Anda di halaman 1dari 10

KASUS PASIEN MUDA YANG KEPERGOK ABORSI DI BLITAR SEORANG

MAHASISWA

Dosen Pengampu :

Dr. Agustinus W. Dewantara Ss,M.Hum

Disusun Oleh :

Kanisius Keluli

52418006

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

2019
ABSTRAK

Aborsi atau pengguran yang sering kita ketahui sebagai tindakan menggugurkan
kandungan, pada dasarnya merupakan tindakan yang dilarang di indonesia. Dalam undang-
undang hukum pidana pengaturan mengenai aborsi masuk pada kategori kejahatan terhadap
nyawa.Menurut undang-undang pasal 194 UU kesehatan yang berbunyi ”setiap orang yang
dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan dengan
denda Rp 1 miliar. Pasal 194 UU kesehatan tersebut dapat menjerat pihak dokter dan atau
tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak perempuan
yang dengan sengaja melakukannya. Undang-undang ini dibuat bertujuan untuk mengurangi
angka kehamilan wanita di bawah umur dan mengurangi praktek aborsi ilegal yang dilakukan
dengan tidak aman dan tidak dilakukan oleh tenaga medis yang profesional. Alasan tersebut
yang memunculkan adanya pengecualian larangan aborsi, yang tercantum pada pasal 75 ayat
(2) undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,memberikan dua alasan untuk
melakukan aborsi yaitu indikasi medis berupa cacatbawaan/genetis dan bagi korban
pemerkosaan yang dpat mengalami trauma pisikologis dapat di jadikan alasan indikasi medis
untuk dilakukan aborsi. Untuk dapat dilakukannya aborsi harus didukung keterangan dari
dokter yang berwenang yang menyatakan bahwa pemerkosaan tersebut memang dapat
menyebabkan trauma pisikologis.

Kata kunci: aborsi, batasan, indikasi kedaruratan medis


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian
dan menimbulkan kecemasan. Perasaan seksual yang menguat tak bias tidak dialami oleh
setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga
kemampuan untuk mengendalikannya.
Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-
psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal
tentang seks yang membuat mereka penasaran. Tak tersedianya informasi yang akurat dan
benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan melakukan
eksplorasi sendiri. Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan pertualangan
yang menantang. Majalah, buku dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan
hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab dan resiko yang harus dihadapi, menjadi
acuan utama mereka.
Membicarakan aborsi, sebenarnya membicarakan perempuan. Karena itu persoalan
aborsi adalah juga persoalan perempuan Selama ini masih banyak yang memandang aborsi
sebagai hitam dan putih yang sama sekali tidak dapat bersinggungan, hingga hanya tersedia 2
pilihan untuk menyikapinya yaitu pro atau kontra, setuju atau menolak. Perempuan dalam hal
ini juga selalu dipandang sebagai pelaku tunggal aborsi, dimana masyarakat dan pemerintah
seperti menutup mata dengan adanya permasalahan dalam aborsi yang mau tidak mau
berkaitan langsung dengan kehidupan perempuan dan orang-orang di sekitarnya. Lelaki
seakan menjadi bagian yang terpisahkan dalam permasalahan ini. perempuan memiliki peran
dan tanggung jawab yang sama dalam hal aborsi.
Ketakutan akan hukum dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya remaja
putri belum menikah menerima layanan keluarga berencana memaksa mereka untuk
melakukan aborsi yang sebagian besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa
mempedulikan standar medis dan resikonya sehingga sering terjadi kematian terhadap ibu
karena pendarahan yang tak kunjung berhenti.
PERMASALAHAN
Apakah ada pengaruh moral subjektif dan tindakan manusia terhadap kasus aborsi
yang ilegal?

TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini:
Menjelaskan pengaruh moral subjektif dan tindakan manusia terhadap kasus aborsi
yang ilegal.

MANFAAT
 Bagi pembaca
Dengan makalah ini diharapakan pembaca mampu melihat dan mampu memahi
peran hati nurani dan tindakan manusia dan menghindari melakukan hubbungan
seksualitas dibawah umur agar tidak melalukan aborsi.
 Bagi penulis
Dengan mengerjakan makalah ini saya semakin mengerti peran hati nutani yang
berkaian dengan moral subjektif dalam kehidupan sehari-hari. Dan makalah ini saya
buat untuk memenuhi tugas yang telah diberiakan
BAB II

PEMBAHASAN

Kasus aborsi ditinjau dari sudut pandang Actus Humanus.

Actus Humanus identik dengan free act (tindakan bebas). Kebebasan mengandaikan
dua hal, yaitu: tahu dan mau! Artinya, hanya apabila manusia itu mengetahui dan
menghendaki, ia disebut manusia bebas, dan dengan demikian ia bertanggungjawab atasnya.
Kehilangan salah satu syarat ini, manusia tidak dapat bertanggungjawab atas tindakannya.

Tahu disini maksudnya bukanhanya pengetahuan yang cukup terhadap objek namun
juga tentang dirinya. Mau juga adalah syara esensial kebebasan. Kebebasan berarti tidak ada
nya pemaksaan. Akan tetapi kebebasan juga menyangkut pilihan-pilihan yang ada di
hadapanya.

Sedangkan dalam kasus ini manusia yang melakukan aborsi merupakan manusia yang
tahu bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang buruk dan tidak pantas
dilakukan karena dalam agama apapun perbuatan aborsi adalah perbuatan yang dilarang
karena masuk dalam membunuh,dan di ajaran agama pastinya diajarkan bahwa membunuh
itu berdosa. Dan juga mereka mau tanpa ada paksaan melakukan perbuatan aborsi tersebut.
Dan juga pada nyatanya kita juga mampu melihat bahwa mereka mau melakukan aborsi
tanpa rasa bersalah dan dengan rela.

Dalam kasus ini saya melihat bahwa seseorang melakukan suatu tindakan tanpa
adanya pengontrolan diri atau tanpa menggunakan akalbudinya, karena mau melakukan
hubungan tanpa ikatan pernikahan dengan sengaja dan bahkan sebenarnya sudah tau apa
akibat yang akan terjadi dan melakukan aborsi atau melakukan pembunuhan terhadap bayi
dengan terencana yang sebenarnya dari akibat yang dilakukan oleh kedua orang tuanya yang
belum memiliki hubungan pernikahan. Pelaku dalam kasus ini seharusnya sudah tau dan
sadar bahwa yang telah diperbuat merupakan perbuatan salah dan tidak pantas untuk
dilakukan karena mereka juga pasti tahu apa saja akibat yang akan tibul dari perbuatan yang
mereka lakukan.

Dalam struktur tindakan manusia Thomas Aquinas mengklasifikasikan eksekusi


kehendak menjadi dua macam yaitu:
1. Directely Voluntary yaitu apa yang langsung dikehendaki dari keputusan perbuatan
itu.
2. Inderectly voluntary yaitu apa yang merupakan konsekuensi tindakan tetapi hal yang
tidak dikehendaki.

Direct voluntary adalah kehendak sipelaku itu sendiri dan cetusan dari manusia
sebagai subyek dari tingkahlakunya dan memiliki keputusan yang lebih baik dan
memiliki konsekuensi-konsekuensi yang menyertai dari keputusan tersebut menjadi milik
pelaku.

Indirect voluntary adalah keputusan tindakan ada pada subyek pelaku tetapi akibat
dari konsekuensi yang menyusul dari tindakan itu berada diluar kehendaknya. Keputusan atau
tindakan yang dikehendaki menghasilkan suatu akibat yang tidak langsung berada dalam
kehendaknya.

Dalam kasus ini juga dapat dilihat bahwa pengguguran kandungan atau aborsi
memiliki eksekusi kehendak yang memiliki dua macam yaitu direct voluntary dan indirect
voluntary. Direct voluntary dalam kasus ini adalah tindakan yang menghasilkan kesenanggan
untuk kedua pelaku karena dalam kasus ini yang menjadi tujuan atau hal yang dikehendaki
oleh kedua pelaku adalah kesenangan dalam berhubungan layaknya suami istri.

Namun ada juga indirect voluntary yang diakibatkan dari kasus pengguguran anak
atau aborsi ini adalah dihukumnya kedua pelaku pengguguran atau aborsi anak
tersebut,karena indirect voluntary adalah tindakan yang tidak dikehendaki dan dalam kasus
ini ada hal yang sangat tidak dikehendaki oleh kedua pasangan yang melakukan hubungan
layaknya suami istri ini adalah ditangkapnya kedua pelaku aborsi anak ini.

Dalam kasus ini juga dapat dilihat bahwa pengguguran kandungan atau pelaku yang
membantu aborsi merupakan suatu pekerjaan. Alangkah kejamnya dunia ini, bayi yang tidak
bersalah menjadi korban keegoisan orang tua yang hanya mementingkan kebutuhannya
sendiri tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin akan timbul dari perbuatan yang
dilakukan.

Namun dalam ilmu kedokteran bukan di perbolehkan namun untuk lebih menjamin
kehidupan anak di usia hidupnya, dokter memberikan pernyataan bahwa aborsi bisa
dilakukan asalkan ada alasan yang kuat yang mendukung misalnya jika tetap dilahiran
mungkin akan malah membuat hidupya sendiri susah dan akan kesulitan menghadapi
kerasnya persaingan di luar. Kita mampu melihat bahwa dalam ilmu kedokteran, istilah-
istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi: Spontaneous abortion: gugur kandungan
yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.Induced abortion atau
procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:

1. Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut


mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.

2. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

3. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Dapat dilihat bahwa melakukan aborsi tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Aborsi boleh dilakukan apabila memenuhi beberapa kriteria yang ada dalam ilmu kedokteran.
Tapi mirisnya pada masa ini aborsi menjadi hal biasa yang dilakukan oleh manusia-manusia
yang sama sekali tidak memiliki rasa tanggungjawab.

Manusia seharusnya mampu mengontrol dirinya dengan akal sehat yang dimiliki.
Manusia dalam teori Actus Humanus memiliki syarat yaitu tahu, mau dan bebas. Dan pada
nyatanya manusia memang memiliki kebebasan yang bisa dilakukan setiap saat, kapanpun
dan dimanapun oleh manusia. Seperti halnya dalam kasus diatas, seseorang bebas melakukan
hubungan seksualitas dengan siapapun dan menggugurkan kandungan atau melakukan aborsi
seenaknya tanpa adanya tanggungjawab yang menurut saya itu bukanlah keputusan yang
seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hati nurani.

Aborsi merupakan pembunuhan, manusia pada dasarnya seharusnya sudah


mengetahui bahwa perbuatan aborsi merupakan perbuatan dosa yang dilarang dalam agama
apapun. Tetapi mirisnya pada kasus diatas, aborsi dilakukan dengan mudahnya bahkan ada
oknum-oknum terentu ada yang siap untuk membantu proses aborsi secara tidak resmi atau
malapraktik.
Kasus aborsi ditinjau dari sudut pandang tatanan moral subyektif.

Perbuatan manusia itu tidak tunggal, melainkan kompleks. Karena kompleksitas


perbuatan manusia, penilaian moralnya juga kompleks. Artinya, tindakan aborsi dipandang
salah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kita dalam melihat tindakan aborsi dan
menghasilkan penilain moral yang beragam. Mungkin orang meelakukan aborsi dengan
terpaksa. tetapi kita mampu melihat bahwa kegiatan atau prilaku aborsi merupakan tindakan
yang mutlak salah dan tidak boleh dilakukan.

Dalam kasus ini melakukan aborsi baik yang melakukan aborsi maupun yang
mebantu dan menghendaki proses terjadinya aborsi. Apabila dilihat dari sudut pandang moral
subyektif seharusnya seseorang yang melakukan tindakan ini memiliki penegak hukum atau
yang menjadi penjaganya merupakan hati nurani. Dan menurut saya pelaku dalam kasus ini
mungkin sudah tidak memiliki hati nurani lagi karena tidak bisa memilah perbuatan yang
baik atau buruk yang pantas untuk dilakukan.

Hati nurani menjadi tolak ukur atau batasan tentang mana yang baik dan mana yang
buruk dari tindakan yang dilakukan manusia. Seharusnya jika manusia memiliki hati nurani
yang benar, tidak sesat, tidak bimbang, dan tumpul manusia bisa lebih baik memikirkan apa
akibat dari perbuatan yang akan dilakukan sehingga manusia tidak akan melakukan hal-hal
yang tidak benar seperti pengguguran atau aborsi yang merupakan hal yang tidak benar
karena itu merupakan hal membunuh dan bersifat dosa.

Kasus aborsi ditinjau dari sudut pandang tatanan moral objektif.

Pelaku diberi hukuman dari moral obyektif yang dijerat dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan serta pasal 346 dan 348 KUHP tentang aborsi. Dan
menurut saya hukuman yang ditrima tidak sebanding dengan apa yang dilakukan, yaitu
menghilangkan nyawa seseorang. Apalagi yang dibunuh merupakan jiwa manusia yang tidak
bersalah, tetapi menjadi korban keegoisan manusia-manusia yang tidak bertanggungjawab
dengan perbuatannya ataupun tindakannya. Saya melihat dari kasus ini mutlak kesalahan
dilakukan oleh oknum-oknum pelaku aborsi, kenapa harus berbuat atau melakukan hubungan
apabila tidak mampu bertanggungjawab atas hasilnya.
Ketika pelaku hanya dikenakan hukuman secara obyektif, menurut saya tidak akan
menimbulkan efek jera dan kita mampu melihat bahwa kekuatan hukum di Indonesia kurang
berdiri tegak. Selama seorang tersebut memiliki kekuatan kususnya dalam hal materi atau
uang yang berlimpah dan mampu bermain dengan uang, hukum bisa diatur. Dan ketika
menjalani hukuman secara obyektif atau penjara misalnya pelaku tidak akan jera apa bila
hukuman haya ringan, tidak akan ada efek jera dan kemudian bisa saja pelaku tidak kapok
dan mengulangi kesalahan yang sama usai menjalani hukumanya dipenjara.

Bukan hanya pelaku aborsi tetapi yang melakukan malpraktik aborsi dalam kasus
diatas juga seharusnya dihukum seberat-beratnya karena yang dilakukan merupakan
perbuatan yang mengerikan dan keji yang tidak pantas dilakukan, mungkin dia melakukan
malpraktik sudah kesekian kalinya dan baru ketahuan dalam kasus ini. Dan mampu kita lihat
apabila dia membantu prses aborsi sehingga dia mejadi ahli, berarti dia sudah terbiasa
membantu terjadinya aborsi. Coba bayangkan sudah berapa banyak jiwa-jiwa yang tidak
berdosa yang berhasil dibunuh. Alangkah kejam perbuatan manusia ini.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan atau pengguguran kandungan sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan ( sebelum usia 20 minggu kehamilan ) bukan semata
untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bias karena sang ibu
tidak menghendaki kehamilannya.
Malpraktik aborsi yang tidak aman dan masih ilegal masih banyak
dilakukan di sekitar kita, bahakan oleh tenaga kesehatan sekalipun. sebagai
contoh dari kasus diatas diketahui seorang tenaga medis dengan sengaja telah
melakukan praktek aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana tenaga medis
tersebut sadar betul tindakan aborsi yang di lakukan tersebut tidak lah benar.
Tindakan aborsi mengandung resiko yang cukup tinggi, apa bila dilakukan tidak
sesuai standar profesi medis. Resiko yang mungkin timbul antara lain
pendarhan,infeksi pada alat reproduksi dan bahkan bisa sampai menyebabkan
kematian. Pasal-pasal yang mengatur tindakan aborsi pun tidak sedikit, dengan
berbagai macam hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat parra oknum
tenaga medis untuk tetap melakukan praktek aborsi yang ilegal

Daftar pustaka

Buku:

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Sumber internet:

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4487505/pasien-muda-yang-kepergok-aborsi-di-
blitar-seorang-mahasiswi

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=undang+undang+hukum+pidana+di+indonesia+tentang+aborsi

Anda mungkin juga menyukai