Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Sebelum


sampai  pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan yang terkait
dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam praktik
perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme
penentuan volume uang yang beredar dalam perekonomian. Sistem keuangan, yang terdiri
dari otoritas keuangan (financial authorities), sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan
bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang
memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa tersebut
diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan, termasuk pasar uang dan pasar modal.

Perkembangan perbankan yang semakin dinamis dan kompleks membuat otoritas


moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dengan adanya API,
diharapkan bank nasional mampu bersaing tidak hanya pada segmen pasar domestik tetapi
juga pada pasar internasional.

B. Identifikasi Masalah

1) Definisi Arsiterktur Perbankan Indonesia


2) Mengerti visi Arsitektur Perbankan Indonesia
3) Enam pilar Perbakan indonesia
4) Mengetahui dan menyadari tantangan perbankan indonesia
5) Mengetahui apa saja program API
6) Serta memahami implementasi API

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah iniyaitu :
1.    Agar mahasiswa mengerti tentang arsitektur perbankkan indonesia
2.    Mengerti makna API dilihat dari Perbankan kedepan
3.    Agar mahasiswa tidak salah persepsi mengenai makna API  itu sendiri
Bab 2
Pembahasan
A. Pengertian Arsitektur perbankan indonesia
Bank Indonesia pada tahun 2004 mulai berusaha menerapkan Arsitektur Perbankan
Indonesia. Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar pengembangan
sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentak waktu lima tahun sampai
sepuluh tahun ke depannya.
Kebijakan pengembangan industri perbankan pada masa depan, seperti yang
diungkapkan dalam API, dilandasi oleh visi:
 Menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efesiensi
 Menciptakan kestabilan sistem keuangan
 Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
B. Sejarah Arsitektur Perbankan Indonesia
Terbentuknya Arsitektur Perbankan Indonesia dikarenakan adanya krisis ekonomi
berkenpanjangan yang terjadi pada pertengahan 1997 sehingga menyadarkan masyarakat
akan pentingnya API didirikan untuk perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat
fundamental industri perbankan. Pada sektor perbangkan sejak 1980-an telah menunjukan
bahwa industri gengan infrastuktur perbankan yang baik. Secara fundamental perbankan
indonesia masih harus diperkuat agar dapat mengatasi gejolak gejolak yang ada, bahkan
sekotor perbankan nasional yang terbukti belum kokoh merupakan tantangan ke depan bukan
hanya bagi industri perbankan secara umum,tapi juga bagi perbankan indonesia sebagai
otoritas pengawasnya. Menyadari pentingnya fundamental perbankan yang lebih kuat dan
untuk meningkatkan daya tahan sistem perbankan terhadap fluktuasi perekonomian.
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan bagian yang terpisahakan dari program
restrukturisasi perbakan atau white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF.

Penerapan API tidak terlepas dari usaha Bank Indonesia untuk secara bertahap
menerapkan praktik terbaik internasional terutama yang tercakup dalam 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision. Program-program API mencakup banyak hal.
Program yang lain berkaitan dengan usaha peningkatan kinerja perbankan melalui penerapan
standar good corporate governance yang didukung
 Kemampuan operasional yang tinggi
 Kemampuan tinngi dalam pengelolaan risiko
 ketersedian infrastruktur pendukung perbankan yang memadai
 Keberadaa lembaga pemeringkat kredit domestik
 Adanya skim penjaminan kredit yang mencukupi
 Peningkatan kepercayaan nasabah
Deregulasi Perbankan Kebutuhan Stabilitas
mulai 1980-an Keuangan Internasional

Krisis ekonomi mulai


Basel Comitee
1997

Upaya penyehatan
Basel Principle 1997
perbankan nasional

API

Sistem perbankan
yang sehat, kuat, dan
sehat

Kestabilan Sistem
Keuangan

Pertumbuhan
Ekonomi Nasional
C. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka, maka
ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yangmampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada
standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki dayasaing yang tinggi serta
memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal
perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri
perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar yang
saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API
D. Tantangan perbankan dimasa depan
Jasa keuangan adalah salah satu industri yang mengalami perubahan dan pertumbuhan
paling cepat dibanyak negara. Suatu yang dianggap ideal pada suatu saat bisa dengan cepat
berubah pada waktu selanjutnya. Tantangan dalam dunia perbankan yakni mengelola risiko
dengan sebaik baiknya dan juga selalu berubah seiring dengan perubahan yang terjadi
dalam industri jasa kuangan secara umum. Bagi sistem perbankan di Indonesia, pengelola
risiko dengan baik masih merupakan sesuatu yang baru. Untuk mewujudkan perbankan
Indonesia yang lebih kokoh , perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang. Tantangan‐
tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pertumbuhan kredit yang masih rendah


pertumbuhan ekonomi yang tinggi memerlukan pertumbuhan kredit perbankan
yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia
saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinngi tersebut
sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya.
Penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian
bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan menejemn risiko dan keahlian
poko perbankan yang relatif masih lemah, dan biaya operasional yang relatif
tinggi.

2) Struktur Perbankan yang belum optimal


Perkembangan jumlah bank dan struktur perbankan di Indonesia suadah dimulai
pada sejak 1980-an. Struktur yang berkembang pada waktu tersebut cenderung
disebakan olehreaksi alamiah terhadap perubahan regulasi dalam iklim ekonomi.
Hal tersebut pada akhirnya menyebakan struktur perbankan yyang muncul bukan
struktur yang ideal bagi penrapan prinsip kehati-hatian serta pemunuhan fungsi
interediasi. Belum optimalny struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkosentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar.

3) Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan yang masih kurang


Sektor perbankan memang salah satu lembaga keuanagn yang paling berkembang
di Indonesia. Namun demikian, hal ini tidak berarti semua kebutuhan jasa
keuangan masyarakat telah terpenuhi dengan baik. Masih lemahnya pemenuhan
kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai denga seringnya
terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangya akses terhadap kredit dan
tingginya tingkat suku bunga kredit serta masih banyaknya praktik penyedian
jasa keuangan informal. Sejalan dengan perubahan sosial dan politik pada
masyarakat. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat pengguna jasa
keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses
perbankan yang semakin tinngi dan berkualitas. Kualitas pelayanan tidak hanya
menyangkut manfaat ekonomi dari pelayanan jasa keuangan, tetapi antisipasi
terhadap efek samping dari peningkatan peran jasa perbankan, seperti kejahatan
dan penipuan
4) Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan
penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-
prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi
pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang
belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.
Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan
usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan.
Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas
cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut
dilaksanakan secara terus menerus oleh

5) Kapabilitas perbankan yang masih lemah


Dari sisi internal, Corporate governance dan core banking skill merupakan ukuran
yang dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan masih lemahnya kapabilitas
perbankan. Meskipun kapabilitas beberapa bank sudah cukup kuat, kapabilitas
perbankan secara umum masih di bawah praktik internasional terbaik, terutama
dalam hal mengantisipasi dan mengelola risiko operasional. Pentingnya
penerapan prinsip kehati-hatian, termasuk di dalamnya pengelolaan risiko,
semakin menunjukan pentingnya penciptaan sistem pengendalian internal yang
berkualitas dan tepat.

6) Profitabilitas dan efesiensi bank yang tidak mampu bertahan


Tingkat profitabilitas dan efesiensi operasional yang dicapai oleh perbankan pada
umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efesiensi yang tidak mampu
bertahan. Profitabilitas dan efesiensi yang berkesinambungan memungkin bank
mampu bertahan dan bahkan berkembang dalam menghadapi siklus bisnis. Hal ini
disebakan oleh lemahnya struktur aset produktif bank-bank. Margin yang
diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga
yang menurun. Faktor lain dari profitabilitas dan efesiensi yang tidak mampu
bertahan ini adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas
perdagangan yang fluktuatif sseta rendah rasio aset per nasabah yang membuat
biaya p\operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-
negara lain.

7) Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan


Dalam kaitannya dengan penciptaan kepercayaan, perlindungan terhadap nasabah
merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap
sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat
besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara
bersama-sama menciptakan standar yang jelas dalam membentuk mekanisme
pangaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan.

8) Perkembangan teknologi informasi


Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan
jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul
menjadi lebih besar dan bervariasi. Dengan adanya teknologi informasi ,
persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan
persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga

E. Program Kegiatan API

Pelaksanaan keenam pilar API dijabarkan lebih rinci oleh Bank Indonesia dalam program
kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun (dari tahun 2004 hingga tahun 2013). Program-
program tersebut adalah :

1. Program penguatan struktur perbankan nasional,


2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan,
3. Program peningkatan fungsi pengawasan,
4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan,
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan,
6. Program peningkatan perlindungan nasabah.

Dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, implementasi program-program tersebut


diharapkan dapat menciptakan konsolidasi sektor perbankan secara keseluruhan yang
mengarah kepada struktur perbankan yang lebih optimal.

Visi Arsitektur Perbankan Indonesia dipadukan dengan pertimbangan adanya tantangan-


tantangan yang dihadapi perbankan pada periode mendatang membawa konsekuensi adanya
enam pilar API dan juga program kegiatan sebagai berikut :

a) Penguatan Struktur Perbankan Indonesia


Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum (konvensional dan
syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun
risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya
guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi
program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya
peningkatan modal bank-bank tersebut dapat dilakukan dengan membuat business
plan yang memuat target waktu, cara dan tahap pencapaian.
Cara pencapaiannya melalui:

1. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru;
2. Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan modal
minimum baru;
3. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
4. Penerbitan subordinated loan

Dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan program peningkatan permodalan
tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal,
yaitu terdapatnya:

 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan
kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas
Rp50 triliun;
 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan
beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan
Rp50 triliun;
 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu
sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut
memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun;
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang
memiliki modal di bawah Rp100 miliar.
b) Peningkatan Kualitas Penagturan Perbankan
Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar
dengan negara-negara lain dalam penerapan international best practices termasuk 25
Basel Core Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses
penyususnan kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun kedepan Bank
Indonesia telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif dengan
melibatkan pihak terkait dalam proses penyusunannya. Hal ini berarti bahwa pada
tahun 2006, BI telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif.

c) Program peningkatan fungsi pengawasan


Peningkatan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan dicapai dengan
peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga
pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatan efektivitas
penegakan hukum, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.
Dalam jangka waktu dua tahun kedean diharapkan fungsi pengawasan bank yang
dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan
yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain yang telah lebih dahulu
menerapkan 25 basel core principles.

d) Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional


perbankan
Peningkatan good corporate governance (GCG), kualitas manajemen resiko, dan
kemapuan operasional manajemen perlu didukung dengan penetapan standar yang
sesuai untuk meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai
lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal perbankan nasional enjadi semakin
kuat dengan kemampuan menghadapi risiko yang semakin baik.

e) Program Pengembangan infrastruktur perbankan


Pengembangan biro kredit akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas
keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam utang yang
diperdagangkan di bursa efek yang dimiliki bank akan meningktakan transparansi dan
efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim
penjaminan kredit akan meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu
tiga tahun kedepan diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang
mencukupi bagi terwujudnya perbankan yang sehat dan kuat.

f) Program peningkatan perlindungan nasabah


Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar penyusunan mekanisme
pengaduan nasabah, pendirian lembaga mdiasi independen, peningkatan transparansi
informasi dan pendidikan mengenai produk perbankan bagi nasabah. Dlam waktu dua
sampai lima tahun ke depan diharapkan program-program tersebut dapat
meningktakan kepercayaan nasabah pada sistem perbankan, karena landasan dari
beroperasinya lembaga keuangan adalah kepercayaan.

F. Tahap-Tahap Implementasi API

1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional


2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
4. Program Peningkatan Kualitas Manajamen dan Operasional Perbankan
5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
Bab 3
Kesimpulan
Perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan mulai dari praderegulasi
sampai pasca deregulasi. Pengklasifikasikan perbankan sesuai dengan jenis,kepemilikkan,
kegiatan usaha, pembentukan uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuanga bank
dan lembaga keuangan bukan bank yang masing masing memiliki tugas dan fungsinya
sendiri-sendiri. Dan untuk menciptakan perbankan yang sehat, kuat dan efesien maka
diperlukan Arsitektur Perbankan Indonesia, diharapakan Arsitektur Perbankan indonesia
dalam jangka waktu 5 atau 10 tahun yang mendatang mampu membuat Bank Indonesia setara
kedudukannya dengan bank-bank di negara lain. Diera Globalisasi ini dan semakin
canggihnya sistem informasi sangan lah perlu pengendalian atau sebagai tonggak
terbentuknya perbankan Indonesia yang teratur dan sehat maka terbentuk lah Arsitektur
Perbankan indonesia.
Daftar Pustaka
1. Budisantoso,totok. 2013. Bank Dan Lembaga Keuangan. Jakarta: salemba 4
2. http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-
stabilitas/arsitektur/Documents/d033d9afad0e417ca8e9ed4b5b94535ftantanga
n.pdf
3. https://dewirosdyana.wordpress.com/2014/01/12/arsitektur-perbankan-
indonesia-api/
4. https://luvitaganeeleo.wordpress.com/2013/11/10/arsiterktur-perbankan-
indonesia-api/
5. http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/arsitektur-perbankan-
indonesia/Pages/Struktur-Perbankan.aspx

 
Arsitektur Perbankan Indonesia
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan
Dosen pengampuh : Rita rosiana.SE.M.Si
Nama kelompok:
1. Asror Kh.B (5552160110)
2. Harits abdurrahman (-)
3. Sardah (5552160137)
4. Ummi suraya (5552160125)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Anda mungkin juga menyukai