HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT
KEPUASAN PASIEN DI IRNA I (PENYAKIT DALAM)
RSUD Dr. SAYIDIMAN MAGETAN Nunung Handayani*, Tjahja Bintoro** Program D3 Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117 Indonesia *Email: nununghandayani@yahoo.com ABSTRAK
Pendahuluan: Kepuasan seseorang (pasien atau pelanggan) berarti terpenuhinya kebutuhan
yang diinginkan dan diperoleh. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah komunikasi terapeutik perawat. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat dengan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 pasien. Teknik pengambilan data untuk komunikasi perawat digunakan kuesioner mengenai pendapat pasien terhadap pelaksanaan komunikasi perawat yang terdiri 24 item pertanyaan. Untuk mengukur tingkat kepuasan pasien, dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.Hasil:Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat menunjukkan bahwa terdapat 21 pasien (65.6%) menilai komunikasi terapeutik perawat baik,22 pasien (68.8%) memiliki tingkat kepuasan sedang. Berdasarkan perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji Spearman didapatkan nilai p (P Value) = 0,003 yang berarti p < α dengan α = 0,05 artinya Ha diterima.Diskusi :Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Nilai korelasi Spearman (rho) pada penelitian ini sebesar ρ = 0,436, menunjukkan hubungan yang sedang dan arah korelasi positif. Berarti bahwa semakin baik pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pasien.
kata kunci : komunikasi terapeutik perawat, tingkat kepuasan pasien.
Abstract Introduction: Satisfaction person (patient or customer) means the fulfillment of the desired and obtained. One of the factors that influence patient satisfaction is a therapeutic nurse communication. Therapeutic communication is a shared experience between nurses and patients that aims to solve the problem of the patient. The purpose of this study was to determine the relationship between the therapeutic nurse communication with pasien.Metode : type of research is analytic study with cross sectional approach. The sampling technique used consecutive sampling with a sample size of 32 patients. Data collection techniques used questionnaires to nurse communication regarding patients' views on the implementation of nurse communication comprising 24 question items. To measure the level of patient satisfaction, using a questionnaire consisting of 20 pertanyaan.Result: Based on the results, the conclusion that the implementation of therapeutic communication the nurse showed that there were 21 patients (65.6%) nurses assess both therapeutic communication, 22 patients (68.8%) had satisfaction levels are. Based on the calculation of the statistical test using the Spearman test p value (P Value) = 0.003 which means that p <α with α = 0.05 means Ha diterima.Discussion: Based on the survey results revealed an association nursing therapeutic communication with the patient's level of satisfaction in the first IRNA Hospital Dr. Sayidiman Hove. Spearman correlation values (rho) in this study was ρ = 0.436, showed a moderate positive correlation direction. Means that the better implementation of therapeutic communication the nurse, the higher the level of patient satisfaction.
dalam hal ini pasien juga tidak sekedar Rumah sakit merupakan salah satu menuntut pelayanan kesehatan saja, tetapi institusi kesehatan yang memberikan mereka menuntut pelayanan kesehatan yang pelayanan medis kepada pasien, keluarga, berkualitas. Pada dasarnya konsep dan masyarakat yang pelayanannya pelayanan berkualitas sebagai penilaian baik disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga buruknya rumah sakit dapat dilihat ahli kesehatan lainnya. Sejalan dengan dari empat komponen yang semakin tingginya tingkat pendidikan, ilmu mempengaruhinya yaitu: 1) aspek klinis pengetahuan, pesatnya tehnologi kedokteran yang meliputi pelayanan dokter, perawat dan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, teknis medis; 2) efisiensi dan efektivitas, kesadaran tentang pentingnya kesehatan yaitu pelayanan yang murah dan tepat guna; dalam masyarakat semakin meningkat pula. 3) keselamatan pasien, yaitu upaya Hal ini mengakibatkan kebutuhan dan