Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

“Epodemiologi Kesehatan Reproduksi”

Oleh Kelompok 1 :

Intan Rahma Sari 1711212010

Miftahul Hikmah 1711213006

Rahmi Umarefi 1711212008

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini ditulis sebagai tugas pada mata kuliah Epidemiologi Kesehatan
Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing dan
teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini serta semua pihak
yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Februari 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................2

2.1 Konsep Epidemiologi....................................................................................................2

2.1.1 Pengertian Epidemiologi.......................................................................................2

2.1.2 Metode-Metode Epidemiologi..............................................................................3

2.1.3 Pengertian Epidemiologi Kesehatan Reproduksi..................................................6

2.2 Sejarah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi..............................................................9

2.2.1 Sejarah Kesehatan Reproduksi..............................................................................9

2.2.2 Perkembangan Kesehatan Reproduksi................................................................10

2.3 Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi............................11

2.4 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi.....................................................12

2.5 Terjaminnya Hak Reproduksi....................................................................................17

2.5.1 Penjabaran hak reproduksi secara praktis...........................................................17

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................19

iii
4.2 Saran...........................................................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki
oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat
penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi
kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai
perempuan.
Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit atau
kekacauan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya. Tapi pada saat sekarang ini banyak terdapat masalah-masalah kesehatan
reproduksi yang mengganggu tercapainya tujuan kesehatan reproduksi itu sendiri.
Dewasa ini kesehatan reproduksi (kespro) mendapat perhatian khusus secara global
sejak diangkatnya isu dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan. Di Indonesia pun kespro mendapat perhatian khusus dari pemerintah,
mengingat banyak masalah-masalah kespro terjadi di masyarakat. Angka kematian ibu dan
bayi yang tinggi, kurangnya pengetahuan remaja tentang kespro yang akibatnya dapat
terjadi kehamilan dan aborsi serta jumlah kasus HIV yang tidak bisa dihambat.Masalah-
masalah kesehatan reproduksi tersebut seperti komplikasi kehamilan dan persalinan. Untuk
memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan identifikasi, analisis, perencanaan dan
evaluasi. Sehingga diperlukan metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah konsep dari Epidemiologi Kesehatan Reproduksi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan dari Epidemiologi Kesehatan Reproduksi?
3. Bagaimanakah penggunaan metode epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi?
4. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian Kesehatan Reproduksi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah epidemiologi kesehatan reproduksi juga untuk mengetahui dan memahami
tentang konsep dasar epidemiologi kesehatan reproduksi.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

1.4 Konsep Epidemiologi


1.4.1 Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu epi yang artinya pada, demos yang
artinya penduduk dan logos yang artinya ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hal-hal yang terjadi pada masyarakat. Berikut pengertian
epidemiologi dari beberapa ahli :
1. Menurut Mausner dan Kramer epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
2. Menurut Omran epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya didtribusi
keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk
3. Menurut Mac Mahon dan Pugh epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada
manusia.
4. Menurut W.H. Frost epideniologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya,
distribusi dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
5. Menurut Azrul Azwar epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3 komponen yang ada dalam
epidemiologi :
1. Frekuensi masalah kesehatan.
Frekuensi masalah kesehatan menunjukkan besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia/ masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah
penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit, untuk
mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang atau
masyarakat, harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

2
a) Menentukan masalah kesehatan, melalui cara :

BAB 2 : Pasien yang berobat ke Puskesmas, terutama penyakit menular yang


berbahaya dapat menimbulkan wabah penyakit.

BAB 3 : Laporan dari masyarakat yang datang ke Puskesmas

BAB 4 : Kunjungan rumah, dalam rangka perawatan keluarga

a) Penelitian/ survey kesehatan

b) Studi kasus

2. Penyebaran (distribusi) masalah kesehatan.


Menunjukkan pengelompokkan masalah menurut keadaan waktu, tempat dan
menrurut orang.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
Menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan baik yang menerangkan
frekuensi, penyebaran atau yang menerangkan penyebab dari suatu masalah kesehatan itu
sendiri. Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan adalah :

- Mempelajari timbulnya penyakit pada masing-masing kelompok penduduk


terhadap faktor resiko yang ada
- Menyususn hipotesis
- Menguji hipotesis untuk membuktikannya
- Menarik kesimpulan

4.1.2 Metode-Metode Epidemiologi


Terdapat 2 tipe pokok pendekatan (metode) dalam epidemiologi yaitu epidemiologi
deskriptif dan epidemiologi analitik.
1) Epidemiologi deskriptif
epidemiologi deskriptif mempelajari tentang bagaimana frekuensi peyakit berubah
menurut perubahan variable-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat
(place), dan waktu (time).

a) Orang (person)

 Umur

3
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epiemiologi.
Angka kesakitan dan kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur.
 Jenis kelamin
Angka pada data di luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakita lebih tinggi di
kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria pada
semua golongan umur.Tapi untuk Indonesia hal tersebut masih perlu dipelajari
lebih lanjut.
 Kelas social
Kelas sosial adalah variable yang sering dilihat hubungannya dengan angka
kesakita atau kematian, variable ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
 Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjaan
di Indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan
darah tinggi dan kanker.
 Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport,
dsb.
 Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan,susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan angka
kesakitan dan kematian.
 Status perkawinan
Dalam penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai, dan
duda/janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kmatian
karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
 Besarnya keluarga
Pada keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
 Struktur keluarga

4
Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan
gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

b) Tempat (place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk


perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
 Batas daerah pemerintahan
 Kota dan pedesaan
 Daerah atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan,
   sungai, laut atau padang pasir)
 Negara –negara, dan
 Regional
Dalam memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antardaerah (tempat) perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
 Susunan umum
 Susunan kelamin
 Kualitas data, dan
 Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk

c) Waktu (time)

Mempelajari hubungan antra waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di


dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan penyakit menurut
waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya
waktu terjadinya perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
 fluktuasi jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa hari/minggu). Epidemi cacar
(beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemic ini memberikan petunjuk
bahwa : penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan waktu inkubasi rata-rata pendek
 perubahan-perubahan secara siklus

5
perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan timbul dan memuncaknya
angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun atau tiap beberapa tahun, peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada
penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
 perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam
periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun yang disebut
secular trends.

2) Epidemiologi analitik

Studi analitik dilakukan bila cukup banyak diketahui mengenai suatu masalah
kesehatan sehingga suatu hipotesis yang spesifik dapat diuji. Tujuan studi ini adalah untuk
mengidentifikasi factor risiko yang mempengaruhi masalah kesehatan, mengetimasi
efeknya terhadap masalah kesehatan tersebut. Desain studi epidemiologi yang sering
dilakukan, yaitu :
a) Studi Kasus-Kontrol
b) Studi Kohort
c) Studi eksperimental

4.1.3 Pengertian Epidemiologi Kesehatan Reproduksi


Istilah reproduksi berasal dari kata re yang berarti kembali, kata produksi yang

artinya membuat atau menghasilkan sehingga istilah reproduksi mempunyai arti suatu

proses dalam kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian

hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi

untuk reproduksi manusia.arti kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sisten, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Pengertian

sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara

mental dan sosial-kultural.

Pendidikan kesehatan reproduksi berbeda dari pendidikan seks. Pendidikan seks

merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi sehingga lingkup pendidikan

6
kesehatan reproduksi lebih luas. Pendidikan kesehatan reproduksi mencakup seluruh

proses yang berkaitan denga reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya mulai

dari aspek tumbuh kembang sampai kepada hak-hak reproduksi. Sedangkan pendidikan

seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi

tanggung jawab bersama baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu baik laki-laki

maupun perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan

reproduksi. Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan reproduksi lebih banyak

menjadi tanggung jawab perempuan. Gangguan kesehatan reproduksi lebih sering terjadi

pada wanita misalnya anemia. Perempuan yang anemia berpotensi melahirkan bayi dengan

berat badan rendah. Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kematian ibu maupun bayi

pada saat proses persalinan. Karena itu untuk memastikan bahwa ibu tidak mengidap

anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika ternyata

mengidap anemia, maka perlu untuk mengkonsumsi makanan yag bergizi dan suplemen

besi sesuai yang dianjurkan, dan peranlaki-laki harus mendukung keadaan tersebut dengan

memahami dan turut aktif mencegahnya.

Meskipun kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus namun angka kematian

ibu (AKI) menurut SDKI 2012 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata

kematian ini jauh elonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang encapai 228 per 100 ribu.

Sedangkan angka kematian bayi menurut SDKI 2012 mencapai 32 per 1000. Hal ini

disebabkan karena kurang berhasilnya program pemerintah seperti jaminan persalinan

(jampersal). Selain itu, sejak otonomi daerah dukungan pemerintah daerah pada program

KB memang jauh menurun. Penyebab kematian ibu tidak saja melahirkan tetapi juga

karena AIDS. Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi ditandai dengan adanya

kekerasan dan rumah tangga dikalangan anak,remaja dan perempuan.

7
Koordinasi ditingkat pelaksana belum seperti yang diharapkan, karena setiap

sektor/institusi terkait mempunyai indikator masing-masing. Jumlah indikator cukup

banyak tapi tingkat pencapainnya berbeda-beda. Estiasi prevalensi HIV/AIDS 150 orang

yang 70% nya adalah usia produktif. Pada wilayah tertentu, prevalensi dimasyarakat

mencapai 5%. Untuk menyikapi asalah tersebut diperlukan peran epidemiologi dalam

upaya pemograman pelayanan epidemiologi kesehatan reproduksi.

Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari distribusi,

frekuensi, determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada populasi atau

kelompok. Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang

berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, epidemiologi menggambarkan kejadian

menurut karakter orang, tempat dan waktu. Misalnya, persainan dengan dukun lebih tinggi

di desa (60%) dibanding di kota (40%) atau angka kejadian penyakit HIV lebih tinggi

terjadi di Provinsi Papua. Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, buan, tahun dsb.

Misalnya setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebbkan 200.000 kematian disunia

atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu akibat persalinan di Indonesia.

Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya mengidentifikasi kejadian atau

mengukur besarnya masalah. Misalnya persalinan dengan dukun 60%, K1 mencapai 87%

dan K4 mencapai 70%. Determinan dalam kesehatan reproduksi adalah mencari faktor

penyebab atau yang mempengaruhi suatu kejadian atau faktor yang memberikan

resiko.misalnya penyebab terjadinya penyakit hemoragi post partum adalah anemia pada

ibu.

Manfaat epidemiologi pada kesehatan reproduksi:

a. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana dan bagaimana

b. Sebagai metode pendekatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan khususnya

kesehatan reproduksi

8
c. Diagnosis komunitas untuk enentukan penyebab mortalitas dan morbiditas

d. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok kejadian

4.2 Sejarah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi


4.2.1 Sejarah Kesehatan Reproduksi
Pada tahun 1960, UNFPA menerimamandat untuk meningkatkan kewaspadaan

terhadap masalah populasi dan untuk membantu negara-negara berkembang. Pada saat itu,

permasalahan yang dibahas hanya seputar “tempat hiburan”, ledakan penduduk, jebakan

demografi, serta kelangkaan makanan, air, serta sumber daya baru.

Kemudian pada tahun 1972, WHO membuat program khusus untuk riset,

pengembangan serta pelatihan riset kesehatan reproduksi dengan mandatnya berfokus pada

riset pengembangan metode yang baru dan meningkatkan regulasi yang berhubungan

dengan fertilitas (reproduksi) serta isu dari keamanan dan efisiensi metode-metode yang

sudah ada. Metode kontrasepsi modern dilihat sebagai metode yang dapat dipercaya,

kemampuan seseorang untuk menggunakan / mempraktekkan secara mandiri, serta lebih

efektif dari metode “penarikan”, kondom atau sistem periode menstruasi. Kebijakan

mengenai populasi menyebar pada negara-negara berkembang sekitar tahun 1970 dengan

dukungan dari agensi UN dan beberapa NGO.

Pada tahun 1994, ICPD telah menjadi kunci dari sejarah perkembangan kesehatan

reproduksi. Hal ini diikuti dengan beberapa kemunculan hal-hal penting yang kemudian

membuat dunia berfikir cara lain untuk mencapai kesehatan reproduksi yang ditandai

dengan adanya 3 elemen penting, yaitu:

 Perkembangan kekuatan wanita dalam hal kritisasi atas penekanan kontrol

terhadap fertilitas wanita.

 Respon terhadap pandemi HIV/AIDS

 Konsep terhadap hak-hak reproduksi, dimana hal ini harus menjadi suatu

kesatuan terhadap hal yang lainnya.

9
4.2.2 Perkembangan Kesehatan Reproduksi
a. Sebelum tahun 1978 (Alma-Ata Conference)

 Pelayanan kesehatan dasar pada klinik dan pusat kesehatan

b. Tahun 1978 (Primary Health Care Declaration)

 Pelayanan MCH dimulai dengan beberapa penekanan pada child

survival

 Keluarga berencana berfokus pada ibu.

c. Tahun 1987 (Inisiasi Safe Motherhood, ICPD)

 Penekanan pada kesehatan maternal

 Penekanan pada penurunan kematian maternal

d. Tahun 1994 (Kesehatan Reproduksi, ICPD)

 Penekanan pada kualitas pelayanan

 Penekanan pada pengadaan dan ketersediaan

 Penekanan pada ketidakadilan sosial

 Penekanan pada kebutuhan individu wanita serta hak-haknya.

e. Tahun 2000 (Millenium Development Goal’s dan Kesehatan Reproduksi)

 MDG’s secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan

kesehatan

 Poin MDG’s nomor 4, 5, dan 6 berhubungan langsung dengan

kesehatan, sedangkan nomor 1, 2, 3 dan 7 berhubungan secara tidak

langsung dengan kesehatan.

 World Summit 2005 mendeklarasikan akses universal terhadap

kesehatan reproduksi.

10
 “Sexual and reproductive health is fundamental to the social and

economic development of communities and nations, and a key

opponent of an equitable society.” The Lancet 2006.

4.3 Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi


Penyediaan informasi epidemiologi sangat berguna untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi dan dapat menjadi pondasi dalam hak asasi manusia yang sangat penting bagi

pemberdayaan perempuan.

Adapun poin penting mengenai informasi kesehatan reproduksi yang menjadi

metode epidemiologi dalam memperoleh informasi adalah:

 Identifikasi faktor resiko bagi kesehatan reproduksi dan hal berkaitan

lainnya.

 Mengidentifikasi individu atau populasi dengan resiko yang paling besar

untuk kesehatan reproduksi serta hal-hal lain yang bersangkutan.

 Menyediakan informasi mengenai kelompok rentan

 Identifikasi pada bagian mana masalah kesehatan masyarakat paling tinggi.

 Monitoring terhadap kesehatan masyarakat atau hal lain yang berkaitan.

 Identifikasi urgensi mengenai permaalahan kesehatan reproduksi manakah

yang perlu penanganan cepat.

 Evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas pencegahan dan program

pengobatan.

 Penyediaan informasi penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi.

o Keluarga Berencana untuk menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan

o Penggunaan kontrasepsi yang aman dan efisien

11
o Morbiditas dan mortalitas maternal

o Kesehatan perinatal dan bayi

o Penyakit menular seksual

o Alokasi dana.

Tujuan digunakannya metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi:

1. Menentukan besarnya asalah kesehatan reproduksi. Langkah yang diambil dalam

menentukan besarnya masalah adalah dengan menggunakan pertanyaan berikut:

- Pada populasi spesifik mana masalah itu terjadi?

- Apa penyebabnya?

- Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?

- Bagaimana peran surveilans

2. Mengenal faktor resiko dan transmisi. Untuk mengenal terjadinya penyebab

masalah perlu dipikirkan bahwa

- Penyakit merupakan suatu gangguan dalam kehidupan manusia dan kejadian sakit

tidak terjadi secara acak

- Penelusuran cermat dan sistematik kelompok penduduk yang berbeda dapat

mengenal faktor-faktor penyebab dan oencegahan terjadi suatu penyakit.

3. Menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Misal: untuk

menurunkan insidensi eklampsia dan kematian perinatal dilakukan intervendi

penyuluhan kesehatan tentang nutrisi, tanda-tanda eklampsia, dan perlunta

antenatal care bagi ibu hamil.

4.4 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi sangat luas sehingga diperlukan suatu lingkup yang fokus ketika

melakukan peneltian atau pengkajian yang lebih dalam. Lingkup yang ada dalam kesehatan

reproduksi adalah:

12
1. Kajian mengenai perkembangan seksual

2. Kajian mengenai kegiatan seksual

3. Kajian mengenai kontrasepsi

4. Kajian mengenai fertilitas

5. Kajian mengenai kehamilan tang tidak dikehendaki

6. Kajian mengenai abortus

7. Kajian mengenai mortalitas/morbiditas yang disebabkan dampak negatif kesehatan

reproduksi

8. Kajian mengenai alat reproduksi laki-laki dan wanita

9. Kajian mengenai layanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana

Menurut depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas,
sesuai dengan defenisi yang tertera karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir hingga mati. Dala uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih
rinci digunakan pendekatan siklus kehidupan, sehingga diperoleh komponen pelayanan
yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibtu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk PMS-
HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Oseoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dan lain-lain.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi


adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase

13
kehidupanyang dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Pendekatan ruang lingkup kespro dalam beberapa dalam fase kehidupan meliputi:
a. Kontrasepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut

Penanganan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi pada setiap Fase Kehidupan


1. Kontrasepsi
a. Perlakuan sama terhadap laki-laki dan perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis kelamin,
BBLR, kurang gizi
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan pencegahan penyakit.
2. Bayi dan Anak
a. ASI Ekslusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kebang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis kelamin,
sunat perempuan, kurang gizi, kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain
disemua usia dan kekerasan
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan,
posnatal menyusui serta pemberian suplemen dan lain-lain

Asuhan yang diberikan: 1) ASI Ekslusif, 2) tumbuh kembang anak dan pemberian
makanan dengan gizi seimbang, 3) imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit,
4) pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan, 5) pendidikan
dan kesempatan yang sama apda anak laki-laki dan perempuan
3. Remaja

14
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sapai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi
pada gadis remaja adaah datangnya haid pertama yan dinamakan menarche. Secara
tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang
mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai
wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami
perubahan dramatis, karena mulai emproduksi hormon-hormon seksual yang akan
memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, aborsi
tidak aman, ISR/HIV/AIDS
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi: konseling tentang perubahan hukum
dan sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan, kontrasepsi
yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga dan lain-lain.

Asuhan yang diberikan; 1) gizi seimbang, 2)informasi tentang kespro, 3)


pencegahan kekerasan seksual, 4) pencegahan terhadap ketergantungan napza, 5)
perkawinan pada usia wajar dan 6) peningkatan pendidikan ,keterampilan,
penghargaan diri dan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

4. Usia subur
Usia dewasa muda yaitu antara umur 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapaki karir yang penuh kesibukan diluar rumah. Di
usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya dalam kondisi prima,
sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan bayi dapat

15
dilahirkan dengan sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan
gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak dan tuntutan karir.
Kanker, kegemukan depresi dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti
tubuhnya.
Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometrium yang ditandai
dengan gejala nyeri haid, kram haid, pinggul nyeri saat berhubunganseks, sakit saat
buang air besar atau buang air kecil tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala
apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan akibat kehamilan ibu dan bayi.
c. Menjaga jarak kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kespro yang berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan
oleh berbagai kondis, manutrisi atau anemia, kemandulan, pelecehan seksual
dan lain-lain
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling,
pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertangggung jawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal dan
lain-lain sebagainya
Asuhan yang diberikan; 1) kehamilan dan persalinan yang aman, 2) pencegahan
kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi; 3) menjaga jarak
kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi; 4)
pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS; 5) pelayanan kespro yang berkualitas; 6)
pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi; 7) deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim dan 8) pencegahan dan manajemen infertilitas.
5. Usia lanjut
Yang dianggap usia lanjut adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang
paling rentan diserang berbagai penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita
untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya
adalah menjaga agar tunuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang sehat.
16
a. Perhatian pada problem andro pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabuh, gangguan mobilitas
dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, osteoporosis, kanker sakurab reproduksi, payudara atau kanker
prostat, ISR/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaan reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan yang dapat diberikan; ) perhatian pada problem menopause; 2)
perhatian pada penyakit utama degeneratif termasu rabun, gangguan mobilitas
dan osteoporosis dan 3) deteksi dini kanker rahim

4.5 Terjaminnya Hak Reproduksi


4.5.1 Penjabaran hak reproduksi secara praktis
Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis yaitu:

e. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang baik.

Ini berrati bahwa pelayanan harus menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi

yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin

keselamatan dankeamanan klien

f. Setiap orang, perempuan dan laki-laki berhak emperoleh informasi selengkap-

lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-

obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan atau mengatasi

masalah kesehatan reproduksi.

g. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif,

terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan tanpa paksaan dan tak melawan

hukum.

17
h. Setiap perempuan berhak emperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, yang

memungkinkannya sehat dan selamat dala menjalani kehamilan dan persalinan, serta

memperoleh bayi yang sehat.

i. Setiap anggota pasangan suami-istri berhak memiliki hubungan yang didasari

penghargaan.

j. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang

diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.

k. Setiap remaja lelaki maupun perempuan berhak memperoleh informasi yang tepat

dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam menjalani

kehidupan seksual yang bertanggung jawab

l. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap

dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

Bagaimana Hak Kesehatan Reproduksi dapat Terjamin?

a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-langkah yang

tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan pelayanan

reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi.

b. Hukum-huku dan kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk encegah deskriminasi,

pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan seksualitas dan masalah

reproduksi

c. Perempuan dan laki-laki harus bekerjasaa agar pemerintah dapat melindungi haknya,

mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun

dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi

d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini diambil dari

hasil kerja

18
e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perempuan

sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa kebutuhan-kebutuhan ini

sangat beragam dan saling terkait satu sama lain.

19
BAB 3

PENUTUP

4.6 Kesimpulan
Dewasa ini kesehatan reproduksi (kespro) mendapat perhatian khusus secara global
sejak diangkatnya isu dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan. Di Indonesia pun kespro mendapat perhatian khusus dari pemerintah,
mengingat banyak masalah-masalah kespro terjadi di masyarakat.
Konsep epidemiologi kesehatan reproduksi adalah untuk mengetahui frekuensi,
distribusi dan determinan dari penyakit kesehatan reproduksi. Metode epidemiologi
digunakan dalam kesehatan reproduksi adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis,
membuat perencanaan dan evaluasi penyakit dan masalah kesehatan reproduksi.
Ruang lingkup tersebut adalah kajian mengenai : Perkembangan seksual, kegiatan
seksual, kontrasepsi, fertilitas, kehamilan yang tidak dikehendaki, abortus

4.7 Saran
Penggunaan metode epidemiologi disarankan dalam pemecahan dan penyelesaian
masalah dan penyakit kesehatan reproduksi. Metode tersebut meliputi analisis, identifikasi,
perencanaan dan evaluasi masalah dan penyakit kesehatan reproduksi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Marmi,S.ST,M.Kes. 2013.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

21

Anda mungkin juga menyukai