Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DASAR

PRODI & KELAS A/B/C : Teknik Perkapalan & Kelas B


NOMOR KELOMPOK :1

NAMA (NIM) : 1. Tarisa Pebriyanti (1910313031)

2. Nadia Shalihah (1910313032)

3. Axela Putri C (1910313033)

TGL PERCOBAAN : 20 Februari 2020

NAMA ASISTEN : Tatik Juwariyah

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika merupakan ilmu yang dapat dengan mudah dijumpai di kehidupan
sehari-hari. Selain itu, fisika adalah ilmu sains atau ilmu alam yang
mempelajari fenomena dan gejala alam yang disajikan dengan persamaan
matematika. Metode yang terdapat di dalamnya memudahkan kita untuk
mengetahui dengan pasti arti dari gejala-gejala tersebut. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan
pengukuran.

Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah


satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harus dan telah
distandarkan. Tujuan pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas atau
kuantitas suatu besaran (Giancoli, 2013). Memahami suatu pengukuran dan
besarnya terhadap suatu benda perlu dilakukan hal-hal yang spesifik.

Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukut yang
sesuai dan telah memenuhi standardisasi. Jenis alat ukur yang digunakan pun
beragam dan tentunya berpengaruh terhadap tingkat keakuratan suatu
perhitungan. Ukuran benda nantinya dapat ditentukan dari skala yang terdapat
pada alat ukur yang digunakan.

Paham mengenai pengukuran dan perhitungan merupakan suatu hal yang


sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita perlu
memahami dan menguasai mengenai pengukuran agar dapat diterapkan dan
bermanfaat bagi kehidupan. Praktikum “Pengukuran Dasar” ini akan
mengenalkan beberapa alat ukur, cara pengukuran dengan benda yang sesuai,
dan tingkat keakuratan dari setiap alat ukur.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum “Pengukuran Dasar” kali ini
diantaranya :
1. Mampu memahami dan mengetahui instruksi dan cara penggunaan suatu
alat ukur seperti mikrometer sekrup, jangka sorong, dan Neraca Ohaus.
2. Mampu memahami dan mengetahui prinsip penggunaan suatu alat ukur
seperti mikrometer sekrup, jangka sorong, dan Neraca Ohaus.
3. Mampu memahami dan menentukan cara pengukuran secara langsung dan
menghitung hasil dari pengukuran tersebut.
BAB II
DASAR TEORI

Pengukuran adalah proses mengukur suatu besaran, yaitu membandingkan


nilai besaran yang sedang kita ukur dengan besaran lain sejenis yang dipakai
sebagai acuan. Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
Seorang tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai
dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual
daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan
menggunakan timbangan duduk.

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan


(akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan
aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat dan benar.

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. ketidakpastian


merupakan suatu parameter non-negative yang menggambarkan sebaran nilai
kuantitatif suatu hasil pengukuran (measurand), berdasarkan informasi yang
digunakan. Pengukuran ketidakpastian merupakan suatu bagian penting dari suatu
kegiatan eksperimen (praktikum). Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut
antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang
saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda.

Bentuk ketidakpastian pengukuran terdiri atas ketidakpastian bersistem dan


ketidakpastian acak (rambang). Ketidakpastian acak (rambang) merupakan
kesalahan yang bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau
diatasi sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan di luar kemampuan.
Ketidakpastian berbeda antara pengukuran tunggal dengan pengukuran berulang.
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya bisa dilakukan
pada satu kali percobaan. Pengukuran-pengukuran seperti lamanya benda
mendingin, kecepatan komet itu tidak mungkin dilakukan lebih dari sekali. Oleh
sebab itu pengukurannya hanya mungkin dilakukan sekali. Selain itu, jika
dilakukan pengukuran lebih dari sekali, mungkin tidak menghasilkan nilai yang
berbeda, karena itu ukuran ketepatan suatu pengukuran tunggal ditentukan oleh
alat yang digunakan. Hasil pengukuran dinyatakan sebagai :

( )

Dimana pada nilai merupakan angka pasti sebuah pengukuran dan Δ


merupakan nilai ketidakpastiannya atau ralat.

Pada pengukuran berulang merupakan pengukuran yang dilakukan lebih


dari satu kali, akan tetapi dapat dibedakan antara pengukuran yang
dilakukan beberapa kali (2 atau 3 kali) dengan pengukuran yang cukup sering (10
kali atau lebih). Nilai pengukuran rata-rata dapat dilaporkan sebagai sedangkan
deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai ∆ .

Pelaporan ketidakpastian pengukuran berbeda antara pengukuran tunggal


dengan pengukuran berulang. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastiannya diberi
lambang ∆ . Lambang ∆ merupakan ketidakpastian mutlak. Semakin kecil ∆ ,
semakin tepat hasil pengukuran. Selain ketidakpastian mutlak ada pula
ketidakpastian relatif. Makin tinggi ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian
yang dicapai pada pengukuran.

Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek


tertentu dengan menggunakan alat ukur yang bersesuaian dengan objek yang
diukur. Jadi, mengukur adalah membandingkan suatu objek yang akan diukur
dengan suatu alat yang dianggap sebagai ukuran standar. Alat ukur yang
digunakan haruslah memperhatikan nilai objek yang akan diukur agar sesuai
dengan peruntukannya.
Salah satu alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka
sorong. Jangka sorong adalah alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman,
maupun “diameter dalam” suatu objek dengan tingkat akurasi dan presisi yang
sangat baik (±0,05 mm). Hasil pengukuran dari ketiga fungsi alat tersebut dibaca
dengan cara yang sama. Selain itu ada mikrometer sekrup, mikrometer sekrup
adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi dan memiliki tingkat
kepresisian 0.01 mm (10-5 m).

Selain itu ada yang dinamakan mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup


merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu benda yang
berukuran kecil. Alat ini banyak digunakan di laboratorium fisika, misalnya untuk
mengukur ketebalan sehelai rambut, mengukur diameter sebuah kawat, tebal kaca.
Mikrometer sekrup atau micrometer screw gauge, ialah alat yang dipakai untuk
bisa mengukur besaran panjang yang terdiri dari poros tetap yang berfungsi
sebagai skala utama dan juga poros putar yang berfungsi sebagai skala nonius.
Tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup ini adalah mencapi 0,01 mm dan
mampu mengukur ketebalan atau diameter benda yang sangat kecil dengan presisi
dengan batas maksimal panjang benda 25 mm.

Pada pengukuran massa suatu benda ada neraca ohaus yang memiliki
tingkat ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding
massa benda yang akan diukur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca
Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat
diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak
timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca. Massa benda
dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan
sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang
mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Gambar 1. Jangka sorong sebagai alat ukur panjang, diameter, dan ketebalan benda.

Gambar 2. Mikrometer sekrup untuk mengukur ketebalan benda dan diameter benda.

Gambar 3. Neraca Ohaus untuk menimbang beban.

Gambar 4. Silinder Pejal dan Balok Tipis sebagai objek pengukuran.


3.2 Tata Laksana Kerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memulai percobaan yaitu :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Untuk mengukur panjang dan lebar pada balok, gunakan jangka sorong
untuk diukur ketelitiannya. Pastikan ujung benda terletak di angka 0 (nol).
3. Untuk mengukur tinggi balok, gunakan mikrometer skrup.
4. Lakukan 6 (enam) kali untuk memastikan keakuransian data.
5. Pada silinder, gunakan jangka sorong untuk mengukur tinggi. Pastikan
ujung silinder terletak pada angka 0 (nol).
6. Untuk mengukur diameter silinder gunakan mikrometer skrup. Lakukan 6
(enam) kali untuk memastikan keakuransian data.

3.3 Metode Analisa Data


Metode yang kami gunakan menggunakan ketidakpastian yang
sebelumnya kami pelajari dan menggunakan pengukuran berulang.
BAB IV
HASIL

Berikut ini adalah data hasil pengukuran panjang, diameter, dan massa
silinder; dan panjang, lebar, tinggi, dan massa balok dengan menggunakan alat-
alat ukur yang telah dijelaskan sebelumnya.

P D m P L T m
n
(mm) (mm) (gr) (mm) (mm) (mm) (gr)
1 62.50 15.79 92.8 85.35 43.50 3.47 28.0
2 62.35 15.74 92.9 85.70 43.40 3.47 28.1
3 62.25 15.75 92.8 85.50 43.30 3.45 27.9
4 62.20 15.71 92.8 85.35 43.30 3.46 28.0
5 62.60 15.69 92.9 85.45 43.90 3.47 27.9
6 62.80 15.67 93.0 85.45 43.50 3.46 28.1

Berikut ini merupakan perhitungan ukuran dimensional pada objek balok dan
silinder beserta perhitungan volume dan massa jenisnya.

A. Balok Tipis
1. Panjang Balok

i
1 85.35 7284.623
2 85.70 7344.490
3 85.50 7310.250
4 85.35 7284.623
5 85.45 7301.703
6 85.45 7301.703
512.8 43827.39

̅ mm
( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √ mm

KR = ̅
( )

PF =̅ | |

2. Lebar Balok

i
1 43.5 1892.25
2 43.4 1883.56
3 43.3 1874.89
4 43.3 1874.89
5 43.9 1927.21
6 43.4 1883.56
260.8 11336.36

̅ mm

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √ mm

KR = ̅
( )

PF =̅ | | mm
3. Tinggi Balok

i
1 3.47 12.0409
2 3.47 12.0409
3 3.45 11.9025
4 3.46 11.9716
5 3.47 12.0409
6 3.46 11.9716
20.78 71.9684

̅ mm

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √ mm

KR = ̅
( )

PF =̅ | | mm

4. Volume Balok

=| | mm
=| | mm
=| | mm

mm3
= √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

√ ( ) ( ) ( )

√ mm3

KR = ( )

PF = | | mm3

5. Massa Balok

i
1 28.0 784.00
2 28.1 789.61
3 27.9 778.41
4 28 784.00
5 27.9 778.41
6 28 784.00
167.9 4698.43

̅ gram

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √ gram
KR = ̅
( )

PF =̅ | | gram

6. Massa Jenis Balok

m | | gram
V =| | mm3

0.002168 gram/mm3

√( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )

√( ) ( ) ( ) ( )

√( ) ( )

0000140264 gram/mm3

KR = ( )

PF = |( ) | gram/mm3
B. Silinder Pejal
1. Diameter Silinder

i
1 15.79 249.3241
2 15.74 247.7476
3 15.75 248.0625
4 15.71 246.8041
5 15.69 246.1761
6 15.67 245.5489
94.35 1483.663

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √

KR = ̅
( )

PF =̅ | | mm

2. Tinggi Silinder

i
1 62.50 3906.250
2 62.35 3887.523
3 62.25 3875.063
4 62.20 3868.84
5 62.60 3918.76
6 62.80 3943.84
374.7 23400.28

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )

√ √

KR = ̅
( )

PF =̅ | | mm

3. Volume Silinder

D | | mm
t | | mm

V t ( )

( )
mm3

√( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )

√ √

( )

mm3

KR = ( )

PF = | | mm3

4. Massa Silinder

I
1 92.8 8611.84
2 92.9 8630.41
3 92.8 8611.84
4 92.8 8611.84
5 92.9 8630.41
6 93.0 8649.00
557.2 51745.34

( ) ( ) ( ) ( )
√ √
( ) ( )
√ √ 2

KR = ̅
( )

PF =̅ | | gram

5. Massa Jenis Silinder

m | | gram
V | | mm3

gram/mm3

√( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )

√( ) ( ) ( ) ( )

√( ) ( )

0000508169 gram/mm3

KR = ( )

PF = |( ) | gram/mm3
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum fisika yang berjudul “Pengukuran Dasar” ini, alat ukur yang
digunakan ialah mikrometer sekrup, jangka sorong dan juga neraca ohaus. Dengan
melakukan pengukuran berulang sebanyak enam kali, diperoleh beberapa ukuran
yang berbeda. Maka dari itu untuk mendapat ukuran yang mendekati benar,
dicarilah nilai ketidakpastiannya. Hasil pengukuran yang berbeda dapat
disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan, yaitu :
1. Alat ukur,
2. Benda ukur,
3. Orang yang melakukan pengukuran.

Kesalahan yang paling dominan terjadi ialah kesalahan yang disebabkan oleh
orang yang melakukan pengukuran. Sulit diperoleh hasil yang sama dari dua
orang atau lebih dalam suatu proses pengukuran. Bahkan dengan orang yang sama
pun masih sering terdapat perbedaan. Hal ini dapat terjadi karena kondisi setiap
manusia yang berbeda, kesalahan metode yang digunakan, kesalahan dalam
pembacaan skala ukur, dan pengaruh lingkungan sekitar.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan berikut adalah hasil perhitungan


disertai ketidakpastian kami terhadap silinder pejal dan balok tipis.

A. Balok Tipis
1. Panjang balok dan ketidakpastiannya :| | mm.

2. Lebar balok dan ketidakpastiannya :| | mm.

3. Tinggi balok dan ketidakpastiannya :| | mm.

4. Volume balok dan ketidakpastiannya : | | mm3

5. Massa balok dan ketidakpastiannya :| | gram

6. Massa jenis balok dan ketidakpastian : |( ) |


gram/mm3

B. Silinder Pejal
1. Diameter silinder dan ketidakpastian :| | mm

2. Panjang silinder dan ketidakpastiannya : | | mm


3. Volume silinder dan ketidakpastiannya : | | mm3
4. Massa silinder dan ketidakpastiannya : | | gram
5. Massa jenis dan ketidakpastian : |( ) |
gram/mm3
DAFTAR PUSTAKA

Academia. 2012. Neraca Ohaus dan Neraca Pegas. Internet.


https://www.academia.edu/36230862/NERACA_OHAUS_DAN_NERACA_
PEGAS, diakses pada 26 Februari 2020.

Academia. 2014. Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian. Internet.


https://www.academia.edu/13375363/DASAR_PENGUKURAN_DAN_KET
IDAKPASTIAN, diakses pada 26 Februari 2020.

Gunawan, Ary. 2012. Pengukuran. Internet.


https://unitedscience.wordpress.com/ipa-1/bab-i-pengukuran/, diakses pada
26 Februari 2020.

Juwariyah, Tatik. 2019. Buku Panduan Praktikum Fisika. Jakarta: UPN “Veteran”
Jakarta.

Sa’diyah, Aminatus. 2015. Uncertainly Measurements (Ketidakpastian


Pengukuran). Internet.
https://lecturer.ppns.ac.id/amie/2015/04/29/uncertainty-measurements-
ketidakpastian-pengukuran/, diakses pada 26 Februari 2020.

Sanjaya, Indra. 2016. Sumber-Sumber Kesalahan dalam Pengukuran. Internet.


https://www.proxsisgroup.com/sumber-sumber-kesalahan-dalam-
pengukuran/, diakses pada 3 Maret 2020.

Siswapedia. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang. Internet.


https://www.siswapedia.com/pengukuran-tunggal-dan-pengukuran-berulang/,
diakses pada 26 Februari 2020.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai