Referat Esofagitis Korosif
Referat Esofagitis Korosif
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Esofagitis Korosif
Esofagitis korosif adalah peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya asam kuat, basa kuat dan zat
organik. Esofagitis korosif ini biasanya terjadi akibat tertelannya zat akustik seperti
larutan alkali berupa cairan pembersih rumah tangga, pemutih, dan soda api, baik
karena kecelakaan maupun percobaan bunuh diri.2,4
2
Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat kimia yang
bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya,
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila
telah diserap oleh darah. Kerusakan esofagus yang terjadi tergantung pada
konsentrasi dan lama kontak zat kimia tersebut dengan esofagus.2,4
3
Gambar 1. Esofagus dilihat dari Gambar 2. Penyempitan pada
ventral7 esofagus7
Pada kedua ujung esophagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus
membentik sfingter esophagus bagian atas dan terdiri dari serabut-serabut otot
rangka. Bagian esophagus ini secara normal berada dalam keadaan kontraksi kecuali
pada waktu menelan. Sfingter esophagus bagian bawah, walaupun secara anatomi
tidak nyata, bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluksi
isi lambung ke dalam esophagus. Dalam keadaan normal, sfingter ini menutup,
kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.6
4
Dinding esophagus terdiri atas empat lapisan: mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dari epitel gepeng
berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas; epitel lapisan ini mengalami
perubahan mendadak pada perbatasan esophagus dengan lambung dan menjadi epitel
toraks selapis. Mukosa esophagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak
tahan terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa mengandung sel-
sel sekretori yang memproduksi mucus. Mukus mempermudah jalannya makanan
sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Lapisan otot
lapisan luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang
terdapat di 5% bagian atas esophagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh
bagian bawah adalah otot polos. Bagian luar esophagus terdiri atas jaringan ikat
longgar yang menghubungkan esophagus dengan struktur-struktur berdekatan.6
5
Ujung saraf bebas dan perivascular ditemukan dalam submukosa esophagus
dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan sebagai mekanoreseptor,
termoosmo, dan kemoreseptor dalam esophagus. Mekanoreseptor menerima
rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan kemoreseptor menerima rangsangan kimia
dalam esophagus. Reseptor termoosmo dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh, bau, dan
perubahan tekanan osmotic.6
6
3. Epidemiologi
Angka kejadian esofagitis korosif akibat tertelan asam kuat, basa kuat, cairan
pemutih diperkirakan sekitar 3-5 % dari kasus kecelakaan dan bunuh diri, atau sekitar
5.000-10.000 kasus pertahun di Amerika Serikat. Anak-anak di bawah 5 tahun
dilaporkan lebih sering tertelan zat yang bersifat korosif akibat ketidaksengajaan dan
kelalaian. Sedangkan, pada remaja dan dewasa dilaporkan kasus cukup sering pada
remaja sebagai percobaan bunuh diri. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin
maupun ras yang mempengaruhi terjadinya esofagitis korosif. Berdasarkan penelitian,
95% kejadian tertelan korosif terjadi di rumah, biasanya di dapur atau kamar mandi.
Hampir 73% terjadi saat produk lagi digunakan dan 24% terjadi saat produk dalam
penyimpanan.3,8
4. Etiologi
Diperkirakan, 70% dari kasus esofagitis korosif adalah disebabkan oleh basa
dengan natrium hidroksida merupakan kasus yang paling sering ditemukan. Terdapat
juga kasus melibatkan kalium hidroksida dan ammonium hidroksida. Pembersih
saluran, pembersih oven, detergen baju dan detergen piring semuanya mengandung
basa. Konsentrasi basa berbeda berdasarkan agen; cairan (10-15%), industri (30-35%
dan granuler (50-95%). Basa tidak mempunyai rasa yang menyebabkan anak-anak
mengkonsumsi dengan banyak.9,10
Kira-kira 20% kasus esofagitis korosif lainnya adalah disebabkan oleh asam
seperti hidroklorida, sulfurik, oksalik dan nitrit. Pembersih toilet, pembersih selokan,
dan penghapus karatan merupakan beberapa produk yang mengandungi asam di
antara 8-65%. Asam biasanya mempunyai rasa pahit yang menyebabkan anak-anak
tidak mengkonsumsi dengan banyak. Selain disebabkan oleh asam dan basa,
esofagitis korosif juga bisa disebabkan oleh bahan lain seperti detergen, bateri,
makanan panas dan susu.9,10
7
Tabel 1. Contoh bahan kimia korosif9
Cairan Plumbum
Pembersih open
Easy off
Amonia
Tablet klinitest
Pemutih
Fosfat
Asam
Sulfat
Nitrat
Fenol
Iodine
Kalium permanganate
8
5. Patofisiologi
Bahan kimia menyebabkan kerusakan jaringan dengan mengubah status
ionisasi dan struktur molekul serta mengganggu ikatan kovalen. Basa kuat, tidak
berbau dan tidak berasa, menyebabkan nekrosis likuefaktum, proses yang melibatkan
saponifikasi lemak dan pelarutan protein pada mukosa superfisial dan berpenetrasi
sampai lapisan muskularis. Kematian sel terjadi karena emulsifikasi dan gangguan
membrane sel. Ion hidroksida akan bereaksi dengan kolagen jaringan menyebabkan
pembengkakan dan pemendekan jaringan (kontraktur). Selain itu, terjadi thrombosis
pembuluh darah kecil dan produksi panas yang mengakibatkan nekrosis jaringan
lebih lanjut. Larutan basa adalah detergen, pemutih, pembersih gigi palsu, NaOH 4-
54%, dan baterai.2,11
9
Trauma jaringan terberat ditemukan pada mukosa orofaring, hipofaring, dan
esophagus. Edema dapat terjadi dan menetap hingga 48 jam, kemudian dapat
menyebabkan sumbatan jalan napas. Seiring bertambahnya waktu, jejas semakin
berat dan granulasi jaringan mulai terbentuk menggantikan jaringan nekrotik.
