Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT

KEPUASAN PASIEN DI IRNA I (PENYAKIT DALAM)


RSUD Dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Nunung Handayani*, Tjahja Bintoro**
Program D3 Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 63117
Indonesia
*Email: nununghandayani@yahoo.com
ABSTRAK

Pendahuluan: Kepuasan seseorang (pasien atau pelanggan) berarti terpenuhinya kebutuhan


yang diinginkan dan diperoleh. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah
komunikasi terapeutik perawat. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat dengan pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 32 pasien. Teknik pengambilan data untuk komunikasi perawat
digunakan kuesioner mengenai pendapat pasien terhadap pelaksanaan komunikasi perawat yang
terdiri 24 item pertanyaan. Untuk mengukur tingkat kepuasan pasien, dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.Hasil:Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat menunjukkan bahwa
terdapat 21 pasien (65.6%) menilai komunikasi terapeutik perawat baik,22 pasien (68.8%)
memiliki tingkat kepuasan sedang. Berdasarkan perhitungan uji statistik dengan menggunakan
uji Spearman didapatkan nilai p (P Value) = 0,003 yang berarti p < α dengan α = 0,05 artinya
Ha diterima.Diskusi :Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan.
Nilai korelasi Spearman (rho) pada penelitian ini sebesar ρ = 0,436, menunjukkan hubungan
yang sedang dan arah korelasi positif. Berarti bahwa semakin baik pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pasien.

kata kunci : komunikasi terapeutik perawat, tingkat kepuasan pasien.


Abstract
Introduction: Satisfaction person (patient or customer) means the fulfillment of the desired and
obtained. One of the factors that influence patient satisfaction is a therapeutic nurse
communication. Therapeutic communication is a shared experience between nurses and patients
that aims to solve the problem of the patient. The purpose of this study was to determine the
relationship between the therapeutic nurse communication with pasien.Metode : type of
research is analytic study with cross sectional approach. The sampling technique used
consecutive sampling with a sample size of 32 patients. Data collection techniques used
questionnaires to nurse communication regarding patients' views on the implementation of nurse
communication comprising 24 question items. To measure the level of patient satisfaction, using
a questionnaire consisting of 20 pertanyaan.Result: Based on the results, the conclusion that the
implementation of therapeutic communication the nurse showed that there were 21 patients
(65.6%) nurses assess both therapeutic communication, 22 patients (68.8%) had satisfaction
levels are. Based on the calculation of the statistical test using the Spearman test p value (P
Value) = 0.003 which means that p <α with α = 0.05 means Ha diterima.Discussion: Based on
the survey results revealed an association nursing therapeutic communication with the patient's
level of satisfaction in the first IRNA Hospital Dr. Sayidiman Hove. Spearman correlation values
(rho) in this study was ρ = 0.436, showed a moderate positive correlation direction. Means that
the better implementation of therapeutic communication the nurse, the higher the level of patient
satisfaction.

keywords: nursing therapeutic communication, patient satisfaction levels.

