamanan lereng dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SF = (2.1a)

Keterangan : SF = faktor keamanan lereng,


= tegangan geser maksimum penggerak tanah,
d = tegangan geser penahan tanah.

Menurut teori Mohr-Coulomb, besarnya kohesi tanah tergantung pada jenis tanah
dan kepadatannya namun tidak tergantung pada tegangan yang bekerja pada
bidang gesernya. Sedangkan gesekan antar butir tanah berbanding lurus dengan
tegangan pada bidang gesernya. Secara umum teori diatas digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.1. Teori Keruntuhan Mohr-Coulomb

Berdasarkan Gambar 2.1, maka tahanan geser ( ) yang dapat dikerahkan oleh
tanah di sepanjang bidang longsornya, dapat dinyatakan oleh :
=c+ tg ø (2.1b)
Keterangan : c = kohesi tanah,
= tegangan normal,
ø = sudut gesek dalam tanah.

Persamaan tersbut juga dapat berlaku pada tegangan geser penahan tanah,
sehingga persamaan SF dapat dituliskan (Hardiyatmo 2007):

SF = (2.1c)

Secara skematik, prinsip dasar dari kestabilan lereng dapat digambarkan sebagai
berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2. Stabilitas lereng

Berdasarkan persamaan (2.1b) maka komponan gaya penggerak tanah dapat


dituliskan dalam persamaan:
f = Ta

= (2.2)

Sedangkan untuk komponen gaya penahan tanah dapat dituliskan dalam


persamaan:
d =c+ tg ø

=c+( ) tg ø (2.3)

Sehingga substitusi persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) ke persamaan (2.1c)


menjadi:

SF = (2.4)

2.2.2. Soil Nailing

2.2.2.1. Umum

Soil nailing merupakan salah satu jenis perkuatan lereng dengan memasang
potongan-potongan baja (nails) kedalam tanah. Proses ini menghasilkan sebuah
bagian perkuatan yang stabil dan bisa menahan tanah di belakangnya (Lazarte,
2003). Perkuatan yang bekerja bersifat pasif dan kinerja perkuatannya
berkembang melalui interaksi antara tanah dan nails dalam deformasi tanah
selama proses konstruksinya.

Secara skematik, stabilitas lereng global dengan perkuatan soil nailing dapat
diilustrasikan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3 Stabilitas Lereng Global dari Soil Nailing (Lazarte, 2003)

Keterangan : = sudut kemiringan permukaan lereng,


= sudut kemiringan lereng,
ø = sudut gesek dalam,
= sudut inklinasi bidang gelincir lereng,
i = sudut kemiringan nail,
LF = panjang bidang gelincir lereng,
W = berat tanah,
QT = beban luar,
T = gaya ekuivalen nail,
NF = gaya normal,
SF = gaya geser lereng.

Nilai angka keamanan yang terjadi berdasarkan Gambar 2.6 adalah:

SF =

= (2.5)

Secara umum, komponen-komponen pada Gambar 2.6 sudah biasa sering


dijumpai pada analisis kestabilan lereng secara umum. Namun, yang perlu
diperhatikan disini adalah terdapatnya nilai T (gaya ekuivalen nail). Nilai T
merupakan penjumlahan dari kuat tarik baja nail dan gaya gesek antara
permukaan nail dan tanah, yang besarnya dipengaruhi oleh tegangan tarik baja,
diameter baja nail, dan kekasaran permukaan nail. Berdasarkan gambar 2.6, maka
besarnya gaya penahan tanah akan semakin meningkat seiring dengan
penambahan panjang nail. Gaya-gaya yang bekerja pada nail dapat digambarkan
sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gaya Normal

Nail Butiran Tanah

Gaya Tarik

Gaya Normal

Gambar 2.4. Komponen Gaya yang Bekerja Pada Nail (Hardiyatmo, 2010)

Besarnya nilai T dapat dituliskan kedalam persamaan:

T=( + (fy A) (2.6a)

Substitusi persamaan (2.3) ke dalam persamaan (2.6a) menjadi:

T= +( ) (2.6b)

Keterangan: T = gaya ekuivalen nail,


D = diameter nail,
L = panjang perkuatan nail,
c = kohesi tanah,
= tegangan normal tanah,
ø = sudut geser dalam tanah,
SH = jarak antar nail,
A = luas penampang nail,
Fy = tegangan leleh baja nail.

(Lazarte 2003) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mendesain perkuatan soil nailing berdasarkan mode keruntuhan yang
mungkin terjadi antara lain:

1) Pullout Failure

Pullout failure dapat terjadi akibat tidak cukupnya panjang tusukan nail yang
melewati batas bidang gelincir lereng dan gaya gesekan tanah yang bekerja pada
permukaan nail. Besarnya gaya gesekan tanah yang bekerja pada nail dipengaruhi
oleh nilai kohesi tanah dan kekasaran permukaan nail. Untuk meningkatkan
kekasaran permukaan nail, biasanya dilakukan grout dengan semen disekitar nail.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5. Pullout Failure (Lazarte, 2003)

Dalam Gambar 2.2. dapat dilihat bahwa panjang perkuatan soil nailing harus
melawati batas bidang gelincir tanah, sehingga gaya T yang diperoleh dari nilai
kuat tarik baja nail dan gaya gesek antara permukaan grout dapat bekerja secara
optimal. Sebagai akibat adanya reaksi kemungkinan terjadinya pergerakan tanah
pada sebelah kiri batas bidang gelincir tanah.

2) Nail Tendon Failure

Keruntuhan ini terjadi akibat ketidakmampuan kekuatan tegangan nail dalam


menahan beban tanah diatas bidang gelincir lereng. Hal ini dipengaruhi oleh
besarnya nilai tegangan leleh baja (fy) yang digunakan sebagai nail. Nail tendon
failure juga dapat terjadi akibat berkurangnya kekuatan nail yang disebabkan oleh
oksidasi dalam tanah yang mengakibatkan terjadinya karat pada nail.

Nail tenon failure dapat dicegah dengan menggunakan mutu baja yang lebih
tinggi untuk meningkatkan nilai tegangan lelehnya (fy). Sedangkan untuk
mencegah terjadinya karat pada baja, maka perlu dipasang centralizer sebelum
dilakukan peng-grouting-an pada nail. Pemasangan centralizer dilakukan untuk
memastikan agar baja nail terpasang tepat di tengah lubang bor sehingga oksidasi
tanah dapat dihindari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Gambar 2.6. Nail Tendon Failure (Lazarte, 2003)

3) Face Failure

Keruntuhan ini biasanya disebabkan lebih kepada kesalahan pekerjaan pada saat
proses konstruksi. Face failure terjadi akibat ketidakmampuan ujung permukaan
nail menahan gaya lateral tanah. Gaya lateral tanah yang seharusnya bisa ditahan
oleh dinding pada ujung permukaan nail, dapat mengalami keruntuhan jika terjadi
kesalahan dalam pemasangannya.

Gambar 2.7. Detail pemasangan ujung permukaan nail (Lazarte, 2003)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Untuk mencegah terjadinya face failure adalah dengan lebih memperhatikan detail
pemasangan nail pada dinding penahan penahan. Perhitungan mengenai struktur
dinding penahan juga harus benar-benar diperhatikan.

Gambar 2.8. Face failure (Lazarte, 2003)

2.2.2.2. Komponen Material Soil Nailing

Beberapa komponen material yang terdapat pada soil nailing adalah sebagai
berikut:

1) Baja Nail

Baja nail merupakan komponen utama pada perkuatan soil nailing. Baja nail
berfungsi sebagai penahan gaya tekanan tanah lateral dengan memanfaatkan kuat
tariknya. Besarnya nilai kuat tarik yang dianjurkan oleh Federal Highway
Administration (FHWA) adalah sebesar 420 MPa – 520 MPa dengan diameter
bervariasi yaitu 19 mm, 22 mm, 25 mm, 29 mm, 32 mm, 36 mm, dan 43 mm,
tergantung kebutuhan (Lazarte, 2003).

2) Centralizer

Centralizer berfungsi untuk menjaga agar baja nail tetap berada di tengah sebelum
dilakukan peng-groutingan. Umumnya, centralizer terbuat dari pipa PVC yang
dibentuk sedemikian rupa hingga bisa dipasang pada nails.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Gambar 2.9. Centralizer

3) Pelat Beton

Pelat beton digunakan sebagai dinding penahan pada perkuatan soil nailing. Pelat
beton akan menyalurkan beban yang diterima dari tanah ke baja-baja nails. Beton
yang digunakan adalah jenis beton normal. Sebelum dilakukan pengecoran pada
pelat, terlebih dahulu dipasang tulangan. Tulangan yang digunakan dapat
menggunakan tulangan fabrikasi (wire mesh) untuk memudahkan proses
konstruksi.

Ketebalan pelat yang umum digunakan berkisar antara 75 mm sampai 100 mm.
Namun, ketebalan dapat ditingkatkan jika kondisi tanah sangat lemah atau tanah
menerima beban yang sangat besar.

4) Material Grouting

Material grouting yang umumnya digunakan adalah menggunakan campuran


antara pasir dan semen dengan nilai faktor air semen 0,4 sampai 0,5 dan nilai
slump 30 mm. Kuat tekan yang dianjurkan untuk material grouting adalah 21 Mpa
pada umur 28 hari. Penggunaan jenis semen juga perlu diperhatikan dalam
material grouting. Semen tipe I digunakan untuk jenis tanah normal dan semen
tipe II dan V digunakan untuk tanah yang banyak mengandung sulfat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Gambar 2.10. Detail Soil Nailing

2.2.2.3. Konstruksi Soil Nailing

1) Pengeboran tanah sebagai tempat nails

Diameter lubang bor yang dianjurkan untuk perkuatan soil nailing adalah
10-20 cm (FHWA), arah pengeboran disesuaikan dengan sudut rencana
pemasangan nails.

2) Pemasangan nails dan proses grouting

Setelah lubang bor siap, langkah selanjutnya adalah pemasangan nails


kedalam lubang bor. Untuk memastikan nails terpasang ditengah lubang
sebelum dilakukan peng-grouting-an, pada nails diberikan centralizer.
Pemasangan centralizer dilakukan sebelum nail terpasang pada lubang bor.
Dalam satu nail dapat dipasang 2-4 centralizer, tergantung dari panjang
nail. Setelah nails terpasang, kemudian dilakukan peng-grouting-an pada
lubang bor untuk memberikan perkuatan dan ikatan pada nails.

3) Pengecoran pelat beton

Langkah terakhir adalah pengecoran pelat beton pada permukaan lereng.


Pengecoran dinding dilakukan setelah tulangan terpasang pada permukaan
lereng. Dinding ini nantinya berfungsi sebagai dinding penahan tanah pada
lereng.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

2.3. Metode Elemen Hingga (FEM)

2.3.1. Umum

Metode elemen hingga merupakan salah satu metode pendekatan dengan cara
mengganti domain dari masalah dengan koleksi dari subdomain sederhana yang
disebut elemen hingga (digilib.petra.ac.id). Disebut elemen hingga karena ukuran
elemen kecil ini berhingga dan umumnya mempunyai bentuk geometrik yang
lebih sederhana dibandingkan komponen utamanya. Dengan menggunakan
metode elemen hingga suatu masalah dengan derajat kebebasan tak berhingga
dapat diubah menjadi permasalahan dengan jumlah derajat kebebasan tertentu
sehingga proses pemecahannya akan lebih sederhana.

2.3.2. Tahapan Perhitungan Metode Elemen Hingga

2.3.2.1. Diskritisasi

Diskritisasi adalah pembagian sebuah elemen global menjadi sejumlah elemen


lokal yang lebih kecil (Antonius 2007). Bagian-bagian kecil itu yang kemudian
disebut sebagai elemen hingga. Dalam analisis mekanika tanah, diskritisasi
dilakukan dengan membagi satu elemen global kedalam bentuk segitiga-segitiga
kecil yang kemudian disebut sebagai jaring-jaring elemen (mesh). Perpotongan
antara sisi elemen dinamakan simpul (node). Sedangkan permukaan antara
elemen-elemen disebut garis simpul. Pembagian jumlah elemen segitiga dalam
diskritisasi akan mempengaruhi ketelitian analisis dalam metode elemen hingga.
Semakin kecil elemen tiap elemen yang dibentuk, maka akan semakin besar
tingkat ketelitian analisisnya.

Gambar 2.11. Diskritisasi elemen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Setelah diskritisasi dilakukan, akan diperoleh koordinat lokal dan koordinat global
tiap elemen yang terbentuk. Penggunaan koordinat lokal diberikan karena untuk
mempermudah dalam melakukan analisis tiap elemen. Setelah analisis lokal
dilakukan, hasil dari analisis lokal akan dikembalikan ke sistem global sehingga
dapat dilakukan analisis global.

