A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB
menular melalui udara yang tercemar basil Mycobacterium tuberculosis, sehingga paru
merupakan organ yang paling sering terkena. Tuberkulosis merupakan penyakit berbahaya
karena dapat menular dengan mudah kepada orang di sekitar penderita. Selain paru, dapat
mengenai organ lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang, usus, ginjal dan
organ tubuh lainnya. Sampai sekarang tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia
(Misnadiarly, 2016).
TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Di Indonesia dengan prevalensi TBC positif 0,22% , penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang setiap tahun mortalitasnya cukup tinggi. Kawasan Indonesia timur banyak
ditemukan terutama gizi makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan sosial
ekonomi dan higiene dibawah normal (Tjay dan Rahardja, 2007).
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan
jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Pada Global Report WHO 2010,
didapat data TBC Indonesia, total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus,
dimana 169.213 adalah kasus TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA
negatif, 11.215 adalah kasus TBC ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978
adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh.Pada tahun 2013, angka kejadian dan
prevalensi TB di Indonesia sekitar 460.000 dan 680.000 dari 249 juta penduduk. Pada tahun
yang sama, jumlah kematian pasien TB (termasuk ko-infeksi TB-HIV) di Indonesia sebanyak
25 orang di setiap 100.000 penduduk (WHO Indonesia, 2014).
Oleh karena itu, defisiensi beberapa zat gizi yang juga dialami oleh penderita dapat
menurunkan status imun yang dimiliki. Status imun tubuh menjadi salah satu penanda dari
kondisi sistem imun di dalam tubuh. Apabila terjadi penurunan status imun maka terjadi
penurunan ketahanan (resistensi) tubuh terhadap penyakit terutama infeksi. Berdasarkan
kondisi yang sudah dijelaskan, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan
asupan protein, vitamin C dan status gizi dengan status imun pada penderita TBC.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan sistem imun penderita
Tuberculosis?
2. Apakah ada hubungan antara konsumsi vitamin C dengan sistem imun penderita
Tuberculosis?
3. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan status imun penderita Tuberculosis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Antara Asupan Protein, VItamin C dan Status Gizi
dengan Status Imun Pasien Penderita Tuberculosis Di Puskesmas Kabupaten Ngawi
2. Tujuan Khusus
4. Menganalisis hubungan antara Asupan Protein, VItamin C dan Status Gizi dengan
Status Imun Pasien Penderita Tuberculosis Di Puskesmas Kabupaten Ngawi
C. Manfaat
a. Bagi Peneliti