Pendahuluan Pelanggan pelayanan kesehatan


dalam hal ini pasien juga tidak sekedar
Rumah sakit merupakan salah satu menuntut pelayanan kesehatan saja, tetapi
institusi kesehatan yang memberikan mereka menuntut pelayanan kesehatan yang
pelayanan medis kepada pasien, keluarga, berkualitas. Pada dasarnya konsep
dan masyarakat yang pelayanannya pelayanan berkualitas sebagai penilaian baik
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga buruknya rumah sakit dapat dilihat
ahli kesehatan lainnya. Sejalan dengan dari empat komponen yang
semakin tingginya tingkat pendidikan, ilmu mempengaruhinya yaitu: 1) aspek klinis
pengetahuan, pesatnya tehnologi kedokteran yang meliputi pelayanan dokter, perawat dan
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, teknis medis; 2) efisiensi dan efektivitas,
kesadaran tentang pentingnya kesehatan yaitu pelayanan yang murah dan tepat guna;
dalam masyarakat semakin meningkat pula. 3) keselamatan pasien, yaitu upaya
Hal ini mengakibatkan kebutuhan dan perlindungan pasien dari hal yang
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan membahayakan keselamatan pasien; 4)
kesehatan yang berkualitas menjadi salah kepuasan pasien, yaitu tentang kenyamanan,
satu kebutuhan dasar yang diharapkan oleh keramahan, dan kecepatan pelayanan.
masyarakat (Rachmadi, 2008). Kepuasaan pasien sebagai salah satu
Dalam upaya memenuhi tuntutan indikator pelayanan berkualitas harus
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, menjadi perhatian karena berhubungan
rumah sakit sebagai institusi perawatan langsung dengan pengguna pelayanan
kesehatan profesional dituntut untuk kesehatan ( Lusa, 2007).
melakukan peningkatan kualitas pelayanan. Kepuasan adalah tingkat yang
Untuk dapat meningkatkan kualitas dirasakan seseorang yang merupakan hasil
pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui dari membandingkan penampilan atau
apakah pelayanan yang telah diberikan outcome produk yang dirasakan dalam
kepada masyarakat sebagai pelanggan hubungannya dengan harapan seseorang
pelayanan kesehatan selama ini telah sesuai (Kotler, 2002). Menurut Indarjati (2001),
dengan harapan atau belum (Rachmadi, ada tiga tingkat kepuasan, 1) bila
2008). penampilan kurang dari harapan, pelanggan
tidak puas, 2) bila penampilan sebanding
dengan harapan, pelanggan puas, 3) apabila
penampilan melebihi harapan, pelanggan
amat puas atau senang.
Pasien yang puas merupakan aset
yang sangat berharga karena apabila pasien
puas mereka akan terus melakukan
pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi akan merasa puas dengan pelayanan yang
jika pasien merasa tidak puas mereka akan diterima. Apabila perawat dalam
memberitahukan dua kali lebih hebat kepada berinteraksi dengan pasien tidak
orang lain tentang pengalaman buruknya memperhatikan tehnik dan tahapan baku
(Pohan, 2006). Kepuasan pasien terhadap berkomunikasi terapeutik dengan benar dan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tidak berusaha untuk menghadirkan diri
banyak faktor. Menurut Moison, Walter dan secara fisik yang dapat memfasilitasi
White (dalam Haryanti, 2000) menyebutkan komunikasi terapeutik, maka hubungan baik
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara pasien dan perawat akan sulit terbina
salah satunya adalah komunikasi, yaitu tata (Arwani, 2003).
cara informasi yang diberikan pihak Pada kenyataannya pelaksanaan komunikasi
penyedia jasa dan keluhan-keluhan pasien. masih jauh dari apa yang diharapkan (Keliat,
Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien 1996).
dengan cepat diterima oleh penyedia jasa Berdasarkan penelitian Ellis (2000)
terutama perawat dalam memberikan yang dilakukan di salah satu rumah sakit di
bantuan terhadap keluhan pasien. Semarang, menyatakan bahwa dalam hal
Komunikasi merupakan alat yang komunikasi dengan pasien, dari semua
efektif untuk mempengaruhi tingkah laku perawat yang diteliti sebanyak 38 orang
manusia, sehingga komunikasi mendapatkan nilai yang kurang. Hal ini
dikembangkan dan dipelihara secara terus disebabkan karena kurang disadari
menerus. Sebagai tenaga kesehatan yang pentingnya komunikasi oleh perawat dan
paling lama dan sering berinteraksi dengan rendahnya pengalaman perawat akan teori,
pasien serta keterlibatan perawat dalam konsep dan arti penting komunikasi
hampir seluruh aktivitas rumah sakit dan terapeutik dalam pemberian asuhan
interaksinya selama 24 jam sehari dengan keperawatan.
pasien sesungguhnya merupakan sebuah Selain itu dari hasil penelitian oleh
kekuatan, kehadiran dan interaksi yang Rosenstein (2002), yang respondennya
dilakukan hendaknya dapat membawa adalah pensiunan adsministrator rumah sakit
kenyamanan dan kerinduan bagi pasien. yang meliputi dokter, perawat, dan tenaga
Penggunaan komunikasi terapeutik staf adsministrasi diberbagai negara maju,
merupakan media dalam mengembangkan seperti Amerika Serikat menemukan bahwa
hubungan antar perawat dan pasien terjadi persepsi negatif terhadap
(Mundakir, 2006). ketidakpuasan dari hasil perawatan yang
Komunikasi terapeutik merupakan disebabkan komunikasi yang tidak baik
suatu pengalaman bersama antara perawat yang dilakukan oleh para dokter dan perawat
dengan pasien yang bertujuan untuk kesehatan serta staf devisi penunjang.
menyelesaikan masalah pasien. Dalam hal Hasil yang berbeda didapatkan pada
ini perawat memakai dirinya secara penelitian Fitria (2010) tentang hubungan
terapeutik dengan menggunakan berbagai pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan
teknik komunikasi agar perilaku pasien tingkat kepuasan pasien yang di IRDA
berubah kearah yang positif seoptimal RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan
mungkin. (Mundakir, 2006). April 2010. Hasil uji korelasi bivariat chi
Komunikasi terapeutik merupakan square diperoleh hasil p value sebesar 0,000.
salah satu cara untuk memberikan informasi Nilai 0,000 berada jauh dibawah nilai alpha
yang akurat dan membina hubungan saling 5% (0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa
percaya dengan pasien, sehingga pasien terdapat hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan Berdasarkan uraian diatas untuk
tingkat kepuasan pasien di IRDA RSUP Dr. meningkatkan kepuasan pasien, perawat
Kariadi Semarang. Perawat di Instalasi harus menerapkan komunikasi yang baik
rawat darurat sudah dapat melakukan kepada pasien. Komunikasi yang baik dapat
komunikasi terapeutik dengan baik dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam hal
kepuasan pasien tentang komunikasi pengobatan dan perawatan penyakitnya serta
terapeutik adalah puas. mempunyai peranan yang cukup besar bagi
Penelitian yang dilakukan RSUD Dr. kepuasan pasien yang berobat dan dirawat,
Soetomo Surabaya tentang pengukuran sebaliknya hubungan interpersonal dan
indeks kepuasan masyarakat di IRNA Bedah komunikasi yang tidak baik akan
RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan mengurangi kepuasan pasien (Mundakir,
September 2010, juga menunjukkan hasil 2006).
yang sama dengan penelitian yang dilakukan RSUD Dr. Sayidiman merupakan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Didapat salah satu rumah sakit di Magetan yang
nilai Indeks Kepuasan Masyarakat di Irna memberikan pelayanan kesehatan kepada
Bedah (74,75%). Hal ini menunjukkan pasiennya. Dengan motto 3S “Senyum,
kinerja Unit Pelayanan di Irna Bedah Sapa, Santun”, Rumah sakit Dr. Sayidiman
termasuk dalam kategori baik. Sehingga berusaha untuk memberi pelayanan yang
dapat disimpulkan bahwa secara terbaik bagi pasiennya. Sesuai dengan
keseluruhan masyarakat merasa puas dengan mottonya, semua petugas baik medis
pelayanan Irna Bedah (Buletin penelitian maupun non medis diharuskan untuk