2.3.2.2. Pemilihan Model atau Fungsi Pendekatan

Langkah ini dilakukan untuk memilih model atau fungsi pendekatan untuk
besaran yang tidak diketahui (perpindahan) pada suatu titik. Pada elemen segitiga,
terdapat dua perpindahan yang tidak diketahui u, v pada titik P(x,y). Dengan
melakukan pendekatan, perpindahan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
(Suhendro 2000):

u(x,y) = 1+ 2x + 3y

v(x,y) = 4+ 5x + 6y (2.7a)
persamaan (2.7a) jika ditulis dalam matriks adalah:

(2.7b)

atau
{U} = [ ] { } (2.7c)
Keterangan: {U} = [u,v],
{ }T = [ 1 2 3 4 5 6],
[ ] = adalah matriks koordinat.
Persamaan di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Y
y
k

x
j
a
i

Gambar 2.12. Elemen segitiga dalam sumbu lokal dan global

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Jika elemen segitiga di atas ditransformasi ke dalam sumbu lokal akan menjadi:
y
k

x
i
Gambar 2.13. Elemen segitiga dalam sumbu lokal

Evaluasi u dan v di tiga titik simpul memberikan


un = 1 + 2xn + 3yn

vn = 4 + 5xn + 6yn n = i, j, k (2.8a)


Persamaan di atas jika ditulis dalam matriks menjadi:

(2.8b)

Invers dari persamaan (2.8b) adalah:

(2.8c)

Dimana: A = luas elemen segitiga (½ (xj-xi)(yk-yi))

(2.8d)

Berdasarkan Gambar 2.13, titik I berhimpit dengan sumbu koordinat lokal dan
titik j berhimpit dengan sumbu koordinat horisontal lokal, sehingga xi = 0; yi = 0;
yj = 0. Oleh karena itu, persamaan 2.3d dapat disederhanakan menjadi:
A = ½ xj yk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

(2.8e)

Substitusi persamaan 2.7b ke dalam persamaan 2.7c adalah:

= (2.9a)

= (2.9b)

Keterangan : N1 = ¼ (xjyk) – ykx + (xk-yj)y,


N2 = ykx - xky,
N3 = xjy (2.10)

2.3.2.3. Menentukan Hubungan Regangan-Perpindahan dan Tegangan-


Regangan.

Suatu benda yang dibebani dalam bidang dua dimensi (x-y), variasi ketebalan
terhadap z, arah melintang, adalah konstan. Karenanya dari keenam komponen
tegangan dalam benda tiga dimensi ( x y z xy xz yz) tiga komponen tegangan
dalam arah z ( z xz yz) dapat diabaikan. Tiga komponen tegangan sisanya ( x y

xy) diidealisasikan dengan. Sama seperti komponen tegangan, komponen


regangan juga memiliki enam komponen dalam kondisi tiga dimensi
( ) dan dalam bidang dua dimensi semua komponen dalam arah
z( ) dapat diabaikan: (Antonius, 2007)

{ }= (2.11a) { }= (2.11b)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Yang merupakan fungsi koordinat x dan y saja. Pada material linier, elastik, dan
isotropik maka sifat bahan dapat dinyatakan dengan hukum Hooke.

x =

y =

xy = (2.12a)

dalam notasi matriks

{ } = [C] { } = (2.12b)

Keterangan: [C] = matriks tegangan-regangan,


E = Modulus Young,
v = angka poisson.

Dalam idealisasi tegangan bidang 2 dimensi (z dianggap konstan), nilai regangan


bidang dapat dinyatakan dengan persamaan :

; ;

Dan

(2.13)

Sehingga diperoleh:

(2.14)

Atau
{ } = [B] {q} (2.15)
dimana [B] merupakan matriks transformasi regangan-perpindahan.

Apabila regangan total ( ) sebagai jumlah tegangan elastik efektif ( e) dan


terdapat residu awal/residu ( 0) sebelum beban diterapkan, maka:
{ } = [C] { } = [C]({ }-{ 0}) = [C]{ e) (2.16)
-1
Matriks [C] = [D], dengan [D] adalah matriks regangan-tegangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

[D] = (2.17)

2.3.2.4. Perakitan Persamaan Elemen Lokal ke Persamaan Global

Persamaan lokal yang sudah didapatkan kemudian dikalikan dengan matrik


transformasi untuk mendapatkan persamaan global. Dari persamaan global baru
dapat kita hitung deformasi global tiap titik dalam elemen. Salah satu metode
untuk menggabungkan masing-masing kekakuan elemen-elemen dapat
menggunakan metode kekakuan langsung.

Pada setiap titik elemen antara sumbu lokal dan global didapatkan sudut
transformasi, misalkan pada titik 1. Karena garis satu 12 membentuk sudut ,
maka koordinat lokal pada titik 1 harus ditransformasikan kedalam koordinat
global terlebih dahulu. Dengan menggunakan metode kekakuan langsung
diperoleh: (Antonius, 2007).

(2.18)

C = cos ; S = sin

Transformasi dilakukan dengan menggunakan persamaan:


{u,v} = [T] {s,t} (2.19)
K = TT k T (2.20)
Dengan u, v adalah deformasi pada koordinat global, k adalah matriks kekakuan
pada koordinat lokal, dan K adalah kekakuan pada koordinat global

2.4. Program Plaxis

Plaxis adalah program komputer yang menggunakan metode elemen hingga yang
dikembangkan untuk analisis berbagai permasalahan geoteknik. Program ini mulai
dikembangkan pada tahun 1987 di Universitas Delf, Belanda (Antonius, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

2.4.1. Geometri Model

Geometri model merupakan sarana untuk menggambarkan kondisi geometri tanah


yang akan dianalisis. Model yang digambarkan dalam Plaxis 8.2 adalah model 2
dimensi yang mewakili objek 3 dimensi.

Gambar 2.14. Jendela Penggambaran Geometri Model

2.4.2. Kondisi Batas

Kondisi batas menggambarkan batas garis pada input geometri. Plaxis


menyediakan pilihan kondisi batas standar yang bisa dipilih. Kondisi batas standar
merupakan kondisi batas umum yang biasa digunakan dalam analisis (Brinkgreve,
2007).

2.4.3. Data Elemen

Plaxis merupakan program analisis non-linier sehingga perilaku tanah dan batuan
pada saat dilakukan pembebanan adalah non-linier (Antonius, 2007). Tegangan
dan regangan pada kondisi ini dapat dimodelkan menjadi beberapa jenis model.
Oleh karena itu, diperlukan propertis yang lengkap dari elemen yang akan
dianalisis. Antara lain:
1) Tanah dan Antarmuka (soil dan interface)
Karena plaxis merupakan program analisis geoteknik, maka elemen tanah
merupakan yang paling dominan dan memiliki jumlah propertis yang paling
banyak, seperti:
Material set

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Menampilkan nama material, model material , dan tipe material. Model material
tersedia dalam pilihan linear-elastic, mohr-coulomb, hardening soft soil, soft soil,
dan soft soil creep. Sedangkan tipematerial tersedia dalam pilihan drained,
undrained, dan non-porous.
General Properties
Berupa berat isi kering dan berat isi basah.
Permeability
Menampilkan permeabilitas tanah dalam arah x dan y.
Kekakuan
Berupa modulus Young dan Poisson Ratio.
Kuat geser
Menampilkan kohesi (c), sudut geser dalam (ø), dan sudut inklinasi ( ).
Strength
Berupa Rigid dan Manual.

Gambar 2.15. Jendela Data Material Tanah dan Antarmuka

2) Pelat (plates)
Data yang perlu dimasukkan untuk parameter plates terdiri dari:
Material set
Menampilkan nama elemen plates dan tipe material yang tersedia dalam pilihan
elastic dan elastoplastic.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Data material
Menampilkan nilai kekakuan aksial (EA), kekakuan lentur (EI), diameter (D),
berat elemen (W), dan angka rasio poisson (v).

Gambar 2.16. Jendela Data Material Pelat

3) Geogrid
Data yang perlu dimasukkan dalam geogrid adalah:
Material set
Menampilkan nama elemen geogrid dan tipe material yang tersedia dalam pilihan
elastic dan elastoplastic.
Properties
Menampilkan nilai kekakuan aksial (EA).

Gambar 2.17. Jendela Data Material Geogrid

4) Jangkar (anchor)
Data yang perlu dimasukkan adalah memilih tipe material dari jangkar, kekakuan
aksial, dan jarak antar jangkar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Gambar 2.18. Jendela Data Material Jangkar

2.4.4. Mesh Generation

Mesh generation merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam analisis plaxis.
Jika mesh generation tidak bisa dilakukan maka analisis perhitungan tidak bisa
dilanjutkan (Brinkgreve 2007). Hal ini menunjukkan bahwa ada kesalahan dalam
melakukan input. Jika mesh generation telah dilakukan, maka plaxis akan
membagi model menjadi elemen-elemen segitiga sehingga berbentuk menyerupai
jaring (mesh) (Gambar 2.18). Jumlah dan besarnya segitiga yang dibentuk bisa
diatur dan ditentukan. Plaxis menyediakan pilihan untuk melakukan hal tersebut
antara lain: very coarse, coarse, medium, fine, dan very fine.

Gambar 2.19. Mesh Generation

2.4.5. Kondisi Awal

Penentuan kondisi awal merupakan tahapan yang dilakukan pada kondisi awal
tanah sebelum diberikan pembebanan dan perkuatan (Gambar 2.19). Pada tahap
ini akan ditentukan nilai koefisien tekanan tanah (K0) pada tanah, plaxis akan
secara otomatis memasukkan nilai K0 dari perhitungan persamaan (Hardiyatmo
2007):

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

K0 = 1-sin ø (3.1)
Keterangan : K0 = Koefisien tekanan tanah lateral kondisi awal,
ø = Sudut geser dalam tanah ø,

Selain nilai K0, penentuan kondisi awal juga dapat diatur untuk menunjukkan
keberadaan muka air tanah.

Gambar 2.20. Kondisi Awal

2.4.6. Perhitungan

Perhitungan pada plaxis meliputi perhitungan aliran air tanah, konsolidasi, dan
deformasi (Antonius 2007). Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam
perhitungan plaxis yaitu penggunaan faktor pembesaran yang dimaksudkan agar
output hasil perhitungan sesuai dengan kondisi di lapangan dan penyesuaian
selama perhitungan.

Dalam melakukan analisis perhitungan, plaxis akan melakukannya secara


bertahap. Plaxis akan melakukan iterasi analisis dengan memasukkan nilai
pembebanan secara bertahap sampai sebesar beban rencana. Jumlah iterasi dan
besarnya tingkat kesalahan dalam iterasi dapat diatur dalam menu perhitungan.
Jika selama tahapan perhitungan keruntuhan telah terjadi, maka plaxis akan
menghentikan perhitungan. Hal ini berarti bahwa tanah tidak mampu menahan
beban rencana.

Untuk analisis tegangan perpindahan calculation type yang digunakan adalah


plastic, sedangkan untuk analisis faktor keamanan (SF) menggunakan phi/c
reduction dalam calculation type-nya. Penggunaan calculation type dapat dipilih
dalam combo box yang tersedia dalam general setting (Gambar 2.11).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Gambar 2.21. Jendela general setting

2.4.7. Keluaran Data

Data keluaran yang dihasilkan dari analisis plaxis adalah:


1. Tabel data masukan
Pada tabel ini berisi semua data yang dimasukkan ke dalam masukan plaxis yang
meliputi koordinat titik-titik pada elemen, penomoran elemen, kondisi batas,
properties elemen dan kondisi air tanah.

2. Grafik data masukan


Grafik yang ditampilkan adalah konfigurasi awal elemen, penomoran elemen,
penomoran titik elemen dan kondisi air tanah.

3. Tabel data keluaran


Tabel data keluaran merupakan tabel dari hasil perhitungan yang telah dilakukan
meliputi koordinat titik elemen, peralihan dari titik elemen tersebut, tegangan
yang terjadi dan tekanan air pori.

4. Grafik data keluaran


Grafik yang ditampilkan pada keluaran perhitungan dapat berupa gaya-gaya
dalam yang bekerja di potongan tertentu dan peralihan yang terjadi di potongan
gambar yang dipilih.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Gambar 2.22. Bidang Gelincir Lereng

Gambar 2.23. Grafik Nilai SF

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Umum

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah FEM dengan pemodelan
menggunakan program Plaxis 8.2. Pemodelan dilakukan dengan beberapa jenis
tanah, sudut kemiringan lereng, sudut kemiringan nail, dan panjang nail. Jenis
pemodelan yang dipilih adalah model material Mohr-Coulomb.

Model Mohr-Coulomb dipilih karena model ini merupakan pendekatan awal


untuk semua jenis tanah. Model ini dapat menunjukkan titik keruntuhan yang
terjadi. Parameter kekuatan tanah diperoleh dari hasil uji laboratorim yang pernah
dilakukan. Jika data yang ada kurang lengkap, maka akan dilakukan asumsi
melalui pendekatan dari jenis tanah yang sudah ada.

Analisis tegangan-perpindahan dalam penelitian ini menggunakan tipe


perhitungan (Calculation Type) Plastic sedangkan untuk analisis nilai SF
menggunakan tipe perhitungan (Phi/c reduction). Diskritisasi model
menggunakan tipe very fine, pemilihan tipe ini dimaksudkan untuk mendapatkan
hasil analisis yang lebih teliti. Model pembebanan menggunakan plane strain
berupa beban fleksibel. Beban yang diberikan berupa beban merata sepanjang 50
m dengan nilai 100 kN/m2.

