Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL 2201


MODUL 01
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN

Nama Praktikan : Reno Favian


NIM : 15317059
Kelompok/Shift : 2A
Tanggal Praktikum : 31 Januari 2019
Tanggal Pengumpulan : 7 Februari 2019
PJ Modul : Tsamara Luthfia H. (15315016)
Almer Fadhilezar (15316054)
Asisten yang Bertugas : Steven Gunawan (15315012)
Nurdianti Mursyida F. (15316082)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
I. TUJUAN
1. Menentukan profil dari aliran fluida pada hydraulic bench.
2. Menentukan koefisien chezy (C).
3. Menentukan koefisien manning (n).
4. Menentukan bilangan reynold (Re).
5. Menentukan korelasi antara koefisien chezy (C) dan koefisien manning (n).
II. DATA AWAL
Dalam praktikum kali ini didapatkan data-data sebagai berikut:
Massa beban = 2,5 kg
Massa air = 7,5 kg
Suhu awal = 25°C
Suhu akhir = 26°C
Lebar saluran = 0,076 m
Berikut merupakan data mengenai hubungan densitas terhadap suhu
lingkungan yang diambil dari buku Fluid Mechanics with Engineering Application
milik Finnemore.

Tabel 2.1 Hubungan densitas air terhadap suhu

Suhu (°C) Densitas (kg/m³)


0 999,9
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
30 995,7
40 992,2
50 988,1
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 966,3
100 958,4
Sumber : Fluid Mechanics with Engineering Application
Dari data yang tertera di atas, jika diplot kedalam bentuk grafik, maka akan
membentuk kurva sebagai berikut.
MASSA JENIS TERHADAP SUHU
1010
1000
990 f(x) = − 0 x² − 0.07 x + 1000.6
R² = 1

Massa Jenis
980
970
960 Polynomial ()
950
940
930
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur

Gambar 2.1 Grafik Hubungan antara Densitas terhadap Temperatur


Dari kurva yang ada pada gambar 2.1 tentang hubungan antara massa jenis
dengan teermperatur, dapat dirumuskan sebuah persamaan polinomial orde dua
yaitu:
y = -0,0035x2 - 0,0729x + 1000,6
Dengan y adalah massa jenis air dan x sebagai suhu air.
Selain data densitas terhadap suhu, terdapat data koefisien viskositas
kinematis yang dipengaruhi oleh suhu yang juga berasal Fluid Mechanics with
Engineering Application karya Finnemore. Berikut tabel hubungan suhu dengan
viskositas kinematis.

Tabel 2.2 Hubungan viskositas kinematis terhadap suhu


Suhu
Viskositas (m2/s)
(°C)
0 0,000001785
5 0,000001519
10 0,000001306
15 0,000001139
20 0,000001003
25 0,000000893
30 0,0000008
40 0,000000658
50 0,000000553
60 0,000000474
70 0,000000413
80 0,000000364
90 0,000000326
100 0,000000294
Sumber : Fluid Mechanics with Engineering Application
Dari data yang tertera di atas, jika diplot kedalam bentuk grafik, maka akan
membentuk kurva sebagai berikut.

Grafik Viskositas Kinematis Terhadap Suhu


0
0

Viskositas Kinematis
0
0 f(x) = 0 x² − 0 x + 0
0 R² = 0.98
0
0
0
0
0
0
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur

Gambar 2.2 Grafik hubungan viskositas kinematis terhadap temperatur


Dari kurva yang ada pada gambar 2.2 tentang hubungan antara massa jenis
dengan teermperatur, dapat dirumuskan sebuah persamaan polinomial orde dua
yaitu:
y = 2.10-10x2 - 3.10-8x + 2.10-6
Sementara itu data yang didapat dari pengukuran menggunakan hydarulic
bench adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Data hasil pengukuran jarak di hulu dan hilir saluran