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2010). bersikap ramah dan santun pada semua
Dari berbagai penelitian di atas dapat pasien maupun dengan keluarga pasien.
disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik Khususnya perawat yang 24 jam
yang dilakukan perawat sangat berpengaruh berinteraksi dengan pasien diwajibkan untuk
terhadap kepuasan pasien. Pasien akan menjalin komunikasi yang baik,
merasa puas bila perawat dapat mendengarkan dan menerima semua
berkomunikasi dengan baik kepada pasien. keluhan dari pasien serta berusaha untuk
Komunikasi yang kurang baik dari mengatasinya.
perawat akan berdampak buruk diantaranya Di RSUD Dr. Sayidiman Magetan
bisa menimbulkan kesalahpahaman antara hampir setiap tahun diadakan pengukuran
perawat dengan pasien maupun keluarganya indeks kepuasan pasien terhadap pelayanan
(Abraham, 2007). Kelemahan dalam rumah sakit. Pada September 2010
berkomunikasi merupakan masalah yang diadakan pengukuran indeks kepuasan
serius baik bagi perawat maupun pasien. pasien di ruang IRNA yang meliputi 13
Perawat yang enggan berkomunikasi dengan unsur pelayanan yang dikaji yaitu
menunjukkan raut wajah yang tegang, kata- kemudahan prosedur pelayanan, persyaratan
kata yang ketus dan singkat akan berdampak pelayanan dengan jenis pelayanannnya,
serius bagi klien. Pasien akan merasa tidak kejelasan dan kepastian petugas,
nyaman bahkan terancam dengan sikap kedisiplinan petugas, tanggung jawab
perawat atau tenaga kesehatan lainnya. petugas, kemampuan petugas, kecepatan
Kondisi ini tentunya akan sangat pelayanan, keadilan mendapatkan
berpengaruh terhadap proses penyembuhan pelayanan, kesopanan dan keramahan
pasien, yaitu akan memperlambat petugas, kewajaran biaya, dan kesesuaian
kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2005). antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang ditetapkan.
Komunikasi sangat mempengaruhi Dari hasil penelitian didapatkan
tingkat kepuasan pasien, komunikasi yang bahwa jumlah responden terbanyak adalah
kurang tepat dapat mengurangi tingkat responden dengan usia antara 45-59 tahun
kepuasan pasien, sehingga diharapkan yaitu 43.7%. Sedangkan jumlah responden
dengan komunikasi yang baik dan terapeutik terkecil adalah responden dengan usia >60
dapat menimbulkan kenyamanan pasien tahun yaitu 3.2%. jumlah responden
sehingga dapat meningkatkan kepuasan terbanyak
pasien. Berdasarkan uraian di atas, maka adalah responden dengan pekerjaan petani
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yaitu 31.2%. Sedangkan jumlah responden
tentang hubungan komunikasi terapeutik terkecil yaitu responden dengan pekerjaan
perawat dengan tingkat kepuasan pasien di pedagang yaitu 9.3%.
IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Jumlah responden terbanyak adalah
Bahan dan metode responden dengan pendidikan SMA yaitu
Desain penelitian yang digunakan adalah 31.3%. Sedangkan jumlah responden
penelitian analitik dengan pendekatan cross terkecil yaitu responden dengan pendidikan
sectional. Penelitian cross sectional adalah SD yaitu 18.7%.
jenis penelitian yang menekankan pada Berdasarkan penelitian didapatkan
waktu pengukuran atau observasi data hasil bahwa pasien menilai komunikasi
variabel independen dan dependen terapeutik perawat baik(65,6% responden)
pengambilannya diambil sekali (Nursalam, dengan tingkat kepuasan pasien terhadap
2003). Pada penelitian ini peneliti pelaksanaan komunikasi terapeutik pasien
melakukan pengambilan data pada variabel sedang dengan prosentase responden 68,8%.
bebas adalah komunikasi terapeutik perawat Tabel5.7
Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Cleaning Service dalam
dan variabel terikat yaitu tingkat kepuasan tatalaksana awal jika terjadi kecelakaan saat bekerja di RSUD dr.
pasien dan dilakukan sekali. Sayidiman Magetan pada bulan Januari 2013

Populasi dalam penelitian ini No. Perilaku Frekuensi Persentase


menggunakan rata-rata jumlah pasien rawat (%)
inap dalam tiga bulan terakhir di IRNA I
1. Baik 22 88
RSUD Dr. Sayidiman Magetan sebanyak
2. Kurang 3
108 orang berdasarkan data pasien rawat 12
baik
inap selama bulan Desember 2012- Februari
3. Tidak baik 0
2013.Alat pengumpulan data yang 0
digunakan dalam penelitian ini adalah
Total 25 100
kuesioner pertanyaan tertutup untuk variabel
komunikasi terapeutik dan kepuasan pasien.
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan
hasil bahwa sebanyak 3.1% responden yang
cara:1. Editing 2. Coding 3. Scoring 4.Entry
menilai komunikasi perawat baik tetapi
data
memiliki tingkat kepuasan rendah serta
Hasil
sebanyak 9.4% responden yang menilai
Jumlah responden dalam penelitian
komunikasi perawat cukup baik dan
ini berjumlah 32 orang. Penyebaran
memiliki tingkat kepuasan rendah.
kuesioner dilakukan dengan cara dikirim
Perhitungan uji statistik dengan
secara langsung ke responden dengan
menggunakan uji Spearman didapatkan nilai
disertai penjelasan maksud dan tujuan
p (P Value) = 0,003 yang berarti p < α
penelitian.
dengan α = 0,05 artinya Ha diterima.
Kesimpulannya adalah terdapat hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan Komunikasi terapeutik perawat di
tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan
Dr. Sayidiman Magetan. Nilai korelasi secara keseluruhan sudah dinilai baik oleh
Spearman (rho) pada penelitian ini sebesar ρ responden yaitu pasien. Dalam hal ini
= 0,436, menunjukkan hubungan yang perawat dalam melaksanakan komunikasi
sedang dan arah korelasi positif. Berarti terapeutik sudah sesuai dengan tehnik
bahwa semakin baik pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hanya saja ada
komunikasi terapeutik perawat, maka akan beberapa tehnik yang menurut pasien tidak
semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. atau jarang dilakukan oleh perawat seperti
Pembahasan membagi persepsi (meminta pendapat pasien
Berdasarkan hasil penelitian tentang hal yang dirasakan dan dipikirkan
didapatkan 21 responden (65.6%) menilai oleh perawat) dan informing (memberikan
komunikasi terapeutik perawat baik dan 11 informasi tentang tindakan pengobatan atau
responden (34.4%) menilai komunikasi perawatan, penyakit pasien).
terapeutik perawat cukup baik. Berdasarkan hasil penilaian dari
Dari 32 responden terdapat 28.1% pasien tersebut, perawat hendaknya perlu
yang berpendidikan SMP dan 43.7% mempertahankan dan meningkatkan lagi
responden berumur 45-59 tahun. Penilaian komunikasi terapeutiknya dengan
seseorang terhadap suatu pelayanan memperhatikan tehnik dalam komuniksai
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti terapeutik sehingga dapat memberikan
tingkat pendidikan dan umur. Orang yang kenyamanan dan mendapatkan kepercayaan
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pasien sehingga dapat meningkatkan
dan masih akan bersikap lebih kritis dalam kepuasan pasien dalam hal pelaksanaan
menerima suatu pelayanan. Hal ini didukung komunikasi terapeutik perawat.
oleh pendapat Rahmat (2003), yang Berdasarkan hasil penelitian
menyatakan bahwa semakin rendah tingkat didapatkan bahwa 22 (68.8%) responden
pendidikan seseorang dan semakin tua usia memiliki tingkat kepuasan sedang, 6
maka akan lebih mudah dalam memberikan (18.7%) responden memiliki tingkat
penilaian terhadap suatu pelayanan. kepuasan tinggi dan 4 (12.5%) memiliki
Komunikasi merupakan alat yang tingkat kepuasan rendah. Dimana sebagian
efektif untuk mempengaruhi tingkah laku besar pasien yang memiliki tingkat kepuasan
manusia, sehingga komunikasi sedang menilai komunikasi perawat baik
dikembangkan dan dipelihara secara terus dan pasien yang memiliki tingkat kepuasan
menerus. Sebagai tenaga kesehatan yang rendah menilai komunikasi perawat cukup
paling lama dan sering berinteraksi dengan baik.
pasien, keterlibatan peranan perawat dalam Dari 32 responden terdapat 28.1%
hampir seluruh aktivitas rumah sakit serta yang berpendidikan SMP, 56.2% responden
interaksinya selama 24 jam sehari dengan adalah laki-laki dan 43.7% responden
pasien sesungguhnya merupakan sebuah berumur 45-59 tahun. Kepuasan pasien
kekuatan, kehadiran dan interaksi yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
dilakukan hendaknya dapat membawa seperti tingkat pendidikan, jenis kelamin dan
kenyamanan dan kerinduan bagi pasien. umur. Seseorang yang memiliki tingkat
Penggunaan komunikasi terapeutik pendidikan yang rendah dan usia tua akan
merupakan media dalam mengembangkan lebih cepat merasa puas terhadap suatu
hubungan antar perawat dan pasien pelayanan serta laki-laki lebih cepat merasa
(Mundakir, 2006). puas daripada perempuan karena laki-laki
cenderung melihat sesuatu dari kualitas dan sepertinya dianggap kecil tetapi berpengaruh
fungsinya, sedangkan perempuan lebih besar terhadap tingkat kepuasan pasien
berdasar pada pertimbangan sosial, seperti memperkenalkan diri secara singkat
penampilan luar dan harga. Hal ini didukung pada saat interaksi pertama dengan pasien,
dengan pendapat Simamora (2003), yang hal ini bisa menimbulkan kenyamanan dan
berpendapat bahwa semakin rendah tingkat tercipta hubungan saling percaya antara
pendidikan seseorang maka semakin rendah perawat dan pasien, menanyakan keluhan
pula keinginan dan harapannya terhadap pasien, memberikan informasi setiap akan
pelayanan, jenis kelamin laki-laki cenderung melakukan tindakan, mengucapkan salam
lebih mudah merasa puas dibanding setiap mengawali dan mengakhiri
perempuan dan semakin tua usia harapan pertemuan, menggunakan sentuhan saat
terhadap pelayanan semakin rendah berinteraksi dengan pasien, tersenyum dan
sehingga mereka cenderung lebih mudah menyapa pasien, serta bersikap ramah dan
puas dibanding mereka yang berusia relatif sopan. Hal-hal tersebut sangat besar
muda. pengaruhnya terhadap kepuasan pasien
Secara keseluruhan responden yaitu terhadap komunikasi yang dilakukan
pasien yang rawat inap di IRNA I RSUD Dr. perawat, namun sering kali diabaikan oleh
Sayidiman Magetan memiliki tingkat perawat.
kepuasan sedang terhadap pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian yang
komunikasi terapeutik perawat tetapi dilakukan pada 32 responden, terdapat 6
terdapat responden yang memiliki tingkat responden (18.7%) yang memiliki tingkat
kepuasan yang tinggi. kepuasan tinggi. Dari 6 responden yang
Adanya responden yang memiliki memiliki tingkat kepuasaan tinggi sebanyak
tingkat kepuasan tinggi sebanding dengan 6 orang atau (18.7%) menilai komunikasi
hasil penilaian responden tentang terapeutik perawat baik.
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat Hasil penelitian ini sesuai dengan
yang sebagian besar menilai baik yang pendapat Moison, Walter dan White (dalam
menujukkan bahwa komunikasi terapeutik Haryanti, 2000) yang menyebutkan bahwa
yang dilaksanakan perawat sangat faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang salah satunya adalah komunikasi, yaitu tata
dirasakan pasien. Hal ini didukung dengan cara informasi yang diberikan pihak
pendapat (Pohan, 2006) yang menyatakan penyedia jasa dan keluhan-keluhan pasien.
bahwa komunikasi sangat mempengaruhi Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien
tingkat kepuasan pasien, komunikasi yang dengan cepat diterima oleh penyedia jasa
kurang tepat dapat mengurangi tingkat terutama perawat dalam memberikan
kepuasan pasien, sehingga diharapkan bantuan terhadap keluhan pasien.
dengan komunikasi yang baik dan terapeutik Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
dapat menimbulkan kenyamanan pasien kepuasan pasien, komunikasi yang kurang
sehingga dapat meningkatkan kepuasan tepat dapat mengurangi tingkat kepuasan
pasien. pasien, sehingga diharapkan dengan
Salah satu upaya yang dapat komunikasi yang baik dan terapeutik dapat
