Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018


Tersedia Online: http://ojs.uniska.ac.id/index.php/BKA
e-ISSN 2477-6300

BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI BUDAYA BELOM BAHADAT


UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK
DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PALANGKA RAYA

Dony Apriatama

Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya


apriatamadony@gmail.com

ABSTRAK

Sopan santun merupakan sikap dalam tata krama yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran agar tercipta
hubungan yang baik antara peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik. Proses pembelajaran akan
sulit berjalan secara maksimal jika antara guru dengan peserta didik ataupun sesama peserta tidak menunjukkan
sikap sopan santun. Berdasarkan hasil observasi di MAN Kota Palangka Raya, peserta didik tidak menunjukkan
sikap sopan santun yang baik kepada guru ataupun sesama peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik MAN Kota Palangka Raya melalui layanan bimbingan kelompok
berbasis nilai kearifan lokal yaitu nilai budaya belom bahadat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi-eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PreExperimental
Designs One-Group-Pretest-Posttest Design. Teknik pengambil sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
sampling purposive. Penelitian dilakukan dengan menysipkan nilai budaya belom bahadat ke dalam bimbingan
kelompok. Hasil dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok berbasis nilai belom bahadat terbukti efektif
untuk meningkatkan sikap sopan santun peserta didik MAN Kota Palangka Raya sebesar 21%. Konselor
hendaknya selalu meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan bimbingan kelompok sehingga layanan
yang diberikan dapat optimal dalam mengatasi masalah yang terjadi di sekolah.

Kata Kunci: bimbingan kelompok; belom bahadat; sikap sopan santun

ABSTRACT

The good attitude is a manners needed to implementation of learning in order to create a good relationship
between students and teachers and fellow students. The learning process will be difficult to runsoptimally if the
teacher and students or fellow students don’t show good attitude. Basedon the results of observation at MAN
Palangka Raya City, students didn’t show good attitude to teachers or fellow students. The research was
purposed to improve the good attitude of the Students at MAN Palangka Raya City through group guidance
services based on the value of local wisdom, namely the cultural value of Belom Bahadat. The research design
used in this research was Pre-Experimental Designs One-Group-Pretest-Posttest Design. The sampling
technique in this research used purposive sampling technique.This research was carried out by incorporating
the cultural value of belom bahadat into group guidance. The result showed that group guidance based on
cultural value Belom Bahadat proved effective to improve the good attitude of students at MAN Palangka Raya
City by 21%. The counselors should always improve their competence in carrying out group guidance so that the
services provided can be optimal in dealing with problems that occur in schools.

Keywords: group guidance; belom bahadat; good attitude

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 61
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling yang merupakan


Sopan santun merupakan sikap dalam tata salah satu unsur penting dari sistem pendidikan.
krama yang diperlukan dalam pelaksanaan Bimbingan konseling juga memiliki peran sentral
pembelajaran agar tercipta hubungan yang baik antara untuk mengurangi masalah-masalah sosial pada diri
peserta didik dengan guru maupun dengan sesama peserta didik dengan memberikan intervensi-
peserta didik. Di dalam hubungan tersebut diharapkan intervensi positif kepada peserta didik. Menurut
peserta didik dapat menghargai gurunya. Peserta didik Sukardi (2008: 64) menyatakan bahwa “layanan
yang memiliki sikap/perilaku norma kesopanan maka bimbingan kelompok memiliki tiga fungsi, yaitu 1)
peserta didik itu sendiri akan lebih mudah dalam berfungsi informatif; 2) berfungsi pengembangan; dan
menyerap pembelajaran dan memperhatikan yang 3) berfungsi preventif dan kreatif”. Berdasarkan
diberikan oleh guru. Sebaliknya tanpa adanya norma paparan diatas, ketika guru bimbingan dan konseling
kesopanan didalam saat pembelajaran, maka akan memberikan layanan yang sifatnya preventif dan
transformasi ilmu dari guru ke peserta didik tidak akan pengembangan, layanan yang dianggap tepat adalah
bisa dapat berjalan dengan efektif. layanan bimbingan kelompok.
Harapan dunia pendidikan untuk menjadikan Meskipun layanan bimbingan kelompok
peserta didik yang bersikap dengan baik dan berakhlak memiliki keunggulan terutama dalam menangani
mulia tentunya bukan tanpa rintangan, seperti kasus masalah yang berkaitan dengan bidang sosial, upaya
murid yang memukul gurunya Kubu Wagiah Provinsi yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan
Kalimantan Barat. .Anggota DPRD Komisi IV Kubu konseling di MAN Kota Palangka Raya belum
Raya, KH Hanafi Khalil mengaku prihatin kasus berhasil meningkatkan sopan santun peserta didik
murid sampai berani memukul gurunya sendiri. Hal yang terjadi dikalangan peserta didik. Informasi yang
ini menunjukkan betapa bobroknya etika dan akhlaq peneliti peroleh dari wawancara, materi bimbingan
anak-anak sekarang. (dalam kelompok di MAN Kota Palangka Rayayang
http://pontianak.tribunnews.com/2017/06/19/anggota- diberikan hanya mengulang dari tahun-tahun
dprd-prihatin-siswa-pukul-guru). sebelumnya yaitu materi tentang motivasi belajar dan
Ketika peneliti melakukan wawancara dan materi belajar secara efektif, sehingga cenderung
observasi di MAN Kota Palangka Raya, peneliti monoton dan kurang variatif. Bimbingan kelompok
menemukan beberapa peserta didik pada saat kegiatan dilaksanakan dengan jumlah anggota lebih dari 12
belajar mengajar sedang berlangsung peserta didik orang yaitu 1 kelas identik dengan bimbingan klasikal
tidak menunjukkan sikap sopan dan santun terhadap dan pelaksanaanya pun tidak terjadwal secara khusus.
guru yang sedang mengajar di dalam kelas. Sikap Layanan yang bersifat kelompok cenderung
yang ditunjukkan antara lain; peserta didik sering dilaksanakan manakala ada peserta didik yang
keluar masuk kelas tanpa izin dengan guru, peserta bermasalah, kondisi tersebut menunjukkan layanan
didik sering mengejek gurunya ataupun mengejek bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka
temannya dengan ucapan yang tidak sopan, dan Rayatidak diperuntuhkan untuk meningkatkan sikap
peserta didik menggunakan handphone pada saat sopan santun, karena layanan bimbingan kelompok
pembelajaran sedang berlangsung. yang dilaksanakan lebih bersifat kasuistik.
Sikap di atas bertolak belakang dengan ciri- Hurlock (2009: 257) menyatakan bahwa
ciri perilaku sopan santun di sekolah menurut “perkembangan individu tidak terlepas atau
Supriyanti (dalam Tomahayu, 2008 : 2) antara lain: 1) dipengaruhi oleh budaya dimana individu itu berada”.
Selalu tunduk dan patuh terhadap guru; 2) Peneliti berasumsi bahwa perkembangan sikap sopan
Melaksanakan segala hal baik ;3) Berbicara yang santun peserta didik adalah masalah yang tidak
halus dan sopan;4) Mendoakan guru agar diberikan terlepas dari etika dan budaya dalam berkelompok.
kesehatan dan ketabahan dalam memberikan Bimbingan kelompok yang dilaksanakan di MAN
pendidikan dan bimbingan di sekolah;5) Menjaga Kota Palangka Rayabelum menggunakan keragaman
nama baik sekolah dan menghormati guru ; 6) nilai budaya yang ada pada anggota kelompok
Menyapa dengan ramah bila bertemu dengan guru ; 7) sehingga solusinya adalah dengan mengangkat suatu
Menampilkan contoh tingkah laku yang baik. Contoh tema yang kaya akan nilai sosial dan budaya. Untuk
perwujudan sikap hormat peserta didik kepada membantu para guru bimbingan dan konseling,
gurunya antara lain sebagai berikut: 1) Mendengarkan peneliti akan melakukan penelitian guna menemukan
nasehat guru ; 2) Berbicara dengan guru harus sopan suatu model yang dapat memberikan formula untuk
dan ramah ; 3) Memperhatikan pelajaran yang meningkatkan sikap sopan santun.
diajarkan; 4) Tidak bergurau saat pelajaran Masyarakat di Palangka Raya memiliki suatu
berlangsung ; 5) Menaati peraturan yang berlaku di nilai yang mengatur cara mereka bertingkah laku yaitu
sekolah. nilai budaya pada nilai Belom Bahadat. “Falsafah
hidup Belom Bahadat” adalah perilaku hidup yang