Jarak di hulu Jarak di hilir


(m) (m)
x1 = 0 x4 = 3,4
x2 = 0,2 x5 = 3,6
x3 = 0,4 x6 = 3,8
Berikut ini adalah tabel
yang menampilkan data hasil pengukuran kedalaman di hulu dan hilir
saluran.
Tabel 2.4 Data pengukuran jarak di hulu dan hilir saluran
Kedalaman hulu Kedalaman hilir
Variasi Waktu (s) (m) (m)
debit trata yrata yrata
t1 t2 t3 -rata y1 y2 y3 -rata y4 y5 y6 -rata
3, 3, 3, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
6 1 7 3,5 06 06 06 0,0 05 05 05 0,0
1 5 9 6 3 3 1 2 62 6 5 5 55
3, 3, 4, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
9 8 1 3,9 05 05 05 0,0 04 04 04 0,0
2 4 6 9 9 2 4 3 53 9 8 8 49
5, 5, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
6 5, 4 5,4 04 04 04 0,0 03 03 03 0,0
3 1 3 9 7 2 2 3 42 9 9 8 39

III. PENGOLAHAN DATA


3.1. Perhitungan Massa Jenis
Dari gambar 2.1 tentang grafik massa jenis terhadap suhu didapatkan
persamaan:
y = -0,0035x2 - 0,0729x + 1000,6
Maka didapatkan nilai massa jenis air pada suhu 25,5°C sebagai berikut.
y = -0,0035(25,5)2 - 0,0729(25,5) + 1000,6 = 996,465 kg/m3
3.2. Perhitungan Viskositas Fluida
Dari gambar 2.2 tentang grafik viskositas terhadap suhu didapatkan
persamaan:
y = 2.10-10x2 - 3.10-8x + 2.10-6
Maka didapatkan nilai viskositas kinematis air pada suhu 25,5°C sebagai
berikut.
y = 2.10-10(25,5)2 - 3.10-8(25,5) + 2.10-6 = 1,36505 x 10-6 m2/s
3.3. Debit Aktual
Untuk menentukan debit fluida yang mengalir digunakan persamaan
sebagai berikut.
V m
Q= =
t ρ× t
Maka untuk variasi debit pertama didapatkan hasil sebagai berikut.
7,5
Q=
996,465 ×3,53
¿ 0,0021
Untuk variasi yang lain dengan perhitungan yang sama didapatkan hasil
0,0019 dan 0,0014 m3/s
3.4. Luas Penampang Basah
Untuk perhitungan luas penampang basah (A), digunakan persamaan
sebagai berikut.
A=b × y rata −rata
Berikut perhitungan dengan menggunakan data dari variasi debit yang
pertama.
A=0,076 ×0,0585=0,0045 m2
Untuk variasi debit yang yain didapatkan hasil perhitungan yaitu 0,0039 dan
0,0031 m3.
3.5. Keliling Basah
Untuk menentukan keliling basah (P) dari fluida yang mengalir
digunakan persamaan sebagai berikut.
P=b+2 y rata−rata
Dengan menggunakan variasi debit yang pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
P=0,076+2(0,0585)=0,193 m
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 0,1776
dan 0,1571 meter.
3.6. Jari-Jari Hidrolis (R)
Dalam perhitungan ini, digunakan variasi data percobaan yang pertama.
Untuk jari-jari hidrolis (R), digunakan persamaan berikut.
A
R=
P
Dengan menggunakan variasi debit yang pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
0,0045
R= =0,023m
0,193
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 0,0217
dan 0,0196 m.
3.7. Kecepatan Aliran (v)
Dalam menghitung kecepatan aliran, digunakan persamaan yang
memiliki formula sebagai berikut.
Q aktual
v=
A
Dengan menggunakan variasi debit yang pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
0,002133
v= =0,478 m/s
0,0045
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 0,488
dan 0,447 m/s.
3.8. Slope atau Kemiringan (S)
Dalam menghitung Kemiringan, digunakan persamaan yang memiliki
formula sebagai berikut.
( y hulu − y hilir )
S=
xhilir −x hulu
Dengan menggunakan data hasil pengukuran, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
4,62−4,02
So= =0,001765 ≈ 0,0018
340−0
3.9. Bilangan Reynold (Re)
Dalam menghitung bilangan reynold, digunakan persamaan yang
memiliki formula sebagai berikut.
vR
ℜ=
µ
Dengan menggunakan data variasi debit pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
0,478 ×0,023
ℜ= =8075,77
1,36505 ×10−06
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 7769,5
dan 6418,9.
3.10. Koefisien Manning (n)
Dalam perhitungan ini, digunakan variasi data percobaan yang
pertama. Untuk koefisien Manning (n), digunakan persamaan berikut.
2 1
1
v= R 3 S 2
n
Dengan menggunakan data variasi debit pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
2 1
0,023 3 × 0,0018 2
n= =0,0071
0,478
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 0,0067
dan 0,0068.
3.11. Koefisien Chezy (C)
Dalam menghitung koefisien chezy (C), digunakan persamaan yang
memiliki formula sebagai berikut.
v=C √ R S
Dengan menggunakan data variasi debit pertama, maka didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut.
0,478
C= =74,967
√ 0,023× 0,0018
Kemudian untuk variasi debit yang lain didapatkan hasil perhitungan 78,785
dan 75,893.

IV. DATA AKHIR


Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka didapatkan data akhir
sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan parameter praktikum aliran seragam


Va V Q A R v
P (m) R2/3 S Re n C
r (m3) (m3/s) (m2) (m) (m/s)
0,00 0,19 0,02 0,08 0,00 8075 0,00 74,9
1 0,0021 0,478
45 32 31 1 18 ,8 71 67
0,00 0,00 0,17 0,02 0,07 0,00 7769 0,00 78,7
2 0,0019 0,488
75 39 76 17 79 18 ,5 67 85
0,00 0,15 0,01 0,07 0,00 6418 0,00 75,8
3 0,0014 0,447
31 71 96 27 18 ,9 68 93

V. ANALISIS A
5.1 Cara Kerja
Pertama-tama, hydraulic bench dinyalakan dengan menghubungkannya
ke sumber listrik 110volt, tidak langsung ke stop kontak melainkan
dihubungkan ke trafo terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
terjadinya ledakan karena tegangan antara hydraulic bench dan stop kontak
yang berbeda. Setelah itu, valve bench ditutup kemudian hydraulic bench
dinyalakan dengan cara menekan tombol switch. Setelah pompa hydraulic
bench menyala, valve bench dibuka dengan cara diputar dan air dibiarkan
mengalir.
Air yang mengalir dari hydraulic bench kemudian diukur suhu awalnya
dengan menggunakan termometer. Pengukuran suhu awal air dilakukan
dengan cara mencelupkannya kedalam air dan dibiarkan beberapa waktu.
Termometer tersebut tidak boleh mengenai dasar wadah air karena akan
mengurangi keakuratan dalam pengukuran suhu. Pengukuran suhu awal
penting dilakukan karena suhu air mempengaruhi perhitungan densitas dan
viskositas kinematis air.
Aliran air yang berasal dari pompa hydraulic bench
tersebut kemudian diatur besar kecilnya debitnya
dengan valve yang ada di bagian hulu saluran terbuka.
Hydraulic bench dioperasikan dengan menggunakan
beban 2,5 kg. Kemudian diukur waktu yang dibutuhkan
tuas hydraulic bench untuk naik setelah diberi beban
tersebut secara triplo untuk mendapatkan hasil yang
akurat. Diukur pula kedalaman aliran pada 6 titik yang
telah ditentukan dengan menggunakan alat ukur
kedalaman yang telah dikalibrasi. Percobaan dilakukan
lagi dengan mengatur variasi debit air sebanyak tiga
variasi.
Setelah mengukur besarnya debit berdasarkan
massa, maka dilakukan pengukuran kedalaman di
saluran terbuka pada hydraulic bench. Pengukuran
dilakukan dengan ketelitian alat sampai 0,1 milimeter.
Terdapat 6 titik untuk mengukur kedalaman yaitu tiga
titik di hulu sampai tiga titik di hilir. Kemudian diukur
juga jarak antara titik pertama dan titik terakhir. Setelah
semua langkah sudah selesai dilakukan, maka diukur
temperatur air setelah hydraulic bench dimatikan.
5.2 Analisis Grafik dan Galat
Dari data yang telah diolah dan disusun sedemikian rupa, didapatkan
grafik dari data tersebut. Berikut grafik dari data akhir.
Hubungan x terhadap y
0.07
0.06
0.05
0.04 variasi 1

y (m)
0.03 variasi 2
0.02 variasi 3
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
x (m)

Gambar 5.1 Grafik hubungan jarak (x) terhadap kedalaman (y)


Grafik diatas merupakan grafik hubungan antara jarak dan keadalam
saluran. Dari grafik tersebut dapat dilihat profil dari tiaptiap aliran.
Berdasarkan teori aliran terbuka, kedalaman menunjukkan besar energi di
setiap titik dan dalam aliran seragam semestinya memiliki kedalaman yang
selalu sama di tiap titik. Dari grafik tersebut, tiap variasi debit memiliki
kedalaman yg berbeda dari titik ke titik.

Hubungan Qaktual terhadap yrata-rata


0.07
0.06
0.05 f(x) = 8.86 x^0.82
yrata-rata (m)

0.04 R² = 0.99
0.03 Power ()
0.02
0.01
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Qaktual (m3/s)

Gambar 5.2 Grafik hubungan Qaktual terhadap yrata-rata


Dari grafik di atas mengenai grafik hubungan Q aktual terhadap yrata-rata,
didapatkan persamaan yaitu y = 8,8591x 0,8187. Variabel x melambangkan Qaktual,
sedangkan variabel y melambangkan yrata-rata. Dari persamaan debit diketahui
bahwa
Qaktual =A × v=b × y × v
Dengan adanya persamaan tersebut, maka idealnya Q memiliki pangkat
sebesar 1. Dari hal ini dapat diketahu galat dari Q aktual pada percobaan kali ini
dari perbedaan pangkat yang ada sebagai berikut.
Galat= |1−0,8187
1 |×100 %=18,13 %
Dari grafik tersebut juga didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar
0,9858 yang mana menunjukkan bahwa dapat cukup relevan dan cukup baik.
Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa data yang didapatkan yaitu antara y
rata-rata dan debit aktual cukup memiliki korelasi.

Hubungan r1/2 terhadap v


0.5
0.48 f(x) = 3.22 x
R² = 1
v (m/s)

0.46
Linear ()
0.44
0.42
0.14 0.14 0.14 0.14 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
R1/2

Gambar 5.3 Grafik hubungan R1/2 terhadap v


Di atas ini adalah grafik hubungan R1/2 terhadap kecepatan aliran (v) yang
didapatkan dengan mengolah data menjadi grafik dan mencari persamaannya
melalui regresi liniear. Didapatkan persamaan garis y = 3,2152x dengan
ariabel y melambangkan kecepatan (v), sedangkan variabel x melambangkan
R1/2. Diketahui persamaan Chezy sebagai berikut.
v=C √ RS
Jika persamaan yang didapat dari grafik dihubungkan dengan
persamaan chezy didapatkan nilai koefisien chezy dari grafik.
3,2152
C= =76,537
0,042
Dari grafik tersebut, dapat diketahui koefisien determinasi (R2) adalah
sebesar 0,67. Hal ini menunjukkan bahwa data yang didapat cukup baik.
Diketahui juga bahwa faktor korelasi (R) dari grafik tersebut adalah sebesar
0,819. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara R1/2 terhadap v cukup
baik.
Hubungan R2/3 terhadap v
0.5
0.48 f(x) = 6.1 x
R² = 1
v (m/s)

0.46
Linear ()
0.44
0.42
0.07 0.07 0.08 0.08 0.08 0.08
R2/3

Gambar 5.4 Grafik hubungan R2/3 terhadap v


Di atas ini adalah grafik hubungan R2/3 terhadap kecepatan aliran (v) yang
didapatkan dengan mengolah data menjadi grafik dan mencari persamaannya.
Didapatkan persamaan garis y = 6,0952x dengan ariabel y melambangkan
kecepatan (v), sedangkan variabel x melambangkan R 2/3. Diketahui persamaan
manning sebagai berikut.
2 1
1
v= R 3 S 2
n
Jika persamaan tersebut dihubungkan dengan persamaan dari grafik
didapatkan nilai koefisien manning adalah sebagai berikut.
1
2
0,0018
n= =0,00696
6,0952

Gambar 5.5 Koefisien manning literatur


Dari gambar tersebut didapatkan koefisien manning literatur sebesar 0,019,
maka galatnya sebagai berikut.
Galat= |0,019−0,00696
0,019 |×100 %=63,37 %
Dari grafik tersebut, dapat diketahui koefisien determinasi (R 2) adalah sebesar
0,5432. Hal ini menunjukkan bahwa data yang didapat cukup baik. Hal ini
juga menunjukkan bahwa hubungan antara R2/3 terhadap v cukup baik.
5.3 Hubungan Koefisien Chezy dan Manning
Dilihat dari persamaannya, koefisien chezy dan koefisien manning
memiliki hubungan. Di kedua rumus sama sama terdapat faktor kecepatan
aliran, slope dan jari-jari hidrolis. Berikut analisis hubungan antara koefisien
chezy dan keofisien manning.
1
2
S2 3
C √ RS=R
n
1
R6
C=
n
5.4 Kesalahan dalam Praktikum
Dalam praktikum, untuk mendapatkan kondisi yang ideal akanlah sangat
susah. Selain itu, beberapa faktor human error juga mendukung untuk tidak
tercapainya kondisi ideal. Dalam praktikum ini, beberapa kesalahan dapat
terjadi sehingga menyebabkan data yang dihasilkan pun kurang optimal.
Beberapa kesalahan yang kerap terjadi dalam praktikum terutama dalam
modul 04 ini antara lain dalam pengukuran debit berbasis massa biasanya
terjadi kesalahan pencatatan waktu dimana saat itu menggunakan alat bantu
stopwatch. Ketidakakuratan saat menggunakan stopwatch juga menyebabkan
adanya galat dalam pengolahan data.
Selain kesalahan dalam pengukuran debit berbasis massa menggunakan
alat bantu stopwatch, kesalahan dapat terjadi ketika mengukur kedalaman air
di saluran terbuka. Kesalahan ini terjadi karena tidak dilakukannya kalibrasi
alat ukur kedalaman pada tiap titik yang diukur yang mengakibatkan
ketidakakuratan dalam pengukuran.
VI. ANALISIS B
Pada praktikum modul ini yaitu aliran seragam dan kemiringan saluran dapat
diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari berupa :
1. Drainase

Gambar 6.1 Drainase perkotaan dan perumahan


Sumber : https://www.drainagesuperstore.co.uk/blog/how-does-channel-
drainage-work/
Drainase merupakan unsur penting dalam susunan tata ruang suatu
kota. Drainase dibutuhkan untuk mengalirkan air dari permukaan kota
menuju suatu tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu perhitungan
mengenai kemiringan, bahan penyusun dan perencanaan debit maksimum
dan minimum amatlah penting.
2. Irigasi

Gambar 6.2 Irigasi persawahan


Sumber : https://ulyadays.com/irigasi/
Sistem irigasi memerlukan perhitungan yang sangat matang karena
cukup penting dalam mengatur jumlah debit maksimum ataupun saat debit
sedang minimum agar air dapat tetap mengalir di saluran irigasi tersebut.
Maka dari itu simulasi saluran dalam perancangan cukup penting
dilakukan.

VII. KESIMPULAN
1. Profil aliran yang terjadi pada setiap variasi debit disajikan pada Gambar 5.1.
2. Koefisien Chezy yang didapatkan pada setiap variasi adalah 74.967, 78.785,
dan 75.893 .
3. Koefisien Manning yang didapatkan pada setiap variasi adalah 0.0071, 0.0067,
dan 0.0068.
4. Bilangan Reynolds yang didapatkan pada setiap variasi adalah 8075.77,
7769.467, dan 6418.886.
5. Hubungan antara koefisien Chezy (C) dengan koefisien Manning (n) adalah
1
R6
C=
n
DAFTAR PUSTAKA

Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier Companie


Finnemore, E. John. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Aplication. North
America: McGraw Hill
Giles, Ranald V. 1990. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida
dan Hidraulika Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN

Lampiran 1 Fluid Mechanics with Engineering Aplication

Lampiran 2 Seri Engineering Tool Box

Lampiran 3 Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida dan
Hidraulika Edisi Kedua

Anda mungkin juga menyukai