Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 2.1 organ reproduksi wanita eksternal

( http://www.google.co.id/image (2012)

1. Anatomi sistem reproduksi wanita


a. Genetalia Eksterna
1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
2) Mons Pubis
Lapisan lemak dibagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
3) Labia Mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung plekus vena. Homolog embriologik dengan skrotum
pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada atas labia mayora. Di
bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (commisura posterior).
4) Labia Minora
Lipatan jaringan tipis dibalik lapisan mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
5) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak dibagian superior yang
terletak dibagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam
didalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan
ujung serabut saraf, sangat sensitive.
6) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Pada orang dewasa memiliki 6 buah lubang yaitu :
a) Urethra
b) Vagina
c) 2 buah saluran kelenjar bartholine
d) 2 buah saluran kelenjar paraurethral (skane)
7) Vagina
Rongga musculo-membrane yang terbentang dari vestibulum sampai
uterus. Berjalan kearah posterior-superior dan membentuk sudut tajam
dengan servik uteri. Daerah disekitar servik disebut fornix, dibagi dalam 4
kuadran : fornix anterior, fornix posterior, fornix lateral kanan dan kiri.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastic. Dilapisi
epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina
untuk mengeluarkan eksresi uterus pada haid, untuk jalan lahir, dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Titik Grayenbregh (G-spot), merupakan titik
daerah sensorik disekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitive
terhadap stimulus orgasmus vaginal.
8) Perineum
Daerah tepi bawah vulva dengan tepi bawah anus, batas otot
diafragma pelvis (m. Levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transverses profunda, m.constrictor urethra).
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (epistomy)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur. (Pearce,2013)
b. Genetalia interna

Gambar 2.2 organ reproduksi wanita interna

http://www.google.co.id/image(2012)

1) Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir. Dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai implantasi, retensi, dan
nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding
uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Uterus
terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus, dan servik uteri.
2) Servik Uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.
Terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : otot polos, jalinan jaringan ikat
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar didalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri exsternum
(luar arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam arah cavum). Sebelum melahirkan
(nulipara/primigravida) lubang osyium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primiara/multigravida) berbentuk garis
melintang. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lender getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, eptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lender
serviks dipengaruhi siklus haid.
3) Corpus Uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum letum uteri di intra abdomen, tengah lapisan
muscular/miometrium berupa otot polos, tiga lapis (dari luar kedalam
serabut otot longitudinal,anyaman, sirkular), serta dalam lapisan
endomatrium yang melapisi cavum dinding uteri, menebal, dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intra abdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria.
4) Ligamentum Penyangga Uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinal, ligamentum ovari, ligamentum sacrouterina, propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectourina.
5) Tuba Fallopi
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri, sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri dari lapisan :
serosa, muscular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel
bersilia.
6) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam rongga peritonium,
sepasang kiri kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi
dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. (Sukarni, 2013)
c. Organ Seksual Ekstragonadal
1) Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada dibwah kulit di daerah
pectoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung
jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), setiap lobus terdiri dari 10-
100 alveoli, yang dibawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air
susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara
didaerah papila. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi oleh
hormon prolaktin dan oksitosin pasca persalinan. Kulit daerah payudara
sensitive terhadap rangsang, termasuk terhadap sexually responsive
organ.
2) Kulit
Diberbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitivitas yang lebih
tinggi dan responsive secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan
lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis
metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai
„parfum‟ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat dikulit,
kelenjar keringat aksila dan kelenjar luar). Pheromone ditemukan juga di
dalam urine, plasma, keringat, dan liur. (Sukarni, 2013).
d. Poros Hormonal Sistem Reproduksi
1) Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu
penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak
ditengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah
posterodorsal diesnsefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus
melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut
saraf. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin
reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari
hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dan
memicu aktifasi dan pertumbuhan pemicu mulainya fase pubertas.
2) Hipotalamus
Kumupulan nucleus pada daerah sekitar otak, di atas hipofisis,
dibawah thalamus. Tiap inti merupakan suatu berkas badan saraf yang
berlanjut ke hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan hormon-
hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). TRH
(Thyrottropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing
Hormone), GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF
(Prolactine Releasing Hormone). Menghasilkan juga hormon-hormon
penghambat : PIF (Prolactine Inhibition Factor).
3) Pituitar/Hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan
hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi,
yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH-follicle
Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH-lutenizing hormone).
Selain hormon- hormon gondotropin, hipofisis menghasilkan juga
hormon-hormon metabolism, pertumbuhan, dan lain-lain.
4) Ovarium
Berfungsi gemetogenesis/oogenesis, dalam pematangan dan
pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi streoidogenesis,
menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari
corpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
5) Endomatrium
Lapisan dalam kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat
implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endomatrium
berproliferasi, menebal, dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada
pembuahan/implantasi, endomatrium rontok kembali dan keluar berupa
darah haid. Jika ada pembuahan/implantasi, endomatrium dipertahankan
sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endomatrium juga dipengaruhi oleh
siklus hormon-hormon ovarium. (Sukarni, 2013).
Hormon-Hormon Reproduksi :
a) GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan
melepaskan hormon-hormon (FSH/LH).
b) FSH (Follicle Stimulating Hormon)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterir, sebagai respon
terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan
folikel dan sel-sel granulose di ovarium wanita .
c) LH (Lutenizing Hormone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama
FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka
dan sel-sel granulose)dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di
pertengahan siklus. Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan
dan mempertahankan fungsi korpus luteum pasca ovulasi dalam
menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodic/pulsatif,
kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat.
6) Estrogen
Estrogen diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di
ovarium secara primer, dan dalam jumlah yang lebih sedikit, juga
diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Selama
kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi untuk stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (poliferasi) pada bagian organ reproduksi
wanita.
a) Pada uterus menyebabkan poliferasi endometrium
b) Pada serviks menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir
servik
c) Pada vagina menyebabkan foliferasi pada epitel vagina
d) Pada payudara menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur
distribusi lemak tubuh.
e) Pada tulang estrogen juga menstulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada wanita pasca menopause untuk
pencegahan tulang keropos/osteoporosis, dapat diberikan terapi
hormone estrogen (sintetik) pengganti.
7) Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama dikorpus luteum di ovarium ,
sebagian diproduksi dikelenjar adrenal, pada kehamilan juga di produksi di
plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya perubahan sektorik (fase
sekresi) pada endo matrium uterus, yang mempersiapkan endomatrium
uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
8) HCG (Human Chrorionic Gonadotropin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan
tofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan
10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada
trisemeter kedua (sekitar 1000 mU/ml). Kemudian kembali naik sampai
akhir trismeter ketiga (10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan tanda
kemungkinan adanya kehamilan.
9) LTH (lactotrophic Hormone)/prolactine
Di produksi dihipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu
menigkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di
ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan
mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan prolaktin juga
diproduksi oleh plasenta (HPL/human plasenta lactgen). Fungsi prolaktin
tampak terutama pada masa laktasi/pascapersalinan. Prolaktin juga
memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipothalamus, sehingga jika
kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan
pematangan folikel gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa
amenorrhea. (Sukarni,2013).
e. Fisiologi Alat Reproduksi
Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang komplek.
Sistem reproduksi wanita menunjukan perubahan yang siklik dan teratur dalam
mempersiapkan fertilitas dan kehamilan. Pada saat pubertas dimulai sekitar 13-
16 tahun dimulainya pertumbuhan folikel primodium yang mengeluarkan
hormone estrogen yang menumbuhkan tanda seks sekunder. Kejadian
terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid pertama kali yang disebut
manarche. Tapi manarche adalah gejala pubertas yang lambat , paling awal
adalah pertumbuh payudara (thelarche), tumbuh rambut dikemaluan
(pubarche), tumbuh rambut diketiak , barulah terjadi menarche, disusul haid
secara siklik.
Haid (mensturasi) ialah perdarahan siklik uterus sebagai tanda bahwa
alat kandungan mengenai menunaikan faalnya. Masa pubertas anak tumbuh
cepat dan mendapat bentuk tubuh yang khas. Dengan pubertas, wanita masuk
masa reproduktif (masa mendapat keturunan yang berlangsung kurang dari 30
tahun). Setelah masa reproduksi adalah masa klimakterium, dimana peralihan
dari masa reproduksi dan senium. Pada masa klimakterium, haid akan
berangsur-angsur berhenti, mula-mula haid sedikit (1-2 bulan akhirnya berhenti
sama sekali). Haid terakhir disebut menopause. Bagian klimakterium sebelum
menopause disebut premenopause dan sesudahnya disebut post menopasue.
Gejala khas pancaroba premenopause sama dengan kelainan haid, post
menopause : gangguan vegetative seperti panas, berkeringat, gangguan psikis
(labilitas emosi), gangguan yang bersifat atrofi alat kandungan dan tulang.
Setelah klimakterium disebut senium, terjadinya kemunduran dalam
kemampuan fisik. Pubertas dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan
lingkungan. Mekanisme perjalanan faktor yang mepengaruhi pubertas tersebut
diawali dari panca indra yang mendapatkan rangsangan dari lingkungan dimana
ia berada, dialurkan ke sistem saraf pusat lalu ditangkap oleh hipothalamus.
Hambatan rangsangan panca indra menuju hipothalamus melalui nuclei
amygdale dan rangsangan emosi secara langsung pada hipothalamus makin
lama makin berkurang pada akhirnya merangsang mengeluarkan secret
neurohormonal melalui system portal, lalu hipofisis mengeluarkan
gonadotropin (FSH dan LH) yang dapat mempengaruhi ovarium. Sehingga
ovarium mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada ovarium sesuai
tingkat perkembangan. Setelah wanita punya folikel primodial kira-kira
100.000 dan berkembang sesuai umur. Saat baru lahir 750.000, umur 6-15
tahun 440.000, umur 16-25 tahun 160.000, umur 26-35 tahun 60.000, umur 35-
45 tahun 35.000. selain itu juga terjadi perubahan endomatrium. (Sukarni,2013)
f. Konsep Kehamilan
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan berlangsung selama
40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama mensturasi terakhir. Usia
kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi
(tanggal bersatunya sperma dengan sel telur) yang terjadi dua minggu setelahnya.
Fertilisasi pada manusia diawali dengan terjadinya persetubuhan (koitus).
Fertilisasi merupakan peleburan antara in ti spermatozoa dengan inti sel telur.
Proses fertilisasi ini dapat terjadi di bagian ampula tuba fallopi atau uterus.
Spermatozoa yang berhasil menemukan ovum akan merusak korona radiata dan
zona pelusida yang mengelilingi membran sel ovum, lalu spermatozoa akan
melepaskan enzim termasuk hialuronidase, yang disimpan di akrosom dalam
kepala spermatozoon. Enzim dari banyak spermatozoa akan merusak korona
radiata dan zona pelusida sehingga spermatozoa dapat menerobos masuk ke
ovum. Seletah spermatozoa menembus ovum, konfigurasi mrmbran ovum
langsung berubah sehingga spermatozoa lain tidak dapat masuk. Hanya kepala
spermatozoon yang maasuk kedalam ovum, bagian ekor akan ditinggalkan. DNA
dalam nukleus spermatozoon akan dilepaskan dari kepala, memicu pembelahan
miosis akhir pada kromosom wanita. Bersatunya inti spermatozoon dan inti sel
telur akan tumbuh menjadi zigot. Zigot mengalami pertumbuhan dan
perkembangan melalui tiga tahap sealam kurang lebih 280 hari. Tahap-tahap ini
meliputi periode implantasi (7 hari pertama), periode embrionik (7 minggu
berikutnya), dan periode fetus (7 bulan berikutnya). Selama 2-4 hari pertama
setelah fertilisasi, zigot berkembang dari 1 sel menjadi kelompok 16 sel (morula).
Morula kemudian tumbuh dan berdiferensiasi menjadi 100 sel. Selama periode
ini, zigot berjalan disepanjang tuba fallopi, setelah itu masuk ke uterus dan
tertanam dalam endomatrium uterus. (Kamariyah, 2014).
g. Perkembangan Janin Di Dalam Uterus
1) Trimester pertama (minggu 0-12)
a) Periode germinal (minggu 0-3), proses pembuahan telur oleh sperma
yang terjadi pada minggu ke dua dari hari pertama menstruasi terakhir.
Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan
menempel ke dinding uterus (endometrium).
b) Periode embrionik (minggu 3-8), proses dimana sistem saraf pusat,
organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk seperti mata,
mulut, dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel
darah. Janin mulai berubah dari blastosit menjadi embrio berukuran 1,3
cm dengan kepala yang besar.
c) Periode fetus (minggu 9-12), periode dimana semua organ penting terus
bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat
tinggi.
2) Trimester ke dua (minggu 12-24)
Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin.
Pada minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi
(USG) untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta, dan
kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku, kulit, serta rambut berkembang
dengan mengeras pada minggu ke-20 dan ke-21. Indra penglihatan dan
pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka
dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai manusia dengan panjang
30 cm.

3) Trimester ke tiga (minggu 24-40)


Pada trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna.
Janin menunjukkan aktivitas motorik yang teerkoordinasi seperti
menendang atau menonjok, serta dia sudah memiliki periode tidur dan
bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-
paru berkembang pesat menjadi sempurna. Pada bulan ke-9, janin
mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi
lahir berkisar antara 3-3,5 kg denga panjang 50 cm. (Kamariyah, 2014).
h. Periode Germinal
Ovum yang kini sudah berkembang menjadi blastosit, mencapai uterus
sekitar hari ke-5 setelah fertilisasi. Di uterus, blastosit terletak dekat dengan
endometrium selama satu sampai dua hari untuk memungkinkan trofoblas
menyekresi enzim proteolitik yang memecah permukaan endometrium dengan
cara mencerna dan mencairkan sel-sel endometrium. Blastosit tertanam ke
dalam endometrium sehingga blastosit dapat dihidupi dan melanjutkan
perkembangannya. Penonjolan kecil seperti jari berkembang disekitar
keselurahan blastosit dari trofoblas, membantu proses implantasi dan
melekatkan blastosit dengan kuat ke dalam endometrium. Tonjolan tersebut
disebut vili korionik primitif. Beberapa vili korionik ini akan berkembang
menjadi plasenta matur, dan sisanya akan atrofi dan menjadi membran korionik
yang membatasi janin dengan uterus. Implantasi plasenta sempurna normalnya
pada kari ke-11, setelah fertilisasi. Begitu blastosit tertanam, endometrium
disebut desidua. Desidua menjadi beberapa kali lebih tebal dibandingkan
dengan endometrium tidak hamil, akibat peningkatan kadar hormon kehamilan
dan desidua menghidupi ovum yang telah dibuahi selama kehamilan.
(Kamariyah, 2014)
i. Periode Embrionik
Begitu blastosit tertanam dalam desidua, maka implan ini disebut sebagai
embrio. Tahap embrio dimulai dari perkembangan masa sel sejak implantasi
sampai minggu ke-8 kehamilan. Embrio berkembang dengan sangat cepat.
Tahap pertama perkembangan embrio adalah pembentukan dua buah rongga
tertutup yang saling berdekatan satu sama lain yaitu rongga amnion dan yolk
sac. Bagian embrio yang terbentuk di antara ke dua rongga ini disebut lempeng
embrionik. Ada tiga lapisan sel yang berkembang pada lempeng embrionik :
1) Lapisan yang terdekat dengan rongga amnion, disebut ektoderm, akan
berkembang menjadi kulit dan sistem saraf pusat embrio.
2) Lapisan tengah, disebut mesoderm, akan berkembang menjadi tulang,
otot, jantung, dan pembuluh darah, serta beberapa organ dalam seperti
ginjal dan organ reproduksi.
3) Lapisan dalam yang terdekat dengan yolk sac adalah endoderm.
Endoderm akan berkembang menjadi organ pencernaan, kelenjar, dan
membran mukosa.
4) perkembangan cepat organ terjadi sampai pada minggu ke-8 kehamilan.
Berikut tahap utama perkembangan embrio :
a) Hari ke-13, vili korionik mulai menyekresi human chorionic
gonadotropin (HCG), yang merangsang korpus luteum di ovarium
untuk terus memproduksi hormon yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan hingga plasenta cukup matur untuk
mengambil alih peran ini.
b) Hari ke-15, tampak sebuah pita tebal sel muncul di garis tengah
permukaan dorsal embrio. Pembuluh darah mulai terbentuk.
Spesialisasi sel dimulai.
c) Hari ke-18 hingga ke-21, mulai terbentuk sistem saraf primitif.
Jantung mulai berdenyut. Mata dan telinga primitif mulai
berdiferensiasi. Sel darah merah mulai terbentuk.
d) Minggu ke-3 hingga ke-4, jantung mulai memompa darah dan otak
terbagi atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Garis
mata mulai tampak diatas mulut. Paru mulai terbentuk. Gambaran
sistem gastrointestinal dapat diidentifikasi. Somit (bakal vertebra
dan otot) tampak disamping garis tengah.
e) Minggu ke-5, pertumbuhan otak secara cepat berlanjut. Timbul
tonjolan ekstremitas. Tali pusat terbentuk. Ruang jantung
dipisahkan oleh septum.
f) Minggu ke-6, hati mulai berfungsi. Ginjal dan genetalia rudimeter
terbentuk. Mata bermigrasi ke sisi depan wajah. Kartilago mulai
membentuk rangka tubuh. Diferensiasi otot dimulai.
g) Minggu ke-7, kelopak mata terbentuk, diikuti kandung empedu
palatum, dan lidah. Leher menjadi tampak jelas. Terbentuk
diafragma yang memisahkan rongga toraks dan rogga abdomen.
Sel tulang mulai menggantikan kartilago. Lengan dan tungkai
mulai bergerak.
h) Minggu ke-8, tangan dan kaki sudah jelas terbentuk. Jantung
terbagi atas empat ruang dan berdenyut dalam kecepatan 40-60
denyut/menit. Pembuluh darah utama terbentuk, dan sirkulasi
mulai berjalan dari tali pusat. Genetalia eksterna laki laki atau
perempuan sudah dapat dibedakan. Pada akhir minggu ke-8,
semua sistem tubuh dan organ telah terbentuk, dan embrio
sekarang disebut sebagai janin atau fetus. (Kamariyah, 2014)
j. Plasenta
Plasenta merupakan organ yang melekatkan embrio ke dinding uterus.
Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terbentuk pada hari ke-17 saat jantung embrio
mulai berdenyut. Plasenta memiliki lima fungsi utama yaitu respirasi, nutrisi,
ekskresi, proteksi, produksi hormon. Penjelasan lima fungsi tersebut sebagai
berikut :
1) Plasenta menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida untuk
metabolisme janin. Paru janin belum matur sampai menjelang akhir
kehamilan, dan belum berfungsi hingga bayi dilahirkan.
2) Plasenta menyerap nutrien yang dibutuhkan janin dan menguraikannya
(dengan bantuan enzim) menjadi molekul yang lebih sederhana agar dapat
digunakan oleh janin. Beberapa nutrien disimpan oleh plasenta untuk
dipakai ketika dibutuhkan. Sebagai contoh, glukosa disimpan oleh
plasenta sebagai glikogen.
3) Produk sampah yang dihasilkan janin dibuang dari darah janin dan
diekskresi oleh organ ibu.
4) Sawar plasenta berfungsi menghalangi masuknya sebagian besar bakteri,
tetapi mikoorganisme kecil (seperti virus) mampu menembusnya dan bisa
mempengaruhi perkembangan janin. Sejumlah antibodi protektif, seperti
iminoglobulin IgG disalurkan dari darah ibu ke darah janin pada akhir
kehamilan dan berfungsi melindungi janin dari berbagai organisme
berbahaya sampai beberapa bulan setelah lahir. Sebagian besar obat dapat
menembus plasenta dan dapat mencederai janin.

5) Plasenta berperan sebagai kelenjar endokrin yang kompleks,


menghasilkan berbagai hormon. HCG (human chorionic gonadotropin)
dihasilkan dalam jumlah besar oleh vili semasa kehamilan dini guna
mempertahankan korpus luteum sampai plasenta terbentuk sempurna
dan mengambil alih fungsi tersebut. Hormon lain yang dihasilkan
adalah human placenta lactogen untuk metabolism glukosa,
kortikosteroid, hormon adrenokortikotripik (ACTH)
(Kamariah,2014).
k. Tali Pusat
Tali pusat (umbilical cord) terbentuk guna menghubungkan plasenta ke
janin pada umbilikusnya. Panjang tali pusat rata-rata 50 cm dan tebal 2 cm ketika
sudah cukup bulan. Tali pusat membungkus dan melindungi dua arteri
umbilikalis dan satu vena umbilikalis, yang berlanjut ke sirkulasi janin. Tali
pusat dibungkus oleh cairan amnion, yang berlanjut dengan lapisan yang
mengelilingi kantong janin. (Kamariah, 2014)
l.Ketuban
Pada pemeriksaan plasenta, terdapat dua membran yaitu korion dan
amnion. Korion adalah membran luar yang melapisi rongga uterus, tebal, rapuh,
dan memiliki tampilan yang suram. Membran ini berlanjut sampai pinggiran
plasenta. Amnion adalah membran yang paling dekat dengan janin,
menyekresikan cairan amnion. Cairan amnion berfungsi melindungi janin
terhadap tekanan dinding uterus terhadap gangguan sistem tubuh lainnya serta
selama persalinan. (Kamariah,2014)
m. Fisiologi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan persentasi belakang kepala, tanpa kompilkasi baik ibu maupun janin.
(Sukarni,2013). Teori Terjadinya Persalinan ada beberapa teori tentang mulainya
persalinan yaitu : penurunan kadar progesteron, teori oxytosin, peregangan otot-
otot uterus yang berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori
prostaglandin. Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori
yang kompleks, faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf, dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang
mengakibatkan partus mulai. (Sukarni,2013). Faktor yang mempengaruhi
persalinan adalah :
a) Power/tenaga yang mendorong anak
Power atau tenaga yang mendorong adalah His atau kontraksi otot-otot
rahim pada persalinan
b) Passage/panggul
c) Passager/Fetus

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor
passager adalah :
1) Presentasi lahir dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan
lahir, seperti : presentasi kepala dan presentasi bokong
2) Sikap janin : hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin
lainnya (badan), misalnya fleksi, defleksi
3) Posisi janin : hubungan bagian/point penentu dari bagian terendah
janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur : Sisi panggul ibu :
kiri, kanan, melintang. Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu,
dan scapula. Bagian panggul ibu : depan dan belakang. Bentuk/ukuran
kepala janin menentukan kemampuan kepala untuk melewati jalan
lahir. Plasenta merupakan salah satu faktor dengan memperhitungkan
implantasi plasenta pada dinding Rahim
4) Psychologic
Psychologic adalah kondisi psikis klien, tersedianya dorongan positif,
persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping.
(Sukarni, 2013).
Tanda-Tanda Persalinan : Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam
inpartu (saat uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks
membuka dan menipis). Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain :
perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan servik, persalinan palsu,
ketuban pecah, blood show, lonjakan energi, gangguan pada saluran cerna.
(Sukarni,2013).
a) Persalinan Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servik hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala 1 dibagi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase
laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik
kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam. Fase
aktif persalinan : frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih), servik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1
cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi
penurunan bagian bawah janin.
Fase aktif dibagi 3 : fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan
3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap. (Sukarni,2013).
b) Persalinan Kala II
Persalian kala II (kala pengeluar) dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi
pada persalinan kala II : His menjadi lebih kuat dan lebih sering, timbul
tenaga untuk mengejan perubahan dalam dasar panggul, lahirnya fetus
(Sukarni,2013).
c) Persalinan Kala III
Tanda pelepasan plasenta:
a) Uterus menjadi bundar
b) Perdarahan
c) Tali pusat yang lahir memanjang
d) Fundus uteri naik
e) Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500cc
Sebab-sebab pelepasan plasenta :
a) Pengecilan rahim yang sekonyong-konyong akibat retraksi dan
kontraksi otot-oto rahim, perlekatan plasenta sangat mengecil
b) Di tempat plasenta lepas hematoma, plasenta terangkat dari
dasarnya (Sukarni,2013).
c) Persalinan Kala IV
Setelah plasenta lahir ibu di observasi selama 2 jam untuk
memantau perdarahan yang terjadi, pantau tanda-tanda vital, bladder,
dan tinggi fundus uteri.

B. DEFINISI PERSALINAN PREMATUR


Menurut Krisnasdi (2013) persalinan kurang bulan (persalinan
prematur/preterm labor) adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37
minggu atau berat badan lahir antara 500-2449 gram.
Menurut Fadlun (2012) prematur adalah yang lahir sebelum 37 minggu
dengan berat lahir dibawah 2.500 gram.
Menurut Hanretty (2014) persalinan prematur didefinisikan sebagai
persalinan yang terjadi sebelum kehamilan berlangsung lengkap 37
minggu.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan kelahiran
prematur adalah kelahiran yang mana usia kehamilan <37 minggu dan
berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram.
C. ETIOLOGI
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,
KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,
polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan
bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang,
inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat,
kelainan imun/resus
Namun menurut Nugroho (2011) ada beberapa resiko yang dapat
menyebabkan partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,
riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II,
riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2009), faktor
predisposisi partus prematurus adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin
terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor
pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor  kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil
seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
D. EPIDEMIOLOGI
Menurut data organisasi kesehatan masyarakat dunia (WHO) 44%
kematian bayi di dunia pada tahun 2012 terjadi pada 28 hari pertama (masa
neonatal), kematian bayi yang disebabkan prematuritas 35,2% . Angka
kejadian persalinan prematur di Indonesia belum dapat dipastikan, namun
berdasarkan Riskesdes (Riset Kesehatan Dasar) departemen kesehatan tahun
2013 proporsi BBLR (berat badan bayi lahir rendah) mencapai 10,2%,
meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan
prematur. Angka kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit suaka Insan
Banjarmasin pada tahun 2016 bulan Januri sampai Juni adalah 3 kasus, yang
mana 1 dari 3 tersebut tidak bisa diselamatkan.
E. PATOFISIOLOGI
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan
mekanisme yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
kondisi tenang uterus selama kehamilan atau adanya
gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu
dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur
terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban
pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang
mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan
persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin
dan pada ibu. Pada janin, menyebabkan kelahiran yang belum
pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada
janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu,
resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga
kesehatan saat kehamilan.
Skema GANGGUAN PADA MASA KEHAMILAN

Factor Janin dan Faktor ibu


plasenta :
- DM
- Perdarahan trimester - HT
awal - Gameli
- infeksi - Umur kurang dari 20 tahun
- Perdarahan ante partum - Gizi Saat Hamil Kurang
- Pertumbuhan janin - Pekerjaan dan aktivitas
PARTUS PREMATUR
lambat
IMMINENS
- Ketuban pecah dini

resiko tindakan
Kontraksi Uterus Rangsangan mengakhiri kehamilan
↑ pada uterus

Prostaglandin ↑ Tindakan Pembedahan


Mengurangi aktivitas persalinan normal (SC)

Dilatasi serviks Refleks mengisap


Luka episotomi
Bedrest tidak efektif

NYERI AKUT RESIKO INFEKSI


INTOLERANSI AKTIVITAS
KETIDAKEFEKTIFAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI PEMBERIAN ASI
Bagan 2.1 Pathway partus prematurus imminens
Sumber : Nugroho (2011), dan Sarwono ( 2013)
F. COLLABORATIVE CARE MANAGEMENT
1. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan kultur urin
2) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
3) Pemeriksaan darah tepi ibu
4) Jumlah leukosit
5) C-reative protein, CRP ada pada serum penderita infeksi akut
b. Pemeriksaan USG
Penipisan servik mendapati apabila ketebalan servik <3 cm dapat dipastikan
akan terjadi persalinan prematur. (Feryanto, 2012)
2. Medikasi
a. Simpatomik Beta
Obat-obatan betamimetik sepeti salbutamol dan ritrodrin dapat
mengahambat saraf simpatis di miometrium dan menunda proses proses
melahirkan selama 24 jam sampai 48 jam meskipun demikian, hal ini tidak
mengubah kematian perinatal. Obat-obat ini bermanfaat untuk menunda
kelahiran sampai pasien dapat dipindahkan ke fasilitas yang memadai dan
mempunyai dukungan layanan pediatrik. Pemberian obat-obat tersebut juga
bermanfaat untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid guna mempercepat
kematangan paru janin.
Obat-obatan ini mempunyai sejumlah efek samping, yaitu takikardia,
hiperglikemia, dan hipokalemia pada ibu. Denyut nadi antara 130 dan
140x/menit masih ditoleransi, namun dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan aritma jantung yang serius. Sejumlah laporan menunjukkan
terjadinya edama paru postpartum setelah penggunaan betamimetik bersama-
sama dengan kortikosteroid. Penggunaan obat-obatan ini dalam kombinasi
harus dilakukan dengan berhati-hati.
b. Antagonis Kalsium
Kelompok obat ini juga dapat menghambat aktivitas otot uterus, namun
sejauh ini belum ditemukan kelebihannya dibandingkan obat-obat
simpatomimetik beta.
c. Inhibitor prostaglandin
Obat-obat seperti indometasin dapat menghambat produksi prostaglandin
sintetase dan mengurangi aktivitas uterus. Indometasin tampaknya
merupakan tokolitik yang lebih baik dari dari pada betamimetik, tetapi
pemberian obat ini beresiko menyebabkan penutupan duktus arteriosus
secara dini dan penurunan aliran darah ke ginjal janin yang dapat berakibat
gagal ginjal jika tidak dipantau secara adekuat. Peningkatan angka
enterokolitis nekrotikans juga pernah dilaporkan pada neonatus yang
dilahirkan dalam waktu 48 jam dari pemberian dosis terakhir. Namun,
demikian indometasin tampaknya merupakan pengobatan yang efektif
untuk persalinan prematur dan penggunaannya semakin meningkat.
Indometasin dapat diberikan lewat rektum sebagai suposituria 100 mg, dua
kali sehari selama 48 jam.
d. Atosiban
Atosiban adalah peptida sintetik yang merupakan antagonis oksitosin
yang kompotitif pada reseptor di uterus dan berperan dalam pengobatan
persalinan prematur. Atosiban mungkin sedikit kurang efektif dalam
pengelolaan persalinan prematur dibandingkan beta-simpatomimeti, tetapi
obat ini ditoleransi lebih baik dalam segi efek samping terhadap sistem
kardiovaskular.
Penilaian obat ini sulit dilakukan karena gejala-gejala yang tampak
disekitar waktu persalinan masih belum pasti. Jika obat ini diberikan cukup
dini lalu diteruskan hingga aktivitas uterus terhenti, perhatikan selalu ada
kemungkinan pasien dapat mengalami persalinan palsu. Namun, bila leher
rahim melebar 3 cm, maka berlangsungnya persalinan tidak diragukan lagi.
Pendekatan yang lebih menjanjikan adalah pemberian penghambat reseptor
oksitosin seperti atosiban, tetapi perkembangan obat ini masih pada tahap
awal.
e. Kortikosteroid
Kortikosteroid yang diberikan sebelum usia kehamilan 34 minggu terbukti
dapat mempercepat kematangan paru janin dan mengurangi kejadian
sindroma gawat nafas serta kematian neonatal. Betametason dapat diberikan
sebanyak 24 mg dalam dua dosis terbagi, dengan interval pemberian 12
jam. (Hanretty, 2014)
f. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika
yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral,
yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan
lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan
antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis.
3. Diet
Diet yang baik untuk mencegah kelahiran prematur dapat disesuaikan dengan
masalah penyebabnya, seperti :
a. Hipertensi dalam kehamilan
Suplementasi diet yang mengandung hal-hal berikut ini :
1) Makanan yang mengandung asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-
3 . Seperti : ikan salmon, ikan tuna, brokoli, dan selada Makan
makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin E
2) Diabetes melitus dalam kehamilan
Diet yang baik diet yang kaya akan kabohidrat komplek, terutama
kacang-kacangan (setengah dari kalori pasien harus berasal dari
karbohidrat), protein dalam jumlah menengah (20% dari kalori), rendah
kolestrol dan rendah lemak (30% dari asupan kalori, tidak lebih dari
10% lemak jenuh), serta hanya sedikit dan tidak mengandung gula.
Diet harus banyak mengandung serat (40-70 g/hari) karena serat dapat
mengurangi kebutuhan insulin pada ibu. Dalam kehamilan kebutuhan
kaori meningkat sebanyak 300 kalori/hari. Pengaturan karbohidrat
tidak sekaku dulu karena
3) Anemia dalam kehamilan
Meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
dari bahan hewani (daging, ayam,ikan, hati,telur) dan bahan makanan
nabati (sayur-sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makan sayur dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(daun katu, bayam, jambu, tomat, dan jeruk) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. (Feryanto, 2012)
4) Aktifitas
Menghindari aktivitas yang berlebihan, seperti mengangkat beban
berat, terlalu lelah dan stres. Apabila adanya tanda-tanda pesalinan
maka ibu dianjurkan untuk meningkatkan tirah baring untuk
menunda persalinan. (Feryanto, 2012)
5) Pendidikan kesehatan
Apa itu kelahiran prematur ?
Kelahiran prematur merupakan kelahiran yang belum cukup umur
<37 minggu dan berat badan bayi <2500 gram. Ketika bayi
mengalami persalinan prematur, kemungkinan bayi bisa terkena
komplikasi medis terutama dibagian pernafasannya sehingga bayi
memerlukan bantuan intensif untuk organ pernafasannya . karena
masalah tesebut, penting bagi ibu hamil mengetahui cara mencegah
bayi lahir prematur. Mencegah bayi lahir secara prematur bisa
dilakukan dengan hal-hal dibawah ini :
a) Menjaga berat badan
Ibu hamil yang terlalu gemuk dan terlalu kurus sangat rentan
untuk melahirkan secara prematur menjaga berat badan agar tetap
ideal merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh ibu
hamil. Memang saat hamil, wanita akan mengalami peningkatan
berat badan yang signifikan. Banyak wanita hamil yang akan
mengalami peningkatan berat badan disaat trimester akhir.
Namun kebanyakan wanita yang tidak mengalami morning
sickness akan mengalami kenaikan berat badan sejak awal
kehamilan. Oleh sebab itulah, ibu harus mengontrol kenaikan
berat badan agar tetap memiliki berat badan ideal.
b) Menjaga kebersihan
Salah satu penyebab kelahiran prematur adalah infeksi. Oleh
sebab itu untuk menghindari melahirkan secara prematur, ibu
harus menjaga kebersihan baik personal hygiene maupun
makanan ibu.
c) Pola hidup sehat

Cara mencegah bayi lahir prematur, ibu harus menerapkan pola


hidup yang sehat. Pola hidup yang sehat bisa membut kesehatan
ibu dan janin yang ada dalam kandungannya sehat. Menerapkan
pola hidup sehat bisa dilakukan dengan cara berupa menghindari
merokok saat hamil, minuman keras, dan juga menghindari obat-
obatan terlarang atau obat yang dijual secara bebas.

d) Periksa rutin kehamilan


Untuk mencegah bayi lahir prematur, ibu harus rutin
memeriksakan kehamilan pada dokter kandungan. Memeriksa
kandungan ke tenaga medis bisa dilakukan sebanyak 1 bulan
sekali sampai usia 37 minggu, meski ibu hamil tidak mengalami
gangguan. (Feryanto, 2012)
I. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Data Subyektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenatal, dan komplikasi, riwayat ketuban pecah dini
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan
3) Pengobatan yang didapat saat ini
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen
5) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri, dan
ginekologi, koliletiasis atau gangguan abdomen lainnya, gangguan
tiroid, dan ada tidaknya depresi
6) Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, ketidak hadiran ditempat bekerja, perubahan status
kesehatan atau stresor kehamilan, respon anggota keluarga yang
dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit, serta sistem
pendukung.
7) Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi , dan kehamilan yang
tidak direncanakan.
8) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya.
Jika mengalami muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan
kualitasnya. Kaji juga faktor yang memperberat dan memperingan
keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik difasilitas kesehatan
atau pengobatan di rumah. Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau
flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri
abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor
memperingan dan memperberat nyeri.
b) Pengkajian Data Objektif
1) Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia, atau hipotensi,
ototstatik, frekuensi pernafasanmeningkat, atau adanya nafas bau
aseton
2) Tanda-tanda umum seperti distres emosional dan ada tidaknya
toksik
3) Berat badan meningkat atau menurun
4) Status hidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membran mukosa
(kering atau lembab), dan oliguria.
5) Status kardiovaskular seperti kualitas nadi (kuat atau lemah),
takikardia, atau terjadi hipotensi ortostatistik
6) Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif
merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri tekan
atau nyeri lepas
7) Genitourinaria seperti nyeri kostovenral dan nyeri suprapublik
8) Eliminasi seperti perubahan pada konsistensi feses, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih
9) keadaan janin meliputi pemeriksaan DJJ, tinggi fundus uteri, dan
perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik,
biologis, kimia, psikologis), kontraksi otot dan efek obat-
obatan. 
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring, kelemahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
tubuh primer
d. Defisit perawatan diri
e. ketidakcukupan produksi ASI berhubungan dengan
reflex mengisap tidak efektif (bayi lahir premature)
3. Perencanaan
a. Nyeri Akut
1) Definisi : pengalaman sensori atau emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau prediksi (Herdman dkk, 2017).
2) Faktor yang berhubungan
a) Agens cedera biologis (mis : infeksi, iskemia, neoplasma)
b) Agens cedera fisik (mis : abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
c) Agens cedera kimiawi (mis : luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens mustard) (Herdman dkk 2017).
3) Intervensi dan rasional :
a) Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional : data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
b) Kaji status pernapasan klien.
Rasional : penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida,
yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam
kandungannya.
c) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakan keperawatan.
d) Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi
nyeri.
Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang
dialaminya.
e) Ajarkan teknik relaksasi – distraksi
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien.
f) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi
akut.
g) Anjurkan menggunakan kompres hangat.
Rasional: membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
h) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : diperlukan untuk mengurangi nyeri (Kusuma, 2013).
b. Intoleransi Aktifitas
1) Definisi : Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan
2) Faktor yang berhubungan
a) Tirah Baring atau imobilisasi
b)Kelemahan umum
c) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d)  Imobilitas
e) Gaya hidup monoton
3) Intervensi dan Rasional
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
Rasional : agar dapat memilih intervensi yang tepat untuk
selanjutnya
b) Bantu klien untuk aktivitas yang diinginkan
Rasional : Meminimalkan kegiatan klien, untuk menghindari
komplikasi
c)   Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Rasional : Keluarga dapat ambil bagian dalam aktivitas klien
selama ditempat tidur.
c. Resiko infeksi
1) Definisi : rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan (Herdman dkk, 2017)
2) Faktor yang berhubungan
a) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
b) Malnutrisi
c) Obesitas
d) Penyakit kromis (mis, DM)
e) Prosedur invasif
f) Pertahanan tubuh primer tidak adekuat : gangguan integritas kulit,
gangguan peristaltis, merokok, pecah ketuban dini, pecah ketuban
lambat, penurunan kerja siliaris, perubahan pH sekresi, stasis cairan
tubuh
g) Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat : imunosupresi,
leukopenia, penurunan konsentrasi Hb, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
h) Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat (terpajan pada
wabah) (Herdman dkk, 2017).
3) Intervensi dan rasional
a) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan adanya
infeksi.
b) Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda – tanda infeksi.
c) Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, rawat
luka dengan teknik aseptic
Rasional : mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme
infeksius.
d) Dapatkan kultur darah, vagina dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan
tingkat keterlibatan.
e) Catat hb dan ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan.
Rasional : resiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan
buruk bila kadar hb rendah dan kehilangan darah berlebihan
(Kusuma, 2013).
d. Defisit Perawatan Diri
1) Definisi : hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri secara mandiri (Herdman dkk, 2017)
2) Faktor yang berhubungan
a) Ansietas
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Gangguan muskuloskeletal
d) Gangguan neuromuskular
e) Gangguan persepsi
f) Kelemahan
g) Kendala lingkungan
h) Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
i) Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
j) Nyeri
k) Penurunan motivasi (Herdman dkk, 2017)
3) Intervensi dan rasional
a) Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan.
Rasional : nyeri dapat mempengaruhi respon emosi dan perilaku,
sehingga kita mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri
sampai kebutuhan fisik.
b) Tentukan tipe-tipe anestesi.
Rasional : pasien yang telah menjalani anestesia spinal dapat
diarahkan untuk berbaring datar.
c) Ubah posisi klien setiap 2 jam.
Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah yaitu flebitis.
d) Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi,
gosokan punggung dan perawatan perineal).
Rasional : memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan
kesejahteraan bantuan profesional (Kusuma, 2013).
e. Ketidakefektifan pemberian ASI
1) Definisi : kesulitan memberikan susu pada bayi atau anak secara
langsung dari payudara, yang dapat mempengaruhi status nutrisi bayi /
anak (Herdman dkk, 2017)
2) Faktor yang berhubungan
a) Ambivalensi ibu
b) Anomali payudara ibu
c) Ansietas ibu
d) Defek orofaring
e) Diskontinuitas pemberian ASI
f) Keletihan ibu
g) Keluarga tidak mendukung
h) Keterlambatan laktogen II
i) Kurang pengetahuan orang tua tentang pentingnya ASI
j) Kurang pengetahuan orang tua tentang teknik menyusui
k) Masa cuti melahirkan yang pendek
l) Nyeri ibu
m) Obesitas ibu
n) Pembedaha payudara sebelumnya
o) Penambahan makanan dengan puting artifisial
p) Penggunaan dot
q) Prematuritas
r) Refleks isap bayi burul
s) Riwayat kegagalan menyusui sebelumnya
t) Suplai ASI tidak cukup
u) Tidak cukup waktu untuk menyusu ASI (Herdman dkk, 2017)
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya. Rasional : membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
b) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui . Rasional :
posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat
merusak dan mengganggu.
c) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui . Rasional :
agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal (Kusuma,
2013).
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Kusuma, 2013).
Evaluasi pada ibu masa nifas adalah :
a) Nyeri pasien dapat berkurang / hilang
b) Intoleransi aktivitas dapat teratasi
c) Resiko infeksi tidak terjadi
d) Perawatan diri pasien terpenuhi
e) Pemberian ASI efektif

Anda mungkin juga menyukai