Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Contoh Peristiwa Asbabun Nuzul

2.1.1 Turunnya Beberapa Ayat karena Sebab yang Sama

Terkadang ada beberapa ayat Al Quran yang turun, tapi sebabnya sama. Ini tidak apa-apa, karena kadang ada beberapa ayat yang turun
dibeberapa surah terkait satu kejadian. Contohnya adalah hadits riwayat Sa’id bin Manshur, Abdurrazzaq, At-Tirmidzi, Ibnu Mundzir, Ibnu Abu
Hatim, Ath-Thabrani, dan Hakim-ia menyatakan shahih- dari Ummu Salamah, ia berkata, “Wahai wanita dalam hijrah.” Kemudian Allah
menurunkan firmannya dalam surat Al-Imran ayat 195 yang artinya: 1

“Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), ‘Sesungguhnya, aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang
beramal diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka, orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku yang berperang dan yang terbunuh, apsti akan Aku hapus
kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surge-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai sebagai aphal dari Allah.
Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”

Ahmad, an-Nasa’I, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ath-Thabrani, dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata “Aku
bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, kenapa kami tidak disebut dalam Al Quran seperti halnya kaum lelaki?’ Kemudian, pada suatu
hari tidak ada yang membuatku untuk memerhatikan me;ainkan seruan Rasulullah diatas mimbar kala beliau membaca surat Al-Ahzab ayat 35
yang artinya:2

“Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuanyang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuanyang benar, laki-laki dan perempuan sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang

1
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.148-149
2
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.149
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasaa, laki-laki dan perempuanyang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. ”

Al-Hakim juga meriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa ia berkata, “Kaum lelaki berperang sementara kaum wanita tidak, dan kami
hanya mendapatkan separuh warisan?” Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya dalam surat An-Nisa’ ayat 32 yang artinya:3

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena)
bagi laki-laki ada bagian apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”4

Dan menurunkan firman-Nya, “Sungguh, laki-laki dan prempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan
perempuanyang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuanyang benar, laki-laki dan perempuan sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasaa, laki-laki dan perempuanyang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar ” (Al-ahzab: 35). ketiga ayat diatas turun karena satu sebab.5

2.1.2 Turunnya Beberapa Ayat Terkait Satu Orang

Terkadang ada salah seorang yang shahabat mengalami beberapa kejadian, lalu ayat-ayat Al Quran turu n berkaitan dengan setiap
kejadian tersebut, sehingga ayat-ayat Al Quran turun berkaitan dengan setiap kejadian tersebut, sehingga ayat-ayat Al Quran turun berkenaan
dengan si shahabat itu pada setiap kejadian tersebut. Contohnya adalah hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad terkait

3
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.150
4
Ibid
5
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.159
berbakti kepada kedua orangtua. Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Ada empat ayat dari kitab Allah yang turun berkaitan
denganku.”6

a. Pertama : Ketika ibuku bersumpah untuk tidak makan dan minum sampai aku meninggalkan Muhammad,lalu Allah menurunkan surat
Al-Luqman ayat 15 yang artinya:

‘Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”

b. Kedua : ketika aku mengambil sebilah pedang (hasil rampasan perang, lalu aku menyukainya, kemudian aku berkata’Wahai Rasulullah!
Berikan pedang ini kepadaku’. Lalu turunlah ayat, ‘Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan
perang’ (Al-Anfal: 1).
c. Ketiga : Ketika aku sakit, Rasulullah datang menjengukku. Kemudian ,aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Aku ingin membagi harta ku.
Apakah aku boleh mewasitakan seprauh hartaku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak’. Aku berkata, ‘Kalau sepertiga?’ Beliau diam saja. Setelah
itu, mewasiatkan sepertiga harta diperbolehkan.7
d. Keempat : Aku pernah minum khamar bersama beberapa orang dari kaum Anshar, lalu seseorang diantara mereka melemparkan kotoran
onta ke hidungku. Lalu, aku menghadap Rasulullah, lalu Allah menurunkan pengharaman khamar.”8

Ini sama seperti kesesuaian-kesesuaian yang dilakukan oleh Umar bin Khattab, bahwa wahyu turun sesuai dengan pendapatnya dalam
beberapa ayat.