perlindungan pasien dari hal yang tuntutan masyarakat terhadap pelayanan membahayakan keselamatan pasien; 4) kesehatan yang berkualitas menjadi salah kepuasan pasien, yaitu tentang kenyamanan, satu kebutuhan dasar yang diharapkan oleh keramahan, dan kecepatan pelayanan. masyarakat (Rachmadi, 2008). Kepuasaan pasien sebagai salah satu Dalam upaya memenuhi tuntutan indikator pelayanan berkualitas harus masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, menjadi perhatian karena berhubungan rumah sakit sebagai institusi perawatan langsung dengan pengguna pelayanan kesehatan profesional dituntut untuk kesehatan ( Lusa, 2007). melakukan peningkatan kualitas pelayanan. Kepuasan adalah tingkat yang Untuk dapat meningkatkan kualitas dirasakan seseorang yang merupakan hasil pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui dari membandingkan penampilan atau apakah pelayanan yang telah diberikan outcome produk yang dirasakan dalam kepada masyarakat sebagai pelanggan hubungannya dengan harapan seseorang pelayanan kesehatan selama ini telah sesuai (Kotler, 2002). Menurut Indarjati (2001), dengan harapan atau belum (Rachmadi, ada tiga tingkat kepuasan, 1) bila 2008). penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak puas, 2) bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, 3) apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi akan merasa puas dengan pelayanan yang jika pasien merasa tidak puas mereka akan diterima. Apabila perawat dalam memberitahukan dua kali lebih hebat kepada berinteraksi dengan pasien tidak orang lain tentang pengalaman buruknya memperhatikan tehnik dan tahapan baku (Pohan, 2006). Kepuasan pasien terhadap berkomunikasi terapeutik dengan benar dan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tidak berusaha untuk menghadirkan diri banyak faktor. Menurut Moison, Walter dan secara fisik yang dapat memfasilitasi White (dalam Haryanti, 2000) menyebutkan komunikasi terapeutik, maka hubungan baik faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara pasien dan perawat akan sulit terbina salah satunya adalah komunikasi, yaitu tata (Arwani, 2003). cara informasi yang diberikan pihak Pada kenyataannya pelaksanaan komunikasi penyedia jasa dan keluhan-keluhan pasien. masih jauh dari apa yang diharapkan (Keliat, Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien 1996). dengan cepat diterima oleh penyedia jasa Berdasarkan penelitian Ellis (2000) terutama perawat dalam memberikan yang dilakukan di salah satu rumah sakit di bantuan terhadap keluhan pasien. Semarang, menyatakan bahwa dalam hal Komunikasi merupakan alat yang komunikasi dengan pasien, dari semua efektif untuk mempengaruhi tingkah laku perawat yang diteliti sebanyak 38 orang manusia, sehingga komunikasi mendapatkan nilai yang kurang. Hal ini dikembangkan dan dipelihara secara terus disebabkan karena kurang disadari menerus. Sebagai tenaga kesehatan yang pentingnya komunikasi oleh perawat dan paling lama dan sering berinteraksi dengan rendahnya pengalaman perawat akan teori, pasien serta keterlibatan perawat dalam konsep dan arti penting komunikasi hampir seluruh aktivitas rumah sakit dan terapeutik dalam pemberian asuhan interaksinya selama 24 jam sehari dengan keperawatan. pasien sesungguhnya merupakan sebuah Selain itu dari hasil penelitian oleh kekuatan, kehadiran dan interaksi yang Rosenstein (2002), yang respondennya dilakukan hendaknya dapat membawa adalah pensiunan adsministrator rumah sakit kenyamanan dan kerinduan bagi pasien. yang meliputi dokter, perawat, dan tenaga Penggunaan komunikasi terapeutik staf adsministrasi diberbagai negara maju, merupakan media dalam mengembangkan seperti Amerika Serikat menemukan bahwa hubungan antar perawat dan pasien terjadi persepsi negatif terhadap (Mundakir, 2006). ketidakpuasan dari hasil perawatan yang Komunikasi terapeutik merupakan disebabkan komunikasi yang tidak baik suatu pengalaman bersama antara perawat yang dilakukan oleh para dokter dan perawat dengan pasien yang bertujuan untuk kesehatan serta staf devisi penunjang. menyelesaikan masalah pasien. Dalam hal Hasil yang berbeda didapatkan pada ini perawat memakai dirinya secara penelitian Fitria (2010) tentang hubungan terapeutik dengan menggunakan berbagai pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan teknik komunikasi agar perilaku pasien tingkat kepuasan pasien yang di IRDA berubah kearah yang positif seoptimal RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan mungkin. (Mundakir, 2006). April 2010. Hasil uji korelasi bivariat chi Komunikasi terapeutik merupakan square diperoleh hasil p value sebesar 0,000. salah satu cara untuk memberikan informasi Nilai 0,000 berada jauh dibawah nilai alpha yang akurat dan membina hubungan saling 5% (0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa percaya dengan pasien, sehingga pasien terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan Berdasarkan uraian diatas untuk tingkat kepuasan pasien di IRDA RSUP Dr. meningkatkan kepuasan pasien, perawat Kariadi Semarang. Perawat di Instalasi harus menerapkan komunikasi yang baik rawat darurat sudah dapat melakukan kepada pasien. Komunikasi yang baik dapat komunikasi terapeutik dengan baik dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam hal kepuasan pasien tentang komunikasi pengobatan dan perawatan penyakitnya serta terapeutik adalah puas. mempunyai peranan yang cukup besar bagi Penelitian yang dilakukan RSUD Dr. kepuasan pasien yang berobat dan dirawat, Soetomo Surabaya tentang pengukuran sebaliknya hubungan interpersonal dan indeks kepuasan masyarakat di IRNA Bedah komunikasi yang tidak baik akan RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan mengurangi kepuasan pasien (Mundakir, September 2010, juga menunjukkan hasil 2006). yang sama dengan penelitian yang dilakukan RSUD Dr. Sayidiman merupakan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Didapat salah satu rumah sakit di Magetan yang nilai Indeks Kepuasan Masyarakat di Irna memberikan pelayanan kesehatan kepada Bedah (74,75%). Hal ini menunjukkan pasiennya. Dengan motto 3S “Senyum, kinerja Unit Pelayanan di Irna Bedah Sapa, Santun”, Rumah sakit Dr. Sayidiman termasuk dalam kategori baik. Sehingga berusaha untuk memberi pelayanan yang dapat disimpulkan bahwa secara terbaik bagi pasiennya. Sesuai dengan keseluruhan masyarakat merasa puas dengan mottonya, semua petugas baik medis pelayanan Irna Bedah (Buletin penelitian maupun non medis diharuskan untuk RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2010). bersikap ramah dan santun pada semua Dari berbagai penelitian di atas dapat pasien maupun dengan keluarga pasien. disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik Khususnya perawat yang 24 jam yang dilakukan perawat sangat berpengaruh berinteraksi dengan pasien diwajibkan untuk terhadap kepuasan pasien. Pasien akan menjalin komunikasi yang baik, merasa puas bila perawat dapat mendengarkan dan menerima semua berkomunikasi dengan baik kepada pasien. keluhan dari pasien serta berusaha untuk Komunikasi yang kurang baik dari mengatasinya. perawat akan berdampak buruk diantaranya Di RSUD Dr. Sayidiman Magetan bisa menimbulkan kesalahpahaman antara hampir setiap tahun diadakan pengukuran perawat dengan pasien maupun keluarganya indeks kepuasan pasien terhadap pelayanan (Abraham, 2007). Kelemahan dalam rumah sakit. Pada September 2010 berkomunikasi merupakan masalah yang diadakan pengukuran indeks kepuasan serius baik bagi perawat maupun pasien. pasien di ruang IRNA yang meliputi 13 Perawat yang enggan berkomunikasi dengan unsur pelayanan yang dikaji yaitu menunjukkan raut wajah yang tegang, kata- kemudahan prosedur pelayanan, persyaratan kata yang ketus dan singkat akan berdampak pelayanan dengan jenis pelayanannnya, serius bagi klien. Pasien akan merasa tidak kejelasan dan kepastian petugas, nyaman bahkan terancam dengan sikap kedisiplinan petugas, tanggung jawab perawat atau tenaga kesehatan lainnya. petugas, kemampuan petugas, kecepatan Kondisi ini tentunya akan sangat pelayanan, keadilan mendapatkan berpengaruh terhadap proses penyembuhan pelayanan, kesopanan dan keramahan pasien, yaitu akan memperlambat petugas, kewajaran biaya, dan kesesuaian kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2005). antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan. Komunikasi sangat mempengaruhi Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kepuasan pasien, komunikasi yang bahwa jumlah responden terbanyak adalah kurang tepat dapat mengurangi tingkat responden dengan usia antara 45-59 tahun kepuasan pasien, sehingga diharapkan yaitu 43.7%. Sedangkan jumlah responden dengan komunikasi yang baik dan terapeutik terkecil adalah responden dengan usia >60 dapat menimbulkan kenyamanan pasien tahun yaitu 3.2%. jumlah responden sehingga dapat meningkatkan kepuasan terbanyak pasien. Berdasarkan uraian di atas, maka adalah responden dengan pekerjaan petani peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yaitu 31.2%. Sedangkan jumlah responden tentang hubungan komunikasi terapeutik terkecil yaitu responden dengan pekerjaan perawat dengan tingkat kepuasan pasien di pedagang yaitu 9.3%. IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Jumlah responden terbanyak adalah Bahan dan metode responden dengan pendidikan SMA yaitu Desain penelitian yang digunakan adalah 31.3%. Sedangkan jumlah responden penelitian analitik dengan pendekatan cross terkecil yaitu responden dengan pendidikan sectional. Penelitian cross sectional adalah SD yaitu 18.7%. jenis penelitian yang menekankan pada Berdasarkan penelitian didapatkan waktu pengukuran atau observasi data hasil bahwa pasien menilai komunikasi variabel independen dan dependen terapeutik perawat baik(65,6% responden) pengambilannya diambil sekali (Nursalam, dengan tingkat kepuasan pasien terhadap 2003). Pada penelitian ini peneliti pelaksanaan komunikasi terapeutik pasien melakukan pengambilan data pada variabel sedang dengan prosentase responden 68,8%. bebas adalah komunikasi terapeutik perawat Tabel5.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Cleaning Service dalam dan variabel terikat yaitu tingkat kepuasan tatalaksana awal jika terjadi kecelakaan saat bekerja di RSUD dr. pasien dan dilakukan sekali. Sayidiman Magetan pada bulan Januari 2013
Populasi dalam penelitian ini No. Perilaku Frekuensi Persentase
menggunakan rata-rata jumlah pasien rawat (%) inap dalam tiga bulan terakhir di IRNA I 1. Baik 22 88 RSUD Dr. Sayidiman Magetan sebanyak 2. Kurang 3 108 orang berdasarkan data pasien rawat 12 baik inap selama bulan Desember 2012- Februari 3. Tidak baik 0 2013.Alat pengumpulan data yang 0 digunakan dalam penelitian ini adalah Total 25 100 kuesioner pertanyaan tertutup untuk variabel komunikasi terapeutik dan kepuasan pasien. Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan Data yang telah dikumpulkan diolah dengan hasil bahwa sebanyak 3.1% responden yang cara:1. Editing 2. Coding 3. Scoring 4.Entry menilai komunikasi perawat baik tetapi data memiliki tingkat kepuasan rendah serta Hasil sebanyak 9.4% responden yang menilai Jumlah responden dalam penelitian komunikasi perawat cukup baik dan ini berjumlah 32 orang. Penyebaran memiliki tingkat kepuasan rendah. kuesioner dilakukan dengan cara dikirim Perhitungan uji statistik dengan secara langsung ke responden dengan menggunakan uji Spearman didapatkan nilai disertai penjelasan maksud dan tujuan p (P Value) = 0,003 yang berarti p < α penelitian. dengan α = 0,05 artinya Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan Komunikasi terapeutik perawat di tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan Dr. Sayidiman Magetan. Nilai korelasi secara keseluruhan sudah dinilai baik oleh Spearman (rho) pada penelitian ini sebesar ρ responden yaitu pasien. Dalam hal ini = 0,436, menunjukkan hubungan yang perawat dalam melaksanakan komunikasi sedang dan arah korelasi positif. Berarti terapeutik sudah sesuai dengan tehnik bahwa semakin baik pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hanya saja ada komunikasi terapeutik perawat, maka akan beberapa tehnik yang menurut pasien tidak semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. atau jarang dilakukan oleh perawat seperti Pembahasan membagi persepsi (meminta pendapat pasien Berdasarkan hasil penelitian tentang hal yang dirasakan dan dipikirkan didapatkan 21 responden (65.6%) menilai oleh perawat) dan informing (memberikan komunikasi terapeutik perawat baik dan 11 informasi tentang tindakan pengobatan atau responden (34.4%) menilai komunikasi perawatan, penyakit pasien). terapeutik perawat cukup baik. Berdasarkan hasil penilaian dari Dari 32 responden terdapat 28.1% pasien tersebut, perawat hendaknya perlu yang berpendidikan SMP dan 43.7% mempertahankan dan meningkatkan lagi responden berumur 45-59 tahun. Penilaian komunikasi terapeutiknya dengan seseorang terhadap suatu pelayanan memperhatikan tehnik dalam komuniksai dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti terapeutik sehingga dapat memberikan tingkat pendidikan dan umur. Orang yang kenyamanan dan mendapatkan kepercayaan mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pasien sehingga dapat meningkatkan dan masih akan bersikap lebih kritis dalam kepuasan pasien dalam hal pelaksanaan menerima suatu pelayanan. Hal ini didukung komunikasi terapeutik perawat. oleh pendapat Rahmat (2003), yang Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa semakin rendah tingkat didapatkan bahwa 22 (68.8%) responden pendidikan seseorang dan semakin tua usia memiliki tingkat kepuasan sedang, 6 maka akan lebih mudah dalam memberikan (18.7%) responden memiliki tingkat penilaian terhadap suatu pelayanan. kepuasan tinggi dan 4 (12.5%) memiliki Komunikasi merupakan alat yang tingkat kepuasan rendah. Dimana sebagian efektif untuk mempengaruhi tingkah laku besar pasien yang memiliki tingkat kepuasan manusia, sehingga komunikasi sedang menilai komunikasi perawat baik dikembangkan dan dipelihara secara terus dan pasien yang memiliki tingkat kepuasan menerus. Sebagai tenaga kesehatan yang rendah menilai komunikasi perawat cukup paling lama dan sering berinteraksi dengan baik. pasien, keterlibatan peranan perawat dalam Dari 32 responden terdapat 28.1% hampir seluruh aktivitas rumah sakit serta yang berpendidikan SMP, 56.2% responden interaksinya selama 24 jam sehari dengan adalah laki-laki dan 43.7% responden pasien sesungguhnya merupakan sebuah berumur 45-59 tahun. Kepuasan pasien kekuatan, kehadiran dan interaksi yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dilakukan hendaknya dapat membawa seperti tingkat pendidikan, jenis kelamin dan kenyamanan dan kerinduan bagi pasien. umur. Seseorang yang memiliki tingkat Penggunaan komunikasi terapeutik pendidikan yang rendah dan usia tua akan merupakan media dalam mengembangkan lebih cepat merasa puas terhadap suatu hubungan antar perawat dan pasien pelayanan serta laki-laki lebih cepat merasa (Mundakir, 2006). puas daripada perempuan karena laki-laki cenderung melihat sesuatu dari kualitas dan sepertinya dianggap kecil tetapi berpengaruh fungsinya, sedangkan perempuan lebih besar terhadap tingkat kepuasan pasien berdasar pada pertimbangan sosial, seperti memperkenalkan diri secara singkat penampilan luar dan harga. Hal ini didukung pada saat interaksi pertama dengan pasien, dengan pendapat Simamora (2003), yang hal ini bisa menimbulkan kenyamanan dan berpendapat bahwa semakin rendah tingkat tercipta hubungan saling percaya antara pendidikan seseorang maka semakin rendah perawat dan pasien, menanyakan keluhan pula keinginan dan harapannya terhadap pasien, memberikan informasi setiap akan pelayanan, jenis kelamin laki-laki cenderung melakukan tindakan, mengucapkan salam lebih mudah merasa puas dibanding setiap mengawali dan mengakhiri perempuan dan semakin tua usia harapan pertemuan, menggunakan sentuhan saat terhadap pelayanan semakin rendah berinteraksi dengan pasien, tersenyum dan sehingga mereka cenderung lebih mudah menyapa pasien, serta bersikap ramah dan puas dibanding mereka yang berusia relatif sopan. Hal-hal tersebut sangat besar muda. pengaruhnya terhadap kepuasan pasien Secara keseluruhan responden yaitu terhadap komunikasi yang dilakukan pasien yang rawat inap di IRNA I RSUD Dr. perawat, namun sering kali diabaikan oleh Sayidiman Magetan memiliki tingkat perawat. kepuasan sedang terhadap pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian yang komunikasi terapeutik perawat tetapi dilakukan pada 32 responden, terdapat 6 terdapat responden yang memiliki tingkat responden (18.7%) yang memiliki tingkat kepuasan yang tinggi. kepuasan tinggi. Dari 6 responden yang Adanya responden yang memiliki memiliki tingkat kepuasaan tinggi sebanyak tingkat kepuasan tinggi sebanding dengan 6 orang atau (18.7%) menilai komunikasi hasil penilaian responden tentang terapeutik perawat baik. pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat Hasil penelitian ini sesuai dengan yang sebagian besar menilai baik yang