Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburg-nya mendefinisikan
demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Hal ini berarti
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui
demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

Dengan adanya sistem demokrasi, kekuasaan absolut satu pihak melalui tirani,
kediktatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan
kebebasan berpendapat bagi rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua orang
dapat mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja. Sementara itu,
wanita, budak, orang asing dan penduduk yang orang tuanya bukan orang setempat tidak
memiliki hak untuk itu. Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai
respon kepada masyarakat umum yang ingin menyuarakan pendapat mereka.

Perjalanan demokrasi di Indonesia mengalami pasang-surut sejarah lahirnya Republik


ini hingga sekarang. Akan tetapi dalam perjalanannya kemudian demokrasi tidak jarang
menuai beragam hambatan atau bahkan ancaman. Salah satu ancaman terbesar yang sedang
dihadapi demokrasi Indonesia saat ini adalah keputusasaan terhadap demokrasi itu sendiri
yang belum berbanding lurus dengan tujuannya, serta melemahnya kekuatan gerakan
demokrasi dalam berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang anti demokrasi.

Indonesia termasuk sebagai bangsa yang beruntung karena sejak awal mayoritas
rakyatnya telah memilih sistem demokrasi untuk mengatur negara yang baru lahir.
Penduduknya yang mayoritas muslim hampir tidak ada yang alergi terhadap demokrasi,
berkat didikan yang diberikan oleh para pemimpinnya (founding fathers). Kenyataan ini
merupakan modal penting untuk dikembangkan lebih secara bertanggung jawab. Adapun
buahnya masih belum seperti yang diharapkan karena kesalahan dan kelemahan pemimpin
negeri ini dalam berpolitik. Upaya perbaikan sistem ini harus dilakukan terus menerus tanpa
merasa bosan, sekalipun pada hasilnya sering menyakitkan dan melelahkan.
Demokrasi Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan baik pada saat
revolusi, orde Lama, orde baru, reformasi hingga sekarang. Di setiap perkembangan
demokrasi di Indonesia terdapat pedoman dan aturan yang berbeda-beda sesuai dengan
keinginan atau tujuan yang hendak dicapai dari pemerintahan yang berkuasa saat itu. Dalam
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terkadang mengalami kegagalan, salah satunya
disebabkan karena ketidak-konsistenannya penguasa sehingga peraturan yang dibuat hanya
menguntungkan golongan tertentu. Oleh karena itu kelompok kami akan menjelaskan tentang
Demokrasi Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian dan perkembangan demokrasi Indonesia?
1.2.2 Apa sajakah nilai-nilai demokrasi di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana demokrasi dan pendidikan demokrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan perkembangan demokrasi Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui nilai-nilai demokrasi di Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui demokrasi dan pendidikan demokrasi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca dapat
memahami secara runtut dan jelas mengenai konsep demokrasi secara umum maupun
demokrasi yang dijalankan di Indonesia. Selain itu, diharapkan penulisan makalah ini dapat
memicu kesadaran mahasiswa (pembaca) akan arti pentingnya mempertahankan nilai-nilai
demokrasi di negeri ini, karena demokrasi merupakan benteng utama dalam menangkal
otoriterisme, komunisme, serta berbagai pandangan kekhilafahan yang dapat merusak tatanan
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata Yunani, yaitu demos  dan kratos. Demos artinya


rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi artinya pemerintahan rakyat,
yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan. Jadi
secara bahasa demos-cratein atau demoscratos (demokrasi) adalah keadaan negara di
mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat
dan kekuasaan oleh rakyat. 

Sedangkan secara istilah, arti demokrasi diungkapkan oleh beberapa ahli yaitu :

a) Joseph A. Schmeter mengungkapkan bahwa demokrasi merupakan suatu


perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat;
b) Sidnet Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa;
c) Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan bahwa demokrasi adalah
suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara
tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih;
d) Sedangkan Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi sebagai sistem politik
merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas
dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Adapun hakekat dari demokrasi sebagaimana kita pahami terdapat pada makna:

 pemerintahan dari rakyat (government of the people );


 pemerintahan oleh rakyat (government by people ); dan
 pemerintahan untuk rakyat (government for people).

Hakikat makna yang terkandung pada government of the people adalah untuk


menunjukkan bahwa dalam negara demokrasi, keabsahan/legitimasi terhadap siapa yang
memerintah (pemerintah) berasal dari kehendak rakyat. Sementara makna yang dapat
diungkap dari government by people yakni bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang dilakukan pemerintah prosesnya diawasi oleh rakyat. Sedangkan untuk government
for people terkandung makna bahwa dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan oleh
pemerintah adalah harus dilangsungkan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat.