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 62
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

menjunjung tinggi kejujuran, kesetaraan, kebersamaan Keterangan :


dan toleransi serta taat pada hukum (hukum negara, O1= nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
hukum adat dan hukum alam). Apabila telah mampu O2= nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
mnelaksanakan perilaku hidup “Belom Bahadat”, X = eksperimen
maka akan teraktualisasi akan wujud “Belom Penyang Dalam desain ini diberikan kepada kelompok
Hinje Simpei” yaitu hidup berdampingan, rukun dan tunggal dengan diberikan terlebih dahulu pretest (tes
damai untuk kesejahteraan bersama”. (Perda No. 16 awal) dan setelah diberi treatment sampel diberi
Tahun 2008). Belom bahadat dijadikan bimbingan dan posttest (tes akhir). Desain penelitian One Group pre-
pengendalian moral masyarakat suku dayak ngaju. test and post-test dilakukan dengan cara memberikan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah pretest (O1) kepada peserta didik kelas X, untuk
satu program pendidikan di sekolah yang ikut mengetahui kondisi awal pemahaman peserta didik
menentukan keberhasilan bagi peserta didik agar sebelum mendapatkan perlakuan. Selanjutnya sampel
peserta didik dapat memiliki pemahaman norma penelitian diberikan perlakuan berupa bimbingan
kesopanan dan menjujung tinggi nilai adab dalam kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat.
bertingkah laku sebagaimana mestinya yaitu dengan Perbedaan antara tes awal dan tes akhir (O1dan O2)
penggunaan layanan bimbingan kelompok berbasis yakni O1< O2 diasumsikan sebagai adanya pengaruh
nilai budaya Belom bahadat . daritreatment (X). Desain ini dilakukan sesuai dengan
Dengan keterikatan bimbingan kelompok tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui
berbasis nilai budaya Belom bahadat diharapkan efektivitas bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
peserta didik dapat meningkatkan pemahamannya, belom bahadat dalam meningkatkan sikap sopan
menerapkan, menggali, dan melestarikan nilai nilai santun.
budaya yang ada dikalimantan tengah salah satunya 1) Populasi dan Sampel Penelitian.
nilai nilai budaya Belom Bahadat. a) Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2013 : 173) menyatakan
METODE bahwa “populasi adalah keseluruhan objek peneitian”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mengingat penelitian ini untuk melihat apakah ada
metode eksperimen yang bertujuan untuk mencari perbedaan pemahaman tentang sopan santun peserta
pengaruh mencari pengaruh perlakuan tertentu didik ditinjau dari pemberian layanan bimbingan
(treatment) terhadap variabel lain dalam kondisi yang kelompok berbasis budaya Belom Bahadat, maka yang
dikendalikan. kelompok terhamemperoleh informasi akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
yang dapat diperoleh (Sugiyono, 2015: 73). Metode peserta didik kelas X yang berjumlah 331 orang.
ini sesuai digunakan pada penelitian ini yang
menginginkan informasi pengaruh bimbingan Tabel 3.1 Populasi Penelitian
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk Jumlah
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik kelas Kelas Jurusan
L P Total
kelas X MAN Kota Palangka Raya. X MIPA 1 9 20 29
Desain penelitian yang digunakan dalam MIPA 2 11 19 30
penelitian ini adalah PreExperimental Designs One- MIPA 3 10 23 33
Group-Pretest-Posttest Design yaitu desain penelitian MIPA 4 12 20 32
yang masih terdapat variabel luar yang ikut MIPA 5 11 13 24
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi hasil IIS 1 17 21 38
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu IIS 2 21 17 38
bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel Bahasa 11 25 36
independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya Agama 1 17 19 36
variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara Agama 2 17 18 35
random (Sugiyono, 2015:74). One-Group-Pretest- 136 195 331
Posttest Design yaitu membandingkan keadaan Sumber data : Tata Usaha MAN Kota Palangka Raya
anatara sebelum dan sesudah di beri perlakuan
terhadap subjek tertentu. Dengan demikian hasil b) Sampel Penelitian
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat Menurut Hadi (dalam Narbuko dan Achmadi,
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi 2013 : 107 ) menyatakan bahwa sampel adalah
perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti sebagian dari individu yang diselidiki dari keseluruhan
berikut: individu penelitian”. Adapun teknik yang peneliti
gunakan ini disebut juga dengan teknik sampling
O1 X O2 purposive yaitu penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Layanan bimbingan kelompok
Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 63
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

