Anda di halaman 1dari 31

Embriologi

• Derivat foregut embrional


 terbentuk sekitar 18 hari.
• Sulkus laringotrakeal mulai
nyata sekitar hari ke-21
kehidupan embrio.
Perluasan ke kaudal 
paru. Cranial  laring.
Laring
• Laring  sejajar C4-C6, bag. atas melanjutkan
ke faring & bag. bawahnya ke trakea.
• Laring  dibentuk oleh tulang hioid di bagian
atas dan beberapa tulang rawan.
• Bentuk ruang piramida terbalik yang terdiri
dari beberapa tulang rawan
Tulang rawan laring:
Kartilago tiroid: bentuk
seperti perisai bagian depan Kartilago krikoid: bentuk
menonjol, disebut laryngeal cincin tepat dibawah
prominence = adam’s apple kartilago tiroid
 tedapat korda vokalis

Kartilago aritenoid: Kartilago kornikulata:


sepasang, dibelakang melekat pada kartilago
membentuk artikulasi aritenoid di apeks, berada
kriko-artitenoid dalam lipatan ariepiglotik

Kartilago tritisea: didalam


Kartilago kuneiform: di ligamentum hiotiroid
lipatan ariepiglotik lateral
Kartilago epiglotis
M. Digastricus,
M.Geniohioid,
Suprahioid M.Stylohioid,
M.Milohioid
ekstrinsik
M.sternohioid
Infrahioid M.Tirohioid

Otot M. Krikoaritenoid lateral.


M.Tiroepiglotica,
Lateral M.vocalis,M. Tiroaritenoid,
M.Ariepiglotica,
M.Krikotiroid
intrinsik
M.aritenoid transversum,
Posterior M.Ariteniod obliq,
M.Krioaritenoid posterior
Cavum laring
Inervasi
• cabang nervus vagus n.
laringeus superior dan
laringeus inferior,
• campuran saraf motorik &
sensorik.
• Nervus laryngeus superior
 ramus ext & int.
• Nervus laringeus inferior 
lanjutan dari n. rekuren 
lanjutan dari nervus vagus.
Vaskularisasi

• Vaskularisasi  a. laringeus
superior dan a. laringeus
inferior.
• A. laringeus superior 
cabang dari a. tiroid
superior, memperdarahi
mukosa dan otot-otot laring.
• A. laringeus inferior 
cabang dari a. tiroid inferior
dan beranastomosis dengan
a. laringeus superior.
• Vena sejajar dengan arteri
Pembuluh Limfe

• Eferen superior  melewati


a. laringeus superior, ke atas
& bergabung dg kel. dari
bagian superior servikal
dalam.
• Eferen inferior  berjalan ke
bawah dg a. laringeus inferior
& bergabung dg kel. servikal
dalam & beberapa
diantaranya menjalar sampai
kel. supraklavikula.
Fisiologi
Refleks
Proteksi Respirasi
batuk

Bantu proses Ekspresi


Sirkulasi menelan emosi

Fonasi
Laringitis

Akut Kronis

Pseudocroup
Croup (Acute Epiglotitis Non-
syndrome Laryngotrach akut spesifik Spesifik
eobrochitis)

Laringitis Laringitis
TB luetika
Laringitis akut
• Radang akut pada laring, umumnya adalah
lanjutan dari rinofaringitis (common cold).

• Etiologi: biasanya oleh bakteri, yang


menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik
• Contoh:

Croup syndrome Pseudocroup (Acute Epiglottitis akut


Laryngotracheobrochitis)
•Etio: corynebacterium •inflamasi pada epiglotis, sering
diphtheriae •virus Parainfluenza tipe 1 terjadi pada anak umur 2 sampai
•dapat menyebabkan obtruksi sampai 4, H. Influenzae, 7 tahun
jalan nafas karena terbentuk streptocoocus, staphylococcus •Suara tidak parau melainkan
membran dan pnemococcus. seperti “hot potato voice”
•banyak pada anak-anak umur •epiglotis bengkak dan berwarna
1-3 tahun merah terang “cherry red”
Gejala Klinis
• Demam
• Malaise
• Batuk kering lama kelamaan disertai dahak kental
• Gejala lokalnya seperti
– Suara parau sampai tidak bersuara (afoni)
– Nyeri menelan (disfagi) atau berbicara
– Serta gejala-gejala sumbatan laring
• Pada anak-anak, laringitis akut ini dapat menimbulkan
sumbatan jalan nafas, pada dewasa tidak secepat pada
anak-anak
Pemeriksaan dengan laringoskopi
• Tampak mukosa laring yang hiperemis
• Membengkak, terutama di atas dan bawah
pita suara
• Biasanya terdapat juga tanda radang akut di
hidung atau sinus paranasal atau paru
Terapi
• Vocal rest selama 2-3 hari
• Menghirup udara lembab
• Menghindari dari iritasi pada faring dan laring, seperti
rokok, makanan pedas atau minum es
• Antibiotika diindikasikan untuk infeksi virus yang diikuti
oleh infeksi bakteri
• Preparat steroid juga diindikasikan untuk mukosa yang
edema
• Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan pemasangan
endotrakea atau trakeostomi
Laringitis Kronik Non-spesifik
• Sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi
septum yang berat, polip hidung atau
bronkhitis kronik.
• Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti
berteriak-teriak atau biasa berbicara keras
Gejala klinis
• Suara parau yang menetap
• Rasa tersangkut ditenggorok, sehingga pasien
sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret,
karena mukosa yang menebal
Pemeriksaan fisik
• Mukosa menebal
• Permukaannya tidak rata dan hiperemis
• Bila ada daerah yang dicurigai menyerupai
tumor, maka perlu dilakukan biopsi
Terapi
• Obati peradangan di hidung, faring serta
bronkus yang mungkin menjadi penyebab
laringitis kronik.
• Vocal rest
• Hindari zat iritatif
• Cegah kekeringan/iritasi pita suara:
– Jangan merokok
– Minum banyak air
– Batasi alkohol & kafein
– Jangan sering berdehem
Laringitis kronis spesifik
• Yang termasuk dalam laringitis kronik spesifik
ialah: laringitis tuberkulosis dan laringitis
luetika
Laringitis Tuberkulosa

Hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru

Karena struktur mukosa laring sangat lekat pada


kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru

Bila infeksi sudah mengenai kartilago,


pengobatannya lebih lama
Penularan
• melalui udara pernafasan,
• sputum yang mengandung kuman, atau
• penyebaran melalui aliran darah atau limfe.
4 stadium laringitis TB:
• pembengkakan dan hiperemis,
Stadium infiltrasi •

mukosa laring tampak pucat
di daerah sub mukosa terbentuk tuberkel
• timbul ulkus
• Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar
• Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan
Stadium ulserasi • dapat juga terjadi hemoptisis.

• Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago aritenoid


Stadium dan epiglotis.
• terjadi kerusakan tulang rawan
perikondritis • terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut dan
terbentuk sekuester.

Stadium • Pada stadium ini terbentuk


fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
fibrotuberkulosa. pita suara dan subglotik.
Diagnosis

Gejala klinis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


penunjang

- Status generalis - BTA positif


- Rasa kering, panas, tertekan didaerah laring
- Suara parau hingga afoni - Status THT: - Patologi
- Hemoptisis
- Nyeri menelan
laringoskop anatomi
- KU buruk
Penatalaksanaan

OAT primer OAT sekunder


• INH (isoniazid), Rifampisin, • Exionamid,
• Etambutol, • Paraaminosalisilat,
• Streptomisin, • Sikloserin,
• Pirazinamid • Amikasin,
• Kapreomisin
• Kanamisin
Laringitis Luetika
• Etiologi
– Treponema pallidum

• Gambaran Klinik
– Lues stadium tertier yaitu pada stadium pembentukan guma, kadang
– kadang menyerupai keganasan laring.
– Guma pecah  ulkus khas: sangat dalam bertepi dengan dasar yang
keras, tidak nyeri dan menjalar dengan cepat.
• Gejala Klinik
– Suara Parau dan batuk kronik.
– Disfagia timbul bila ada gumma dekat introitus osepagus.

Diagnosis ditegakkan selain pemeriksaan laringoskopik juga


dengan pemeriksaan serologik.
Terapi
1. Penisilin dosis tinggi
2. Pengangkatan skuester
3. Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis
dilakukan Trakeostomi

Komplikasi
• Bila terjadi penyembuhan spontan dapat terjadi
stenosi laring karena terbentuk jaringan parut
 Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai