Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

Anestesi adalah istilah yang di turunkan dari dua kata Yunani yaitu "an” dan "esthesia",
dan bersama-sama berarti "hilangnya rasa atau hilangnya sensasi”. Para ahli saraf
memberikan makna pada istilah tersebut sebagai kehilangan rasa secara patologis bagian
tubuh tertentu. Istilah anestesi dikemukakan pertama kali Oliver Wendell Holmes 1809-1894)
untuk proses "eterisasi" Morton (1846), untuk menggambarkan keadaan pengurangan nyeri
sewaktu pembedahan. Anestesi secara umum adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Pada dasarnya prinsip anastesi mencangkup 3 hal yaitu: anestesi dapat
menghilangkan rasa sakit (analgesia), menghilangkan kesadaran (sedasi) dan juga relaksasi
otot (relaksan) yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar.

Tindakan anestesi adalah suatu tindakan medis, yang dikerjakan secara sengaja pada
pasien sehat ataupun disertai penyakit lain dengan derajat ringan sampai berat bahkan
medekati kematian. Tindakan ini harus sudah memperoleh persetujuan dari dokter anestesi
yang akan memperoleh persetujuan dari dokter anestesi yang akan melakukan tindakan
tersebut dengan mempertimbangkan kondisi pasien, dan memperoleh persetujuan pasien atau
keluarga, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan yaitu pembedahan, pengelolaan nyeri ,
dan life support yang berlandaskan pada patient safety.

Anestesi umum adalah suatu keadaan menghilangkan rasa nyeri secara sentral disertai
kehilangan kesadaran dengan menggunakan obat amnesia, sedasi, analgesia, pelumpuh otot,
atau gabungan dari beberapa obat tersebut yang bersifat dapat pulih kembali.

Anestesi regional atau blok saraf adalah bentuk anestesi yang hanya sebagian dari
tubuh yang dibius (dibuat mati rasa) hilangnya sensasi di daerah tubuh yang dihasilkan oleh
anestesi untuk semua saraf yang dilewati persarafannya.

Anestesi spinal umumnya digunakan untuk prosedur bedah melibatkan daerah


epigastrium kebawah atau pembedahan daerah tubuh yang dipersarafi cabang T4 kebawah
yaitu, abdomen bagian bawah, panggul, rectum-perineum, obstetric ginekologi, urologi dan
ekstremitas bawah. Anestesi spinal atau epidural paling umum dilakukan dalam bedah, teknik
tersebut memungkinkan pasien untuk tetap sadar pada saat dilakukan operasi.

Appendicitis merupakan kasus nyeri perut yang sering terjadi dan membutuhkan
ppengobatan operasi pada anak-anak dan dewasa dibawah umur 50 tahun, dengan puncak
kejadian pada usia dekae kedua dan ketiga yaitu usia 10-20 tahun. Appendisitis merupakan
kasus emergensi obstetrik yang paling sering pada wanita hamil, terjadi sering pada
trisemester kedua.

Pada laporan ini akan membahas mengenai manajemen anestesi pada pasien apendisitis
dengan tindakan Apendiktomi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. APENDIKS
1. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Apendiks

Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot
dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5
inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm di
bawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas.
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di regio iliaca dextra.
Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang
menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang di sebut titik McBurney.
Apendiks didarahi oleh arteri appendicularis yang merupakan arteri tanpa kolateral dan vena
appendicularis, sedangkan persarafannya berasal dari cabang-cabang saraf simpatis
danparasimpatis (nervus vagus) dari plexus mesentericus superior. Aliran limfenya ke satu
atau dua nodi dalam mesoapendiks dan di alirkan ke nadi mesenterici superiors.
Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. Kelenjar submukosa dan
mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. Diantaranya berjalan pembuluh darah dan
kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang berjalan
pembuluh darah besar yang berlanjut ke dalam mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal,
maka tidak tertutup oleh peritoneum viserale. Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu, mukosa,
submukosa, tunika muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler), dan tunika
serosa. Lapisan mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta lieberkuhn.
Terdapat jaringan limfoid diffus di dalam lamina propria.

Gambar 1. Anatomi Apendiks


Gambar 2. Titik Mc Burney

Gambar 3. Histologi Apendiks

2. Apendisitis

Apendisitis merupakan pandangan pada apendiks. Apendisitis pada awalnya dapat


sembuh spontan, namun akan terjadi jaringan parut dan fibrosis. Resiko untuk terjadinya
serangan kembali adalah 50%. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah dalam rongga abdomen atau peritonitis.

Terjadinya apendisitis umumnya karena bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor
pencetus, diantaranya sumbatan lumen apendiks, timbunan tinja yang keras, makanan rendah
serat, tumor apendiks dan pengikisan mukosa apendiks akibat parasit seperti E. hystolitica.

Terdapat gejala awal yang kkhas, yaitu nyeri pada perut kanan bawah yang disebut
dengan titik Mc. Burney. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.
Berbeda dengan apendisitis akut, apendisitis kronis pada palpasi didapatkkan massa atau
infiltrat yang nyeri tekan dan leukosit yang sangat tinggi.

3. Epidemiologi

Insidens apendisitis di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang. Namun,
dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini diduga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.

Apendisitis paling sering terjadi pada pasien dalam dekade kedua hingga keempat
kehidupan. Adapun perbandingan apendisitis pada laki-laki : perempuan yaitu 1,2-1,3 : 1.

4. Etiologi

Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi
kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya
terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith
ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi
appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing
(pin, biji-bijian) Kadang parasit 1 Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis
adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang
dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu : Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob
Escherichia coli Viridans streptococci Pseudomonas aeruginosa Enterococcus Bacteroides
fragilis Peptostreptococcus micros Bilophila species Lactobacillus species

B. ANASTESI SPINAL
Anestesi spinal disebut juga spinal analgesia atau sub-arachnoid nerve block oleh karena
memasukkan obat anestesi lokal ke dalam ruangan subarakhnoid untuk menghasilkan blok
saraf yang akan menyebabkan hilangnya aktivitas sensoris, motoris, dan otonom yang
bersifat reversibel. Penyuntikan obat anestesi lokal biasanya dilakukan di daerah lumbal pada
tingkat di bawah medula spinalis berakhir (L2), pada L3-L4 atau L2-L3, bisa dengan posisi
duduk ataupun miring.
Gambar 4. Posisi dan lokasi anestesi epidural

Struktur Anatomi Vertebra

Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus.

Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga berat kepala dan
dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3) memungkinkan keluarnya nervi
spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk perlekatan otot-otot, (5) memungkinkan
gerakan kepala dan batang tubuh.

Anda mungkin juga menyukai