pendapat Moison, Walter dan White (dalam menujukkan bahwa komunikasi terapeutik Haryanti, 2000) yang menyebutkan bahwa yang dilaksanakan perawat sangat faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang salah satunya adalah komunikasi, yaitu tata dirasakan pasien. Hal ini didukung dengan cara informasi yang diberikan pihak pendapat (Pohan, 2006) yang menyatakan penyedia jasa dan keluhan-keluhan pasien. bahwa komunikasi sangat mempengaruhi Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien tingkat kepuasan pasien, komunikasi yang dengan cepat diterima oleh penyedia jasa kurang tepat dapat mengurangi tingkat terutama perawat dalam memberikan kepuasan pasien, sehingga diharapkan bantuan terhadap keluhan pasien. dengan komunikasi yang baik dan terapeutik Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat dapat menimbulkan kenyamanan pasien kepuasan pasien, komunikasi yang kurang sehingga dapat meningkatkan kepuasan tepat dapat mengurangi tingkat kepuasan pasien. pasien, sehingga diharapkan dengan Salah satu upaya yang dapat komunikasi yang baik dan terapeutik dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan menimbulkan kenyamanan pasien sehingga pasien terhadap pelaksanaan komunikasi dapat meningkatkan kepuasan pasien. terapeutik yaitu dengan melaksanakan Perhitungan uji statistik dengan semua tehnik dalam komunikasi terapeutik. menggunakan uji Spearman didapatkan nilai Selain itu dengan melakukan hal-hal yang p (P Value) = 0,003 dan α = 0,05. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan menerima perasaannya, mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat dengan latar belakang masalah yang dialami pasien tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD yang muncul selama percakapan, Dr. Sayidiman Magetan. memberikan pkesempatan pada pasien untuk Penelitian terdahulu yang dilakukan mengungkapkan pikirannya, memberikan oleh Fitria (2010) tentang hubungan informasi dan fakta untuk pendidikan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kesehatan bagi pasien dan memberikan tingkat kepuasan pasien yang di IRDA alternatif ide untuk pemecahan masalah. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Berdasarkan hasil dan pembahasan April 2010. Hasil uji korelasi bivariat chi yang telah dijabarkan diatas mempunyai square diperoleh hasil p value sebesar 0,000. tujuan yakni membantu perawat agar dapat Nilai 0,000 berada jauh dibawah nilai alpha menerapkan komunikasi terapeutik dengan 5% (0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa baik dan benar pada saat berinteraksi dengan terdapat hubungan yang signifikan antara pasien sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien terhadap pelaksanaan tingkat kepuasan pasien di IRDA RSUP Dr. komunikasi terapeutik. Untuk dapat Kariadi Semarang. Perawat di Instalasi berkomunikasi dengan baik dan benar rawat darurat sudah dapat melakukan diharapkan perawat dapat meningkatkan komunikasi terapeutik dengan baik dan pengetahuannya tentang tehnik-tehnik dalam kepuasan pasien tentang komunikasi komunikasi terapeutik dan menerapkannya terapeutik adalah puas. dalam kehidupan sehari-hari. Persamaan hasil antara kedua Simpulan penelitian tersebut yaitu terdapat hubungan terdapat hubungan komunikasi antara komunikasi teraputik perawat dengan terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan tingkat kepuasan pasien, menjelaskan pasien di IRNA I RSUD Dr. Sayidiman komunikasi terapeutik yang dilakukan Magetan. Nilai korelasi Spearman (rho) perawat sangat berpengaruh terhadap tingkat pada penelitian ini sebesar ρ = 0,436, kepuasan yang dirasakan pasien. menunjukkan hubungan yang sedang dan Upaya yang dapat dilakukan perawat arah korelasi positif. Berarti bahwa semakin untuk meningkatkan kepuasan pasien baik pelaksanaan komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, maka akan semakin tinggi tingkat perawat adalah dengan meningkatkan kepuasan pasien. pengetahuannya tentang tehnik komunikasi terapeutik sehingga dapat melakukan Saran komunikasi yang baik dan benar saat Bagi Institusi Kesehatan (RSUD Dr. Sayidiman berinteraksi dengan pasien. Magetan) Secara umum hal yang harus a. Rumah sakit dapat dilakukan perawat pada saat berkomunikasi mempertahankan dan yaitu perawat harus menjadi pendengar yang meningkatkan pelaksanaan aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa komunikasi terapeutik perawat yang disampaikan pasien perlu diluruskan, yang sudah dinilai baik oleh memberi kesempatan pada pasien untuk pasien; mengungkapkan perasaannya sesuai b. Rumah sakit dapat meningkatkan kehendak pasien tanpa membatasi, memberi pelayanan keperawatan khususnya respon pada perasaan pasien terhadap isi pada pelaksanaan komunikasi pembicaraan agar pasien mengetahui dan terapeutik perawat sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. c. Rumah sakit lebih menekankan kepada petugas kesehatan terutama perawat dalam pelaksanaan kebijakan yaitu motto 3S (Senyum, Sapa dan Sentuh).
Bagi Perawat DAFTAR PUSTAKA
Perawat perlu memperbaiki atau meningkatkan komunikasinya pada saat Anies. (2005). Penyakit Akibat Kerja. berinteraksi dengan pasien sesuai dengan Jakarta : Elex Media Komputindo. tehnik komunikasi terapeutik sehingga nantinya mampu memberikan kepuasan Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian kepada pasien Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bagi Akademisi dan Peneliti Rineka Cipta. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat Azwar, A. (2003). Pengantar Administrasi mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di Kesehatan. Jakarta : binarupa IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan Aksara. terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat. Brown, K. A., Willis, P. G., & Prussia,G. E. (2000). Predicting Safe Employee Behavior in the Steel Industry: Development and Test of a Sociotechnical Model. Journal of Operations Management, 18, 445- 465.
Centers for Disease Cotrol and Prevention.
(1985). Universal Precaution. Diakses pada 24 juni 2011. Gagne, E.D. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company Hagan, P. E., Montgomery, J. F., & O’Reilly, J. T. (2001). Accident prevention manual for business and industry (12th ed.). Itasca, IL: National Safety Council.
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika. Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Manajemen Proses Penyakit. Edisi 4.Jakarta : K3 di Rumah Sakit. Jakarta : EGC. Menkes. Pruss.A.(2005). Pengelolaan Aman Limbah Mubarak, Iqbal. (2008). Buku Ajar : Layanan Kesehatan, Cetakan I Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC Penerbit EGC, Jakarta. Musadad, D. Anwar. (1993). Sanitasi Ridley, John, (2004). Ikhtisar Kesehatan dan Rumah Sakit Sebagai Investasi. Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Jakarta : Erlangga
Notoadmojo, S. (2002). Metodologi Silalahi, Bennet, & Rumondang Silalahi.
penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : (1995). Manajemen Keselamatan Rineka Cipta dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Pustaka Binaman. Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Simanjuntak, Payaman J. (1994). Manajemen Keselamatan Kerja, Nototadmojo, S. (2003). Pengantar Ilmu Jakarta : HIPSMI. Perilaku Kesehatan. FKUI. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiono. (2004). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfa Beta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Suma’mur, PK. (1996), Hygiene Perusahaan Keperawatan Pedoman Skripsi, dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Tesis, dan Instrumen Penelitian Gunung Agung. Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Poerwodarminto. (1999). Kamus Besar tentang Kesehatan. Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Wichaksana, Aryawan. (2002). Penyakit Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Akibat Kerja di Rumah Sakit dan Fundamental Keperawatan : Pencegahannya. Cermin Dunia Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi Kedokteran No. 136. (diakses 30 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Desember 2010). Komalasari,dkk.Jakarta:EGC. Wong P, Helsinger D, Petry J. (2003). Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Providing the Right Infrastructure to Fundamental Keperawatan : Lead the Culture Change for Patient Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi safety. Journal on Quality 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Improvement 28: 363-72. Asih, dkk. Jakarta : EGC.