Anda di halaman 1dari 16

i

TUGAS MATA KULIAH: KEPERAWATAN HIV AIDS

PAPER HIV AIDS

Disusun oleh :
Siska Lestia (18.20.2965)

Dosen Pengampu :
Agustina Lestari S.Kep, Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA BANJARMASIN


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan paper “Keperawatan HIV AIDS ini”.

Paper ini berisi tentang “Pengertian, Penyebab, dan Gejala HIV AIDS, serta Aspek Psiko-
sosial-kultural dan Spiritual Klien dengan HIV”.

Penulis sangat menyadari bahwa paper yang penulis buat sangat jauh dari kata sempurna.
Penulis hanya berharap paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca.

Penulis,

17 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi HIV AIDS 3
B. Penyebab HIV AIDS 4
C. Gejala HIV AIDS 6
D. Aspek Psikososialkultural dan Spiritual Klien HIV AIDS 7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah HIV/AIDS menjadi masalah kontemporer yang berkaitan dengan
perilaku berisiko manusia, karena masalah ini bukanlah masalah kesehatan semata.
Orang dengan HIV/AIDS termasuk populasi yang rentan bermasalah secara sosial
ekonomi, budaya dan politik.
Kemenkes (2018) bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2)
menjelaskan bahwa jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2017 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kumulatif infeksi HIV
yang dilaporkan sampai dengan Desember 2017 sebanyak 280.623. Jumlah HIV
tertinggi yaitu DKI Jakarta (51.981), diikuti Jawa Timur (39.633), Papua (29.083),
Jawa Barat (28.964), dan Jawa Tengah (22.292). Jumlah AIDS yang dilaporkan dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 relatif stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif
AIDS dari tahun 1987 sampai Desember 2017 sebanyak 102.667 orang. Presentase
kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (32,5%), kemudian
diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,7%), 40-49 tahun (12,9%), 50-59 tahun
(4,7%), dan 15-19 tahun (3,2%). Presentase AIDS pada laki-laki sebanyak 57% dan
perempuan 33%. Sementara itu 20% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS
terbanyak di wilayah Papua (19.729), Jawa Timur (18.243), DKI Jakarta (9.215),
Jawa Tengah (8.170), Bali (7.441), dan Jawa Barat (5.502). Angka kematian (CFR)
AIDS meningkat dari 1,07% pada tahun 2015 menjadi 1,08% pada Desember 2017.
Virus HIV tidak menyebabkan kematian secara langsung pada penderitanya,
akan tetapi adanya penurunan imunitas tubuh yang mengakibatkan mudah
terserangnya infeksi oportunistik bagi penderitanya (Fauci & Lane, 2012; WHO,
2014).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi HIV AIDS?
2. Bagaimana penyebab HIV AIDS?
3. Bagaimana gejala-gejala dari HIV AIDS?
4. Bagaimana aspek psikososialspiritual klien HIV?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi HIV AIDS.
2. Untuk mengetahui penyebab HIV AIDS.
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari HIV AIDS.
4. Untuk mengetahui aspek psikososialspiritual klien HIV.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI HIV AIDS


Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Alhasil, infeksi virus ini memberikan peluang besar untuk berbagai bakteri,
virus, dan penyebab infeksi lainnya menyerang tubuh. HIV termasuk virus retro yang
memasukkan materi genetiknya kedalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro) yaitu RNA menjadi DNA yang kemudian
masuk kedalam DNA tuan rumah membentuk pro virus dan kemudian melakukan
replikasi. HIV merupakan virus penyakit yang menyerang dan menghancurkan sel
CD4. Cell CD4 adalah sel dari sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi.
Hilangnya sel CD4 ini menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker yang
disebabkan oleh jenis Human Immunodeficiency Virus tertentu.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh
infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang
tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang
pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. (KPAD Kab. jember. 2015).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh
HIV. (Depkes, 2014).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan
Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/ imunitas
manusia yang menyebabkan Aqciured Immunodeficiency Symndrom. Acquired
Immunodeficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala dan infeksi
syndrome yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh (Sunaryanti, 2011).
HIV/ AIDS salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian khusus dunia
kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) kejadian HIV di dunia
mencapai 36,9 juta orang hidup dengan HIV/ AIDS pada tahun 2017 (UNAIDS,
2017). Pada tahun 2017 HIV mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016

3
dengan 36,7 juta orang. WHO dan UNAIDS (United Nation of AIDS) memberikan
peringatan kepada tiga negara Asia yaitu China, India, dan Indonesia negara yang
populasi penduduk terbesar didunia memiliki titik infeksi HIV/ AIDS berada dalam
posisi serius (UNAIDS, 2017).

B. PENYEBAB HIV AIDS


Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan
dalam famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus. HIV termasuk
virus Ribonucleic Acid (RNA) dengan berat molekul 9,7 kb (kilobases). Strukturnya
terdiri dari lapisan luar atau envelop yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang
melekat pada glikoprotein gp4. Dibagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri
dari protein p17. Setelah itu terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein p24.
Didalam inti terdapat komponen penting berupa dua buah rantai RNA dan enzim
reverse transcriptase. Bagian envelope yang terdiri atas glikoprotein, ternyata
mempunyai peran yang penting pada terjadinya infeksi oleh karena mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap reseptor spesifik CD4 dari sel Host. Molekul RNA
dikelilingi oleh kapsid berlapis dua dan suatu membran selubung yang mengandung
protein. Jenis virus RNA dalam proses replikasinya harus membuat sebuah salinan
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dari RNA yang ada di dalam virus. Gen DNA
tersebut yang memungkinkan virus untuk bereplikasi. Seperti halnya virus yang lain,
HIV hanya dapat bereplikasi di dalam sel induk. Di dalam inti virus juga terdapat
enzim-enzim yang digunakan untuk membuat salinan RNA, yang diperlukan untuk
replikasi HIV yakni antara lain: reverse transcriptase, integrase, dan protease. RNA
diliputi oleh kapsul berbentuk kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus.
Dikenal dua tipe HIV yaitu HIV -1 yang ditemukan pada tahun 1983 dan HIV-2 yang
ditemukan pada tahun 1986 pada pasien AIDS di Afrika Barat. Epidemi HIV secara
global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 tidak terlalu luas
penyebarannya, hanya terdapat di Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang
mempunyai hubungan erat dengan Afrika Barat. HIV-1 dan HIV-2 mempunyai
struktur yang hampir sama tetapi mempunyai perbedaan struktur genom. HIV-1
punya gen vpu tapi tidak punya vpx, sedangkan HIV-2 sebaliknya. Perbedaan struktur
genom ini walaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan dalam menentukan
patogenitas dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV. Karena HIV-

4
1 yang lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan laboratoris lebih
sering sering dilakukan terhadap HIV-1. Jumlah limfosit T penting untuk menentukan
progresifitas penyakit infeksi HIV ke AIDS. Sel T yang terinfeksi tidak akan
berfungsi lagi dan akhirnya mati. Infeksi HIV ditandai dengan adanya penurunan
drastis sel T dari darah tepi.

Penularan HIV

Model penularan HIV melalui hubungan seksual, darah dan produk darah yang
terinfeksi dan transmisi dari ibu ke anak (Frank, 1999).
1. Hubungan Seksual
HIV dapat menyebar baik melalui hubungan sesama jenis (homoseksual) atau
berbeda jenis (heteroseksual) ketika pasangannya telah terinfeksi HIV. Perempuan
lebih besar beresiko untuk terinfeksi dari pasangannya karena transmisi dari laki-
laki ke perempuan lebih efisien daripada perempuan ke laki-laki. Selama
melakukan hubungan seks, kerusakan lapisan organ seksual bisa menularkan HIV
dari pasangan yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi dengan pertukaran
cairan tubuh (WHO, 2005). Selain melakukan hubungan seksual dengan vaginal
yang beresiko, ada perilaku seksual beresiko lainnya untuk tertular HIV, misalnya
hubungan seks dengan anal (Frank, 2007).
2. Darah dan Produk Darah yang Terinfeksi HIV
Penularan HIV melalui darah dan produk darah yang terinfeksi HIV dapat melalui
transfusi darah dan pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bergantian.
a. Transfusi Darah
Donor darah yang tidak ditapis beresiko mengandung HIV, ketika tes darah
untuk skrining HIV tidak dapat dilakukan, orang dengan sickle cell,
haemophilia dan lainnya membutuhkan transfusi darah yang berulang
terinfeksi HIV memalui darah yang terkontaminasi virus (WHO, 2009).
b. Pemakaian Alat Suntik atau Jarum Suntik yang tidak Steril
Biasanya pengguna napza suntik menggunakan alat suntik bergantian dengan
teman pengguna napza lainnya. Pertukaran darah yang terinfeksi HIV lewat
jarum suntik adalah metode transmisi HIV antara pengguna napza suntik
(Frank, 2005).
3. Transmisi dari Ibu ke Anak

5
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama kehamilan, ketika lahir, dan
masa menyusui. Sebagian besar penularan terjadi pada saat melahirkan
pervaginam (WHO, 2002).
Populasi Beresiko Tinggi untuk Penularan HIV terdiri dari:
1. Penjaja seks dan pelanggannya
2. Pengguna napza suntik
3. Laki-laki suka laki-laki
4. Narapidana (WHO, 2007).

C. GEJALA HIV AIDS


Seseorang yang terkena virus HIV tidak menunjukkan gejala apapun, namun
masih dapat menularkan virusnya kepada orang lain. Virus ini membutuhkan waktu
hingga 2 sampai 15 tahun hingga bisa memunculkan gejala. Gejala pertama dari
Human Immunodeficiency Virus mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:
1. Demam
2. Sakit kepala
3. Kelelahan
4. Nyeri otot
5. Kehilangan berat badan secara perlahan
6. Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
Berikut ini adalah berbagai gejala AIDS yang dapat muncul, yaitu:
1. Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau
mulut. Sariawan ini disebabkan oleh infeksi jamur Infeksi jamur vagina yang
parah atau berulang
2. Penyakit radang panggul kronis
3. Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya dan mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau
pusing
4. Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau
diet
5. Lebih mudah mengalami memar
6. Diare yang lebih sering
7. Sering demam dan berkeringat di malam hari

6
8. Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha
9. Batuk kering yang terus menerus

D. ASPEK PSIKOSOSIALKULTURAL DAN SPIRITUAL KLIEN HIV


1. Aspek Psikologis
Respons adaptasi psikologis terhadap stresor menurut Potter & Perry (2005)
dalam Nursalam dkk (2014) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang
terhadap stresor yakni, pengingkaran, marah, tawar menawar, depresi, dan,
menerima.
a. Tahap pengingkaran (denial)
1) Mengidentifikasi terhadap penyakit pasien
2) Mendorong pasien untuk mengekpresikan perasaaan takut menghadapi
kematian dan mengeluarkan keluh kesahnya
b. Tahap kemarahan (anger)
1) Memberikan kesempatan mengekspresikan marahnya
2) Memahami kemarahan pasien
c. Tahap tawar menawar (bergaining)
1) Mendorong pasien agar mau mendiskusikan perasaan kehilangan dan
takut menghadapi penyakit pasien
2) Mendorong pasien untuk menggunakan kelebihan (positif) yang ada pada
dirinya.
d. Tahap depresi
1) Memberikan dukungan dan perhatian
2) Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kondisi.
3) Membantu menghilangkan rasa bersalah, bila perlu mendatangkan
pemuka agama.
e. Tahap menerima
1) Memotivasi pasien untuk mau berdoa dan sembahyang
2) Memberikan bimbingan keagamaan sesuai keyakinan pasien.
2. Aspek Sosial

7
Respons adaptif sosial individu yang menghadapi stressor tertentu menurut
Stewart (1997) dalam Nursalam dkk (2014) dibedakan dalam 3 aspek yang
antara lain:
a. Stigma sosial memperparah depresi dan pandangan yang negatif tentang harga
diri individu
b. Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV, misalnya penolakan bekerja
dan hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.
c. Terjadinya waktu yang lama terhadap respons psikologis mulai penolakan,
marah-marah, tawar menawar, dan depresi berakibat terhadap keterlambatan
upaya pencegahan dan pengobatan. Adanya dukungan sosial yang baik dari
keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup
ODHA. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Payuk, dkk (2012) tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di daerah
kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Jumpandang Baru, Makasar.
Bentuk dukungan sosial terutama kepada ODHA menurut Nurbani & Zulkaida
(2012) antara lain emotional support, informational support, instrumental or
tangible support, dan companionship support, dukungan tersebut berdampak
positif pada kehidupan ODHA. Untuk kesehatan, ODHA menjadi lebih
memperhatikan kesehatannya. Adapun dampak sosial, ODHA menjadi lebih
banyak teman, merasa dirinya berarti, serta ODHA diikutsertakan dalam
kegiatan kelompok. Selain dampak tersebut, ada pula dampak perkerjaan yang
dapat mengoptimalkan kemampuannya, menjadikan kemampuan ODHA
bertambah, ODHA dapat mengevaluasi pekerjaan-nya serta mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, sehingga ODHA dapat membantu dalam
memberikan informasi mengenai akses kesehatan kepada kelompok anggota
dukungan:
1) Jenis dukungan sosial
a) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan
b) Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan
positif untuk orang tersebut.
c) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan langsung, misalnya
memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, dll.

8
d) Dukungan informatif, mencakup pemberian nasihat, saran,
pengetahuan, dan informasi serta petunjuk.
2) Dampak bagi lingkungan
a) Menurunnya produktivitas masyarakat
Salah satu masalah sosial yang dihadapi ODHA adalah menurunnya
produktivitas mereka. Daya tahan tubuh yang melemah, dan angka
harapan hidup yang menurun, membuat daya produktivitas ODHA
tidak lagi sama seperti orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan
kebanyakan dari mereka kehilangan kesempatan kerja ataupun
pekerjaan tetapnya semula. Hal ini juga berpengaruh terhadap
permasalahan dalam aspek ekonomi yang mereka dihadapi.
b) Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan.
Berkaitan dengan point yang pertama, ketika ODHA mengalami
penurunan produktivitas, mereka akan kehilangan pekerjaan mereka
dan mulai menggantungkan hidupnya kepada keluarganya ataupun
orang lain. Tanpa disadari hal ini akan menganggu terhadap program
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.
c) Meningkatnya angka pengangguran.
Meningkatnya angka pengangguran ini juga merupakan salah satu
dampak sosial yang ditimbulkan HIV/AIDS. Daya tahan tubuh yang
melemah, antibody yang rentan dan ketergantungan kepada obat
membuat ODHA merasa di diskriminasi dalam hal pekerjaan, sehingga
mereka susah untuk mencari pekerjaan yang sesuai.
d) Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat.
Pola hubungan sosial di masyarakat akan berubah ketika masyarakat
memberikan stigma negatif kepada ODHA dan mulai mengucilkan
ODHA. Hal ini bukan saja terjadi pada diri ODHA namun berdampak
juga pada keluarga ODHA yang terkadang ikut dikucilkan oleh
masyarakat sekitar.
e) Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat di sekitar tempat
ODHA tinggal mulai memperlakukan beda atau mendiskriminasi,
memberi stigma negatif dan mengkucilkan ODHA.

9
f) Munculnya reaksi negatif dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi,
diskriminasi dan isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap
HIV dan penderita AIDS.
3) Intervensi yang diberikan pada sistem pendukung adalah
a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
b) Menegaskan tentang pentingnya pasien bagi orang lain
c) Mendorong agar pasien mengungkapkan perasaan negatif
d) Memberikan umpan balik terhadap perilakunya
e) Meberi rasa percaya dan keyakinan
f) Memberikan informasi yang diperlukan
g) Berperan sebagai advokat
h) Memberi dukungan moral, material (khususnya keluarga) dan spiritual
3. Aspek Kultural
Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh tindakan
diskriminasi dari masyarakat umum terhadap penderita HIV/AIDS, serta
pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri. Perilaku seksual yang salah
satunya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang
budaya. Ditemukan beberapa budaya tradisional yang ternyata meluruskan jalan
bagi perilaku seksual yang salah ini. Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya
tersebut pernah berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di
salah satu daerah di provinsi Jawa Barat, kebanyakan orangtua menganggap bila
memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak
perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan
meningkatkan penghasilan keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya
menjadi PSK, sebagian warga wilayah Pantura tersebut bisa menjadi orang kaya
di kampungnya. Hal tersebut merupakan permasalahan HIV/AIDS dalam aspek
budaya, dan budaya adat seperti ini seharusnya dihapuskan.
4. Aspek Spiritual
Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep konsep Ronaldson
(2000) dalam Nursalam dkk (2014). Respons adaptif spiritual, meliputi:
Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan. Harapan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak
mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh
diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun

10
kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk
berobat.
a. Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam
menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan
tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya
mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati
sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan
memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang
bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA,
melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa
semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting
dalam kehidupannya.
b. Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada
pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang
Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga
pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.

11
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Alhasil, infeksi virus ini memberikan peluang besar untuk berbagai bakteri,
virus, dan penyebab infeksi lainnya menyerang tubuh. HIV termasuk virus retro yang
memasukkan materi genetiknya kedalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro) yaitu RNA menjadi DNA yang kemudian
masuk kedalam DNA tuan rumah membentuk pro virus dan kemudian melakukan
replikasi. HIV merupakan virus penyakit yang menyerang dan menghancurkan sel
CD4. Cell CD4 adalah sel dari sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi.
Hilangnya sel CD4 ini menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker yang
disebabkan oleh jenis Human Immunodeficiency Virus tertentu.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/2018/penyebab-HIV-dan-AIDS/ diakses pada 17 Maret
2020.
https://www.academia.edu/2019/Aspek-Psiko-Sosial-Kultural-dan-Spiritual/ diakses
pada 17 Maret 2020.
Pratama, F. A. V. R. (2019). Upaya Pencegahan HIV/AIDS
https://scholar.google.co.id diakses pada 17 Maret 2020.
Rina, S. A. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV AIDS.
https://scholar.google.co.id diakses pada 17 Maret 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai