Anda di halaman 1dari 13

ILMU DASAR KEPERAWATAN V

FARMAKOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KECEMASAN
LORAZEPAM

DISUSUN OLEH :

1. APRIS SURENI RAHAYU (1811020069)


2. FIRLI MADANI AKBARIZA (1811020081)
3. MAYA AMELIA (1811020082)
4. WARIH JATI ANGGORO (1811020096)
5. ATIEKA WAHYU S (1811020116)
6. SITI EKA HARWATI (1811020127)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lorazepam adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan.
Lorazepam mampu menghasilkan efek menenangkan di berbagai bagian otak dan
system saraf pusat. Efek menenangkan ini sangat membantu dalam berbagai kondisi
yang menyabebkan rasa gelisah atau cemas, sepeti sebelum kemotrapi.
Lorazepam masuk kelompok obat yang disebut benzodiazepines. Obat ini
mempengaruhi zat kimia di otak yang bisa saja menjadi tidak seimbang dan dapat
menyebabkan gangguan jiwa dan anxiety. Ketidak seimbangan zat kimia dalam otak
dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan kegelisahan. Lorazepam digunakan
untuk mengobati gangguan kecemasan. Lorazepam, awalnya dipasarkan di bawah
nama merek Ativan dan temesta. Lorazepam memiliki efek sedative atau hipnotik
yang cukup kuat, dimana obat lorazepam tersebut bisa digunakan untuk penderita
insomnia (susah tidur).

1.2. 1 Tujuan Umum


1. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat lorazepam.
2. Untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik obat lorazepam.
3. Untuk mengetahui dosis lorazepam.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kasus yang berkaitan dengan obat
lorazepam.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efek samping dari obat lorazepam.
2. Untuk mengetahui obat dari efek samping lorazepam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ilustrasi Kasus

Seorang laki-laki berusia 39 tahun yang bernama T, lulusan terakhir SMA, islam,
pekerjaan wiraswasta tinggal di Solo. Pasien datang ke UGD RSJ pada tanggal 19 mei
2019 karena merasa dadanya berdebar dan keringat dingin. Keluhan ini dimulai sejak
satu minggu yang lalu, sebelumnya pasien merasakan gelisah, cemas, stress, perasaan
tertekan dan mudah putus asa pada saat di tempat terbuka ataupun di luar lingkungan
keluarga. Pasien merasa lemas dan mual. Tidak ada riwayat trauma, mengkonsumsi
alkohol maupun obat-obatan terlarang. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi tidak
mengetahui penyebabnya. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa yang
didapatkan pada pasien adalah gangguan panik. Pasien diberikan terapi golongan
Benzodiazepin Aprazolam 1x0,5 mg. Pasien dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik RSJ
Daerah Solo.

2.2 Analisa Kasus

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan perasaan cemas yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan
dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
stres yang berlebi. Hal ini sesuai dengan definisi stress menurut Sarafino adalah kondisi
yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada
system biologi, psikologis dan sosiald dari seseorang. Berdasarkan data-data yang
didapat melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan riwayat
demam tinggi, trauma, sakit berat, penurunan kesadaran dan kejang. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik. Selain itu,
pasien juga tidak pernah meminum alkohol ataupun obat-obatan terlarang lainnya
sehingga dapat menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif. Daya nilai norma sosial (judgement) dan terganggunya daya
tilikan diri (insight).
Selain itu tidak dapatkan isi pikiran pasien yang bergema dalam dirinya, isi
pikirannya dimasukin atau diambil dari luar dan isi pikirannya tersiar. Selain itu juga
tidak didapatkan adanya waham baik waham dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu,
dipengaruhi, waham dirinya tidak berdaya dan pasrah dan pengalaman menerima
mukjizat. Selain itu juga pasien tidak didapatkan adanya halusinasi baik itu auditorik
maupun visual. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis skizofrenia,
skizotipal dan gangguan waham. Pada pasien juga tidak didapatka gangguan suasana
perasaan baik berupa afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental.
Pada pasien didapatkan perasaan dadanya berdebar, keringat dingin, nyeri atau
tidak nyaman di dada dan rasa takut meninggal. Dimana perasaan kecemasan ini timbul
secara episodik dan pada keadaan yang secara objektif tidak ada bahaya. PPDGJ-III
gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala agorafobia, fobia sosial
maupun fobia khas. Karena menurut pasien episode kecemasannya ini dapat terjadi pada
saat apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada saat di tempat terbuka ataupun di luar
lingkungan keluarga.
Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara
serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas
antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi. Pada pasien juga didapatkan ansietas antisipatorik yaitu
ansietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
Dari anamnesis gejala tidak didapatkan selama 1 minggu ini namun dimulai
sekitar ± 3 tahun yang lalu. Pada status mental didapatkan selama wawancara pasien
merasa gelisah. Mood pasien cemas dengan afek terbatas dan serasi. Tidak ada gangguan
persepsi. Pada isi pikir terdapat cemas dengan diagnosis pada kasus ini juga dapat
disingkirkan yaitu diagnosis gangguan cemas menyeluruh.

2.3.Deskripsi Obat

2.3.1 Indikasi Dan Kontraindikasi


a. Indikasi
Terapi anxietas, tatapi tidak digunakan dengan stress yang dialami setiap
hari, sedasihipotonik, terapi insomnia, memeberikan efek antikonvulsan dan
amnestic(hanya parental), antipanic agen dan antitremor agent (secaraoral),
antiemetic pada kemotrapi kanker (hanya parenteral), relaksasi otot.
b. Kontraindikasi
Dilihat dari masalah-masalah dalam pengobatan: intoksikasi alcohol dengan
gejalah vital yang ditekan (depresi CNS), koma, shock (efek hipnotik atau
hiposensitif dari pemberian benzodiazepine secara parenteral). Menimbulkan
kematian jika dikonsumsi setelah meminum alcohol.

2.3.2 Farmakokinetik dan Farmakodinamik

a. Farmakokinetik
Lorazepam sangat terikat protein dan banyak dimetabolisme menjadi
metabolit tidak aktif secara farmakologis.  Karena kelarutan lemaknya yang buruk,
lorazepam diserap relatif lambat melalui mulut dan tidak cocok untuk pemberian
dubur. Namun, kelarutan lemaknya yang buruk dan tingkat pengikatan protein
yang tinggi (85-90% ) berarti volume distribusinya terutama
kompartemen vaskular , menyebabkan efek puncak yang relatif
berkepanjangan. Ini kontras dengan diazepam yang sangat larut dalam lemak,
yang, meskipun cepat diserap secara oral atau rektal, segera mendistribusikan
kembali dari serum ke bagian tubuh lain, khususnya, lemak tubuh. Ini menjelaskan
mengapa satu dosis lorazepam, meskipun waktu paruh serumnya lebih pendek,
memiliki efek puncak yang lebih lama daripada dosis diazepam yang
setara.  Lorazepam terkonjugasi dengan cepat pada kelompok 3-hidroksi menjadi
lorazepam glukuronida yang kemudian diekskresikan dalam urin. Lorazepam
glucuronide tidak memiliki aktivitas SSP yang dapat dibuktikan pada
hewan. Tingkat plasma lorazepam sebanding dengan dosis yang diberikan. Tidak
ada bukti akumulasi lorazepam pada administrasi hingga enam bulan. Pada
pemberian rutin, diazepam akan terakumulasi, karena memiliki waktu paruh lebih
lama dan metabolit aktif, metabolit ini juga memiliki waktu paruh yang panjang.
b. Farmakodinamik
Lorazepam bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor Gamma
Aminobutyric Acid (GABA) yang banyak terdapat di sistem saraf pusat manusia.
Ikatan yang terjadi antara lorazepam dengan reseptor GABA tidak menggantikan
posisi GABA pada reseptornya, melainkan meningkatkan ikatan GABA dengan
reseptornya pada kompleks reseptor yang sama. Interaksi ini yang dipercaya
menyebabkan respons berupa penurunan kecemasan, sedasi, dan penurunan
kejadian kejang. Intensitas respons tersebut berhubungan langsung dengan jumlah
ikatan yang terbentuk antara golongan benzodiazepin dengan reseptor.
Pada dewasa normal yang mendapatkan lorazepam ditemukan gangguan
koordinasi visual selama 8 jam setelah pemberian 4 mg lorazepam dan 4 jam
setelah pemberian 2 mg lorazepam. Penggunaan lorazepam juga ditemukan
mengganggu koordinasi tangan dan mata sehingga tidak disarankan untuk
penggunanya mengoperasikan kendaraan bermotor dan mesin atau olahraga yang
berbahaya.

2.3.3 Dosis Obat

Kondisi Usia Dosis


Dewasa 2-3 mg, diberikan pada
malam hari sebelum
operasi, dilanjutkan
dengan 2-4 mg,

Persiapan operasi untuk diberikan 1-2 jam

mengurangi kecemasan sebelum operasi.


Lansia Dosis dikurangi atau
setengah dari dosis
dewasa.
Anak-anak 0,5-2,5 mg/kgBB, 1 jam
sebelum operasi.
Dewasa 1-4 mg per hari, yang
dibagi menjadi
beberapa jadwal
knsumsi, selama 2-4
Gangguan kecemasan
minggu.
Lansia Dosis dikurangi atau
setengah dari dosis
dewasa.
Anak-anak Tidak dianjurkan.
Insomnia terkait gangguan Dewasa 1-2 mg, sebelum atau
kecemasan tidur.
Lansia Dosis dikurangi atau
setengah dari dosis
dewasa.
Anak-anak Tidak dianjurkan.

2.4. Nursing Process Pada Pemberian Obat Lorazepam

2.4.1 Pengkajian

Nama : Tn. T
Tempat/Tanggal Lahir: -
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin :Laki-Laki
Pendidikan : SMA
Suku :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 19 Mei 2019
Sumber Informasi :-
Lama Bekerja :-
Alamat : Solo

2.4.2 Diagnosis/Problem

Data Subjektif dan Data Etiologi Problem


Objektif
DS :- Pasien mengatakan dadanya Stresor Stres berlebih
berdebar
- Pasien mengatakan
gelisah, cemas,
stress, perasaannya
tertekan dan mudah
putus asa
- Pasien mengatakan
lemas
- Pasien mengatakan
mual
DO : - Pasien terlihat berkeringat
Stresor Ansietas

2.4.3 Intervensi/Implementasi
a. Intervensi
Data Kriteria Hasil Perencanaan
(NOC : SMART) (NIC : ONEC)
Stress Setelah dilakukan asuhan Peningkatan koping
berlebihan keperawatan selama 3x24 O : gunakan
berhubungan jam, stres teratasi. Dengan pendekatan yang
dengan stresor kriteria hasil : tenang dan
ditandai # Tingkat stres memberikan
dengan stress, Awal Akhir jaminan
kecemasan dan Kegelisahan 1 5 N : bantu pasien
Terputusny 2 5
perasaan untuk memecah
a proses
tertekan tujuan yang
berpikir
Depresi 2 5 kompleks, menjadi
Kecemasan 1 5 lebih kecil dengan
langkah yang dapat
dikelola
E : 1) Evaluasi
kemampuan pasien
dalam membuat
keputusan, 2)
Berikan penilaian
mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
C : 1) Dukung
keterlibatan
keluarga, dengan
cara yang tepat, 2)
dukung keluarga
untuk
memverbalisasikan
perasaan mengenai
sakitnya anggota
keluarga.
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pengurangan
berhubungan keperawatan selama 3x24 kecemasan
dengan stresor jam, stres teratasi. Dengan O : 1) Berikan objek
ditandai kriteria hasil : yang menunjukkan
dengan # Tingkat kecemasan perasaan aman
gelisah,mual 2) Gunakan
dan putus asa Awal Akhir pendekatan yang
Perasaan 1 5 tenang dan
gelisah meyakinkan
Berkeringa 2 5
N : Bantu klien
t dingin
Fatigue 2 5 mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
E : Berikan
informasi faktual
terkait diagnosis,
perawatan dan
prognosis
C : Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat

b. Implementasi

Hari/Tanggal/Waktu Diagnosis Implmentasi


Senin, 19 Mei 2019. Stress berlebihan Peningkatan koping
Pukul 07.00 WIB berhubungan O : Menggunakan
dengan stresor pendekatan yang
ditandai dengan tenang dan
stress, kecemasan memberikan jaminan
dan perasaan N : Membantu pasien
tertekan untuk memecah
tujuan yang
kompleks, menjadi
lebih kecil dengan
langkah yang dapat
dikelola
E : 1) Mengevaluasi
kemampuan pasien
dalam membuat
keputusan, 2)
Memberikan
penilaian mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
C : 1) Mendukung
keterlibatan keluarga,
dengan cara yang
tepat, 2) Mendukung
keluarga untuk
memverbalisasikan
perasaan mengenai
sakitnya anggota
keluarga.
Ansietas Pengurangan
berhubungan kecemasan
dengan stresor O : 1) Memberikan
ditandai dengan objek yang
gelisah,mual dan menunjukkan
putus asa perasaan aman
2) Menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
N : Membantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
E : Memberikan
informasi faktual
terkait diagnosis,
perawatan dan
prognosis
C : Mendorong
keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat

2.4.4 Evaluasi

Evaluasi berdasarkan Subjektif, Objektif, Assesment, Planning (SOAP):


S : Klien mengatakan dadanya berdedebar, dan keringat dingin
O : klien tampak cemas dan lemas
A : tujuan tercapai
P : Intervensi tercapai

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada kasus di atas dapat disimpulkan bahwa tn. T
mengalami gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan adalah rasa cemas atau khawatir
yang berlebihan dan terkendali sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.

1.2 Saran
Untuk penderita gangguan kecemasan ataupun penyakit lainnya sebaiknya
mengonsumsi obat sesuai dosis, jangan berhenti secara tiba-tiba tanpa konsultasi dengan
dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Knee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
Rehatta, N Margarita dkk. 2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Staf pengajar departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC
Http://www.alodokter.com (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019, pukul 19.10)
https://www//id.scribd.com/doc/305446510/Lorazepam (Diakses pada tanggal 23 Oktober
2019, pukul 20.18)
https://www/academia.edu/22792554/Anti_Depresan (Diakses pada tanggal 23 Oktober
2019, pukul 20.30)

Anda mungkin juga menyukai