dilakukan untuk meningkatkan kepuasan menimbulkan kenyamanan pasien sehingga
pasien terhadap pelaksanaan komunikasi dapat meningkatkan kepuasan pasien.
terapeutik yaitu dengan melaksanakan Perhitungan uji statistik dengan
semua tehnik dalam komunikasi terapeutik. menggunakan uji Spearman didapatkan nilai
Selain itu dengan melakukan hal-hal yang p (P Value) = 0,003 dan α = 0,05.
Kesimpulannya adalah terdapat hubungan menerima perasaannya, mengidentifikasi
komunikasi terapeutik perawat dengan latar belakang masalah yang dialami pasien
tingkat kepuasan pasien di IRNA I RSUD yang muncul selama percakapan,
Dr. Sayidiman Magetan. memberikan pkesempatan pada pasien untuk
Penelitian terdahulu yang dilakukan mengungkapkan pikirannya, memberikan
oleh Fitria (2010) tentang hubungan informasi dan fakta untuk pendidikan
pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kesehatan bagi pasien dan memberikan
tingkat kepuasan pasien yang di IRDA alternatif ide untuk pemecahan masalah.
RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Berdasarkan hasil dan pembahasan
April 2010. Hasil uji korelasi bivariat chi yang telah dijabarkan diatas mempunyai
square diperoleh hasil p value sebesar 0,000. tujuan yakni membantu perawat agar dapat
Nilai 0,000 berada jauh dibawah nilai alpha menerapkan komunikasi terapeutik dengan
5% (0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa baik dan benar pada saat berinteraksi dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara pasien sehingga dapat meningkatkan
pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien terhadap pelaksanaan
tingkat kepuasan pasien di IRDA RSUP Dr. komunikasi terapeutik. Untuk dapat
Kariadi Semarang. Perawat di Instalasi berkomunikasi dengan baik dan benar
rawat darurat sudah dapat melakukan diharapkan perawat dapat meningkatkan
komunikasi terapeutik dengan baik dan pengetahuannya tentang tehnik-tehnik dalam
kepuasan pasien tentang komunikasi komunikasi terapeutik dan menerapkannya
terapeutik adalah puas. dalam kehidupan sehari-hari.
Persamaan hasil antara kedua Simpulan
penelitian tersebut yaitu terdapat hubungan terdapat hubungan komunikasi
antara komunikasi teraputik perawat dengan terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
tingkat kepuasan pasien, menjelaskan pasien di IRNA I RSUD Dr. Sayidiman
komunikasi terapeutik yang dilakukan Magetan. Nilai korelasi Spearman (rho)
perawat sangat berpengaruh terhadap tingkat pada penelitian ini sebesar ρ = 0,436,
kepuasan yang dirasakan pasien. menunjukkan hubungan yang sedang dan
Upaya yang dapat dilakukan perawat arah korelasi positif. Berarti bahwa semakin
untuk meningkatkan kepuasan pasien baik pelaksanaan komunikasi terapeutik
terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, maka akan semakin tinggi tingkat
perawat adalah dengan meningkatkan kepuasan pasien.
pengetahuannya tentang tehnik komunikasi
terapeutik sehingga dapat melakukan Saran
komunikasi yang baik dan benar saat Bagi Institusi Kesehatan (RSUD Dr. Sayidiman
berinteraksi dengan pasien. Magetan)
Secara umum hal yang harus a. Rumah sakit dapat
dilakukan perawat pada saat berkomunikasi mempertahankan dan
yaitu perawat harus menjadi pendengar yang meningkatkan pelaksanaan
aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa komunikasi terapeutik perawat
yang disampaikan pasien perlu diluruskan, yang sudah dinilai baik oleh
memberi kesempatan pada pasien untuk pasien;
mengungkapkan perasaannya sesuai b. Rumah sakit dapat meningkatkan
kehendak pasien tanpa membatasi, memberi pelayanan keperawatan khususnya
respon pada perasaan pasien terhadap isi pada pelaksanaan komunikasi
pembicaraan agar pasien mengetahui dan terapeutik perawat sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pasien.
c. Rumah sakit lebih menekankan
kepada petugas kesehatan
terutama perawat dalam
pelaksanaan kebijakan yaitu motto
3S (Senyum, Sapa dan Sentuh).

