Anda di halaman 1dari 2

Salah satu faktor yang mempengaruhi spinal anestesi blok adalah barisitas (Barik

Grafity) yaitu rasio densitas obat spinal anestesi yang dibandingkan dengan densitas cairan
spinal. Barisitas menentukan penyebaran obat anestesi lokal dan ketinggian blok karena
gravitasi bumi akan menyebabkan cairan hiperbarik akan cenderung ke bawah. Obat-obat
lokal anestesi berdasarkan barisitas dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Hiperbarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat lebih besar
dari pada berat jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat terjadi perpindahan obat ke
dasar akibat gaya gravitasi.
2. Hipobarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat lebih rendah
dari pada berat jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat terjadi perpindahan obat ke
atas dari area penyuntikan.
3. Isobarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat sama dengan
berat jenis cairan serebrospinal, sehingga obat akan berada di tingkat yang sama di
tempat penyuntikan.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penggunaan anestesi spinal adalah hipotensi,
nyeri saat penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine, meningitis, cedera
pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.
Induksi anestesi pada pasien ini menggunakan anestesi lokal yaitu bupivacaine.
Bupivakain disebut juga obat golongan amida yang digunakan pada anestesi spinal. Obat ini
menghasilkan blokade saraf sensorik dan motorik. Larutan bupivakain hiperbarik adalah
larutan anestesi lokal bupivakain yang mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis
cairan serebrospinal (1,003-1,008). Cara pembuatannya adalah dengan menambahkan larutan
glukosa kedalam larutan isobarik bupivakain. Cara kerja larutan hiperbarik bupivakain adalah
melalui mekanisme hukum gravitasi, yaitu suatu zat/larutan yang mempunyai berat jenis yang
lebih besar dari larutan sekitarnya akan bergerak ke suatu tempat yang lebih rendah. Dengan
demikian larutan bupivakain hiperbarik yang mempunyai barisitas lebih besar akan cepat ke
daerah yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan bupivakain yang isobarik, sehingga
mempercepat penyebaran larutan bupivakain hiperbarik tersebut.
Premedikasi yang digunakan pada pasien ini yaitu injeksi midazolam 5 mg/iv.
Midazolam merupakan golongan benzodiazepin merupakan agen obat antiansietas yang
bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor di beberapa tempat di sistem saraf pusat
termasuk sistem limbik dan formatio retikularis, menghasilkan efek yang dimediasi oleh
sistem reseptor GABA, meningkatkan permeabilitas membran neuron yaitu pertukaran ion
Cl- sehingga menghambat efek inhibisi GABA. Dosis untuk operasi adalah 0,07-0,1
mg/kgBB, untuk dosis premedikasi peroral adalah 0,1-0,2 mg/kgBB maksimal 5 mg, perektal
adalah 0,3 mg/kgBB maksimal 7,5 mg, sedangkan untuk intravena maupun intramuscular
adalah 0,05 mg/kgBB atau dosis maksimal 2,5 mg.
Kemudian dilanjutkan pemberian Ondansentrone 4 mg suatu antagonis reseptor
serotonin 5 – HT 3 selektif. Baik untuk pencegahan dan pengobatan mual, muntah pasca
bedah. Efek samping berupa ipotensi, bronkospasme, konstipasi dan sesak nafas. Dengan
dosis dewas 2-4 mg.
Tindakan appendectomy berlangsung selama ± 50 menit dengan jumlah perdarahan ±
100 cc. Setelah operasi, kadar oksigen diturunkan menjadi 0% kemudian pasien di bawa ke
Recovery room.
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air
untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar kurang lebih 50
ml/kgBB/24jam. Sehingga kebutuhan air untuk pasien ini adalah: 50 cc/kgBB/24 jam =
3250cc/24jam.

Anda mungkin juga menyukai