Setiap variasi nilai parameter tanah yang digunakan akan diperoleh hasil
hubungan tegangan-perpindahan pada titik yang telah ditentukan dan grafik nilai
SF dari hasil analisis. Nilai SF yang diambil adalah hasil analisis terakhir yang
dilakukan Plaxis pada tiap variasi nilai parameter tanah.

3.2. Pemodelan

3.2.1. Bentuk Pemodelan

Bentuk pemodelan yang dibuat adalah lereng miring dengan berbagai variasi
sudut kemiringan. Pada lereng diberi perkuatan soil nail supaya lereng menjadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

stabil dan tidak mengalami keruntuhan. Sudut kemiringan nail dan panhang nail
juga divariasi supaya diperoleh lebih banyak kombinasi analisis. Variasi data yang
akan dianalisis ditunjukkan pada Tabel 3.1:

Tabel 3.1. Data input parameter tanah, kemiringan lereng, kemiringan nail, dan
panjang nail

Jenis Tanah Sudut Kemiringan Sudut Kemiringan Panjang Nail


Lereng ( ) Nail (i) (m)
c 0 30 10 20
ø 0 45 20 25
c&ø 60 30 30

Kombinasi dari berbagai data di atas akan diperoleh 81 variasi data analisis. Jenis
tanah diperoleh dari hasil uji laboratorium mekanika tanah Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.2.2. Pemodelan Lereng Tanpa Perkuatan

Pada pemodelan ini akan dibuat sebuah contoh pemodelan lereng tanpa perkuatan
soil nailing, kemudian dilakukan analisis. Pemodelan ini dimaksudkan untuk
mengetahui kestabilan alami lereng apakah lereng mampu menahan beban
rencana atau tidak. Jika lereng mengalami keruntuhan, maka layak untuk
dilakukan analisis dengan perkuatan soil nailing. Analisis dilakukan terhadap
lereng dengan kemiringan 300 dan tipe tanah C. Pemilihan sudut kemiringan
lereng 300 dan tanah tipe C dilakukan karena pada kondisi tersebut dianggap
sebagai kondisi alami lereng yang paling stabil dibanding kondisi yang lain.

Gambar 3.1. Pemodelan lereng tanpa perkuatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Gambar 3.2. Hasil analisis lereng tanpa perkuatan

Gambar 3.3. Output analisis lereng tanpa perkuatan

Setelah dilakukan analisis terhadap kestabilan lereng tanpa perkuatan, ternyata


hasilnya adalah lereng mengalami keruntuhan (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3).
Pada gambar 3.2, keterangan dengan tulisan berwarna merah (Prescribed ultimate
state not reached!, Soil body collapses, Inspect output and load-displacement
curve) menunjukkan bahwa hasil analisis lereng mengalami keruntuhan.
Sedangkan pada Gambar 3.3 menunjukkan gambar keruntuhan lereng yang
terjadi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kestabilan lereng tanpa


perkuatan, maka perlu diberikan suatu perkuatan tambahan pada lereng sehingga
kestabilan lereng dapat tercapai.

3.2.3. Titik Tinjau

Titik-titik yang akan ditinjau adalah titik-titik yang diperkirakan sebagai titik
kritis pada lereng. Pada titik-titik tersebut akan dicari berapa nilai tegangan-
perpindahan dan faktor keamanannya. Titik yang ditinjau pada berbagai variasi
analisis adalah sama. Jumlah titik yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah 6
buah titik.

C
i
D

E
F a

80 m

50 m

300 m

Gambar 3.4. Pemodelan dan Titik Tinjau

3.3. Pemodelan dengan Plaxis

3.3.1. Masukan (input)

Pemodelan dalam Plaxis 8.2 dibuat sesuai dengan kondisi lereng dalam bentuk 2
dimensi (2D). Sebelum penggambaran model dilakukan, Plaxis akan meminta
memasukkan terlebih dulu parameter umum yang akan dilakukan dalam analisis
seperti: dimensi dan satuan, model pembebanan, jumlah titik nodal tiap elemen
yang akan digunakan, dan lain-lain (Gambar 3.2). Baru kemudian pemodelan
dapat di gambar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Gambar 3.5. Parameter Umum Dalam Plaxis

Setelah pemodelan selesai di gambar, kemudian menentukan nilai parameter tanah


dan jenis perkuatan yang akan diberikan (Gambar 3.3).

Gambar 3.6. Masukan Pemodelan Dalam Plaxis (input)

3.3.2. Diskritisasi Model

Diskritisasi model merupakan tahapan yang sangat penting dalam melakukan


analisis metode elemen hingga. Dalam analisis mekanika tanah, diskritisasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

dilakukan dengan membentuk beberapa segitiga kecil yang saling terhubung satu
sama lain sehingga menyerupai jaring (mesh). Semakin kecil ukuran segitiga tiap
elemen atau semakin banyak elemen yang dibentuk, maka akan semakin besar
tingkat ketelitian analisisnya. Dalam Plaxis, perhitungan analisis tidak dapat
dilakukan sebelum melakukan diskritisasi model. Sehingga sebelum melanjutkan
ke tahap perhitungan harus dilakukan diskritisasi terlebih dahulu. Plaxis
menyediakan pilihan untuk membuat mesh sesuai dengan keinginan, tersedia 5
pilihan yang bisa kita gunakan, very coarse, coarse, medium, fine, very fine.
Semakin banyak mesh yang ingin dibentuk, maka diperlukan fasilitas komputer
yang lebih tinggi.

Gambar 3.7. Diskritisasi Model Dalam Plaxis

3.3.3. Penentuan Kondisi Awal (initial condition)

Dalam penelitian ini kondisi awal muka air tanah dianggap tidak ada sedangkan
nilai koefisian tekanan tanah (K0) ditentukan berdasarkan perhitungan dari plaxis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Gambar 3.8. Kondisi Awal Model (initial condition)

3.3.4. Perhitungan (calculation)

Tahap perhitungan meliputi penentuan tipe perhitungan, tipe pembebanan, fase


perhitungan dan titik tinjauan. Plaxis dapat melakukan perhitungan dengan janis
perhitungan yang berbeda-beda. Dalam analisis tegangan-perpindahan maka
digunakan tipe perhitungan plastic, sedangkan untuk analisis faktor keamanan
(SF) digunakan tipe perhitungan Phi-c/reduction.

Phi-c/reduction merupakan bentuk dari analisis keamanan dalam Plaxis. Jenis


perhitungan Phi-c/reduction harus dipilih jika ingin menghitung faktor keamanan
global suatu permodelan dalam Plaxis. Perhitungan Phi-c/reduction akan
membandingkan besarnya nilai perkuatan yang diberikan pada tanah dengan
pembebanan yang diberikan pada tanah. Perlu diketahui bahwa perhitungan
menggunakan Phi-c/reduction tidak bisa dilakukan untuk menghitung kondisi
awal. Jadi, perhitungan Phi-c/reduction harus diawali dengan tipe perhitungan
yang lainnya misalnya Plastic. Namun, perhitungan Phi-c/reduction juga tidak
dapat dilakukan jika pada perhitungan sebelumnya terjadi keruntuhan atau
kegagalan. Sehingga jika nilai faktor keamanan (SF) dalam suatu analisis tidak
akan bisa diketahui jika dalam analisis sebelumnya terjadi keruntuhan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

Gambar 3.9. Tahap Perhitungan Pada Plaxis (calculation)

3.3.5. Keluaran Data (output)

Pada tahapan ini, plaxis akan menampilkan hasil analisis perhitungan yang telah
dilakukan. Data keluaran dapat disajikan dalam beberapa macam antara lain:
gambar deformasi (Gambar 3.7), gambar bidang gelincir (slip-surface) (Gambar
3.8), gambar tegangan efektif (Gambar 3.9), tabel nilai tegangan yang terjadi,
kurva diagram tegangan-perpindahan, kurva nilai faktor keamanan, dan lain-lain.

Gambar 3.10. Perilaku Deformasi Pada Tanah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Gambar 3.11. Bidang Gelincir (slip-surface) Tanah

Gambar 3.12. Grafik Nilai Faktor Keamanan (SF)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Tahap penelitian ini digambarkan dalam bentuk diagram alir seperti terlihat dalam
Gambar 3.10.

Mulai

Membuat model pada Plaxis 8.2 dengan menggunakan


beberapa variasi data analisis

Memasukkan Parameter kekuatan


tanah, nail, dan dinding pelat

Tidak

Mesh
Generation

Ya

Menganalisis hubungan Tegangan-Perpindahan dan


nilai faktor keamanan (SF)

Mengolah data hasil analisis dan menarik kesimpulan

Selesai

Gambar 3.13. Diagram Alir Tahapan Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis

4.1.1. Data Analisis

Data analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Material Tanah

Data material tanah yang digunakan adalah:

Tabel 4.1. Data Material Tanah


w b sat c E50
Tanah Gs
(%) (kg/cm3) (kg/cm3) (kg/cm2) (kg/cm2)
Tipe A 2.66 36.91 1.782 2.813 0.486 0.00 166.667
Tipe B 2.68 29.29 1.837 3.079 0.592 24.689 211.111
Tipe C 2.64 46.73 1.739 2.655 0 48.67 200

Data material tanah yang digunakan diambil dari hasil uji triaksial yang telah
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta, terdapat tiga jenis tipe tanah yang digunakan
yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C (Tabel 4.1). Nilai modulus elastisitas tanah yang
digunakan adalah nilai E50. Penggunaan nilai E50 sebagai nilai modulus elastisitas
tanah didasarkan karena tanah pada dasarnya bersifat plastis sehingga nilai
modulus elastisitas tanah tidak bisa benar-benar didapatkan. Nilai E50 diambil dari
nilai pertengahan yang dibentuk oleh kurva tegangan-regangan pada tanah.
Sedangkan untuk tanah tipe C, nilai modulus elastisitas dari nilai modulus
elastisitas untuk jenis tanah pasir tidak padat.

Gambar 4.1 menyajikan beberapa nilai modulus elastisitas (E) dari berbagai jenis
tanah. Dalam Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai modulus elastisitas tanah yang
ditampilkan sangat bervariasi dan mempunyai jarak perbedaan yang besar dalam
satu macam jenis tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

Tabel 4.2. Nilai Modulus Elastisitas (E) Tanah (Bowles dalam Hardiyatmo, 2007)
Macam tanah E (kg/cm2)
Lempung
Sangat lunak 3-30
Lunak 20-40
Sedang 45-90
Keras 70-200
Berpasir 300-425
Pasir
Berlanau 50-200
Tidak padat 100-250
Padat 500-1000
Pasir dan kerikil
Padat 800-2000
Tidak padat 500-1400
Lanau 20-200
Loose 150-600
Cadas 1400-14000

2. Data Material Nails

Nails yang digunakan menggunakan baja dengan nilai Fy = 420 MPa. Nilai
tersebut mengacu pada standar yang ditetapkan FHWA dalam penggunaan
perkuatan soil nailing yang dipakai secara umum di Amerika.

3. Data Material Pelat

Data pelat yang digunakan menggunakan material yang telah disediakan oleh
Plaxis, untuk jenis Diapragm Wall dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.3. Data Material Pelat


EA EI
Jenis Pelat
(kN/m) (kNm2/m)
Diapragm Wall 7,5 . 106 1 . 106

EA dan EI adalah kumpulan data material pelat yang harus dimasukkan dalam
analisis Plaxis. EA merupakan nilai kekakuan per satuan lebar dalam arah keluar
(sumbu z) dari bidang gambar. Sedangkan EI adalah kekakuan lentur material
dalam arah keluar (sumbu z) dari bidang gambar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

4.1.2. Variasi Data Analisis

Variasi jenis tanah, sudut kemiringan lereng, sudut kemiringan nail, dan panjang
nail yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel. 4.3.

Tabel 4.4. Data Input Parameter Tanah, Kemiringan Lereng, Kemiringan Nail,
dan Panjang Nail

Jenis Tanah Sudut Kemiringan Sudut Kemiringan Panjang Nail


Lereng ( ) Nail (i) (m)
Tipe A 30 10 20
Tipa B 45 20 25
Tipa C 60 30 30

Kombinasi dari berbagai variasi data di atas akan diperoleh 81 kombinasi variasi
data analisis ditampilkan dalam Tabel. 4.4

Tabel 4.5. Kombinasi Variasi Data Analisis


Kombinasi
Kemiringan Kemiringan Panjang Jenis
No Variasi Data
Lereng Nail Nail Tanah
Analisis
1 30 10 20 Tipe A 30, 10, 20A
2 30 10 20 Tipe B 30, 10, 20B
3 30 10 20 Tipe C 30, 10, 20C
4 30 10 25 Tipe A 30, 10, 25A
5 30 10 25 Tipe B 30, 10, 25B
6 30 10 25 Tipe C 30, 10, 25C
7 30 10 30 Tipe A 30, 10, 30A
8 30 10 30 Tipe B 30, 10, 30B
9 30 10 30 Tipe C 30, 10, 30C
10 30 20 20 Tipe A 30, 20, 20A
11 30 20 20 Tipe B 30, 20, 20B
12 30 20 20 Tipe C 30, 20, 20C
13 30 20 25 Tipe A 30, 20, 25A
14 30 20 25 Tipe B 30, 20, 25B
15 30 20 25 Tipe C 30, 20, 25C
16 30 20 30 Tipe A 30, 20, 30A
17 30 20 30 Tipe B 30, 20, 30B
18 30 20 30 Tipe C 30, 20, 30C
19 30 30 20 Tipe A 30, 30, 20A
20 30 30 20 Tipe B 30, 30, 20B
21 30 30 20 Tipe C 30, 30, 20C

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Tabel 4.5. (Lanjutan)


Kombinasi
Kemiringan Kemiringan Panjang Jenis
No Variasi Data
Lereng Nail Nail Tanah
Analisis
22 30 30 25 Tipe A 30, 30, 25A
23 30 30 25 Tipe B 30, 30, 25B
24 30 30 25 Tipe C 30, 30, 25C
25 30 30 30 Tipe A 30, 30, 30A
26 30 30 30 Tipe B 30, 30, 30B
27 30 30 30 Tipe C 30, 30, 30C
28 45 10 20 Tipe A 45, 10, 20A
29 45 10 20 Tipe B 45, 10, 20B
30 45 10 20 Tipe C 45, 10, 20C
31 45 10 25 Tipe A 45, 10, 25A
32 45 10 25 Tipe B 45, 10, 25B
33 45 10 25 Tipe C 45, 10, 25C
34 45 10 30 Tipe A 45, 10, 30A
35 45 10 30 Tipe B 45, 10, 30B
36 45 10 30 Tipe C 45, 10, 30C
37 45 20 20 Tipe A 45, 20, 20A
38 45 20 20 Tipe B 45, 20, 20B
39 45 20 20 Tipe C 45, 20, 20C
40 45 20 25 Tipe A 45, 20, 25A
41 45 20 25 Tipe B 45, 20, 25B
42 45 20 25 Tipe C 45, 20, 25C
43 45 20 30 Tipe A 45, 20, 30A
44 45 20 30 Tipe B 45, 20, 30B
45 45 20 30 Tipe C 45, 20, 30C
46 45 30 20 Tipe A 45, 30, 20A
47 45 30 20 Tipe B 45, 30, 20B
48 45 30 20 Tipe C 45, 30, 20C
49 45 30 25 Tipe A 45, 30, 25A
50 45 30 25 Tipe B 45, 30, 25B
51 45 30 25 Tipe C 45, 30, 25C
52 45 30 30 Tipe A 45, 30, 30A
53 45 30 30 Tipe B 45, 30, 30B
54 45 30 30 Tipe C 45, 30, 30C
55 60 10 20 Tipe A 60, 10, 20A
56 60 10 20 Tipe B 60, 10, 20B
57 60 10 20 Tipe C 60, 10, 20C
58 60 10 25 Tipe A 60, 10, 25A
59 60 10 25 Tipe B 60, 10, 25B
60 60 10 25 Tipe C 60, 10, 25C
61 60 10 30 Tipe A 60, 10, 30A
62 60 10 30 Tipe B 60, 10, 30B
63 60 10 30 Tipe C 60, 10, 30C

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Tabel 4.5. (Lanjutan)


Kombinasi
Kemiringan Kemiringan Panjang Jenis
No Variasi Data
Lereng Nail Nail Tanah
Analisis
64 60 20 20 Tipe A 60, 20, 20A
65 60 20 20 Tipe B 60, 20, 20B
66 60 20 20 Tipe C 60, 20, 20C
67 60 20 25 Tipe A 60, 20, 25A
68 60 20 25 Tipe B 60, 20, 25B
69 60 20 25 Tipe C 60, 20, 25C
70 60 20 30 Tipe A 60, 20, 30A
71 60 20 30 Tipe B 60, 20, 30B
72 60 20 30 Tipe C 60, 20, 30C
73 60 30 20 Tipe A 60, 30, 20A
74 60 30 20 Tipe B 60, 30, 20B
75 60 30 20 Tipe C 60, 30, 20C
76 60 30 25 Tipe A 60, 30, 25A
77 60 30 25 Tipe B 60, 30, 25B
78 60 30 25 Tipe C 60, 30, 25C
79 60 30 30 Tipe A 60, 30, 30A
80 60 30 30 Tipe B 60, 30, 30B
81 60 30 30 Tipe C 60, 30, 30C

4.1.3. Hasil Analisis

Setelah semua data terkumpul dan model selesai dibuat, maka tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis. Analisis dilakukan dengan cara penggantian tipe tanah
dalam tiap model perkuatan lereng yang dibuat. Pengaturan parameter
perhitungan dilakukan dengan pengaturan standar program.

Setelah dilakukan analisis dengan program Plaxis 8.2, maka diperoleh hasil
analisis yang ditampilkan dalam Tabel 4.5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Secara grafis, hasil analisis yang terjadi digambarkan dalam gambar 4.1 – gambar
4.3:

2.5

2
Kemiringan Nail 10
1.5 Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
1
10 20 30 40
Panjang Nail (m)
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 300 Untuk Tanah Tipe B

2.5

1.5
Kemiringan Nail 10
Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
1
10 15 20 25 30 35
Panjang Nail (m)
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 450 Untuk Tanah Tipe B

2.5

1.5 Kemiringan Nail 10


Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
1
10 15 20 25 30 35
Panjang Nail (m)

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 600 Untuk Tanah Tipe B

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

4.5

3.5

3 Kemiringan Nail 10
Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
2.5
10 15 20 25 30 35

Panjang Nail (m)

Gambar 4.4. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 300 Untuk Tanah Tipe C

3.5

3 Kemiringan Nail 10
Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
2.5
10 15 20 25 30 35
Panjang Nail (m)
Gambar 4.5. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 450 Untuk Tanah Tipe C

3.5

2.5
Kemiringan Nail 10
Kemiringan Nail 20
Kemiringan Nail 30
2
10 15 20 25 30 35

Panjang Nail (m)

Gambar 4.6. Grafik Hubungan Antara Nilai SF dengan Panjang Nail Pada
Kemiringan Lereng 600 Untuk Tanah Tipe C

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

4.2. Pembahasan

Hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan program Plaxis 8.2,


menunjukkan bahwa semua kombinasi variasi data analisis untuk tanah tipe A
mengalami keruntuhan. Hal ini disebabkan karena tanah jenis tipe A memiliki
parameter kekuatan tanah yang sangat kecil dibanding jenis tanah yang lain.

Berdasarkan model keruntuhan Mohr-Coulomb dan dengan mengasumsikan nilai


tegangan normal ( ) sebesar 100 kN/m2, maka nilai tegangan geser untuk masing-
masing jenis tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Nilai Tegangan Geser Masing-masing Jenis Tanah


Jenis Tanah c (kg/cm2) (0 ) (kN/m2)
Tipe A 0.486 0 48.6
Tipe B 0.592 24.689 105.1716
Tipe C 0 48.67 113.7075

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai tegangan geser tanah tipe C memiliki
nilai yang paling besar. Kondisi ini menjadikan perhitungan analisis untuk tanah
tipe C menghasilkan nilai faktor keamanan (SF) yang paling besar pada tiap
variasi data analisis.

4.2.1. Analisis Tegangan Perpindahan

Analisis tegangan perpindahan merupakan tahapan analisis yang dilakukan untuk


mengetahui kestabilan suatu pemodelan analisis dalam Plaxis 8.2. Apakah
pemodelan tersebut stabil atau mengalami keruntuhan. Karena sifat dari analisis
ini yang hanya mengetahui kestabilan suatu pemodelan dalam Plaxis 8.2, maka
perlu dilakukan analisis lain untuk mengetahui besarnya kekuatan atau nilai faktor
keamanan (SF) dalam suatau pemodelan, dalam hal ini analisis faktor keamanan
(SF). Dalam analisis Plaxis 8.2, jika terjadi keruntuhan pada analisis tegangan
perpindahan, maka tidak bisa dilanjutkan ke analisis faktor keamanan (SF).
Sehingga nilai faktor keamanan (SF) tidak dapat diketahui.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Gambar 4.7. Keruntuhan Lereng Hasil Analisis Tegangan Perpindahan

4.2.2. Analisis Faktor Keamanan (SF)

Dalam analisis faktor keamanan (SF), pada beberapa kombinasi variasi data
analisis terdapat keterangan “kondisi akurat tidak tercapai”. Hal ini berarti bahwa
Plaxis belum selesai melakukan analisis karena terbatasnya jumlah iterasi. Oleh
Plaxis, kondisi ini dianggap sebagai kegagalan analisis dan bisa diperbaiki dengan
menambahkan jumlah iterasi. Walaupun begitu, hal ini tidak berarti lereng
mengalami keruntuhan, sehingga nilai faktor keamanan (SF) masih dapat
diketahui.

Gambar 4.8. Kegagalan Analisis Faktor Keamanan (SF)

Dalam hasil analisis yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 – Gambar 4.6
menunjukkan bahwa tanah tipe B merupakan tipe tanah stabil karena nilai faktor
keamanan yang terbentuk menunjukkan sebuah pola yang bisa dijelaskan sebagai
berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

1. Nilai faktor keamanan (SF) mengalami peningkatan seiring dengan


penambahan panjang nail.

Hal ini terjadi karena jika panjang nail semakin besar, maka panjang permukaan
gesekan antara tanah dan nail juga akan semakin besar. Kondisi ini menyebabkan
gaya penahan tanah yang ditimbulkan dari perkuatan soil nailing menjadi semakin
besar sehingga nilai faktor keamanannya (SF) juga akan bertambah. Sesuai
dengan persamaan (2.6b), nilai gaya ekuivalen nail berbanding lurus dengan
panjang nail.

2. Nilai faktor keamanan (SF) mengalami peningkatan seiring dengan


penambahan sudut kemiringan nail.

Dalam persamaan (2.5), komponen tegangan normal dari gaya ekuivalen nail
diperoleh dari besarnya nilai gaya ekuivalen nail dikalikan dengan cosinus sudut
kemiringan lereng dikurangi cosinus sudut kemiringan nail (Lazarte, 2003).
= (4.1)

Berdasarkan persamaan (4.1) diatas, nilai tegangan normal ( ) akan semakin besar
jika sudut kemiringan nail (i) semakin besar. Peningkatan nilai tegangan normal
ini akan menyebabkan gaya penahan tanah semakin besar pula, sehingga nilai
faktor keamanan (SF) juga akan semakin besar

3. Nilai faktor keamanan (SF) mengalami penurunan seiring dengan


penambahan sudut kemiringan lereng.

Berdasarkan persamaan (2.3), besarnya tegangan normal yang bekerja pada lereng
miring dinyatakan dengan (Hardiyatmo, 2007):
= (4.2)

Nilai tegangan normal ( ) dari persamaan (4.2) di atas akan semakin berkurang
jika sudut kemiringan lereng ( ) semakin besar. Penurunan nilai tegangan normal
ini akan menyebabkan gaya penahan tanah berkurang pula, sehingga nilai faktor
keamanan (SF) juga akan semakin kecil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Sedangkan untuk tanah tipe C cenderung mengalami ketidakstabilan pada nilai


faktor keamanannya (SF). Hal ini disebabkan karena tanah tipe C merupakan jenis
tanah pasir dengan nilai kohesi (c) = 0, yang menunjukkan bahwa tanah tersebut
bersifat sangat lepas. Kondisi ini menyebabkan untuk tanah tipe C mudah
mengalami pergerakan karena tidak adanya ikatan antar butiran tanah, yang
menyebabkan kondisi tanah menjadi labil sehingga nilai faktor keamanannya juga
tidak stabil. Walaupun demikian, tanah tipe C mempunyai nilai faktor keamanan
yang paling besar untuk setiap kombinasi variasi analisis dibanding dengan jenis
tanah yang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Semua variasi analisis untuk tanah tipe A mengalami keruntuhan.
2. Tanah tipe B merupakan tipe tanah yang paling stabil dibanding tipe tanah
yang lain dalam tiap kombinasi variasi analisisnya.
3. Tanah tipe B merupakan tipe tanah yang paling stabil dibanding tipe tanah
yang lain dalam tiap kombinasi variasi analisisnya.
4. Nilai faktor keamanan (SF) paling besar adalah 4,433. Terjadi pada
kemiringan lereng 300, kemiringan nail 300, panjang nail 30m, dan tanah
tipe C.

5.2. Saran

Saran yang bisa dilakukan untuk pengembangan kedepannya adalah sebagai


berikut,
Kepada Peneliti:
1. Perlu dilakukannya analisis dengan memperhatikan keberadaan muka air
tanah (MAT).
2. Perlu dilakukannya analisis pada jumlah lapis tanah lebih dari satu.
3. Perlu dilakukannya analisis dengan Plaxis versi 3D untuk mendapatkan
hasil analisis yang lebih akurat.

Kepada Praktisi:
1. Perlu dilakukannya analisis menggunakan metode kesetimbangan batas
(limit equilibrium method) sebagai pembanding.
2. Perlu dilakukan analisis dengan pengaturan lanjut terutama pada jumlah
itersai analisis. Sehingga dapat diperoleh hasil analisis secara sempurna.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai