Perbaikan Ke-2 Penulisan Ilmiah
Perbaikan Ke-2 Penulisan Ilmiah
PENULISAN ILMIAH
JUDUL:
OLEH:
1807010431
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
perkenanan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Penulisan
Ilmiah dengan judul Konsep Perilaku Kesehatan. Penulis sangat berterima kasih
kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini, dengan tugas yang ada
penulis dapat belajar banyak tentang perilaku-perilaku kesehatan yang terjadi di
masyarakat.
penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan edukasi kepada mahasiswa dan pembaca, namun dalam pembuatan
makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna penulis dapat memperbaiki makalah ini dilain
kesempatan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR PUSTAKA ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 3
2.2 Pembahasan 3
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Menjelaskan defenisi dari perilaku
1.3.2 Menjelaskan konsep perilaku kesehatan
1.3.3 Menjelaskan domain perilaku kesehatan
1.3.4 Menjelaskan determinan perilaku kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pembahasan
2.2.1 Defenisi Perilaku
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (keturunan). Perilaku
merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
setelah lingkungan (H.L Blum). Perilaku adalah tindakan individu yang
timbul akibat adanya rangsangan, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan
terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan
yang disebut rangsangan tertentu akan menimbulkan perilaku tertentu
(Eksiklopedia Amerika).
3
2.2.2 Konsep Perilaku Kesehatan
Konsep Perilaku Kesehatan menurut Notoatmodjo, (2003) menyatakan
perilaku adalah proses dari penginderaan individu terhadap suatu objek atau
rangsangan, proses penginderaan tersebut dapat berupa berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, makan dan minum, serta kegiatan lainnya yang berupa
tindakan. Menurut Skinner (1938) sendiri, perilaku merupakan reaksi
seseorang akibat adanya rangsangan dari luar tubuhnya. Oleh karena perilaku
ini terjadi karena adanya stimulus terhadap individu, dan individu meresponi
dalam bentuk tindakan, teori Skinner ini lebih dikenal dengan sebutan teori
“S-O-R”.
Perilaku kesehatan merupakan tindakan respons individu (organisme)
terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit yang dialami
individu, pelayanan kesehatan, makanan dan minuman yang dikonsumsi serta
lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrence Green (1980), untuk dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang harus ada faktor predisposisi (faktor yang
mempermudah), faktor pemungkin (faktor yang menfasilitasi) dan faktor
penguat (faktor pendorong) sehingga orang tersebut dapat diarahkan kepada
perilaku kesehatan yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan. Berbeda
dengan teori Green, Snehandu mengatakan bahwa orang berperilaku
kesehatan karena ada niat untuk bertindak, adanya dukungan dari masyarakat,
informasi yang diperoleh harus jelas, dalam berperilaku kesehatan seseorang
tidak mengalami keterpaksaan (bebas) dan situasi harus memungkinkan
sehingga perilaku kesehatan dapat berjalan dengan baik. Masyarakat mau
berperilaku karena adanya alasan yaitu perilaku kesehatan timbul akibat
adanya pertimbangan pribadi terhadap objek atau rangsangan (WHO, 1984).
4
2.2.3 Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan seseorang pada umumnya dipengaruhi kepercayaan
individu terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan tidak hanya
berdasarkan atas pengetahuan saja (Kosa dan Robertson). Benyamin Blum
(1908) menjelaskan ada tiga domain perilaku kesehatan, yakni kognitif,
afektif dan psikomotor. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, teori Blum
ini dikembangkan menjadi tiga tingkat domain perilaku, antara lain:
pengetahuan (hasil dari tidak tahu menjadi tahu), sikap merupakan respons
seseorang terhadap rangsangan yang datang, dimana respons ini melibatkan
faktor pendapat dan emosi individual (Campbell, 1950). Selanjutnya tingkat
ke tiga yaitu tindakan atau praktik, menurut Allport (1954) dibedakan menjadi
tiga berdasarkan kualitasnya, yaitu:
a. Praktik Terpimpin
Individu telah melakukan tindakan terhadap rangsangan yang datang
tetapi masih tergantung terhadap tuntunan atau panduan yang ada.
Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih
menunggu diingatkan oleh tenaga kesehatan, tetangga atau anggota
keluarganya.
b. Praktik Secara Mekanisme
Disebut tindakan mekanis karena seorang individu telah melakukan
atau mempraktikan sesuatu hal secara alamiah/otomatis. Misalnya,
seorang ibu yang selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang,
tanpa harus menunggu perintah dari kader atau tenaga kesehatan.
c. Adopsi
Tindakan yang dilakukan sudah sampai pada tahap melakukan dengan
cara yang berbeda/memodifikasikan sehingga apa yang dilakukan bukan
sebagai rutinitas atau mekanisme saja. Misalnya, seorang ibu yang ingin
memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bergizi tinggi
bahan makanan tersebut murah harganya.
5
2.2.4 Determinan Perilaku Kesehatan
Menurut Lawrence Green (1980), terdapat dua determinan masalah
kesehatan yaitu behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral
factors (non perilaku). Green juga menjelaskan perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor yang mempermudah orang
dalam berperilaku baik yaitu sikap, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
tradisi yang ada (faktor predisposisi), selanjutnya faktor pemungkin
merupakan yang memfasilitasi orang dalam melakukan suatu perilaku
kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, penyediaan tempat
pembuangan sampah sehingga masyarakat mau untuk mebuang sampah pada
tempat sampah, tempat olahraga dan tersedianya toilet sehingga
memungkinkan orang membuang air besar di jamban. Faktor ketiga yaitu
faktor penguat merupakan faktor yang mendorong orang dalam berperilaku.
Misalnya, ibu hamil mau memeriksakan kandungannya ke fasilitas kesehatan
karena mendapat dorongan dari anggota keluarga untuk terus memeriksakan
kandungannya, selain itu juga ibu memperhatikan tetangganya yang hamil
yang rutin memeriksakan kandungannya.
Sedangkan menurut Snehandu (1983), ada lima determinan perilaku yaitu
adanya niat seseorang untuk bertindak. Ketika seseorang ada niat untuk
bertindak harus ada dukungan dari masyarakat, dukungan yang diberikan
dapat berupa penyampaian informasi sehingga individu percaya untuk terus
berperilaku kesehatan, dalam berperilaku situasi harus memungkinkan tanpa
adanya paksaan sehingga individu merasakan kebebasan dalam mengambil
tindakan.
Determinan lainnya adalah pemikiran dan perasaan dari individu
merupakan pertimbangan individu terhadap rangsangan yang ia terima,
sumber daya yang mendukung untuk terjadinya perilaku, jika dibandingkan
dengan pendapat Green, determinan sumber daya berhubungan dengan
penyediaan sarana dan prasarana atau fasilitas, serta sosial budaya setempat
6
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan (sosial budaya adalah
faktor eksternal yang secara langsung memperngaruhi individu yang tinggal
atau menetap dan terikat oleh kebudayaan masyarakat setempat) (WHO,
1984).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
setelah lingkungan (H.L Blum). Perilaku kesehatan merupakan tindakan respons
individu (organisme) terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit
yang dialami individu, pelayanan kesehatan, makanan dan minuman yang dikonsumsi
serta lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu (Notoatmodjo,
2007). Masyarakat mau berperilaku karena adanya alasan yaitu perilaku kesehatan
timbul akibat adanya pertimbangan pribadi terhadap objek atau rangsangan (WHO,
1984).
Benyamin Blum (1908) menjelaskan ada tiga domain perilaku kesehatan, yakni
kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Lawrence Green (1980), adanya dua
determinan masalah kesehatan yaitu behavioral factors (faktor perilaku) dan non
behavioral factors (non perilaku). Sedangkan menurut Snehandu (1983), ada lima
determinan perilaku yaitu adanya niat seseorang untuk bertindak, ketika seseorang
ada niat untuk bertindak harus ada dukungan dari masyarakat, dukungan yang
diberikan dapat berupa penyampaian informasi sehingga individu percaya untuk terus
berperilaku kesehatan, dalam berperilaku situasi harus memungkinkan tanpa adanya
paksaan sehingga individu merasakan kebebasan dalam mengambil tindakan.
3.2 SARAN
Dalam membentuk perilaku seseorang dituntut untuk memiliki motivasi baik itu
internal atau eksternal, pengetahuan yang baik, sikap dan niat serta mampu
mempraktekkan semuannya itu dalam berperilaku yang baik agar tercapailah perilaku
yang diinginkan. Perubahan perilaku sendiri harus adanya niat, sikap, kepercayaan,
pemikiran dan perasaan dari orang yang bersangkutan agar memiliki perubahan
perilaku yang senada atau seseuai dengan harapan orang tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.