Massa Jenis
980
970
960 Polynomial ()
950
940
930
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur
Viskositas Kinematis
0
0 f(x) = 0 x² − 0 x + 0
0 R² = 0.98
0
0
0
0
0
0
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur
V. ANALISIS A
5.1 Cara Kerja
Pertama-tama, hydraulic bench dinyalakan dengan menghubungkannya
ke sumber listrik 110volt, tidak langsung ke stop kontak melainkan
dihubungkan ke trafo terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
terjadinya ledakan karena tegangan antara hydraulic bench dan stop kontak
yang berbeda. Setelah itu, valve bench ditutup kemudian hydraulic bench
dinyalakan dengan cara menekan tombol switch. Setelah pompa hydraulic
bench menyala, valve bench dibuka dengan cara diputar dan air dibiarkan
mengalir.
Air yang mengalir dari hydraulic bench kemudian diukur suhu awalnya
dengan menggunakan termometer. Pengukuran suhu awal air dilakukan
dengan cara mencelupkannya kedalam air dan dibiarkan beberapa waktu.
Termometer tersebut tidak boleh mengenai dasar wadah air karena akan
mengurangi keakuratan dalam pengukuran suhu. Pengukuran suhu awal
penting dilakukan karena suhu air mempengaruhi perhitungan densitas dan
viskositas kinematis air.
Aliran air yang berasal dari pompa hydraulic bench
tersebut kemudian diatur besar kecilnya debitnya
dengan valve yang ada di bagian hulu saluran terbuka.
Hydraulic bench dioperasikan dengan menggunakan
beban 2,5 kg. Kemudian diukur waktu yang dibutuhkan
tuas hydraulic bench untuk naik setelah diberi beban
tersebut secara triplo untuk mendapatkan hasil yang
akurat. Diukur pula kedalaman aliran pada 6 titik yang
telah ditentukan dengan menggunakan alat ukur
kedalaman yang telah dikalibrasi. Percobaan dilakukan
lagi dengan mengatur variasi debit air sebanyak tiga
variasi.
Setelah mengukur besarnya debit berdasarkan
massa, maka dilakukan pengukuran kedalaman di
saluran terbuka pada hydraulic bench. Pengukuran
dilakukan dengan ketelitian alat sampai 0,1 milimeter.
Terdapat 6 titik untuk mengukur kedalaman yaitu tiga
titik di hulu sampai tiga titik di hilir. Kemudian diukur
juga jarak antara titik pertama dan titik terakhir. Setelah
semua langkah sudah selesai dilakukan, maka diukur
temperatur air setelah hydraulic bench dimatikan.
5.2 Analisis Grafik dan Galat
Dari data yang telah diolah dan disusun sedemikian rupa, didapatkan
grafik dari data tersebut. Berikut grafik dari data akhir.
Hubungan x terhadap y
0.07
0.06
0.05
0.04 variasi 1
y (m)
0.03 variasi 2
0.02 variasi 3
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
x (m)
0.04 R² = 0.99
0.03 Power ()
0.02
0.01
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Qaktual (m3/s)
0.46
Linear ()
0.44
0.42
0.14 0.14 0.14 0.14 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
R1/2
0.46
Linear ()
0.44
0.42
0.07 0.07 0.08 0.08 0.08 0.08
R2/3
VII. KESIMPULAN
1. Profil aliran yang terjadi pada setiap variasi debit disajikan pada Gambar 5.1.
2. Koefisien Chezy yang didapatkan pada setiap variasi adalah 74.967, 78.785,
dan 75.893 .
3. Koefisien Manning yang didapatkan pada setiap variasi adalah 0.0071, 0.0067,
dan 0.0068.
4. Bilangan Reynolds yang didapatkan pada setiap variasi adalah 8075.77,
7769.467, dan 6418.886.
5. Hubungan antara koefisien Chezy (C) dengan koefisien Manning (n) adalah
1
R6
C=
n
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3 Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida dan
Hidraulika Edisi Kedua