6
Ibid
7
Kementrian Agama Republik Indonesia, Ar-Rahim Al-Quran dan terjemahannya (Bandung: Mikraj Khazanah Ilmu,2013), hlm.27
8
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.153
2.1.3 Apa-Apa Yang Turunnya Dua Kali

Sejumlah ulama mutaqaddimin dan muta’akhirin secara terang-terangan menyatakan bahwa sesungguhnya ada sebagian dari Al Quran
yang turunnya berulang kali. Ibnu Hashhar berkata, “Bisa jadi turunnya ayat itu berulang-ulang untuk memberikan peringatan dan mau’idzah.”
Beliau menyebutkan (contoh) seperti ayat-ayat yang ada di akhir surat an-Nahl dan awal surat ar-Rum. Ibnu Katsir juga menyebutkan (contoh)
adalah ayat tentang “ruh”, ulama lainnya menyebutkan sebagai contoh surat Al-Fatihah, dan sebagian ulama juga menyebutkan sebagai contoh
adalah firman Allah: “Maakaana linnabi walladzina aamanuu” al-aayah, (QS. At-Taubah: 113).9

Imam Zarkasyi berkata dalam kitabnya, al-Burhan fi Ulum Al Quran, “Kadang-kadang suatu (ayat atau surat) ini turun dua kali, karena
ta’dziman lisya’nibi (masalahnya penting) dan untuk mengigatkan peristiwa itu yang terjadi menjadi faktor penyebab turunnya karena khawatir
dilupakan.” Kemudian Imam Zarkasyi menyebutkan contoh diantaranya adalah ayat tentang “ruh” dan firman Allah SWT: “Wa aqinish shalaata
tharafayin nahaari al-aayah dan surat Hud: 114. Beliau berkata, “Sesungguhnya surat al-Isra’ dan surat Hud keduanya Makkiyah, tetapi sebab
turunnya menunjukkan bahwa kedua surat itu diturunkan di Madinah. Oleh karena itu, bagi sebagian orang hal seperti itu dianggap musykil
(sulit), padahal tidak sulit, karena ia diturunkan satu demi satu” Imam Zarkasyi juga mengatakan, “Demikian juga yang terjadi pada surat al-
Ikhlas, yang surat ini (diturunkan) sebagai jawaban bagi orang-orang yang musyrik di Makkah dan ahlul kitab di Madinah. Demikian juga
firman Allah SWT: “Maakaana linnabi walladzina aamanuu’ (QS at-Taubah:113). 10

Imam Zarkasyi berkata “Hikkmah dari semua ini bahwa sesungguhnya kadang-kadang terjadi suatu sebab karena adanya pertanyaan atau
suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dan sesungguhnya telah turun sebelumnya apa yang dikandung oleh ayat maka kemudian
diwahyukan dalam rangka mengingatkan kepada mereka tentang ayat itu dan sesungguhnya ayat itu memuat hal tersebut.” Didalam kitab Jamal
al-Qurra’ karya Imam as-Sakhwi dikatakan setelah menceritakan pendapat yang mengatakan tentang turunnya surat al-Fatihah sebanyak dua

9
Imam Sayuthi,Studi Al-Quran Komprehensif (Surakarta: Indiva Media Kreasi, 2008), hlm 151
10
Imam Sayuthi,Studi Al-Quran Komprehensif (Surakarta: Indiva Media Kreasi, 2008), hlm 152
kali. “Apabila dikatakan apa faedah turunnya al-Fatihah yang kedua kali?” maka saya (Imam Sayuthi) berpendapat, “Boleh saja surat al-Fatihah
itu turun dua kali pertama berdasar satu huruf, dan turun yang kedua dengan huruf-huruf yang lainnya, seperti kata maliki dan maaliki, kata ash-
shiraath dan ash-shirath dan yang lainnya.” 11

Sebagian ulama mengingkari adanya sesuatu dari al Quran itu bisa turun berulang kali. Demikian saya melihat permasalahan ini dalam
kitab al-Kahfi bi Ma’ani at-Tanziil dan dia memberikan alasan bahwa mencari sesuatu yang sudah ada itu tidak ada faedahnya, tetapi pendapat
ini mardud (ditolak) dengan berbagai faedah yang telah diterangkan. Sesungguhnya sesuatu yang lazim dari Al Quran jika setiap apa yang
diturunkan di Makkah juga diturunkan lagi di Madinah, karena Jibril selalu mengontrol bacaan Nabi saw. Setiap tahun, tetapi ini ditolak dengan
menafikkan adanya mualzamah. Sesunggguhnya tidak ada makna bagi diturunkannya (dua kali), kecuali bahwa Jibril itu turun kepada
Rasulullah saw dengan membawa Quran yang belum pernah dia bawa turun sebelumnya maka Jibril membacakan kepadanya. Tetapi ini pun
ditolak dengan tidak adanya persyaratan perkataannya: “Sesuatu yang belum dibawa turun oleh malaikat Jibril sebelumnya.”12

Kemudian sebagian ulama berpendaat, “Barangkali yang dimaksud dengan turunnya surat atau ayat sebanyak dua kali itu bahwa Jibril
turun ketika arah kiblat dialihkan, maka dia memberitahuknan kepada Rasulullah saw, bahwa al-Fatihah merupakan rukun didalam shalat
sebagaimana di Makkah. Dmeikian itu dianggap turun lagi yang kedua kali. Atau Jibril membacakan kepada Nabi ayat iru dengan bacaan yang
belum dia bacakan kepadanya ketika di Makkah, tetapi orang mengira bahwa itu merupakan turunnya.” 13

11
Ibid
12
Imam Sayuthi,Studi Al-Quran Komprehensif (Surakarta: Indiva Media Kreasi, 2008), hlm 153
13
Ibid
2.1.8 Hikmah mengetahui Asbabun Nuzul

Ada beberapa manfaat dengan mengetahui sababun nuzul, diantara yang paling penting adalah14

a. Menjelaskan hikmah yang menuntut pemberlakuan suatu hukum dan mengetahui bahwa syariat itu menjaga maslahat-maslahat umum
dalam mengatasi berbagai peristiwa sebagai bentuk kasih sayang terhadap umat manusia.
b. Mengkhususkan hukum suatu perkara yang menggunakan lafal umu ketika hukum tersebut turun karena suatu sebab. Kaidah ini dipakai
oleh kalangan yang berpendapat bahwa acuan hukum adalah khususnya sebab, bukan umumnya lafal. Ini persoalan perbedaan
pandangan, seperti yang dijelaskan pada fala berikutnya. Contohnya adalah firman Allah pada surat Ali Imran:188 yaitu

“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji
atas perbuatan yang tidak merekan lakukan, jangan seakale-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan
mendapat azab yang pedih”

Diriwayatkan bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintu rumahnya, “Wahai Rafi’, pergi dan temuilah Ibnu Abbas lalu katakan
kepadanya, ‘Jika setiap orang diantara kami disiksa karena merasa gembira dengan apa yang telah ia kerjakan dan merasa suka untuk
dipuji atas perbuatan yang tidak ia lakukan, maka kita smeua akan disiksa’. Ibnu Abbas berkata, “Apa urusan kalian dengan ayat ini.
Ayat ini turun berkenaan dengan ahli kitab.” Setelah itu, Ibnu Abbas membacakan surat Ali Imran : 187 yang artinya15

14
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.126
15
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.127
“Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari rang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu benar-benar
menerangkannya (isi kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya’, lalu mereka melemparkan (janji itu) ke
belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah, maka ituseburuk-buruknya jual beli yang mereka lakukan.’ ”

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah bertanya tentang sesuatu kepada ahli kitab,lalu mereka menyembunyikannya dan mengambil
dari yang lain. Kemudian,mereka keluar dan menunjukkan krpada beliau bahwa mereka telah memberitahukan kepada beliau apa yang
beliau tanyakan, mereka meminta untuk dipuji atas hal itu da mereka merasa senang telah menyembunyikan sesuatu yang beliau
tanyakan.16

c. Apabila lafal ayat yang turun bersifat umum lalu ada dalil yang mengkhususkannya, maka pengetahuan tentang sababun nuzul sebatas
untuk mengkhususkan sesuatu yang yang melampaui gambaran sebab tersebut, dan tidak dibenarkan mengeluarkan sebab tersebut,
karena masuknya gambaran sebab dalam lafal umum bersifat qath’i sehingga tidak boleh dikeluarkan berdasarkan ijtihad yang bersifat
zhanni. Inilah yang dianut jumhur ulama. Contohnya dalam firman Allah dalam surat An-Nur ayat 23-25 yang artinya17

“Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan baik, yang lengah dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat
didunia dan diakhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas
mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu Allah meneympurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka, dan
mereka tahu bahwa ilmu Allah Mahabenar, Maha Menjelaskan .”

Ayat ini turun berkenaan dengan Aisyah secara khusus atau berkenaan dnegan semua istri Nbi sebagaimana disebutkan dalam
riwayat dari Ibnu Abbas terkait firman Allah., “Sungguh orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik…” bahwa ayat tersebut
turun berkenaan dengan Aisyah secara khusus. Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas terkait ayat ini, ia berkata, “Ayat ini berkenaan

16
Ibid
17
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.127
dengan Aisyah da istri-istri Nabi. Allah menetapkan tidak ada tobat bagi orang yang melakukan perbuatan etrsebut-menuduh Aisyah dan
istri-istri Nabi berbuat nista-dan Allah menetapkan ada tobat bagi orang yang menuduh seorang wanita yang beriman berbuatu nista,
selain istriistri Nabi. ” Setelah itu, Ibnu Abbas membaca surat An-Nur ayat 4-5 yang artinya18

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
maka deralah mereka (ysng menduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya.
Dan mereka itulah orangorang yang fasik, kecuali orang-orang yang bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”

Berdasarkan riwayat ini, meski penerimaan tobat bagi orang yang menuduh zina mengkhususkan keumuman firman Allah,
“Sungguh orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik, yang lengah dan beriman (dengan tuduhan berzina)… ” namun tidak
mencakup orang yag menuduh Aisyah atau istri-istri Nabi lainnya berbuat orang nista, karena tidak ada tobat bagi orang-orang yang
seperti ini, mengingat masuknya gambaran sebab dalam lafal umum bersifat qath’i.

d. Mengetahui sababun nuzul ayat merupakan cara terbaik untuk memahami makna-makna Al Quran dan mengungkap kerumitan pada
sejumlah ayat-ayat dalam penafsirannya ketika sababun nuzul ayat-ayat tersebut tidak diketahui.19
Al-Wahidi berkata, “Tidak mungkin mengetahui penafsiran suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan penjelasan sababun nuzul-
nya.” Ayat-ayat tersebut tidak diketahui.
Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Penjelasan sababun nuzul adalah cara yang terkuat dalam memahami makna-makna Al Quran.”
Ibnu Taimiyah berkata, “Mengetahui sababun nuzul akan membantu pemahaman terhadap ayat tertentu, karena sesungguhnya
pengetahuan terhadap sebab akan menurunkan pengetahuan terhadap musabab (akibat; baca ayat).” Contohnya: ketika Marwan bin
Hakam kesulitan memahami ayat yang telah disebutkan diatas.
18
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.128
19
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.129
e. Sababun nuzul menjelaskan terkait siapakah ayat Al Quran itu diturunkan, agar tidak diterpakan pada yang lain karena dorongan
permusuhan, seperti yang disebutkan terkait firman Allah pada surat Al-Ahqaf ayat 17 yang artinya20
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Ah…! apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa kamu
akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu?’Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan
kepada Allah (seraya berkata), ‘Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya, janji Allah itu benar’. Lalu dia (anak itu) berkata, ‘Ini
hanyalah dongengorang-orang dahulu’.“
Disebutkan bahwa Muawiyah bermaksud mengangkat Yazid sebagai pengganti sepeninggalnya. Lalu, ia mengirim surat kepada
Marwan, Gubernur Madinah saat itu,berisi perihal keinginannya. Kemudian, Marwan mengumpulkan orang-orang, menyampaikan
pidato dihadapan mereka, dan mengajak mereka untuk membaiat Yazid. Sementara itu, Abdurrahman bin Abu Bakar enggan membaiat.
Lalu Marwan berniat jahat kepadanya, andai saja ia tidak masuk ke rumah Aisyah. Marwan berkata, ‘Terkait dia inilah (Muawiyah)
Allah menurunkan ayat, ‘Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Ah..! Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu?’ (Al-Ahqaf:17).” Lalu Aisyah
membantahnya dan menjelaskan sebab turunnya ayat itu.
Diriwayatkan dari Yusuf bin Malik, ia berkata, “Marwan memimpin Hijaz. Ia dipekerjakan Muawiyah bin Abu Sufyan. Lalu, ia
menyampaikan pidato dan menyebut Yazid bin Muawiyah agar dibaiat sepeninggal ayahnya. Kemudian, Aburrahman bin Abu Bakar
mengatakan sesuatu, Lalu Marwan berkata, ‘Tangkap dia…!’ Lalu, Abdurrahman masuk ke rumah Aisyah, hingga mereka tidak bisa
menangkapnya. Akhirnya, Marwan berkata, ‘Sungguh, terkait dia inilah turun ayat, ‘Dan orang yang berkata kepada kedua orang
tuanya, ‘Ah…’(Al-Ahqaf: 17). Kemudian, Aisyah berkata. ‘Sungguh, Allah tidak menurunka apapun dari Al Quran terkait kami, selain
ayat yang Allah turunkan terkait pembebasanku (dari tuduhan keji)’.”21

20
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.131
21
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.132
Riwayat lain menyebutkan, bahwa tatkala Marwan memerintahkan baiat untuk Yazid, ia berkata, “Hal ini sesuai tradisi Abu
Bakar dan Umar bin Khttab.” Kemudian, Abdurrahman berkata, “Hal itu sesuai tradisi Heraklius dan Kaisar. “Lantas, Marwan bpun
berkata, ”Terkait dia inilah Allah berfirman, ‘Dan orang yang berkata kepadaku kedua orang tuanya, ‘Ah…’ dan seterusnya. Kata-kata
itu sampai kepada Aisyah, lalu ia berkata, “Marwan berdusta. Demi Allah, bukan dia yang dimaksud. Andai aku menyebut terkait siapa
ayat ini yang turun, tentu aku sebut namanya.”22

Pengetahuan asbabun nuzul dalam bidang pendidikan dan pengajaran yaitu para pendidik dibidang pendidikan merasa banyak
kesulitan dalam menggunakan sarana-sarana pendidikan untuk menarik perhatian siswa agar jiwa mereka siap menerima pelajaran
dengan kerinduan yang menyatukan seluruh energi akal, serta mendorong mereka untuk mendengar dan mengikuti. Pada fase persiapan
diantara fase-fase pendidikan memerlukan kepandaian yang dapat membantu tenaga pengajar untuk menarik perasaan siswa agar focus
pada pelajaran dengan menggunakan metode-metode yang tepat. Selain itu, juga memerlukan praktik dalam waktu lama yang akan
memberikan pengalaman dalam memilih cara terbaik untuk mengaitkan pengetahuan-pengetahuan para siswa tanpa harus melakukan
tindakan diluar batas.23

Selain bertujuan untuk menarik perhatian para siswa dan menggugah perasaan mereka, fase persiapan ini juga bertujuan
membentuk konsep menyeluruh untuk substansi materi pelajaran, agar guru dapat dengan mudah mengalihkan para siswa daari materi
yang meyeluruh ke materi parsial, hingga guru menyampaikan semua unsur-unsur pelajaran secara rinci setelah para siswa memahami
materi tersebut secara garis besar. Mengetahui asbabun nuzul merupakan cara terbaik untuk merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan di
bidang studi Al Quran, baik dari sisi bacaan maupun tafsir.24

22
Ibid
23
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.153
24
Manna’ Al-Qaththan.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran dan Hadits Jilid 1 (Jakarta:Ummul Qura, 2016), hlm.154
Sababun nuzul kadang berupa cerita suatu peristiwa suatu kejadian yang terjadi dan kadang berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum suatu persoalan, lalu Al Quran turun setelah peristiwa atau pertanyaan tersebut. Guru tidak
akan lagi memerlukan pendahuluan untuk menyampaikan pelajaran dengan suatu materi yang ia ciptakan dan pilih, karena ketika
menyampaikan sababun nuzul, kisah yang disampaikan sudah cukup menarik perhatian para siswa, menarik perasaan mereka,
menyatukan semua energy akal mereka, mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima pelajaran, membuat mereka penasaran untuk
menyimak pelajaran, dan mendorong mereka untuk antusias. Sebab dengan mengetahui sababun nuzul, para tenaga pendidik sudah
memilki konsep umum untuk materi pelajaran yang akan disampaikan, termasuk unsur-unsur kita menggugah yanga da didalamnya,
sehingga jiwa para terpelajar terdorong untuk mengetahui ayat-ayat Al Quran yang turun sesuai dengan kisah tersebut, juga apa saja
rahasia syariat dan hukum-hukum rinci yang terkandung didalamnya, yang menuntun manusia menuju manhaj hidup paling lurus; jalan
kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan.25

25
ibid

Anda mungkin juga menyukai