Jaringan granulasi dan jaringan parut terbentuk dalam 2-4 minggu, tidak jarang
terjadi striktur pasca tertelan basa kuat.11
Asam kuat akan menyebabkan nekrosis koagulasi. Pada proses tersebut akan
terbentuk koagulum pada permukaan mukosa yang akan mencegah absorbsi zat
korosif ke lapisan esophagus bawah. Oleh karena itu, asam kuat akan menyebabkan
kerusakan pada gaster lebih sering ditemukan. Hal tersebut diduga karena adanya
proteksi alami dari epitel skuamosa esophagus. Lain halnya dengan basa kuat, asam
kuat rasanya tidak enak sehingga sering menyebabkan tersedak atau rasa tercekik.
Jaringan parut dapat terbentuk dan berkontraksi dalam 2-4 minggu kemudian. Larutan
asam kuat adalah asam sulfat (baterai), asam klorida, pembersih lantai, dan pembersih
kolam.11
10
6. Gejala Klinis
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosif tergantung pada
jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah, lamanya kontak dengan dinding
esofagus, sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak. Esofagitis korosif
dapat dibagi menjadi 5 bentuk klinis berdasarkan derajat keparahan luka bakar yang
ditemukan yaitu:2,11
11
Pada keadaan tertelan zat organik, perasaan dapat berupa perasaan terbakar di
saluran cerna bagian atas, mual, muntah, erosi pada mukosa, kejang otot, kegagalan
sirkulasi, dan pernafasan.
2. Fase Laten
Berlansung selama 2-6 minggu. Pada fase ini keluhan klinis berkurang. suhu
badan menurun. Pasien merasa sembuh, dapat menelan dengan baik, tetapi
sebenarnya sedang terjadi proses terbentuknya jaringan parut (sikatriks).
3. Fase Kronis
Setelah 1-3 tahun akan kembali timbul disfagia disebabkan sikatriks yang
terbentuk sehingga terjadi striktur esofagus.
2. Pemeriksaan Fisik
Selain penegakan diagnosis dari autoanamnesis atau alloanamnesis yang
cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kejadian. Masuknya zat
korosif melalui mulut dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan. Adanya
luka bakar keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan dagu
menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat maupun
basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis koagulatif akibat
paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis likuitaktif.
Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih berat
dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi
tergantung juga konsentrasi bahan tersebut.15
12
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis, selain berdasarkan hasil anamnesis serta
gambaran keluhan dan gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium, radiologik, esofagoskopi.2
a. Pemeriksaan radiologi16
13
Gambar 8. Mukosa esofagus yang hancur2,13
CT-Scan
Pemeriksaan dengan CT-Scan lebih sensitif dan lebih dini dalam mendeteksi
adanya perforasi, striktur serta kemungkinan adanya kelainan pada organ lain
sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih dini.
14
b. Pemeriksaan laboratorium17
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, ureum dan kreatinin untuk
melihat tanda-tanda keracunan sistemik.
Pemeriksaan jumlah urin dan urinalisis untuk membantu menjaga
keseimbangan cairan.
c. Pemeriksaan endoskopi dengan esofagoskopi.2,17
Derajat luka bakar pada esofagus yang ditemukan pada esofagoskopi dapat
dibagi menjadi :
· Derajat III : ulkus yang dalam, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan atau abu-
abu.
· Derajat IV : perforasi.