menggunakan dinamika kelompok dalam c) Angket


pelaksanaannya, maka pengambilan sampel dilakukan Kuesioner merupakan metode pengumpulan
dengan pertimbangan tingkat sikap sopan santun yang data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
heterogen. rincian sampel sebagai berikut. pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode
Tabel 3.2 Kelas Sampel pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
Peserta mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan
Tingkat Sopan santun
didik tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu
Sangat Tinggi 2 kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
Tinggi 2 responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
Rendah 2 luas. Penelitian ini menggunakan angket Skala Likert
Sangat Rendah 2 umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau
Jumlah 8 respons seseorang terhadap suatu objek.
Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala
2) Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Likert sangat popular di kalangan para ahli psikologi
Penelitian sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain
a) Wawancara praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan.
yang bertujuan untuk menggali informasi secara tatap Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-
muka dengan narasumber (konselor) tentang pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis
pelaksanaan bimbingan kelompok disekolah. sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini pertanyaan tersebut dapat diberikan angka (skor) dan
menggunakan wawancara terstruktur yaitu peneliti kemudian dapat diinterpretasikan.
sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang Kriteria pemberian skor meliputi 4 item yang
hendak di tanyakan kepada narasumber. Berikut kisi- positif, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S
kisi wawancaranya, antara lain: mendapat nilai 3, jawaban TS mendapat nilai 2 dan
b) Observasi jawaban STS mendapat nilai 1. Sedangkan kriteria
Teknik observasi pada penelitian ini bertujuan pemberian skor untuk item yang negatif, jawaban SS
untuk mengamati sikap sopan santun peserta didik. mendapat nilai 1, jawaban S mendapat nilai 2,
Observasi yang dilakukan dengan mengamati cara jawaban TS mendapat nilai 3 dan jawaban STS
berperilaku, respon, peserta didik ketika berhubungan mendapat nilai 4.
dengan sesama, guru, konselor, staff sekolah ataupun
sesama murid.

Tabel 3.5 Skala Likert Kategori Jawaban Instrumen Penelitian


Pernyataan Positif
No
Jawaban Nilai
1 SS (sangat sesuai) 4 1
2 S (Sesuai) 3 2
3 TS (Tidak Sesuai) 2 3
4 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

3) Instrumen Pengumpulan Data 4) Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2015:199) “Angket Teknik analisa data merupakan suatu langkah
merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan yang paling menentukan dari suatu penelitian, karena
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap
Menurut Arikunto (2010 : 209) prosedur yang berikut ini:
ditempuh adalah perencanaan, penulisan butir soal, a. Tahap editing
penyuntingan, uji coba, penganalisaan hasil, dan Angket yang telah diisi oleh responden
mengadakan revisi. Sedangkan dalam penelitian ini, kemudian dikumpulkan dan dilakukan editing untuk
langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam mengecek kebenaran atau kelengkapan data. Semua
pengadaan instrumen antara lain: membuat kisi-kisi angket yang telah diisi responden data sudah lengkap
instrumen , lalu dikonsultasikan dengan ahli, hasil dan pengisian angket sesuai dengan petunjuk
konsultasi direvisi jika perlu, instrumen yang telah pengisian angket sesuai dengan petunjuk pengisian
direvisi siap disebarkan.
Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 64
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

angket. Sehingga peneliti tidak perlu melakukan (Sugiyono, 2011: 205). Tes Wilcoxon dicari dengan
perbaikan. cara mencari perbedaan antara skor kelompok evaluasi
b. Skoring (penilaian) awal dengan skor kelompok evaluasi akhir.
Pada penelitian ini sering dilakukan Selanjutnya beda antara skor evaluasi awal dan
berdasarkan hasil dari setiap jawaban responden evaluasi akhir diberi rangking (jenjang).
sesuai dengan definisioperasional penelitian. Data Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah
yang diperoleh dari hasil penyebaran, selanjutnya model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya
dianalisis. Analisis skor pernyataan yang digunakan belom bahadat untuk meningkatkan sikap sopan
dalam pada penelitian ini menggunakan skala likert. santun peserta didik kelas X di MAN Kota Palangka
Model skala likert yaitu model skala yang Raya. Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif
menggunakan pembagian area dalam suatu kontinum (Ha). Untuk pengujian Ha diubah menjadi hipotesi
tertentu yang memiliki lima pilihan jawaban. Setiap nol (Ho), model bimbingan kelompok berbasis nilai
pernyataan mempunyai lima pilihan jawaban yaitu SS, budaya belom bahadat untuk meningkatkan sikap
S, KS, TS, dan STS. sopan santun peserta didik kelas X di MAN Kota
Selanjutnya menjumlahkan skor yang diperoleh Palangka Raya. Dalam pembuktian Ha dan Ho akan
oleh masing-masing peserta didik. Untuk mengetahui diterima atau ditolak maka jumlah rangking/jenjang
perbedaan pemahaman peserta didik tentang sopan yang kecil kita bandingkan dengan tabel harga-harga
santun digunakan kategorisasi dari Hadi (2004: 150), kritis dalam tes Wilcoxon dengan taraf kesalahan 5%.
yakni: - Ho diterima jika T (jenjang terkecil) > dari T
- Mean ideal + 1, 5 SD ke atas = Sangat Tinggi tabel Wilcoxon, maka Ha ditolak.
- Mean ideal sampai dengan mean ideal + 1, 5 - Ho ditolak jika T (jenjang terkecil) < dari T
SD = Tinggi tabel Wilcoxon, maka Ha diterima.
- Mean ideal- 1, 5 SD sampai dengan mean
ideal = Rendah HASIL DAN PEMBAHASAN
- Mean ideal- 1, 5 SD ke bawah = Sangat 1. Paparan Data Penelitian
Rendah 2.1. Hasil wawancara
Selanjutnya ke empat kategorisasi tersebut Untuk mendapatkan gambaran mengenai
akan disusun kemudian dianalisis secara deskriptif kondisi objektif layanan bimbingan kelompok, peneliti
kuantitatif. Selanjutnya guna pengujian hipotesis mengadakan wawancara dengan 2 (dua) orang
digunakan analisis data kuantitatif dengan statistik konselor di MAN Kota Palangka Raya. Berikut hasil
non-parametris, yaitu menggunakan melalui uji-t wawancaranya:
karena penelitian ini bertujuan untuk mencari a) Perencanaan Bimbingan Kelompok
perbedaan pemahaman tentang sopan santun antara Layanan bimbingan kelompok di MAN Kota
yang diberi layanan bimbingan kelompok dan yang Palangka Raya belum terencana secara matang. Hal
tidak diberikan layanan bimbingan kelompok. tersebut terlihat dalam pemberian yang sifatnya
c. Entry (memasukkan data) sifatnya insindental karena di MAN Kota Palangka
Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu Raya konselor tidak mempunyai jadwal jam masuk
pemrosesan data, yang dilakukan oleh peneliti ke kelas yang berarti bahwa bimbingan kelompok hanya
dalam memasukan data dari angket ke dalam paket diberikan untuk mengisi jam kosong ketika guru mata
program komputer. pelajaran tidak hadir atau absen.
d. Tabulasi data Konselor melakukan koordinasi dengan wali kelas
Tabulasi adalah proses menempatkan data dan guru mata pelajaran untuk mengetahui need
dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang assesment peserta didik. Need asessment dilakukan
berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel melalui observasi secara langsung dan daftar cek
yang dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data masalah. Melalui hasil need asessment yang di
yang akan di analisis. dapatkan, di analisis aspek mana yang menjadi
e. Processing prioritas kebutuhan peserta didik. Perekrutan peserta
Setelah diedit akan diberi kode, kemudian data didik untuk di jadikan anggota kelompok tidak
diproses menggunakan program program SPSS 23.00 dilakukan. Bimbingan kelompok diberikan konselor
melalui Uji Wilcoxon. Untuk pengujian hipotesis dengan masuk ke kelas kosong yang berarti seluruh
digunakan analisis data kuantitatif dengan teknik peserta didik di kelas merupakan anggota kelompok.
statistik non-parametris, yaitu menggunakan Tes Hal tersebut identik dengan pemberian layanan
Ranking Bertanda (Wilcoxon Test). Wilcoxon test penguasan konten (bimbingan klasikal). Materi
digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis bimbingan kelompok yang di laksanakan tidak di
komparatif 2 (dua) sampel yang berkorelasi bila dominasi oleh bidang bimbingan pribadi misalkan
datanya berbentuk ordinal dan atau berjenjang masalah ketidakhadiran atau bolos saat jam pelajaran

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 65
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

sekolah sedangkan materi berkaitan dengan masalah kelompok mulai melakukan memberikan pertanyaan-
sosial tidak pernah diberikan. Kompetensi untuk pertanyaan untuk mengukur tingkat partisipasi
menjadi pemimpin kelompok dalam bimbingan anggota dalam kelompok.
kelompok harus dilakukan oleh konselor yang c) Evaluasi dan Tindak Lanjut
merupakan lulusan S-1 BK yang dianggap memahami Evaluasi yang dilakukan oleh konselor MAN
teori dan praktik bimbingan konseling secara Kota Palangka Raya terhadap layanan bimbingan
komprehensif. kelompok yang telah dilaksanakan dengan cara
b) Pelaksanaan Kegiatan bimbingan kelompok berkoordinasi dengan wali kelas untuk mengamati
Dalam persiapan pelaksanaan kegiatan bimbingan perubahan perilaku peserta didik. Hasil dari evaluasi
kelompok dilakukan dengan menyiapkan materi serta di analisis sebagai bahan tindak lanjut apakah layanan
waktu dan tempat dengan berkoordinasi dengan guru bimbingan kelompok sudah cukup baik atau sesuai
mata pelajaran. Pemberian layanan bimbingan dengan tujuan yang ingin dicapai. Apabila masih ada
kelompok tidak terjadwal (menunggu kelas kosong), individu yang belum menunjukkan perubahan perilaku
tetapi biasanya pemberian layanan diberikan minimal setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, maka
2 kali dalam 1 (satu) semester. di lakukan konseling individu sebagai bentuk follow
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan up.
bimbingan kelompok MAN Kota Palangka Raya d) Faktor Pendukung dan Penghambat
bertujuan unttuk membantu peserta didik Faktor yang mendukung kegiatan bimbingan
menyelesaikan masalah baik yang sedang di alami kelompok di MAN Kota Palangka Raya adalah adanya
maupun yang sifatnya preventif serta partisipasi dari unsur –unsur lain yang ada disekolah
mengembangkan potensi-potensi, bakat dan minat antara lain guru mata pelajaran, wali kelas, tata usaha
peserta didik. dan kepala sekolah. Sedangkan faktor yang
Untuk melihat keterlaksanaan secara rinci, meghambat adalah kurangnya sarana prasarana untuk
peneliti mengumpulkan informasi mengenai kegiatan- melaksanakan bimbingan kelompok seperti ruangan,
kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap-tahap waktu yang tersedia hanya mengandalkan jam
bimbingan kelompok yang dilaksanakan di MAN pelajaran kosong, LCD serta sumber biaya yang
Kota Palangka Raya. Pada tahap awal konselor dan minim.
anggota kelompok saling menyapa dengan memberi Berdasarkan gambaran mengenai kondisi faktual
salam, tahap basa basi untuk menghilangkan pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN Kota
ketegangan, menjelaskan tujuan pemberian layanan Palangka Raya yang di uraikan di atas, maka peneliti
bimbingan kelompok, menjelas asas-asas dan aturan menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok
untuk terlaksananya bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh para konselor dimana layanan
optimal dan kontrak waktu. Pada tahap peralihan belum terencana dalam program. Namun karena
pemimpin kelompok menumbuhkan suasana yang terikat pada ketersediaan waktu, pelaksanaannya tidak
dapat membawa para anggota dalam kegiatan bisa maksimal. Konselor hanya mengisi jam pelajaran
sesungguhnya. Pada tahap ini konselor menegaskan kosong.
kembali dan memastikan persetujuan anggota Upaya konselor untuk mengatasi masalah yang
kelompok mengenai asas dan ketentuan-ketentuan berkaitan dengan kehidupan sosial kurang
yang harus di taati. Pada tahap kegiatan, pemimpin diperhatikan. Hal ini terlihat dalam pemberian layanan
kelompok mengajak para anggota fokus pada diskusi bimbingan kelompok yang lebih berfokus pada
multi arah. Untuk mendukung materi yang di masalah disiplin dan tata aturan di sekolah. Upaya
sampaikan dan menggali antusiasme para anggota konselor untuk mengatasi masalah yang berkaitan
pemimpin kelompok menyisipkan permainan dalam dengan kehidupan sosial harus di berikan mengingat
tahap ini. Dalam pemilihan topik, biasanya untuk kondisi beberapa peserta didik di MAN Kota Palangka
menggali antusiasme peserta didik binaan dalam Raya yang menunjukkan kurangnya sopan santun
layanan, topik yang dipilih konselor adalah topik tugas terhadap sesama ataupun guru. Berdasarkan uraian di
dimana materi yang akan di bahas sudah di tentukan atas, peneliti menyimpulkan perlu adanya model
oleh pemimpin kelompok yang di dapatkan dari hasil layanan bimbingan kelompok yang diinovasi dengan
analisis need assesment. nilai kehidupan sosial yang terdapat dalam
Dalam bidang sosial, konselor tidak pernah kebudayaan lokal yaitu budaya belom bahadat.
mengadakan bimbingan kelompok dengan tema-tema 2.2. Hasil Observasi
sosial, kebanyakan materi yang selama di berikan Observasi bertujuan untuk melihat sikap sopan
dalam layanan bimbingan kelompok dengan tema- santun peserta didik di lingkungan MAN kota
tema kedisiplinan dan tata tertib. Materi tentang sopan Palangka Raya. Observasi dilakukan di lingkungan
santun tidak pernah di angkat dalam bimbingan MAN Kota Palangka Raya dengan melihat sikap
kelompok. Pada tahap pengakhiran, pemimpin sopan santun peserta didik dengan sesama maupun

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 66
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

dengan guru di sekolah. Peneliti mengamati beberapa menyimpulan hal itu bisa terjadi karena kurangnya
peserta didik tidakbertegur sapa dengan gurunya jika kurangnya pemahaman sikap sopan santun yang ada di
berpas-pasan. Peserta didik tidak menyapa dan peserta didik terlihat dari hasil wawancara kepada
menunjukkan wajah acuh tak acuh. Peneliti mencoba peserta didik yang menyatakan bahwa tidak menyapa
melakukan konfirmasi terhadap beberapa peserta didik karena mereka tidak mengenal gurunya dan guru
tersebut. Alasan mereka tidak menyapa karena mereka tersebut tidak pernah mengajar dikelas mereka.
tidak mengenal gurunya dan guru tersebut tidak Mereka hanya menegur guru yang pernah mengajar
pernah mengajar dikelas mereka. saja karena kenal.
Sedangkan hubungan antar sesama pesera didik, 2.3. Hasil Angket sikap sopan santun peserta
observer melihat beberapa peserta didik yang saling didik di MAN Kota Palangka Raya
mengolok-ngolok nama orangtua, tidak mengucapkan Gambaran tentang kondisi sikap sopan santun
salam ketika masuk ke kelas, dan ketika diskusi peserta didik MAN Kota Palangka Raya diperoleh dari
kelompok terlihat ada peserta didik yang tidak hasil penyebaran skala Sopan Santun di kelas X MAN
menghargai pendapat temannya dengan menentang Kota Palangka Raya yang berjumlah 209 peserta didik
pendapatnya dengan keras terkesan ingin yang terbagi menjadi 9 kelas. Kemudian, peneliti
menjatuhkan. memberikan instrumen berupa skala Sopan Santun
Dari hasil observasi yang di dapatkan kepada masing-masing orang. Instrumen terdiri dari
menunjukkan beberapa peserta didik tidak dari 48 item pernyataan yang digunakan untuk
menunjukkan sikap sopan santun kepada gurunya mengukur tingkat sikap sopan santun peserta didik
ataupun dengan sesama peserta didik. Perilaku yang kelas X di MAN Kota Palangka Raya. Semua peserta
ditunjukkan seperti tidak bertegur sapa dengan guru didik mengerjakannya sesuai dengan petunjuk yang
ketika berpas-pasan di lingkungan sekolah, tidak dijelaskan oleh peneliti. Perolehan skor gambaran
mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, sikap sopan santun peserta didik, sebagaimana terlihat
mengolok-olok sesama peserta didik,dan tidak dalam tabel berikut.
menghargai pendapat sesama peserta didik. Peneliti

Tabel 4.4 Gambaran Tingkat Sikap sopan santun peserta didik Kelas X MAN Kota Palangka Raya
KATEGORI F %
Sangat rendah 11 5
Rendah 18 9
Tinggi 180 86
Sangat tinggi 0 0
JUMLAH 209 100

Dari tabel 4.4. menunjukkan bahwa jumlah kesopanan. Dengan demikian, diharapkan dengan
peserta didik memiliki Sopan Santun yang sangat tersusunnya model bimbingan kelompok berbasis nilai
rendah adalah 11 orang (5%), yang memiliki Sopan budaya belom bahadat dapat membantu konselor di
Santun yang sedang 18 orang (9%), yang memiliki MAN Kota Palangka Raya bahkan sekolah-sekolah
Sopan Santun yang tinggi adalah 180 orang (86%). lainnya di Palangka Raya dalam melaksanakan
Melihat data pada tabel 4.4 menunjukkan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap sopan
bahwa perlu adanya upaya bantuan bagi peserta didik santun peserta didik.
agar mereka dapat mengatasi masalah dalam Berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang
kehidupan sosial dengan baik. Pelaksanaan layanan tingkat sikap sopan santun peserta didik kelas X di
bimbingan kelompok saja tidak cukup untuk MAN Kota Palangka Raya, guna kepentingan
mengatasi masalah Sopan Santun yang rendah. penelitian maka peneliti mengambil 8 peserta didik
Konselor membutuhkan sebuah model pelayanan secara purposive sampling sebagai anggota kelompok
bimbingan kelompok yang tepat dan efektif untuk yang nantinya akan diberi layanan bimbingan
dapat membantu mengurangi atau bahkan mengatasi kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat. Ke-8
sikap sopan santun peserta didik yang rendah. anggota kelompok tersebut bersifat heterogen untuk
Oleh karena itu, agar layanan bimbingan tingkat Sopan Santunnya, yakni 1 peserta didik
kelompok di MAN Kota Palangka Raya dapat dengan Sopan Santun sangat rendah, 6 peserta didik
membantu peserta didik meningkatkan sikap Sopan dengan Sopan Santun rendah, 1 peserta didik dengan
Santunnya maka model bimbingan kelompok berbasis Sopan Santun tinggi. Berikut data dari ke-8 anggota
nilai budaya belom bahadat dibuat sebagai inovasi bimbingan kelompok:
untuk masalah yang berkaitan dengan lunturnya nilai

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 67
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

Tabel 4.5 Profil (Awal) Anggota Kelompok


Evaluasi
No. Nama Kat. Gambaran Sopan Santun
Awal
1 KA 120 T Hoby bernyanyi, percaya diri, mempunyai banyak teman, aktif dalam
kegiatan pramuka, mampu berkomunikasi secara lugas
2 RA 86 R Acuh terhadap sekitar, kurang percaya dengan teman, selalu
menyendiri, aktif dalam kegiatan basket
3 SSP 75 SR Periang, kurang bisa mengintrol emosi, aktif di kelas, mudah terbawa
suasana, tidak mampu menahan untuk berbicara, suka mengejek.
4 FR 85 R Pendiam, Takut berbicara dengan orang yang tidak di kenal, kurang
percaya diri,
5 IF 90 R Tidak tegas, suka ragu-ragu, memiliki banyak teman di luar kelas.
6 S 87 R Pendiam, kurang percaya diri, takut berbicara dengan orang yang tidak
di kenal, kurang aktif di kelas, hoby bermain gitar, orang tua tinggal di
desa dan dipalangkaraya tinggal dengan paman.
7 PN 114 R Pendiam, ramah, kurang percaya diri
8 ASA 91 R Pendiam, kurang percaya diri, takut berbicara di depan, penakut.

2.4. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai belom bahadat akan dikembangkan terdiri dari 6
Budaya Belom bahadat Untuk Meningkat komponen utama, sebagai berikut :
Sikap Sopan Santun 1. Rasional
Berdasarkan hasil kajian empiris pada studi Rasional menjelaskan secara rinci tentang
lapangan bisa diasumsikan beberapa hasil, antara lain: konsep pemikiran dalam mengembangkan model
1. Bimbingan kelompok sudah dilaksanakan di bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom
MAN Kota Palangka Raya akan tetapi hasilnya bahadat dengan penjabaran secara singkat dan jelas
belum efektif. Ada beberapa hambatan yang akan gambaran pelaksanaan yang disesuaikan dengan
menjadi penyebab belum efektifnya target pencapaian kegiatan bimbingan kelompok yaitu
ketercapaian hasil dari pelaksanaan layanan meningkatkan sikap sopan santun peserta didik.
bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka Dalam rasional dikemukakan nilai yang terkandung
Raya, baik dari segi konselor sebagai dalam budaya belom bahadat antara lain takwa kepada
penyelenggara layanan dan pemimpin tuhan, persamaan derajat, tenggang rasa, tidak
kelompok, peserta didik sebagai anggota semena-mena, menjunjung tinggi kemanusiaan,
kelompok, waktu dan tujuan pelaksanaan persatuan dan kesatuan, rela berkorban, cinta tanah
layanan, jenis materi/topik yang menjadi air, musyawarah dan mufakat, rasa kekeluargaan,
bahasan, biaya, wali kelas dan guru mata nurani yang luhur, menjunjung tinggi kebenaran,
pelajaran yang menjadi kolaborator bagi guru bertanggung jawab, menjunjung tinggi peri keadilan,
bimbingan dan konseling. gotong royong, menjaga keseimbangan hak dan
2. Pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, sifat
Kota Palangka Raya belum menggunakan suka bekerja keras, menghargai karya orang lain, sifat
pendekatan atau basis tertentu dalam layanan keteladanan, semangat pengasih, ramah tamah, rasa
bimbingan kelompok sehingga efektivitas saling hormat, sifat keterampilan diujung jari dan
layanan tidak tercapai secara optimal. diunjung lidah, menjaga keseimbangan lingkungan
3. Topik tentang nilai kesopanan belum pernah dan lain-lain.
dijadikan bahasan dalam layanan bimbingan 2. Visi dan Misi
kelompok di MAN Kota Palangka Raya, karena Dalam hal pencapai tujuan penelitian dalam
guru bimbingan dan konseling tidak memiliki rangka meningkatkan sikap sopan santun peserta didik
program khusus tentang topik tersebut. maka di perlukan suatu perencanaan dan tindakan
4. Tingkat sikap sopan santun peserta didik yang nyata untuk dapat mewujudkannya. Secara umum
di peroleh pada saat studi pendahuluan dan dapat dikatakan bahwa visi dan misi adalah suatu
yang di tunjukan dengan skala sopan santun konsep perencanaan yang di sertai dengan tindakan
(pre-tes) menunjukkan perlu adanya upaya sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai
bantuan bagi peserta didik untuk dapat suatu tujuan yang berdasarkan nilai budaya belom
mengurangi sopan santun. bahadat dan juga aspek-aspek yang akan di capai pada
Berdasarkan data di atas maka peneliti sikap sopan santun peserta didik.
kemudian menimbang serta memutuskan bahwa
model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 68
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

3. Tujuan nilai budaya belom bahadat dari konselor dan anggota


Yaitu tujuan yang ingin di capai dari kelompok untuk meningkatkan sikap sopan santun
pengembangan model bimbingan kelompok berbasis secara optimal. Berikut sajian tabel dari indikator yang
nilai budaya belom bahadat. Tujuan ini di bagi akan ditingkatkan beserta perlakuan yang diberikan:
menjadi 2, yakni tujuan umum dan tujuan khusus yang 1.7. Uji Efektivitas Model Bimbingan
keduanya terfokus pada meningkatkan sikap sopan Secara kuantitatif menurunnya tingkat sopan
santun peserta didik disesuaikan dengan indikator santun peserta didik bisa dilihat dari perbandingan
serta aspek-aspek nilai yang terkandung dalam budaya nilai evaluasi awal dan evaluasi akhir yang diperoleh
belom bahadat. masing-masing anggota kelompok. Tabel 4.7
4. Isi Bimbingan dan Konseling menunjukkan rincian perolehan skor evaluasi awal
Meliputi ranah bidang bimbingan yang dapat dan evaluasi akhir anggota kelompok pada semua
diintervensi oleh pelaksanaan kegiatan bimbingan indikator.
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwasanya
meningkatkan sikap sopan santun peserta didik. Ranah sopan santun pada semua peserta didik yang menjadi
bimbingan terdiri dari ranah bidang bimbingan anggota kelompok mengalami peningkatan (nilai post
pribadi, bidang bimbingan belajar, dan bidang test lebih tinggi dari nilai pretest). Ketercapaian hasil
bimbingan sosial tersebut karena layanan bimbingan kelompok berbasis
5. Pendukung sistem nilai belom bahadat dilaksanakan secara profesional
Dimaksudkan dalam rangka menyukseskan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan,
kegiatan bimbingan dan kelompok dan adanya walaupun terjadi beberapa hambatan saat kegiatan
keterjalinan kerjasama serta dukungan penuh dari berlangsung. Faktor-faktor yang mendukung
stake holder yang ada disekolah. penurunan sopan santun peserta didik antara lain:
6. Bimbingan kelompok berbasis nilai budaya 1. Pemimpin kelompok sebagai motivator mampu
belom bahadat mengoptimalkan nilai budaya belom bahadat,
Termasuk didalamnya tahapan-tahapan dalam tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada
kelompok yang akan dilalui dan dilaksanakan dalam anggota kelompok dalam setiap tahapan
kelompok beserta susunan materi yang digunakan layanan bimbingan kelompok. Artinya nilai-
dengan maksud agar garis besar kegiatan bimbingan nilai budaya belom bahadat terintegrasi secara
kelompok berisikan materi yang tidak keluar dari optimal pada setiap tahapan layanan.
tujuan awal yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan 2. Materi yang menjadi topik bahasan, yakni
sikap sopan santun peserta didik. tentang nilai dari budaya belom bahadat,
2.5. Persiapan Model sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik
1. Mengatur waktu pelaksanaan layanan pada umumnya dan anggota kelompok pada
bimbingan kelompok berbasis nilai budaya khususnya.
belom bahadat bersama guru bimbingan dan 3. Konselor sebagai perencana kegiatan mampu
konseling serta peserta didik yang menjadi memberikan perlakuan yang tepat sesuai
anggota kelompok. Berdasarkan kesepakatan dengan topik bahasan dan karakteristik peserta
bersama kegiatan akan dilaksanakan pada didik yang menjadi anggota kelompok, yakni
hari Senin dan kamis (1 minggu 2 kali). usia remaja. Perlakuan yang diberikan tersebut
2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat menstimulus anggota kelompok untuk
diperlukan dalam pelaksanaan layanan mengoptimalkan nilai dari budaya belom
bimbingan kelompok berbasis nilai budaya bahadat, sehingga mereka secara aktif
belom bahadat. menunjukan peranannya dalam menciptakan
3. Mempersiapkan kelengkapan administrasi dinamika kelompok.
layanan bimbingan kelompok berbasis nilai 4. Anggota kelompok mau dan mampu bersikap
budaya belom bahadat, seperti daftar hadir, terbuka serta aktif, pada saat pelaksanaan
satuan layanan, dan materi. layanan bimbingan kelompok berbasis nilai
4. Menyiapkan alat evaluasi berupa lembar budaya belom bahadat.
laiseg dan skala sikap sopan santun. 5. Pembentukan kelompok secara heterogen
2.6. Pelaksanaan Model mampu menumbuhkan dinamika kelompok
Basis yang digunakan dalam pengembangan dengan baik sehingga secara otomatis mampu
model adalah nilai budaya belom bahadat dengan menstimulus anggota kelompok yang awalnya
target intervensinya untuk meningkatkan sikap sopan pasif untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan
santun peserta didik. Oleh karena itu materi, kelompok.
perlakuan, serta teknik yang digunakan dalam Pada awal kegiatan beberapa anggota kelompok
pelaksanaan uji lapangan harus bisa memunculkan yakni SSP, RA, dan FR belum menunjukan sikap dan