Jadi, negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan


kehendak dan kemauan rakyat atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu
pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat
karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia cukup menarik. Dalam upaya mencari


bentuk demokrasi yang paling tepat diterapkan di negara RI, ada semacam trial and error,
coba dan gagal. Namun kalau direnungkan secara arif, ternyata untuk menuju ke sistem
demokrasi yang ideal perlu waktu yang cukup panjang.
Sebagai perbandingan dapat dilihat sejarah perkembangan konsep demokrasi di
Amerika Serikat, yaitu suatu negara yang dianggap sebagai negara demokrasi yang ideal
sekali, di negar tersebut sebenarnya masih banyak kekurangan. Untuk menyusun konstitusi,
amerika memerlukan waktu selama 11 tahun, untuk menghapus perbudakan memerlukan
waktu 86 tahun, untuk memberi hak pilih kaum wanita memerlukan 114 tahun, dan untuk
menyusun draf konstitusi yang melindungi seluruh warga negara memerlukan waktu selama
188 tahun.
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia mencari bentuk demokrasi yang tepat sejak tahun
1945 hingga sekarang masih terantuk-antuk. Hal ini bukan karena ketidakseriusannya tetapi
karena memerlukan waktu panjang. Membicarakan demokrasi Indonesia, bagaimanapun juga
tidak terlepas dari periodesasi sejarah politik di Indonesia, yaitu apa yang disebut sebagai
periode pemerintahan massa revolusi kemerdekaan, pemerintahan demokrasi liberal,
pemerintahan demokrasi terpimpin, dan pemerintahan demokrasi pancasila :

a) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959


Demokrasi liberal adalah paham demokrasi yang menekankan pada kebebasan
individu, persamaan hukum, dan hak asasi bagi warga negaranya. Demokrasi liberal atau
sering disebut demokrasi parlementer, karena lembaga yang memegang kekuasaan
menentukan terbentuknya dewan (kabinet) berada di tangan parlemen atau DPR. Masa
demokrasi liberal yang parlementer, presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai
Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen,
akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
 Landasan demokrasi liberal adalah
1.    maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945.
2.    konstitusi RIS 1949 (pasak 116 ayat 2), dan
3.    konstitusi UUD sementara tahun 1950 (pasal 83 ayat 2).
 Ciri-ciri demokrasi liberal adalah
1.    adanya golongan mayoritas/minoritas, dan
2.    penggunaan sistem voting,oposisi, mosi dan demonstrasi, serta multipartai.

Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
1. Dominannya partai politik.
2. Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
3. Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Bubarkan konstituante
2. Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.

b) Pelaksanaan demokrasi Terpimpin 1959 – 1966


Dekrit Presiden 5 juli 1959 merupakan tonggak terakhir masa berlakunya demokrasi
parlementer di Indonesia sekaligus awal berlakunya demokrasi terpimpin. Demokrsai
terpimpin adalah paham demokrasi yang berintikan musyawarah mufakat secara gotong-
royong antar semua kekuatan nasional progresif devolusioner berporoskan Nasakom
(Nasional, Agama, Komunis).
Demokrasi terpimpin juga disebut demokrasi yang tidak memperhatikan hak-hak
asasi warga negaranya, dan tidak pula mengenal lembaga kekuasaan dalam tata
pemerintahannya. Demokrasi terpimpin berlangsung mulai Juli 1959-april 1965.
Ciri khas Demokrasi Terpimpin adalah:
1.      Dominasi dari presiden,
2.      Terbatasnya peranan partai politi,
3.      Berkembagnya pengaruh komunis, dan
4.      Meluasnya peranan ABRI (TNI) sebagai unsur sosial politik.
5.      Adanya rasa gotong royong,
6.      Tidak mencari kemenangan atas golongan lain,
7.      Selalu mencari sintesa untuk melaksanakan amanat penderitaan rakyat, dan,
8.      Melarang propaganda anti nasakom, dan menghendeaki konsultasi sesama aliran progresif
revolusioner.

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1.      Dominasi Presiden
2.      Terbatasnya peran partai politik
3.      Berkembangnya pengaruh PKI

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:


1.  Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan.
2.   Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR.
3.   Jaminan HAM lemah.
4.   Terjadi sentralisasi kekuasaan.
5.   Terbatasnya peranan pers.
6.   Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.
c) Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret
1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala
bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab:
 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratisPengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela Sebab jatuhnya Orde Baru
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden

d) Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.


Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Demokrasi yang
dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi Negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-
lembaga tinggi yang lain. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi.
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum.
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN.
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI.

2.3 Prinsip Demokrasi Indonesia

Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen ) dalam berada dalam peringkat yang sejajar
satu sama lain.Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini  diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini dapat saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
cheks and balances.
            Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga
pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan
rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki  kewenangan  menjalankan kekuasan legislatif.
.Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib
bekerja dan bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan
yang memilihnya melalui proses pemilian umum legislatif,selain sesuai dengan hukum dan
peraturan.
            Selain pemlihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil- hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pada dasarnya prinsip
demokrasi itu sebagai berikut:
a) Kedaulatan di tangan rakyat
Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Ini berarti
kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu
memahami arti dan makna dari prinsip demokrasi
b) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan
tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku dan sebagainya. Pengakuan
akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
sebenarnya terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada
tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia Undang-Undang Dasar 1945
dimuat dalam: Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea pertama dan empat, Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia
telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998. Setelah itu, dibentuk Undang-
Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Undang-Undang yang mengatur dan
menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia.
c) Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih
menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi
oleh ketentuan konstitusi.
d) Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama di depan
hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku, agama,
kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-
bedakan perlakuan dan tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika
merekabersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai dengan
kesalahannya.
e) Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai keputusan
bersama (musyawarah) untuk mencapai mufakat.
f) Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial politik ini berfungsi
untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
g) Pemilu yang demokratis
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.

2.4 Nilai-Nilai Demokrasi


Nilai-nilai demokrasi merupakan nilai-nilai yang mutlak diperlukan untuk mengembangkan
pemerintahan yang demokratis. Ketiadaan hal-hal tersebut akan mengakibatkan dampak yang
kentara berupa pemerintahan yang sulit ditegakkan. Menurut Zamroni dalam Winarno (2007:
98), nilai-nilai demokrasi meliputi :
1) Toleransi.

Bersikap toleran artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan dan


membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri. Dalam mayarakat
demokratis seorang berhak memiliki pandangannya sendiri, tetapi ia akan memegang teguh
pendiriannya itu dengan cara yang toleranterhadap pandangan orang lain yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan pendirianya. Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong
tumbuhnya sikap toleran terhadap keanekaragamaan, sikap saling percaya dan kesediaan
untuk bekerjasama antarpihak yang berbeda-beda keyakinan, prinsip, pandangan dan
kepentingan.

2) Kebebasan mengemukakan pendapat.

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,pandangan,


kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik,psikis, atau pembatasan yang
bertentangab dengan tujuan pengaturan tentan kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum. Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk
mengeluarkan pikiran secar bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Dengan demikian,
orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat
tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota masyarakat.

3) Menghormati perbedaan pendapat.

Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk


mengeluarkan pikiran secar bebas dan orang lain harus bisa menghormati perbedaan
pendapat orang tersebut.

4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.

Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang
memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya
peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Oleh karena
itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada
di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap
terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain.

5) Terbuka dan komunikasi.


Demokrasi termasuk bersikap setara pada sesama warga ataupun terbuka terhadap
kritik, masukan, dan perbedaan pendapat, bukanlah sekadar sebuah keputusan politik, apalagi
kemauan pribadi perorangan belaka. Demokrasi adalah sebuah proses panjang kebiasaan dan
pembiasaan bersama yang terus-menerus. Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah
kepercayaan akan kebijakan orang banyak. Jauh dalam lubuknya, lebih dari sekadar
kepercayaannya akan kebebasan sebagai fitrah manusia, demokrasi adalah haluan yang
berusaha menempatkan kesetaraan manusia di atas segalanya.

6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.

Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir
sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan
dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki
harkat dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin,
agama, suku.

7) Percaya diri.

Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri
sndiri, sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan bagaimana
kita menilai diri sendiri maupun orang lain menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi
situasi apapun. Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah  mengatur dirinya sendiri,
dapat mengarahkan, mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan
sendiri, dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.

8) Tidak menggantungkan pada orang lain.

Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses demokratis dan dilaksanakan
secara benar bersifat mengikat semua warga. Tetapi warga tetap memiliki kewenangan untuk
melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan. Hal ini hanya dapat tercapai apabila
semua orang yang terlibat Di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan
serius. Rakyat yang menjadi pendukung utama demokrasi adalah rakyat yang madani, yang
mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang mengetahui apa yang
dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya.

9) Saling menghargai.
Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling
menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan,tawadhu, tasamuh, muru‟ah
(menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku „adil dan lain- lain. sebagainya. Harga
menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung
jawab moral untuk mempertahankan dan mewujudkan citra

baik dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara
berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang  lain.

10) Mampu mengekang diri.

Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan lebih tertata, dan lebih
memungkinkan baginya mencapai sukses. Sebagai orang yang mampu mengekang diri, maka
ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk tidak berpikir, bertindak, bersikap,
dan berperilaku yang bertentangan dengan firman Allah SWT. Kedua, karena Allah SWT
juga memerintahkan agar setiap manusia mampu memberi manfaat optimal bagi
lingkungannya, maka ia berkomitmen untuk menjadikan pikiran, sikap, tindakan, dan
perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Ketiga, ia bersungguh-sungguh
mewujudkan komitmennya agar ia dapat mewujudkan komitmennya.

11) Kebersamaan.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan
kebersamaan dlm kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-
beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat ada yang lemah ada yang kaya ada yang miskin dan
seterusnya. Demikian pula Tuhan ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yang
berbeda-beda pula. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil
manfaat.

12) Keseimbangan

Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak dapat lepas dari diri kita adalah
kenyataan bahwa kita juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan dimanapun
lingkungan kita berada, otomatis semua orang mempunyai fungsi dan peran sosialnya
masing-masing dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau sekecil apapun peranan
tersebut. Kehidupan masyarakat yang seimbang dapat dibayangka sebagai kehidupan
masyarakat yang tumbuh secara bebas dan positif, penuh dengan variasi dan dinamikanya
dalam suatu keteraturan uang serasi dan harmonis.

2.4 Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi

Demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak dapat
diterapkan secara parsial (sebagian-sebagian). Pemahaman yang utuh akan demokrasi harus
juga dimilliki oleh setiap warga negara baik secara perorangan maupun kelembagaan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa siapapun yang berada dan berkepentingan dalam negara ini
(stakeholder) mampu menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap kegiatannya.

Negara yang menginginkan sistem politik demokrasi dapat diterapkan dengan baik
membutuhkan dua pilar, yaitu; institusi (struktur) demokrasi dan budaya (perilaku)
demokrasi. Kematangan budaya politik, menurut Gabriel Almond dan Sidney Verba, akan
tercapai bila ada keserasian antara struktur dengan budaya. Oleh karena itu, membangun
masyarakat demokratis berarti usaha menciptakan keserasian antara struktur yang demokratis
dengan budaya yang demokratis juga. Masyarakat demokratis akan terwujud bila di negara
tersebut terdapat institusi dan sekaligus berjalannya perilaku yang demokratis.

Institusi atau struktur demokrasi menunjuk pada tersedianya lembaga-lembaga politik


demokrasi yang ada di suatu negara. Suatu negara dikatakan negara demokrasi bila di
dalamnya terdapat lembaga-lembaga politik demokrasi. Lembaga itu antara lain
pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab, parlemen, lembaga pemilu, organisasi
politik, lembaga swadaya masyarakat, dan media massa. Membangun institusi demokrasi
berarti menciptakan dan menegakkan lembaga-lembaga politik tersebut dalam negara.

Perilaku atau budaya demokrasi merujuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi di


masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang memiliki perilaku hidup,
baik keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Henry B. Mayo
menguraikan bahwa nilai-nilai demokrasi meliputi damai dan sukarela, adil, menghargai
perbedaan, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang
minimal dan memajukan ilmu. Membangun budaya demokrasi berarti mengenalkan,
mensosialisasikan dan menegakkan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Upaya
membangun budaya demokrasi jauh lebih sulit dibandingkan dengan membangun struktur
demokrasi. Hal ini menyangkut kebiasaan masyarakat yang membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk merubahnya. Bayangkan, Indonesia yang secara struktur telah merepresentasikan
sebagai negara demokrasi, namun masih banyak peristiwa-peristiwa yang menggambarkan
kebebasan yang semakin liar; kekerasan, bentrokan fisik, konflik antar etnis/ras dan agama,
ancaman bom, teror, rasa tidak aman, dan sebagainya. Struktur demokrasi tidak cukup untuk
membangun negara yang demokratis. Justru, kunci utama yang menentukan keberhasilan
sebuah negara demokratis adalah perilaku/budaya masyarakatnya.