15
Gambar 9. Gambaran esofagoskopi setelah tertelan asam hidroklorida, tampak
terjadi trombosis pembuluh darah mukosa esofagus17
16
d. Pemeriksaan endoscpic ultrasonography.17
Pemeriksaan ini lebih akurat dalam menilai tingkat kedalaman dari luka
17
b. Pengendalian jalan nafas, karena dapat terjadi udem pada jalan nafas, maka
monitoring harus sesegera mungkin, peralatan untuk intubasi maupun
trakeostomi harus siap.
c. Pengosongan lambung dan dekontaminasi
Jangan merangsang timbulnya muntah karena akan menyebabkan terjadinya
paparan ulang zat kaustik ke mukosa esofagus yang bisa memperparah derajat
luka bakar.
Metode bilas lambung dengan cara-cara tradisional yang menggunakan pipa
orogastrik dengan kaliber yang besar seperti menggunakan Edwal’s
orogastric tube dikontraindikasikan untuk kasus tertelan asam kuat maupun
basa kuat karena resiko perforasi dan aspirasi trakea yang tinggi.
Penggunaan naso-gastric tube (NGT) sangat baik pada kasus tertelan asam
kuat karena dapat mencegah masuknya zat kaustik ke usus kecil.
d. Pembedahan segera dilakukan jika terdapat perforasi, mediastinitis atau
peritonitis.5,14
3. Terapi medikamentosa
18
diobservasi akan kemungkinan mediastinitis, fistel trakea-esofagus, perforasi
lambung, peritonitis, pneumonia, dan udem laring. Kurang lebih 24 jam setelah
kejadian dilakukan esofagoskopi dengan anastesia umum endotrakea untuk
menentukan apakah ada luka bakar di esofagus. Jika terdapat luka bakar esofagoskopi
dihentikan, esofagoskop tidak boleh dilanjutkan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus. Jika pada esofagoskopi tidak ditemukan
luka bakar, pasien dapat dipulangkan dari rumah sakit dalam 2-3 hari setelah luka
bakar pada daerah mulut dan orofaring cukup membaik dan dapat minum peroral
secukupnya. Bila pada esofagoskopi terdapat luka bakar harus dipasang pipa
nasogaster polietilen yang kecil untuk pemberian makanan dan mempertahankan
lumen esofagus. Terapi kortikosteroid harus dimulai dan diteruskan sampai 6 minggu,
biasanya hari pertama 200-300 mg sampai hari ke-3, setelah itu diturunkan bertahap
setiap 2 hari dengan dosis maintenance 2x50 mg perhari. Antibiotik spektrum luas
diberikan sampai pemeriksaan radiologi esofagus dengan kontras menunjukkan
penyembuhan mukosa, biasanya selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Segera setelah pasien dapat
menelan cairan, biasanya 3-4 hari setelah kejadian, diberikan antibiotik peroral untuk
mendapatkan efek topikal pada jaringan granulasi. Pemberian makanan yang
mengandung partikel yang dapat berkumpul di jaringan granulasi jangan 14 diberikan
dulu sampai ada bukti penyembuhan mukosa secara radiografi dengan kontras.2
19
metode mekanis retograd dari Tucker, dan metode hidrostatik, menggunakan busi
berisi air raksa. Dilatasi dilakukan dengan bantuan esofagoskopi, selama sekali
sampai 2 kali seminggu, bila keadaan pasien lebih baik dilakukan sekali 2 minggu,
sekali sebulan, sekali 3 bulan dan seterusnya sampai pasien dapat menelan makanan
biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang memuaskan sebaiknya dilakukan
reseksi esofagus dan dibuat anastomose ujung ke ujung (end to end).
2. Terdapat gambaran ireguler dan seperti membentuk kantong pada dinding esofagus
dengan pemeriksaan kontras barium.
3. Pembentukan fistula
5. Pasien yang menolak atau tidak bisa dilakukan businasi dalam jangka waktu lama.
20
Gambar 11. Algoritma Tatalaksana Esofagitis Korosif
21
3.9 Komplikasi Esofagitis Korosif
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 2, 17
22
DAFTAR PUSTAKA
23
13. Lionte C, et all. 2007. Unusual Presentation and Complication of Caustic
Ingestion; Case Report. http://www.jgld.ro/12007/12007_17.pdf [Diakses 2 April
2019].
14. Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
15. Wen, Jessica. 2008. Esophagitis. http://www.emedicine.com/ped/
TOPIC714.HTM [Diakses 2 April 2019].
16. Alijenad, A. 2000. Caustic Injury to the Upper Gastrointestinal Tract.
http://pearl.sums.ac.ir/semj/vol4/jan2003/causticinj.htm [Diakses 2 April 2019].
17. Kardon, EM. 2008. Toxicity, Caustic Ingestion.
http://www.emedicine.com/EMERG/topic86.htm [Diakses 2 April 2019].
24