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 69
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

perilaku yang diharapkan oleh konselor. Akan tetapi penyendiri dan tidak mempunyai teman menjadi aktif
dengan dorongan yang terus diberikan oleh konselor di kelas, berani bertanya kepada guru mata pelajaran,
dan anggota kelompok lainnya membuat mereka dan sudah berani berbaur bersama teman-temannya.
semakin aktif menunjukan peranannya di dalam Informasi ini di dapatkan dari teman-teman yang
kelompok. Bahkan FR yang di kelas pada saat mata sekelas dengan FR di kelas dan guru mata pelajaran.
pelajarn diberikan bersikap pasif, takut berbicara,

Tabel 4.7 Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Sopan santun Peserta didik
No. Nama Pretest Kat. Posttest Kat. Perubahan
1 KA 120 T 155 T 35
63% 81% 18%
2 RA 86 R 138 T 52
45% 72% 27%
3 SSP 75 SR 111 R 36
39% 58% 19%
4 FR 85 R 130 T 45
44% 68% 23%
5 IF 90 R 133 T 43
47% 69% 22%
6 S 87 R 129 T 42
45% 67% 22%
7 PN 114 R 138 T 24
59% 72% 13%
8 ASA 91 R 129 R 38
47% 67% 20%
RATA- 93,5 R 132,875 T 39,375
RATA 49% 69% 21%

Paparan di atas memberikan gambaran jika 1.7. Uji Hipotesis dengan Tes Wilcoxon
peningkatan sopan santun peserta didik tidak hanya Uji keefektifan model layanan bimbingan
terjadi pada saat pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat untuk
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat, yang meningkatkan sikap sopan santun peserta didik
diungkap melalui laiseg dan skala sopan santun. dianalisis dengan statistik non-parametrik melalui uji
Namun demikian peningkatan tersebut juga tampak Wilcoxon. Berikut ini adalah hasil uji efektifitas model
dari sikap dan perilaku yang ditampilkan anggota yang dikembangkan pada perolehan skor total sikap
kelompok dalam kesehariannya yang sudah sopan santun:
“diwarnai” oleh nilai budaya belom bahadat.

Tabel. 4. 8 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks


Mean Sum of
N Rank Ranks
Prepost - Negative Ranks 0a .00 .00
Pretest Positive Ranks 8 b
4.50 36.00
c
Ties 0
Total 8

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 70
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

Berdasarkan tabel 4.8 pada nilai positive rank belom bahadat mengalami peningkatan sikap sopan
menunjukkan angka 8 yang bisa disimpulkan bahwa 8 santun. Mean Rank atau rata-rata peningkatan
orang anggota kelompok yang telah mengikuti menunjukkan angka 4,50 dan sum of rank atau
kegiatan bimbingan kelompok berbasis nilai budaya jumlahnya menunjukkan angka 36.

Tabel. 4.9 Hasil Uji Wilcoxon


Prepost - Pretest
Z -2.521a
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dilaksanakan di MAN Kota Palangka Raya belum
asymp sebesar 0,012 < 0,05 maka Ho (Hipotesis Nol) menggunakan keragaman nilai-nilai budaya yang ada
di tolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) di terima pada anggota kelompok sehingga solusinya adalah
sehingga dapat disimpulkan bahwa model bimbingan dengan mengangkat suatu tema yang kaya akan nilai-
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat nilai sosial dan budaya. Untuk membantu para
terbukti efektif untuk meningkatkan sikap sopan konselor, peneliti akan melakukan penelitian guna
santun peserta didik kelas X di MAN Kota Palangka menemukan suatu model yang dapat memberikan
Raya. formula untuk meningkatkan sopan santun.
2. Pembahasan Penelitian Masyarakat di Palangka Raya memiliki
Berdasarkan hasil analisis proses kegiatan pedoman yang dimaksud terangkum dalam nilai
model bimbingan kelompok berbasis nilai budaya budaya belom bahadat yang seharusnya dimiliki oleh
belom bahadat serta hasil yang telah dicapai oleh setiap individu sehingga untuk membantu siswa
anggota kelompok membuktikan bahwa bimbingan terkait masalah sosial yang dihadapinya, nilai budaya
kelompok berbasis nilai budaya belom bahadat efektif belom bahadat dapat diinternalisasikan ke dalam
untuk mmeningkatkan sikap sopan santun peserta layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
didik MAN Kota Palangka Raya. Indikasi berbasis nilai budaya belom bahadat dimaksudkan
keberhasilan dilihat dari peran yang dimiliki oleh sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa
pemimpin kelompok dan anggota kelompok pada melalui suasana kelompok dengan berlandaskan pada
setiap tahapan. Sedangkan untuk efektifitas layanan nilai sosial budaya yang terdapat dalam nilai budaya
bimbingan kelompok dapat dibuktikan dari hasil skala belom bahadat. Adapun nilai-nilai yang dimaksud
sikap sopan santun yang menunjukkan adanya adalah takwa kepada tuhan, persamaan derajat,
peningkatan hasil akhir pada skor total. tenggang rasa, tidak semena-mena, menjunjung tinggi
Bimbingan kelompok merupakan sarana kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, rela berkorban,
yang bisa diakses oleh siswa untuk mendapatkan cinta tanah air, musyawarah dan mufakat, rasa
layanan dalam suasana kelompok yang dinamis. kekeluargaan, nurani yang luhur, menjunjung tinggi
Kebutuhan akan bimbingan kelompok tampak kebenaran, bertanggung jawab, menjunjung tinggi peri
semakin jelas mana kala para siswa mengalami keadilan, gotong royong, menjaga keseimbangan hak
kesulitan dalam bergaul atau mengaktualisasikan dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, sifat
dirinya pada lingkungan sosial. Faktor-faktor yang suka bekerja keras, menghargai karya orang lain, sifat
menghambat tugas-tugas perkembangan siswa di keteladanan, semangat pengasih, ramah tamah, rasa
bidang sosial diharapkan menjadi pekerjaan konselor saling hormat, sifat keterampilan diujung jari dan
untuk mencari jalan keluar agar para siswa dapat diunjung lidah, menjaga keseimbangan lingkungan
menikmati kehidupan sosial yang layak. Solusi yang dan lain-lain (Ilon, 1992).
dimungkinkan untuk membantu siswa memecahkan
masalah sosiologis adalah dengan memberikan PENUTUP
layanan bimbingan kelompok yang berlandaskan pada Bimbingan kelompok dilaksanakan hanya pada
pedoman beretika dalam masyarakat. Hurlock (2009: saat jam pelajaran kosong dan jumlah anggota
257) menyatakan bahwa “perkembangan individu kelompok terlalu banyak yaitu 1 (satu) kelas atau lebih
tidak terlepas atau dipengaruhi oleh budaya dimana dari 12 orang identik dengan bimbingan klasikal.
individu itu berada”. Peneliti berasumsi bahwa Layanan diberikan secara insidental, artinya konselor
perkembangan sopan santun adalah masalah yang hanya melaksanakan bimbingan kelompok ketika
tidak terlepas dari etika dan budaya dalam masalah itu sudah muncul pada peserta didik. Materi
berkelompok. Layanan bimbingan kelompok yang bimbingan kelompok di MAN Kota Palangka Raya
Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 71
Dony Apriatama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2018
e-ISSN 2477-6300

yang diberikan hanya mengulang dari tahun-tahun Oleh karena itu perlu melakukan need assesment
sebelumnya yaitu materi tentang kedisplinan dan tata terlebih dahulu sebelum memberikan layanan.
tertib sehingga cenderung monoton dan kurang Model bimbingan kelompok berbasis nilai
variatif. budaya belom bahadat dapat dijadikan sebagai salah
Pembahasan materi bimbingan kelompok yang satu pilihan oleh konselor sebagai upaya untuk
berkenaan dengan Sopan Santun tidak pernah memberi bantuan bagi peserta didik khususnya yang
diberikan dan nilai budaya lokal belum di berdayakan berkaitan dengan Sopan Santun.
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok di MAN
Kota Palangka Raya Beberapa peserta didik kurang REFERENSI
menunjukkan sikap sopan santun kepada gurunya Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian
ataupun dengan sesama peserta didik. Perilaku yang (suatu pendekatan Praktik (Edisi Revisi
ditunjukkan seperti tidak bertegur sapa dengan guru 2010)). Yogyakarta: Rineka Cipta
ketika berpas-pasan di lingkungan sekolah, tidak Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan.
mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, Jakarta: Erlangga.
mengolok-olok sesama peserta didik,dan tidak Ilon Y Nathan (1992) Ilustrasi dan Perwujudan
menghargai pendapat sesama peserta didik. Peneliti lambang batang garing dan Dandang
menyimpulkan hal itu bisa terjadi karena kurangnya Tingang. Kalimantan tengah Surabaya:
kurangnya pemahaman sikap sopan santun yang ada di Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik
peserta didik terlihat dari hasil wawancara kepada Informatika, ITS.
peserta didik yang menyatakan bahwa tidak menyapa Narbuko C. Dan Ahmadi A. (2013) Metodologi
karena mereka tidak mengenal gurunya dan guru Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara
tersebut tidak pernah mengajar dikelas mereka. Madrosid. (Juni 2017). “Anggota DPRD Prihatin
Mereka hanya menegur guru yang pernah mengajar Siswa-Pukul-Guru Diakses dari: http//
saja karena kenal. http://pontianak.tribunnews.com
Model bimbingan kelompok berbasis nilai Pemerintah Kalimantan Tengah. (2008).Peraturan
budaya belom bahadat secara efektif dapat Daerah Kalimantan Tengah No. 16 Tahun
meningkatkan Sopan Santun. Simpulan ini di dasarkan 2008 Tentang Kelembagaan Adat Dayak di
pada hasil skala Sopan Santun, diperoleh hasil adanya Kalimantan Tengah. Peraturan Daerah
peningkatan tingkat skala Sopan Santun dari sebelum Elektronik.
dan sesudah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
berbasis nilai budaya belom bahadat. Kualitatif dan R&D. Bandung: C.V Alfabeta
Konselor hendaknya meningkatkan Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan
kompetensinya dalam melaksanakan bimbingan Program Bimbingan dan Konseling di
kelompok sehingga layanan yang diberikan dapat Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
optimal dalam mengatasi masalah yang terjadi. Jika Tomahayu,(2014): kajian teoretis dan hipotesis dan
masalah tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial pengertian perilaku sopan santun [Online]. Di
dan budaya seperti Sopan Santun maka konselor dapat akses dari
menyisipkan nilai kearifan lokal yang kental dengan http://lib.unnes.ac.id/21159/1/1301411001-
nilai sosial-budaya ke dalam bimbingan kelompok. s.pdf [30 agustus 2016]

Dipublikasikan Oleh :
UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin 72

Anda mungkin juga menyukai