Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah submandibula. Abses submandibula menempati urutan tertinggi dari seluruh abses
leher dalam. 70-85 % kasus yang disebabkan oleh infeksi gigi merupakan kasus terbanyak,
selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur
mandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck
infection).
Penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk tahun 1997 sampai 2002, menemukan kasus
infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses Submandibula (15,7%) merupakan kasus
terbanyak kedua setelah Abses Parafaring (38,4%), diikuti oleh Angina Ludovici (12,4%),
Parotis (7%), dan Retrofiring (5,9%). Sakaguchi dkk. Rentang usia dari umur 1-81 tahun,
laki-laki sebanyak 78% dan perempuan 22%. Infeksi peritonsil paling banyak ditemukan,
yaitu 72 kasus, diikuti oleh parafaring 8 kasus, submandibular, sublingual dan submaksila 7
kasus dan retrofiring 1 kasus.Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula
berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula.
Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses infeksi
dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibular. Selain disebabkan oleh
infeksi gigi, infeksi di ruang submandibula bisa disebabkan oleh limfadenitis, trauma, atau
pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain.
Ditambahakan ruang spase di leher . Ruang submandibular adalah lokasi yang paling
sering ditemui pada infeksi ru- ang leher dalam. Infeksi leher dalam biasa ditemui pada
anak maupun orang dewasa. Namun presentasi, progresifitas dan pe- natalaksanaannya
sangat berbeda dalam dua kelompok usia tersebut.Adapun tanda dan gelaja yang biasa
didapatkan adalah demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan
atau dibawah lidah, mungkin berfluktuasi serta trismus sering ditemukan

Abses submandibula sudah semakin jarang dijumpai. Hal ini disebabkan penggunaan
antibiotik yang luas dan kesehatan mulut yang meningkat. Disamping insisi drainase abses
yang optimal, pemberian antibiotik diperlukan untuk terapi yang adekuat. Walaupun
demikian, angka morbiditas dari komplikasi yang timbul akibat abses submandibula masih
cukup tinggi sehingga diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.
Pemberian antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan
secara parentrral. Evakuasi abses dapat dilakukan dengan anestesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisir atau ek- splorasi dalam narcosis bila letak abses da- lam dan luas.
Insisi dan drainase secara dini harus selalu dipertimbangkan pada pasien, bahkan dalam
kasus-kasus yang tampaknya tidak kritis.Abses leher dalam masih dihub- ungkan dengan
angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi bila disertai komplikasi. Meskipun ada
peningkatan dalam hal perawatan gigi dan hygiene rongga mulut, tapi baru-baru ini
dikemukakan prevalensi yang bermakna dari infeksi leher dalam yang disebabkan oleh
infeksi gigi lebih dari 40%.
Keterlambatan dalam diagnosis, atau lebih buruk lagi, kesalahan diagnosis, dapat
mengakibatkan terjadinya penjalaran abses ke ruang leher dalam lain dan mediastinum.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kom- plikasi berupa mediastinitis, sepsis dan ke-
matian akibat dari sumbatan jalan napas. Bahkan di era antibiotik modern, telah dilaporkan
angka kematian mencapai 40%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi spase di leher gambar yang ada pembagian nya , sebutkan spasenya ,
alinea baru muncul kan ruang submandibula , batas nya apa ? otot2 , pembuluh
darah dan innervasi , sama kelenjar limfe kalau ada peradangan didaerah
tersebut

Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus organ,

otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang potensial.

Fasia servikalis terbagi menjadi 2 bagian yaitu fasia servikalis superfisialis dan fasia

servikalis profunda. Kedua fasia ini dipisahkan oleh m. plastima yang tipis dan meluas

ke anterior leher. Muskulus platisma sebelah inferior berasal dari fasia servikal

profunda dan klavikula serta meluas ke superior untuk berinsersi di bagian inferior

mandibula.(Gambar 1)

Gambar 1 Anatomi Leher


Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari
perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke
arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia
servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial,
saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.

Fasia Servikalis P
rofunda terdiri dari 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan Superfisial
Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak
sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah wajah dan
melekat pada klavikula serta membungkus m. sternokleidomastoideus, m. trapezius, m.
masseter, kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga lapisan eksternal,
investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.

2. Lapisan Media
Lapisan ini dibagi atas 2 divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi muskular
terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan membungkus m.
sternohioid, m. sternotiroid, m. tirohioid dan m. omohioid. Dibagian superior melekat
pada os hioid dan kartilago tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum,
klavikula dan skapula.
Divisi viscera membungkus organ – organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid,
trakea dan esofagus. Disebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak bagian
posterior sampai ke esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago
tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke toraks, menutupi trakea
dan esofagus serta bersatu dengan perikardium. Fasia bukkofaringeal adalah bagian
dari divisi viscera yang berada pada bagian posterior faring dan menutupi m.
konstriktor dan m. buccinator.

3. Lapisan Profunda
Lapisan ini dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi alar
terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi prevertebra, yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi
viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar melengkapi bagian
posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior dari danger space.
Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral
meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut. Berjalan
dari dasar tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior dari
danger space dan dinding anterior dari korpus vertebra.
Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini membentuk selubung karotis (carotid
sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai ke
toraks.

Fasia Servikalis:
A. Fasia servikalis superfisialis
B. Fasia servikalis profunda :
1. Lapisan superfisial
2. Lapisan media :
- Divisi muskular
- Divisi viscera
3. Lapisan profunda :
- Divisi alar
- Divisi prevertebra
Daerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak sampai ke mediastinum setinggi
bifurkasio trakea (vertebra torakal I atau II) dimana divisi viscera dan alar bersatu.
Daerah retrofaring terbagi menjadi 2 daerah yang terpisah di bagian lateral oleh
midline raphe. Tiap – tiap bagian mengandung 2 – 5 buah kelenjar limfe retrofaring
yang biasanya menghilang setelah berumur 4 – 5 tahun. Kelenjar ini menampung aliran
limfe dari rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustakius dan telinga
tengah. Daerah ini disebut juga dengan ruang retroviscera, retroesofagus dan ruang
viscera posterior.
Ruang potensial leher dibagi menjadi ruang yang melibatkan seluruh leher, ruang
suprahioid dan ruang infrahioid. Ruang yang melibatkan seluruh leher terdiri dari
ruang retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang prevertebra. Prevertebral
space dibatasi oleh divisi prevertebra pada bagian anterior dan korpus vertebra pada
bagian posterior (tepat di belakang danger space). Ruang ini berjalan sepanjang
kollumna vertebralis dan merupakan jalur penyebaran infeksi leher dalam ke daerah
koksigeus. Danger space dibatasi oleh divisi alar pada bagian anterior dan divisi
prevertebra pada bagian posterior (tepat di belakang ruang retrofaring).
Ruang suprahioid terdiri dari ruang submandibula, ruang parafaring, ruang
parotis, ruang peritonsil dan ruang temporalis. Ruang infrahioid meliputi bagian
anterior dari leher mulai dari kartilago tiroid sampai superior mediastinum setinggi
vertebra ke empat dekat arkus aorta.

2.2 Ruang Submandibula


Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual, submaksila dan submental.
Muskulus milohioid memisahkan ruang sublingual dengan ruang submental dan
submaksila. Ruang sublingual dibatasi oleh mandibula di bagian lateral dan anterior,
pada bagian inferior oleh m. milohioid, di bagian superior oleh dasar mulut dan lidah,
dan di posterior oleh tulang hioid. Di dalam ruang sublingual terdapat kelenjer liur
sublingual beserta duktusnya.
Ruang submental di anterior dibatasi oleh fasia leher dalam dan kulit dagu, di
bagian lateral oleh venter anterior m. digastrikus, di bagian superior oleh m. milohioid,
di bagian inferior oleh garis yang melalui tulang hyoid. Di dalam ruang submental
terdapat kelenjer limfa submental

Gambar 2 Ruangan leher


dalam

Ruang maksila bagian superior dibatasi oleh m. milohioid dan m. hipoglossus.


Batas inferiornya adalah lapisan anterior fasia leher dalam, kulit leher dan dagu. Batas
medial adalah m. digastrikus anterior dan batas posterior adalah m. stilohioid dan m.
digastrikus posterior. Di dalam ruang submaksila terdapat kelenjer liur submaksila atau
submandibula beserta duktusnya. Kelenjar limfa submaksila atau submandibula beserta
duktusnya berjalan ke posterior melalui tepi m. milohioid kemudian masuk ke ruang
sublingual. Akibat infeksi pada ruang ini mudah meluas dari satu ruang ke ruang
lainnya.

Gambar 3. Anatomi Ruang Submandibula

Gambar 3(3). Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan sagital.
Ket : SMS: submandibular space; SLS: sublingual space; PPS: parapharyngeal space; CS: carotid space; MS: masticatory space. SMG: submandibular gland;
GGM: genioglossus muscle; MHM: mylohyoid muscle; MM: masseter muscle; MPM: medial pterygoid muscle; LPM: lateral pterygoid muscle; TM: temporal
muscle.

Anda mungkin juga menyukai