Bagi Perawat DAFTAR PUSTAKA


Perawat perlu memperbaiki atau
meningkatkan komunikasinya pada saat Anies. (2005). Penyakit Akibat Kerja.
berinteraksi dengan pasien sesuai dengan Jakarta : Elex Media Komputindo.
tehnik komunikasi terapeutik sehingga
nantinya mampu memberikan kepuasan Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian
kepada pasien Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Bagi Akademisi dan Peneliti Rineka Cipta.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor lain yang dapat Azwar, A. (2003). Pengantar Administrasi
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di Kesehatan. Jakarta : binarupa
IRNA I RSUD Dr. Sayidiman Magetan Aksara.
terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik
perawat. Brown, K. A., Willis, P. G., & Prussia,G. E.
(2000). Predicting Safe Employee
Behavior in the Steel Industry:
Development and Test of a
Sociotechnical Model. Journal of
Operations Management, 18, 445-
465.

Centers for Disease Cotrol and Prevention.


(1985). Universal Precaution.
Diakses pada 24 juni 2011.
Gagne, E.D. (1985). The Cognitive
Psychology of School Learning.
Boston, Toronto: Little, Brown and
Company
Hagan, P. E., Montgomery, J. F., &
O’Reilly, J. T. (2001). Accident
prevention manual for business and
industry (12th ed.). Itasca, IL:
National Safety Council.

Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan


Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta :
Salemba Medika.
Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Manajemen Proses Penyakit. Edisi 4.Jakarta :
K3 di Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Menkes.
Pruss.A.(2005). Pengelolaan Aman Limbah
Mubarak, Iqbal. (2008). Buku Ajar : Layanan Kesehatan, Cetakan I
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC Penerbit EGC, Jakarta.
Musadad, D. Anwar. (1993). Sanitasi Ridley, John, (2004). Ikhtisar Kesehatan dan
Rumah Sakit Sebagai Investasi. Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga
Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Jakarta : Erlangga

Notoadmojo, S. (2002). Metodologi Silalahi, Bennet, & Rumondang Silalahi.


penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : (1995). Manajemen Keselamatan
Rineka Cipta dan Kesehatan Kerja, Jakarta :
Pustaka Binaman.
Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Simanjuntak, Payaman J. (1994).
Manajemen Keselamatan Kerja,
Nototadmojo, S. (2003). Pengantar Ilmu Jakarta : HIPSMI.
Perilaku Kesehatan. FKUI. Jakarta :
Rineka Cipta. Sugiono. (2004). Metodologi Penelitian
Administrasi. Bandung : Alfa Beta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Suma’mur, PK. (1996), Hygiene Perusahaan
Keperawatan Pedoman Skripsi, dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Tesis, dan Instrumen Penelitian Gunung Agung.
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Undang-Undang Kesehatan Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2009
Poerwodarminto. (1999). Kamus Besar tentang Kesehatan.
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Wichaksana, Aryawan. (2002). Penyakit
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Akibat Kerja di Rumah Sakit dan
Fundamental Keperawatan : Pencegahannya. Cermin Dunia
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi Kedokteran No. 136. (diakses 30
4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Desember 2010).
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Wong P, Helsinger D, Petry J. (2003).
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Providing the Right Infrastructure to
Fundamental Keperawatan : Lead the Culture Change for Patient
Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi safety. Journal on Quality
4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Improvement 28: 363-72.
Asih, dkk. Jakarta : EGC.

Price, S.A, Wilson, L.M. (1995).


Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-

Anda mungkin juga menyukai