PENDAHULUAN
Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburg-nya mendefinisikan
demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Hal ini berarti
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui
demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.
Dengan adanya sistem demokrasi, kekuasaan absolut satu pihak melalui tirani,
kediktatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan
kebebasan berpendapat bagi rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua orang
dapat mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja. Sementara itu,
wanita, budak, orang asing dan penduduk yang orang tuanya bukan orang setempat tidak
memiliki hak untuk itu. Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai
respon kepada masyarakat umum yang ingin menyuarakan pendapat mereka.
Indonesia termasuk sebagai bangsa yang beruntung karena sejak awal mayoritas
rakyatnya telah memilih sistem demokrasi untuk mengatur negara yang baru lahir.
Penduduknya yang mayoritas muslim hampir tidak ada yang alergi terhadap demokrasi,
berkat didikan yang diberikan oleh para pemimpinnya (founding fathers). Kenyataan ini
merupakan modal penting untuk dikembangkan lebih secara bertanggung jawab. Adapun
buahnya masih belum seperti yang diharapkan karena kesalahan dan kelemahan pemimpin
negeri ini dalam berpolitik. Upaya perbaikan sistem ini harus dilakukan terus menerus tanpa
merasa bosan, sekalipun pada hasilnya sering menyakitkan dan melelahkan.
Demokrasi Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan baik pada saat
revolusi, orde Lama, orde baru, reformasi hingga sekarang. Di setiap perkembangan
demokrasi di Indonesia terdapat pedoman dan aturan yang berbeda-beda sesuai dengan
keinginan atau tujuan yang hendak dicapai dari pemerintahan yang berkuasa saat itu. Dalam
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terkadang mengalami kegagalan, salah satunya
disebabkan karena ketidak-konsistenannya penguasa sehingga peraturan yang dibuat hanya
menguntungkan golongan tertentu. Oleh karena itu kelompok kami akan menjelaskan tentang
Demokrasi Indonesia.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca dapat
memahami secara runtut dan jelas mengenai konsep demokrasi secara umum maupun
demokrasi yang dijalankan di Indonesia. Selain itu, diharapkan penulisan makalah ini dapat
memicu kesadaran mahasiswa (pembaca) akan arti pentingnya mempertahankan nilai-nilai
demokrasi di negeri ini, karena demokrasi merupakan benteng utama dalam menangkal
otoriterisme, komunisme, serta berbagai pandangan kekhilafahan yang dapat merusak tatanan
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
BAB 2. PEMBAHASAN
Sedangkan secara istilah, arti demokrasi diungkapkan oleh beberapa ahli yaitu :
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
1. Dominannya partai politik.
2. Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
3. Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Bubarkan konstituante
2. Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen ) dalam berada dalam peringkat yang sejajar
satu sama lain.Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini dapat saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
cheks and balances.
Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga
pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan
rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasan legislatif.
.Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib
bekerja dan bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan
yang memilihnya melalui proses pemilian umum legislatif,selain sesuai dengan hukum dan
peraturan.
Selain pemlihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil- hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pada dasarnya prinsip
demokrasi itu sebagai berikut:
a) Kedaulatan di tangan rakyat
Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Ini berarti
kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu
memahami arti dan makna dari prinsip demokrasi
b) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan
tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku dan sebagainya. Pengakuan
akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
sebenarnya terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada
tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia Undang-Undang Dasar 1945
dimuat dalam: Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea pertama dan empat, Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia
telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998. Setelah itu, dibentuk Undang-
Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Undang-Undang yang mengatur dan
menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia.
c) Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih
menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi
oleh ketentuan konstitusi.
d) Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama di depan
hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku, agama,
kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-
bedakan perlakuan dan tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika
merekabersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai dengan
kesalahannya.
e) Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai keputusan
bersama (musyawarah) untuk mencapai mufakat.
f) Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial politik ini berfungsi
untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
g) Pemilu yang demokratis
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang
memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya
peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Oleh karena
itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada
di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap
terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain.
Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir
sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan
dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki
harkat dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin,
agama, suku.
7) Percaya diri.
Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri
sndiri, sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan bagaimana
kita menilai diri sendiri maupun orang lain menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi
situasi apapun. Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah mengatur dirinya sendiri,
dapat mengarahkan, mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan
sendiri, dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.
Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses demokratis dan dilaksanakan
secara benar bersifat mengikat semua warga. Tetapi warga tetap memiliki kewenangan untuk
melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan. Hal ini hanya dapat tercapai apabila
semua orang yang terlibat Di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan
serius. Rakyat yang menjadi pendukung utama demokrasi adalah rakyat yang madani, yang
mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang mengetahui apa yang
dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya.
9) Saling menghargai.
Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling
menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan,tawadhu, tasamuh, muru‟ah
(menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku „adil dan lain- lain. sebagainya. Harga
menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung
jawab moral untuk mempertahankan dan mewujudkan citra
baik dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara
berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.
Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan lebih tertata, dan lebih
memungkinkan baginya mencapai sukses. Sebagai orang yang mampu mengekang diri, maka
ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk tidak berpikir, bertindak, bersikap,
dan berperilaku yang bertentangan dengan firman Allah SWT. Kedua, karena Allah SWT
juga memerintahkan agar setiap manusia mampu memberi manfaat optimal bagi
lingkungannya, maka ia berkomitmen untuk menjadikan pikiran, sikap, tindakan, dan
perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Ketiga, ia bersungguh-sungguh
mewujudkan komitmennya agar ia dapat mewujudkan komitmennya.
11) Kebersamaan.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan
kebersamaan dlm kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-
beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat ada yang lemah ada yang kaya ada yang miskin dan
seterusnya. Demikian pula Tuhan ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yang
berbeda-beda pula. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil
manfaat.
12) Keseimbangan
Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak dapat lepas dari diri kita adalah
kenyataan bahwa kita juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan dimanapun
lingkungan kita berada, otomatis semua orang mempunyai fungsi dan peran sosialnya
masing-masing dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau sekecil apapun peranan
tersebut. Kehidupan masyarakat yang seimbang dapat dibayangka sebagai kehidupan
masyarakat yang tumbuh secara bebas dan positif, penuh dengan variasi dan dinamikanya
dalam suatu keteraturan uang serasi dan harmonis.
Demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak dapat
diterapkan secara parsial (sebagian-sebagian). Pemahaman yang utuh akan demokrasi harus
juga dimilliki oleh setiap warga negara baik secara perorangan maupun kelembagaan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa siapapun yang berada dan berkepentingan dalam negara ini
(stakeholder) mampu menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap kegiatannya.
Negara yang menginginkan sistem politik demokrasi dapat diterapkan dengan baik
membutuhkan dua pilar, yaitu; institusi (struktur) demokrasi dan budaya (perilaku)
demokrasi. Kematangan budaya politik, menurut Gabriel Almond dan Sidney Verba, akan
tercapai bila ada keserasian antara struktur dengan budaya. Oleh karena itu, membangun
masyarakat demokratis berarti usaha menciptakan keserasian antara struktur yang demokratis
dengan budaya yang demokratis juga. Masyarakat demokratis akan terwujud bila di negara
tersebut terdapat institusi dan sekaligus berjalannya perilaku yang demokratis.
learning process yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat lain.Ketiga,
kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasila mentransformasikan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.
Oleh karena itu setiap pemerintahan demokrasi akan melaksanakan sosialisasi nilai-
nilai demokrasi kepada generasi muda. Kelangsungan pemerintahan demokrasi bersandar
pada pengetahuan dan kesadaran demokrasi warga negaranya. Pendidikan pada umumnya
dan pendidikan demokrasi pada khususnya akan diberikan seluas-luasnya bagi seluruh
warganya. Warga negara yang berpendidikan dan memiliki kesadaran politik tinggi sangat
diharapkan oleh negara demokrasi. Hal ini bertolak belakang dengan negara otoriter atau
model diktator yang takut dan merasa terancam oleh warganya yang berpendidikan.
Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan demokrasi adalah bagian dari sosialisasi
politik negara terhadap warganya. Namun demikian, pendidikan demokrasi tidaklah identik
dengan sosialisasi politik itu sendiri. Sosialisasi politik mencakup pengertian yang luas
sedangkan pendidikan demokrasi mengenai cakupan yang lebih sempit. Sesuai dengan makna
pendidikan sebagai proses yang sadar dan renencana,sosialisasi nilai-nilai demokrasi
dilakukan secara terencana, terprogram, terorganisasi secara baik khususnya melalui
pendidikan formal. Pendidikan formal dalam hal ini sekolah, berperan penting dalam
melaksanakan pendidikan demokrasi kepada generasi muda. Sistem persekolahan memiliki
peran penting khususnya untuk kelangsungan sistem politik demokrasi melalui penanaman
pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai demokrasi.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos”
yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demoscratos
(demokrasi) adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan
berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Nilai-nilai dari demorkasi membutuhkan Kesadaran akan pluralisme serta sikap yang
jujur dan pikiran yang sehat. sedangkan prinsip-prinsip demokrasi bertujuan untuk
mengontrol l atau kendali atas keputusan pemerintah, adanya pemilihan yang teliti dan jujur,
Adanya yang memilih dan dipilih, adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
Adanya kebebasan mengakses informasi, serta adanya kebebasan berserikat yang terbuka.
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi agar
dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan demokrasi bertujuan
mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran, dan nilainilai demokrasi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Zamroni dalam Rowland B. F. Pasaribu. 2012. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara.
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id. Hal. 153.
http://arthurdwiputra.blogspot.co.id/2012/11/nilai-nilai-demokrasi.html