Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

EKSUMASI

Penyaji:
Muhammad Farhan
150100206

Supervisor:
dr. Agustinus Sitepu, M.Ked(For), Sp.F

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“Eksumasi”. Penulisan referat ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dokter selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian referat ini.Dengan demikian diharapkan referat ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari


kesempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dalam penulisan referat selanjutnya.

Medan, 17Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Definisi Eksumasi...................................................................... 4
2.2 Indikasi Eksumasi...................................................................... 4
2.3 Prosedur Dan Aturan-aturan dalam Kegiatan Ekshumasi.......... 5
2.4 Aspek Hukum............................................................................ 11
2.5 Aspek Budaya........................................................................... 14
2.6 Autopsi pada Eksumasi.............................................................. 14
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ekshumasi adalah kegiatan menggali kembali kuburan orang yang

sudah meninggal untuk mencari penyebab kematiannya dan mencari

identitas seseorang.1Ekshumasi juga merupakan suatu tindakan medis yang

dilakukan atas dasar undang-undangdalam rangka pembuktian suatu

tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan

dan berdasarkan izin dari keluarga korban.2

Di negara kita ini sering kali ada suatu laporan tentang telah

terjadimya peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada

penyidik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak penyidik

maupun bagi pihak dokter untuk melakukan tugasnya memeriksa mayat

karena korban telah dikubur.Keterlambatan laporan tentang kecurigaan

kejadian/ kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena

kebutaan tentang hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/

ancaman serta anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan mayat yang

dilakukan sebelumnya.Walaupun tidak bisa dilakukan, penggalian kuburan

kadang-kadang harus dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang

munculnya kemudian/belakangan, tetapi bisa pula karena faktor

budaya/adat (pada suku tertentu) ataupun karena ditutupnya kuburan/

lokasi pemakaman tersebut.1

1
2

Satu tahun yang lalu negara kita diramaikan dengan rencana

pemerintah untuk melakukan penggalian mayat massal anggota PKI di

Desa Pakraman Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana,

Bali. Pembongkaran ini dilakukan terhadap 9 kuburan eks anggota PKI.

Penggalian Kuburan massal juga pernah dilakukan di Situkup, Aceh.

Kegiatan ini dilakukuan berdasarkan surat kuasa keluarga korban kepada

Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-1966 (YPKP), selembar

surat rekomendasi dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas

HAM), penyidik dan sejumlah izin lisan dari berbagai instansi.

Pembongkaran itu melibatkan seorang ahli forensik senior, dr Handoko,

yang dihadirkan dari Jakarta.Tulang-tulang itu kemudian dianalisis di

laboratorium forensik RSUP Sardjito, Yogyakarta. Penggalian ini

dimaksudkan untuk mencari adanya bukti terjadinya tragedi kemanusiaan.

Hal tersebut melekat dalam berbagai peristiwa konflik bersenjata,

antarsesama rakyat ataupun antara rakyat dan negara. Itu terjadi melintasi

wilayah negara.Berbagai daya dan upaya dilakukan untuk meneliti dan

membongkar kuburan massal karena keberadaan kuburan massal dapat

menjadi bukti penting kasus kejahatan perang atau kejahatan terhadap

kemanusiaan.4
3

1.2 TUJUAN
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai
Eksumasi. Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa kedokteran dan praktisi kedokteran agar dapat mengetahuai dengan
lebih rinci tentang Eksumasi, terutama dalam ilmu forensik dan medikolegal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Eksumasi


Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap

mayat yang sudah dikuburkan dari dalam kuburannya yang telah disahkan

oleh hukum untuk membantu peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti

keluar dan humus berarti tanah. Pada umumnya, penggalian mayat

dilakukan kembali karena adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara

tidak wajar, adanya laporan yang terlambat terhadap terjadinya

pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau adanya anggapan

bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat1.

2.2 Indikasi Eksumasi


Indikasi  dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut:4

1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah

menguburnya di suatu tempat.

2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan

bahwa jenazah meninggal secara tidak wajar.

3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap

jenazah yang telahdilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum

et repertum.

4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau 

karena  alasan criminal.

5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan

4
5

kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti  keracunan

dan gantung diri.2

6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas

kebenarannya atau diragukan.2

7. Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab kematian yang

diragukan, misalnya pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan

bunuh diri.2

2.3 Prosedur Dan Aturan-aturan Dalam Kegiatan Ekshumasi


Untuk melaksanakan penggalian kubur harus dilaksanakan hal- hal sebagai

berikut5 :

1. Persiapan penggalian kuburan,

 Dokter harus mendapat keterangan lengkap tentang peristiwa

kematian agar dapat memusatkan perhatian dan periksaan pada hal

yang dicurigai.

 Jika pemeriksaan dilakukan lokasi penggalian harus disiapkan tenda

lengkap dengan dinding penutup, meja pemeriksaan, air wadah, dan

perlengkapan pengangkatan mayat.

Perlengkapan yang diperlukan dalam penggalian kubur :

a. Kendaraan

b. Perlengkapan untuk melakukan penggalian misalnya cangkul, ganco,

linggis, secrop.
6

c. Perlengkapan untuk melakukan otopsi, yaitu pisau dapur, scalpel,

gunting, pinset, gergaji, jarum (jarum karung goni), benang,

timbangan berat, gelas pengukur, alat penggaris, ember, toples berisi

alkohol 95% ini bila ada indikasi mati oleh keracunan dan toples

berisi formalin 10%.

2. Waktu yang baik,

Waktu yang baik untuk melakukan ekshumasi adalah :

 Jika mayatnya masih baru maka di lakukan secepat mungkin

sedangkan jika mayatnya sudah lama atau lebih dari satu bulan dapat

dicari waktu yang tepat untuk penggalian.

 Penetapan batas waktu ekshumasi di India, Inggris dan Indonesia tidak

mempunyai batas waktu. Di Prancis sekitar 10 tahun, Skotlandia 20

tahun, Jerman 30 tahun.

 Waktu penggalian dilakukan pada pagi hari untuk mendapatkan

cahaya yang cukup terang, udara masih segar, matahari belum terlalu

terik dan untuk menghindari kerumunan masyarakat yang sering

mengganggu pemeriksaan. Bila tidak memungkinkan dilakukan pada

pagi hari, pemeriksaan dilakukan pada siang hari dengan cuaca yang

baik. Penggalian mayat pada sore hari sebaiknya dihindari.

3. Kehadiran petugas

Pada saat pelaksanaan penggalian harus dihadiri oleh :


7

 Penyidik atau polisi beserta pihak keamanan

 Pemerintah setempat / pemuka masyarakat.

 Dokter beserta pembantunya

 Keluarga korban / ahli waris korban

 Petugas pengamanan/ penjaga kuburan.

 Penggali kuburan

Gambar 1: Petugas keamanan dalam kegiatan gali kubur

4. Keamanan, yaitu penyidik harus mengamankan tempat penggalian dari

kerumunan masa.

5. Proses penggalian kuburan

Untuk menentukan lokasi, bila dikuburan umum, adalah keluarga atau juru

kunci kuburan. Bila letaknya tersembunyi maka tersangka yang

menunjukan.Kadang tersangka sulit menunjukkan letaknya secara pasti

sehingga penggalian dapat mengalami kegagalan.


8

Saat peti diangkat ke atas, penutup peti sebaiknya dibuka sedikit dengan

membuka mur atau engsel peti agar gas-gas di dalamnya bias dikeluarkan

ke udara bebas. Selanjutnya peti dikirim ke kamar mayat, apabila terjadi

pembusukan maka ditempatkan potongan kayu atau kerangka fiberglass di

dasarnya. Tanah dan lumpur harus dipindahkan sebelum peti dikirim ke

kamar otopsi untuk menghindari pencemaran.

Gambar 2: Proses penggalian kubur


6. Pemeriksaan mayat

Pemeriksaan mayat mayat sebaiknya dilakukan ditempat penggalian agar

mempermudah penguburan kembali selain karena mengingat adanya

masalah transportasi dan waktu. Akan tetapi pemeriksaan dikamar mayat

lebih baik karena dapat dilakukan dengan tenang tanpa harus ditonton oleh

masyarakat banyak dan lebih teliti.5

Sebelum ahli patologi melakukan pemeriksaan terhadap mayat, terlebih

dahulu dipastikan  bahwa mayat yang akan diperiksa adalah benar. Pada
9

umumnya, kerabat atau teman dekat korban yang melihat wajah mayat dan

kemudian menyatakan secara verbal kepada polisi, petugas kamar mayat

atau dokter bahwa benar itu mayat yang dimaksud. Apabila mayat terbakar

dan tidak  dapat dikenali, dimutilasi, maka identifikasi dilakukan dengan

cara  menunjukkan  dokumen atau benda-benda seperti pakaian dan

perhiasan milik mayat kepada kerabat.5

Petugas pemeriksa mayat harus memakai sarung tangan dan masker yang

telah dicelupkan ke dalam larutan potassium permanganas. Bila mayat

telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain

pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan laboratorium,

setentang daerah punggung mayat. Bila mayat telah hancur semuanya

maka setiap organ yang tinggal harus dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Jika organ dalam tidak dijumpai lagi maka yang diperiksa adalah rambut,

gigi, kuku, tulang dan kulit korban.5

Gambar 3: Pembukaan pembungkus jenazah


10

Pemeriksaan mayat mencakup pemeriksaan luar dan dalam.5

Pemeriksaan luar yaitu :

a. Label mayat

b. Tutup dan pengbungkus mayat

c. Pakaian

d. Perhiasan

e. Tanda – tanda kematian

f. Identifikasi umum : usia, jenis kelamin, TB

g. Identifikasi khusus : tato, tahi lalat, kelainan bawaan

h. Pemeriksaan local : kepala, rambut, mata, telinga, mulut, leher, dada,

perut, ekstremitas, alat kelamin, punggung dan dubur.

i. Pemeriksaan luka

Tahap pemeriksaan dalam yaitu6 :

a. Pembukaan jaringan kulit dan otot

b. Pembukaan rongga tubuh, dapat dilakukan dengan dua metode yaitu

insisi I dan insisi Y

c. Pengeluaran organ dalam tubuh, dapat dilakukan dengan teknik :

 Teknik Virchow, yang paling sering dilakukan dengan ketelitian

yang lebih rendah.

 Teknik Rokitansky

 Teknik Letulle
11

 Teknik Gohn

Teknik Letulle dan Gohn memiliki ketelitian yang lebih tinggi.6

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan

bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin,

perkiraan umur, tinggi badan, ciri – ciri khusus, dan deformitas serta tidak

memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari juga apakah terdapat

tanda – tanda kekerasan pada tulang serta memperkirakan sebab kematian.

Perkiraan saat kematian ini dapat dilakukan dengan memperhatikan

kekeringan tulang. Bila terdapat dugaan bahwa itu seseorang tertentu,

maka identifikasi dilakukan dengan membandingkan data antemortem

orang tersebut. Dapat dilakukan identifikasi dengan teknik superimposisi

yaitu suatu system pemeriksaan untuk melakukan jatidiri seseorang

dengan membandingkan korban semasa hidup dengan kerangka atau

tengkorak yang ditemukan. Kesulitan – kesulitan dalam teknik imposisi

adalah korban tidak pernah membuat foto semasa hidup, foto korban harus

baik kondisi dan kualitasnya, tengkorang yang ditemukan sudah hancur

dan tidak terbentuk lagi, dan kesulitan proses kamar gelap yang butuh

banyak biaya.6

2.4 Aspek Hukum4


Identifikasi kuburan harus dilakukan dengan perencanaan dan

dicatat segala sesuatunya atas ijin petugas pemakaman dan pihak yang

berwenang. Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP dan

memerlukan surat permintaan pemeriksaan dari penyidik. Di samping itu,


12

masih diperlukan persiapan lain yaitu koordinasi dengan pihak pemerintah

daerah (Dinas Pemakaman), untuk memperoleh bantuan penyediaan

tenaga para penggali kubur, juga perlu dipersiapkan kantong plastik besar

untuk jenazah serta kantong plastik untuk wadah /sampel pemeriksaan

laboratorium1.

KUHAP Pasal 135

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan

penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini.

Dalam penjelasan pasal 135 KUHAP ini lebih lanjut disebut : yang

dimaksud dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat dari

semua jenis tempat dan penguburan.1

KUHAP Pasal 133 ayat 2

Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan

bedah mayat.1

KUHAP Pasal 134 Ayat 1

Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian

bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib

memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.Mengenai biaya


13

untuk kepentingan penggalian mayat, bila merujuk ke dalam ketentuan

hukum KUHP dinyatakan ditanggung oleh Negara, walaupun dalam

pelaksanaannya ada ketegasan dan kejelasan.1

KUHAP Pasal 136

Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan

sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua BAB XIV ditanggung oleh

Negara.1

KUHAP Pasal 7 Ayat 1

Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara.

KUHAP Pasal 180

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan

yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta

keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh

yang berkepentingan.

2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau

penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu

dilakukan penelitian ulang.

3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan

penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).


14

Bagi yang menghalang- halangi atau menolak bantuan pihak

pengadilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti tercantum dalam pasal

222  KUHP.1

KUHP pasal 222

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi, atau

menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan

penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak- banyaknya  tiga

ratus ribu rupiah.

2.5 Aspek Budaya


Ditinjau dari aspek budaya, pelaksanaan ekshumasi (penggalian kubur)

seperti di India, Srilanka dan lain – lain yang mayoritas penduduknya

beragama Hindu jarang dilakukan ekshumasi karena jenazah yang sudah

meninggal tidak dikubur melainkan dibakar.

2.6 Autopsi pada Eksumasi7


Setelah jenazah diangkat dan ditaruh di meja, dilakukanlah tindakan

autopsi. Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang

dimaksud dengan autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat,

meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan

tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan

interpretsi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya

serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang

ditemukan dengan penyebab kematian.8


15

Gambar 4: Proses autopsi pada kegiatan penggalian kubur

Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti-bukti penting yang dikumpulkan

sebaik-baiknya.Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian:

1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi)

a. Batu nisan.

b. Gambaran kuburan.

c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari dan lain-lain.

Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu

dilakukan.

2. Penyebab kematian

a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.

b. Tubuh jenazah harus di foto.


16

c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil

untuk pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah

alkohol.

d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus

ekshumasi sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari

kubur, rambu, kuku dan kulit.


BAB III
KESIMPULAN

Penggalian mayat merupakan pemeriksaan terhadap mayat yang sudah

dikubur. Ada beberapa kemungkinan mengapa penggalian mayat harus dilakukan.

Biasanya berkenaan dengan tindak pidana, dimana diperlukan keterangan

mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik ataupun pengadilan.

            Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam pasal 135

dan disini terkait pada pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Dan bagi yang

menghalangi atau menolak  bantuan phak peradilan dapat dikenakan sanksi

hukum seperti tercantum dalam pasal 222 KUHP. Tidak Semua jenazah

dimakamkan, namun ada juga yang dikremasi. Untuk menghindari konflik

kepentingan dalam sebuah investigasi forensik perlu diupayakan agar

penyelidikan dilakukan dengan melibatkan para penyelidik yang netral dan pnting

juga melibatkan peran masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Mun’im Abdul Idris. 2010. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik.


Jakarta. Sagung Seto
2. Amir, A. 2012. Etika Kedokteran dan medikolegal. Edisi Keempat.
Medan: Percetakan Ramadan.
3. Claridge, J. 2010. Exhuming a Corpse For Forensic Analysis. (Online)
(Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2020 di 
http://www.exploreforensics.co.uk/exhuming-a-corpse-for-forensic-
analysis.html)
4. Hoediyanto, Hariadi. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
edisi 7. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
5. Amir, A. 2011. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran
Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
6. Amir, A. 2015. Autopsi medikolegal. Edisi kedua. Medan: Percetakan
Ramadhan.
7. Idries AM. 2010. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Cv. Agung Seto : Jakarta
8. Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai