Anda di halaman 1dari 3

Sedangkan menurut doktrin bahwa lembaga kepresidenan terbagi menjadi dua

bagian, yaitu Presiden sebagai Kepala Negara dan Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan. Doktrin tersebut dikenal dengan Sistem Pemerintahan Presidensial.
Sistem pemerintahan Presidensial menurut Sri Soemantri adalah : 1[5] “suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen/badan
legislatif. Disamping presiden berkedudukan sebagai kepala negara ia juga merupakan
kepala pemerintahan. Disamping itu, presiden tidak dipilih oleh lembaga legislatif,
akan tetapi oleh sejumlah pemilih. Oleh karena itu presiden bukanlah bagian dari
legislatif seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.”
Sistem pemerintahan presidensial dalam sejarah ketatanegaraan berkembang
tidak sebaimana sistem pemerintahan perlementer yang setapak demi setapak namun
sistem pemerintahan ini berkembang secara revolusioner yakni pada masa awal
berdirinya Negara Amerika Serikat di pengaruhi karena perjuangan rakyat amerika
serikat dalam melawan Kolonialisme Inggris karena latar belakang inilah Amerika
serikat menghendaki bentuk negara yang Republik dengan Presiden sebagai Kepala
Negaranya tidak menghendaki Monarki karena kebencian rakyat terhadap
pemerintahan Raja George III. Dapat dikatakan pula Sistem pemerintahan Presidensial
lahir sejalan dengan terjadinya Revolusi Prancis dan Pemikiran Montesquieu dengan
Doktrin Pemisahan Kekuasaannya.
Dalam sistem Presidensial sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sri
Soemantri Presiden tidak hanya diletakkan sebagai kepala negara (head of chief) namun
juga sebagai Kepala Pemerintahan (head of chief). Itulah sebabnya dalam sistem
presidensial tidak hanya merambah dalam ranah eksekutif saja , tetapi juga merambah
ranah legislatif dan ranah yudikatif. Selain itu karena baik badan legislatif maupun
presiden memperoleh mandat langsung dari rakyat melalui pemilu menyebabkan
kedua badan tersebut berada dalam posisi yang seimbang satu sama lain. Dan oleh

1[5] Arsyad Mawardi,2013, Pengawasan dan Keseimbangan antara DPR dan Presiden dalam Sistem
Ketatanegaraan “tinjauan Normatif, Empiris,Historis dan Komprehensif”, Semarang: raSAIL media Group
hlm : 88.
karena itu pulalah mayoritas para ahli menempatkan Posisi Presiden dan Badan
Legislatif secara vis a vis atau saling berhadap-hadapan satu sama lain.
Jimly Asshidiqie mengemukakan kebih rinci dengan membagi menjadi sembilan
ciri sistem presidensial ialah sebagai berikut :2[9]
1. Terdapat pemisahan yang jelas antara eksaekutif dan legislative
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak dapat
dibagi dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja;
3. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara dan sebaliknya;
4. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden.
5. Anggota parlemen tidak boleh menduduki eksekutif demikian pula sebaliknya;
6. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen
7. Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen dalam sistem
presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi oleh karena itu eksekutif
pertanggung jawab kepada konstitusi
8. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat;
9. Kekuasaan tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer namun tersebar.
Adapun konsep sistem pemerintahan presidensial murni bila kita merujuk
kepada sistem pemerintahan presidensial di negara Amerika serikat sebagai “the
outstanding example of the presidential form of government” sistem presidensial murni itu
memuat dua belas ciri yaitu: 3[10]
1. Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan;
2. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat;
3. Masa Jabatan Presiden yang pasti;
4. Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh Presiden;
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislaif;
6. Presiden tidak dapat membubarkan badan legislative;
7. Menteri tidak boleh merangkap anggota badan legislative;

2[9] Ibid hlm : 17-18

3[10] Ibid hlm :22


8. Menteri bertanggung jawab kepada Presiden;
9. Masa jabatan menteri tergantung pada kepercayaan Presiden;
10. Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem checks and balances;
11. Pembuatan undang-undang oleh badan legislatif tanpa melibatkan lembaga eksekutif;
12. Hak veto Presiden terhadap Undang-undang yang dibuat oleh Badan Legislatif
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat dikatakan dalam hal hubungan antara
Eksekutif dan legislatif pada sistem Presidensial ada sebuah pemisahan yang jelas
“there is a clear-cut separation between the executive and legislature” sehingga legislatif
maupun eksekutif tidak bertanggung jawab satu sama lain dan tidak dapat
membubarkan satu sama lain. Hal yang mana demikian membuat posisi eksekutif
dalam pemerintahan dapat lebih terjamin tidak mudah dilengserkan sebagaimana
posisi eksekutif dalam sistem parlementer.

Anda mungkin juga menyukai