Untuk membangun budaya/perilaku masyarakat yang demokratis, dibutuhkan metode


pendidikan demokrasi yang efektif. Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi
nilai-nilai demokrasi agar dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan
demokrasi bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran,
dan nilainilai demokrasi. Pengetahuan dan kesadaran akan nilai demokrasi itu meliputi tiga
hal; pertama, kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-
hak warga masyarakat itu sendiri. Kedua, demokrasi adalah sebuah

learning process yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat lain.Ketiga,
kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasila mentransformasikan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.

Pada tahap selanjutnya pendidikan demokrasi akan menghasilkan masyrakat yang


mendukung sistem politik yang demokratis. Sistem politik demokrasi hanya akan langgeng
apabila didukung oleh masyarakat demokratis. Yaitu masyarakat yang berlandaskan pada
nilai-nilai demokrasi serta berpartisipasi aktif mendukung kelangsungan pemerintahan
demokrasi di negaranya.

Oleh karena itu setiap pemerintahan demokrasi akan melaksanakan sosialisasi nilai-
nilai demokrasi kepada generasi muda. Kelangsungan pemerintahan demokrasi bersandar
pada pengetahuan dan kesadaran demokrasi warga negaranya. Pendidikan pada umumnya
dan pendidikan demokrasi pada khususnya akan diberikan seluas-luasnya bagi seluruh
warganya. Warga negara yang berpendidikan dan memiliki kesadaran politik tinggi sangat
diharapkan oleh negara demokrasi. Hal ini bertolak belakang dengan negara otoriter atau
model diktator yang takut dan merasa terancam oleh warganya yang berpendidikan.
Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan demokrasi adalah bagian dari sosialisasi
politik negara terhadap warganya. Namun demikian, pendidikan demokrasi tidaklah identik
dengan sosialisasi politik itu sendiri. Sosialisasi politik mencakup pengertian yang luas
sedangkan pendidikan demokrasi mengenai cakupan yang lebih sempit. Sesuai dengan makna
pendidikan sebagai proses yang sadar dan renencana,sosialisasi nilai-nilai demokrasi
dilakukan secara terencana, terprogram, terorganisasi secara baik khususnya melalui
pendidikan formal. Pendidikan formal dalam hal ini sekolah, berperan penting dalam
melaksanakan pendidikan demokrasi kepada generasi muda. Sistem persekolahan memiliki
peran penting khususnya untuk kelangsungan sistem politik demokrasi melalui penanaman
pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai demokrasi.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos”
yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demoscratos
(demokrasi) adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan
berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Perkembangan demokrasi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh sejarah sistem


kepemerintahan yang dijalankan di Indonsesia yang dijalankan sejak awal kemerdekaan
sampai bergulirnya reformasi hingga saat ini. Pada awal kemerdekaan (1950 – 1959)
Indonesia menjalankan demokrasi Liberal, dilanjutkan dengan demokrasi terpimpin (1959 –
1966). Pada masa pemerintahan orde baru (1956-1998) Indonesia bertekad melaksanakan
demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, namun pada kenyataannya hal itu
tidak sesuai harapan karena pemerintah cendrung bertindak otoriter, lalu dilanjutkan masa
reformasi (1998-sekarang) dimana pada masa reformasi, demokrasi pada dasarnya demokrasi
yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, dimana pada masa reformasi ini dilakukan
penyempurnan pelaksanaan dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak demokratis,
dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi Negara dengan
menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif.

Nilai-nilai dari demorkasi membutuhkan Kesadaran akan pluralisme serta sikap yang
jujur dan pikiran yang sehat. sedangkan prinsip-prinsip demokrasi bertujuan untuk
mengontrol l atau kendali atas keputusan pemerintah, adanya pemilihan yang teliti dan jujur,
Adanya yang memilih dan dipilih, adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
Adanya kebebasan mengakses informasi, serta adanya kebebasan berserikat yang terbuka.
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi agar
dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan demokrasi bertujuan
mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran, dan nilainilai demokrasi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Zamroni dalam Rowland B. F. Pasaribu. 2012. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara.
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id. Hal. 153.

Zukaya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Paradigma.

http://arthurdwiputra.blogspot.co.id/2012/11/nilai-nilai-demokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai