Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ENDAPAN MINERAL

LARUTAN SISA MAGMA

Di Susun Oleh
SAID NASER
072.17.037

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
Dalam membahas larutan sisa magma dan kaitannya dengan genesa pembentukan
mineral, kita harus terlebih dahulu mengetahui dari mana asal larutan sisa magma,bagaimana
dapat terbentuk suatu larutan sisa magma. Pertama kita perlu mengenal magma tersebut lebih
detail.
A. MAGMA
Magma adalah material yang dihasilkan oleh peleburan dan pemanasan local
batuan dalam inti bumi. Paling banyak batuan panas pada temperatur 800 hingga 1200oC.
Ketika magma mendingin, maka ini menjadi mengeras oleh penghabluran mozaik
mineral kebentuk batuan beku (Walthan, 2009).
Magma yang mempunyai berat jenis lebih ringan dengan batuan sekelingnya,
maka magma tersebut akan berusaha naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam
litosfer hingga akhirnya mampu mencapai permukaan bumi. Apabila magma keluar
melalui aktivitas vulkanik maka dan mengalir ke permukaan maka ini sebut lava.
Magma dalam perjalanannya dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika
masih berada di dalam litosfer dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai
permukaan. Dalam situasi ini, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion
didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri dan
membentuk batuan beku. Unsur-unsur utama menyusun magma adalah oksigen O2,
silicon (Si), Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Besi (Fe) dan
magnesium (Mg).
Berdasarkan analisis kimia berbagai batuan beku (Arsyad, 2002), maka magma
dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni: 1. Magma basaltis (basaltic magma),
mengandung 50% SiO2, bersuhu tinggi antara 900-1200oC dan viskositasnya rendah dan
mudah mengalir. Contoh batuannya adalah basalt 2. Magma asam (rhyolity magma),
berkomposisi SiO2 antara 60% hingga 70%, bersuhu rendah dibawah 800oC, dengan
viskositas yang tinggi. Karena memiliki viskositas yang tinggi maka magma ini lebih
kental dan memiliki mobilitas yang rendah, Misalnya riorit. 3. Magma intermediet,
berkomposisi SiO2 berada antara magma basa dan magma asam, misalnya andesit. Selain
komposisi magma induk (parent magma) yang menjadikan batuan beku beragam, juga
proses-proses diferensial dan asimilasi magma yang akan kita bahas kemudian

B. DIFERENSIASI MAGMA
Pada pembentukan endapan, beberapa proses atau kombinasi proses haruslah
membawa dan melokalisir pengayaan satu mineral atau lebih. Untuk mengklasifikasi
endapan mineral, dilakukan melalui proses pengelompokan dasar (principal consentrating
process). Mineral terkonsentrasi dalam lima cara:
1. Konsentrasi oleh panas, larutan (mengandung air) mengalir melalui rekahan
dan pori dalam batuan kerak, membentuk endapan mineral hidrotermal.
2. Konsentrasi oleh proses magmatik dalam tubuh batuan beku membentuk
endapan mineral magmatik.
3. Konsentrasi oleh pengendapan (presipitasi) air danau atau air laut
menghasilkan endapan sedimenter.
4. Konsentrasi oleh aliran air dalam arus atau sepanjang pantai, membentuk
placer.
5. Konsentrasi akibat proses pelapukan membentuk endapan mineral residual
Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang
diakibatkan oleh aktivitas magma.
Pembentukan mineral tersebut terjadi baik pada batuan beku sebagai induknya
maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.
Selama pergerakan magma ke permukaan maka proses – proses seperti diferensiasi,
asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan temperatur pada
tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses pembekuan. Jenis – jenis batuan beku
yang terbentuk masing – masing dicirikan oleh komposisi mineral yang berbeda sesuai
dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi
magma yang terjadi, maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari
berbagai macam mineral logam maupun non logam.

Proses pembentukan cebakan mineral logam karena diferensiasi magma (Alan M.


Bateman dalam Sudradjat, 1982) secara umum dalam tiga fase sebagai berikut:
1. Fase Magmatik Cair/Liquid Magmatic Phase (> 600oC): Fase ini merupakan
awal pembentukan mineral – mineral baik logam maupun non logam yang
dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur – unsur kurang volatil berupa
mineral – mineral silikat. Karena penurunan temperatur yang berlangsung
menerus, maka terbentuklah mineral – mineral berikutnya yang dicirikan oleh
unsur – unsur lebih volatil pada kondisi tekanan yang semakin besar.
Cebakan mineral yang terbentuk pada fase ini disebut cebakan magmatis.
2. Fase Pegmatitis – Pneumatolitis (600oC– 450oC): Pada fase ini terjadi
pemisahan yang luar biasa dari unsur – unsur volatil larutan magma sisa pada
kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma sisa ini sebagian
menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan kemudian membentuk
cebakan pegmatitis. Setelah temperatur mulai menurun (550oC – 450oC),
akumulasi gas mulai membentuk mineral. Pada penurunan temperatur
selanjutnya ( 450oC ), volume unsur volatil semakin menurun dan kemudian
membentuk endapan mineral yang disebut cebakan pneumatolitis.
3. Fase hidrotermal (<450oC) Pada fase terakhir ini keadaan larutan magma sisa
sangat encer, tekanan gas menurun dengan cepat dan setelah temperatur
mencapai titik kritik air (372oC), mulailah terbentuk cebakan hidrotermal.
Proses pembentukan mineral pada fase ini berlangsung terus hingga mencapai
tahap akhir pembekuan semua larutan magma sisa ( 100oC – 500oC ).
 Hydrothermal Phase (Fase Hidrothermal)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat “aqueous” sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan aktifitas hydrothermal, proses
pembentukan mineral dapat dibagi menjadi 2, yaitu cavity filling & metasomatisme.
A. Cavity Filling
Cavity filling adalah proses pengisian lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam
batuan oleh larutan hidrothermal. Endapan yang dihasilkan oleh Cavity Filling adalah sebagai
berikut.
1. Fissure vein
Fissure vein adalah endapan berbentuk tabular yang terdiri dari satu celah atau lebih. Jenis
endapan ini ada beberapa macam, diantaranya adalah sederhana, gabungan, linked vein, sheeted
vein (ripper creek), dilatation vein, chambered vein, en echelon vein. Fissure umumnya sangat
halus tetapi oleh pergeseran bisa menjadi lebih besar atau lebar. Perbedaan lapisan batuan
mempengaruhi bentuk daripada fissure yang terjadi. Ini disebabkan oleh sifat-sifat fisik daripada
batuan yang berbeda. Contohnya adalah cebakan tembaga di Montana, dikenal sebagai The
Range Hill of Earth.
2. Shear zone deposite
Bukaan yang tipis, berupa lembaran-lembaran pada zona pergeseran memungkinkan terjadinya
pengendapan mineral. Endapan yang terbentuk biasanya tipis-tipis dan halus. Bukaan ini tidak
baik untuk logam-logam non-ferro, tetapi yang banyak adalah endapan-endapan emas dan perak
serta pyrite (Otego, New Zealand). Shear zone, karena mempunyai bidang bidang kontak yang
luas maka sangat penting untuk proses replacement yang dapat membuat daerah tersebut kaya
dengan endapan.
3. Stock works
Stock works adalah gabungan dari veinlet yang halus dalam jumlah cukup besar. Jarak antara
veinlet ini tidak terlalu jauh (hanya beberapa inci). Stock work terjadi karena pembentukan
cracks pada waktu pendinginan bagian atas suatu badan intrusi atau fissure yang tidak teratur
karena gaya – gaya tarik dan putar. Mineralnya berupa logam-logam seperti bijih timah,
tembaga, merkuri, seng dan kobalt.
4. Saddle rufs
Saddle rufs terbentuk pada perlipatan batuan yang akan terjadi ruang-ruang antar lapisan pada
bagian yang terlihat (antiklin). Contohnya cebakan emas di Bendigo, Australia.
5. Ladden vein
Rekahan yang terdapat pada dike, yang biasanya sejajar atau hampir sejajar satu sama lain pada
dike, bentuknya seperti tangga atau leader. Biasanya dengan joint-joint yang terjadi karena
tarikan (contraction). Contohnya endapan emas di Alaska.
6. Tension crack felling
Merupakan retakan pada lipatan biasanya terdapat pada sepanjang bidang lekungan lipatan.
7. Braccia filling deposite
Tersusun dari mineral yang runcing sehingga memungkinkan terbentuknya rongga dan akan
terisi oleh oleh larutan. Contohnya tambang emas di Bull Domingo dekat Lake City Colorado.
8. Cavity filling
Umumnya terjadi pada daerah kapur. Karena kerja dari air permukaan kapur yang mengandung
CO2 sehingga melarutkan lapisan kapur yang terletak sebelah ata dari permukaan air tanah.
Dalam rongga dapat terbentuk mineralisasi sehingga pengisian di samping dan seterusnya terjadi
pelebaran pada rongga-rongga tersebut. Contohnya endapan seng dan timbal di gua-gua yang
terletak di Wisconsin dan Illionis.
9. Pore space filling
Pengikisan oleh larutan hidrotermal ke dalam pori-pori menjadi endapan mineral. Contohnya
terdapat pada pori-pori pasir yang terisi bijih tembaga di Texas.
10. Vasicular filling
Pengikisan lubang-lubang sisa gas pada batuan effusive, lava atau pumice, yang menghasilkan
endapan vulkanis. Contohnya pada lubang bekas gas lava basalt di Alaska.
B. Metasomatisme (Repleacement)
Metasomatisme merupakan proses penggantian unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal yang diakibatkan oleh pelarutan.
Sesuai dengan temperatur pembentukannya dan jarak terhadap intrusi magma, menurut
Lingren, proses hidrothermal dapat dibedakan atas lima macam :
1. Endapan Hypotermal
Dicirkan dengan pembentukan urat Vein yang banyak, terletak pada kedalaman besar,
hanya akan muncul jika terjadi erosi yang hebat atau orogenesa, tejadi pada  tempratur 300-
400oC, dan tekanan diatas 1600 atm. Contohnys emas, tembaga timbal. Dengan ciri-ciri yaitu : -
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi. - Endapan berupa urat-urat dan korok
yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar. - Asosiasi mineralnya berupa
sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit serta oksidasi besi. - Pada intrusi granit
sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z
2. Endapan Messothermal
Tidak memiliki tourmaline dan silikat-silikat, kecuali sedikit quartz, kedalaman >10000
feet, suhu 200-300oC dengan tekanan 400-1600 atm, endapan berasosiasi dengan batuan beku
asam, basa dan dekat dengan  permukaan bumi. Contohnya emas, perak, dan seng. dengan ciri-
ciri yaitu : - Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal. - Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi. - Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa crustification dan banding. - Asosiasi mineralnya berupa sulfida,
misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan oksida Sn. - Proses pengayaan sering terjadi
3. Endapan Ephitermal
Terletak pada kedalaman 3000-10000 feet, temprature 100ocelcius dengan tekanan 240-
800 atm/ Contohnya tembaga, arsen, calcosite barite ( BaSO4) dan flourite (CaF2). Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh paling rendah. - Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi. -
Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi. - Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa
fissure-vein. - Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure. - Asosiasi mineral
logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral ganguenya berupa klasit dan zeolit disamping
kuarsa. Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan
hidrotermal adalah sebagai cavity filling. Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan atau rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral-
mineral yang diendapkan dari larutan pada rekahan-rekahan batuan, yang berupa fissure veins,
shear-zonedeposits, stockworks, ladder veins, saddle – reefs, tension crack fillings, breccia
fillings (gold vein).
4. Endapan Telehetral
Terbentuk oleh larutan yang bermigrasi jauh dari intrusi magma dan diengaryhu oleh
temprature batuan induk. Endapan telethermal terjadi leh reaksi yang sangat lemah, temprature <
100ocelcius, tekanan 40-240 atm dengan kedalaman 500-300 feet
5. Endapan Xenothermal
Larutan dekat dengan permukaan, dipengaruhi oleh tekanan dan suhu tinggi
mengakibatkan rekasi cepat dan endapan terbentuk secara cepat, memiliki persamaan mineralogy
dengan endapan hypotermal, mesothermal, dan epithermal namun struktur berbeda.

Anda mungkin juga menyukai