Sejarah
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung,
bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase
dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa
bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-
7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung.
Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal
era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap
taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil
dari bahan semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner,
seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton
untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886,
Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P
Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.
BETON
1. Pengertian Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar
dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat
ini yaitu beton normal. Beton normal ialah beton yang mempunyai berat isi 2200–2500
kg/m³ dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan kuat
desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan
pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air semen (F.a.s) dan zat
tambahan (admixture) bila diperlukan (Alam, dkk).
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara.
Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga
menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana
setelah mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003:1). Secara proporsi komposisi
unsur pembentuk beton adalah:
Tabel 1 Unsur Beton
Agregat Kasar + Agregat
Halus
( 60 % - 80 % )
Udara : 1 % - 8 %
Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003:2):
a. Faktor Air Semen (FAS).
b. Perbandingan bahan-bahannya.
c. Mutu bahan-bahannya.
d. Susunan butiran agregat yang dipakai.
e. Ukuran maksimum agregat yang dipakai.w
f. Bentuk butiran agregat.
g. Kondisi pada saat mengerjakan.
h. Kondisi pada saat pengerasan.
2. Keuntungan dan Kerugian Beton
Beton semakin tahun semakin banyak digunakan baik di negara maju maupun di
negara yang sedang berkembang, sebagai contoh pada tahun 1976 di Amerika Serikat
di produksi beton 100 juta/tahun, di Canada 11 juta ton per tahun, sedang di Indonesia
pada tahun 1985 diproduksi 14 juta ton. Sampai saat ini produksi semen (portland
cement) terus ditingkatkan seperti kita ketahui produksi semen pada tahun 1998
mencapai 17.250.000 ton per tahun (Sutikno, 2003:2).
Keuntungan dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):
Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak
dalam bentuk apapun dan ukuran berapapun tergantung dari keinginan.
Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal kecuali Portland
cement, hanya daerah-daerah tertentu sulit mendapatkan pasir maupun
kerikil. Dan cetakan dapat digunakan berulang-ulang sehimgga secara
ekonomis menjadi murah.
Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi
lingkungan. Bila dibuat secara baik kuat tekannya sama dengan batu alam.
Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah.
Energi effisien artinya beton kuat tekannya tinggi mengakibatkan jika
dikombinasikan dengan baja tulangan dapat dikatakan mampu dibuat
strukutur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai koefisien muai
hampir sama.
Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dipompakan sehingga
memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sangat
sulit. Juga dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama untuk
menyambungkan dengan beton baru (di grouting).
Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera yang
menghendakinya.
Kerugian dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan.
Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah, sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk
memberi tempat untuk kembang susut beton.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air dan air membawa kandungan garam dapat merusak beton.
Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah
digabungkan dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada
perhitungan bangunantahan gempa.
A. Bahan Penyusun Beton
1. Portland Cement
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan
pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan proses waktu
dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan
pasta semen. Penemu semen (Portland Cement) adalah Joseph Aspdin di tahun 1824,
seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen Portland, karena awalnya
semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar karbonat
atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan
perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar dengan suhu 1400º C-
1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan dihaluskan sampai seperti
bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira–kira 2–4 % persen
sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang ditambahkan
pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk menjadikan
semmen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong 40 kg/ 50 kg
(Sutikno, 2003:2).
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
2. Agregat Kasar dan Agregat Halus
Agregat kasar yang digunakan dalam SCC dibatasi kurang lebih hanya 50% dari
total volume beton. Hal ini dilakukan agar blok-blok yang terjadi ketika aliran beton
melewati tulangan baja dapat ditekan seminimal mungkin. Blok-blok ini terjadi karena
sifat viskositas yang tinggi dari aliran beton segar sehingga agregat-agregat kasar
saling bersinggungan. Akibat terjadinya saling kontak antara agregat kasar maka aliran
beton sangat lambat maka beton akan terkumpul di satu tempat sehingga mengurangi
tingkat workability dari beton. Pembatasan jumlah agregat kasar dilakukan agar
kemampuan aliran beton melewati tulangan lebih maksimal. Demikian pula yang terjadi
dengan agregat halus sehingga jumlah agregat halus dalam mortar dibatasi kurang
lebih 40% dari total volume mortar (Vanda dan Fenny, 2004).
Selain dari segi jumlah, ukuran dari agregat kasar juga harus dibatasi. Batasan
untuk ukuran agregat kasar adalah maksimum 20 mm. Hal ini dilakukan untuk
menghindari segregasi pada saat aliran beton melewati struktur dengan tulangan yang
rapat.
3. Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan semen
untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran
dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran beton
menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang berlebihan
akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses pencampuran yang tidak merata.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram
perliter.
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan
sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
4. Bahan Tambah
Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan,
keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan
suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses
perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah
proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan
yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28
hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi normalnya.
Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan
terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan terlalu
kering karena akan menyebabkan getas.
Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus. Dalam pembuatan
beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki beberapa
tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan
kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang
digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis
semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik
juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu
terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran kalsium,
silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan, bahan-bahan
semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain. Contohnya, semen portland
abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran
gas.
Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat mempercepat
proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn pengerjaan. Pada reaksi
kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan untuk reaksi. Air bermanfaat dalam
mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat merendahkan permeabilitas dan kekuatan
beton.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Fungsi
dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak mudah goyah. Selain itu,
semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan membentuk beton agar padat. Proporsi
dari kedua campuran semen dan air menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk.
agregat
Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain
itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton
yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat
pada beton adalah:
Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai dalam
pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis beton yang
membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-contoh zat admixture :
• super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
• pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
• retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu
pengerjaan
• bahan warna : memberi bahan warna
Perbandingan air dengan semen (rasio W/C). faktor air semen berdasarkan
perbandingan berat.tabel di bawah ini menjelaskan nilai rasio W/C maksimum
yang diizinkan untuk berbagai jenis struktur dan sifat lingkungan
Bagi perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase adanya udara yang
terperangkap, ditetapkan berdasarkan pada besarnya slump rencana dan ukuran
maksimum agregat kasar yang digunakan. Tabel di bawah ini menjelaskan
penentuan jumlah berat air perlu bagi setiap m3 beton berdasarkan nilai slump
rencana.
Ketika anda memasukan vibrator kedalam cor beton maka akan tampak radius
vibrasi. Radius vibrasi ini harus menyentuh seluruh arel permukaan beton yang
dicor sehingga masing-masing radius vibrasi saling overlap menyelimuti seluruh
permukaan beton yang dicor.
Kedalaman batang vibrator kira-kira harus menjangkau dasar cor beton, akan
tetapi jangan sampai menyentuh permukaan cetakan beton (begisting)
A. Bahan atau Material Beton
Sebelum beton digunakan untuk konstruksi, bahan beton harus disiapkan seperti
semen, agregat kasar, agregat halus dan air. Semen yang digunakan adalah
semen portland standar pabrik yaitu semen portland type 1. Agregat kasar
adalah kerikil hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran antara 5 – 40 mm.
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alam dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5.0 mm.
Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan kimia.
B. Proses Pembuatan Beton Normal
Dalam proses pembuatan beton normal hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain :
1. Pemeriksaan bahan atau material beton harus sesuai dengan standar
pemeriksaan beton seperti SNI, SKSNI, ASTM DAN AASHTO
4. Pemeriksaan Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih dan bebas dan tidak
boleh mengandung asam, alkalin, bahan padat, bahan organik,minyak, lumut,
gula, sulfar dan chlorida.
# Slump Test
Percobaab Slump Test pada beton merupakan salah satu metoda yang
digunakan untuk mengetahui Viscositas atau Kekentalan beton segar.
Percobaab Slump Test dilakukan sebelum percetakan benda uji.
# Pelaporan
Dari evaluasi uji kuat tekan tersebut akan didapat Nilai “Kuat Tekan Beton” yang
dirancang, sehingga dapat diketahui tercapai atau tidaknya Kuat Tekan yang
ditargetkan ( f’cr ). Dari hasil pemeriksaan keseluruhan dirangkum dalam bentuk
laporan
Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat
dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat
dalam kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat
dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton
tersebut akan berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat,
atau kondisi cuaca yang ekstrim.
PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat
aditif.
Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton
yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat.
Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan
pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.
SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan
meningkat. Semen (bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat
agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai yang paling halus.
AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup
digunakan untuk melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif,
dan mudah dikerjakan (workable).
RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar,
kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-
semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang
ada di lingkungan tersebut.
AGREGAT
Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”,
seperti tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan
cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.
Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu,
kelihatan getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.
PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat
tambahan bisa tersebar merata di dalam adukan.
muatannya. (hmm..)
Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan
tercampur. Katanya sih, kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata,
berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah dilakukan penambahan air sedikit demi
sedikit.
Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena
proses pencampurannya akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi
secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi, seluruh isi molen dituang ke wadah
sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan beton diangkut
(dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan
pertama sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi
tidak ada delay ketika molen bekerja.
Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan
sekop. Harus dilakukan di tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari
ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen
diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali
dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-
sisinya tertutup sehingga air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan,
Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil,
serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48
\
Pengertian Beton dan Sejarah Beton
Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar dari
kehidupan sosial modern. Beton sendiri adalah merupakan campuran yang homogen
antara semen, air dan aggregat. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan
hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.
Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia
sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton
sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat
halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa
padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Kelebihan beton:
Dapat dibentuk sesuai keinginan;
Mampu memikul beban tekan yang berat;
Tahan terhadap temperatur tinggi; dan
Biaya pemeliharaan rendah/ kecil.
Kekurangan beton:
Bentuk yang sudah dibuat sulit diubah;
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi;
Berat;
Daya pantul suara besar;
Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk;
Tidak memiliki kekuatan tarik;
Setelah dicampur beton segera mengeras; dan
Beton yang mengeras sebelum pengecoran, tidak bisa didaur ulang.
Menurut SNI-15-1990-03, untuk penggunaan beton dengan kekuatan tidak lebih dari 10
MPa boleh menggunakan campuran 1 pc:2 psr:3 batu pecah/split dengan slump untuk
pengukuran pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm.
Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan (lightweight concrete) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Hebel. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis
(density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut
sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut
juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri
dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang
kemudian dirawat dengan tekanan uap air.
Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Teknologi
material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen
dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris
disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai
alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC
ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun 1943.
Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel
pertama di Jepang.
Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi
terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995,
saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat. Ada beberapa
kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC), yaitu:
Balok AAC mudah dibentuk;
Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai;
AAC dapat mempermudah proses konstruksi;
Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi;
Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah;
Mengurangi biaya penguat atau pondasi;
Waktu pembangunan lebih pendek;
Kedap suara;
Anti jamur;
Anti serangga;
Nyaman.
Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan
waste yang cukup besar;
Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan;
Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural); dan
Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional.
Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu:
Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton
ringan;
Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu
terbangnya dibersihkan); dan
Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton.
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini
beton ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk:
Blok (bata);
Panel; dan
Ready mix.