Anda di halaman 1dari 25

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari

kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton


semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral
(biasanya kerikil dan pasir), semendan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan.
Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi,
mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu.
Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen
dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton
ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton
berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete) dll.
Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di dunia.

Sejarah
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung,
bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase
dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa
bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-
7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung.
Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal
era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap
taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil
dari bahan semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner,
seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton
untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886,
Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P
Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.

Kelebihan dan Kekurangan Beton


Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang
tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah.
Sedang kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan.
Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena tidak
dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat, dibandingkan
dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar.
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika struktur itu
langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal. Menurut perkiraan
kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat
diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah dengan menggunakan
tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton bertulang.[1]

Sifat beton[sunting | sunting sumber]


Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun
kuat tarik yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm²
dengan simbol K untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat hancur dari
beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

 Jenis dan kualitas semen


 Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan dan kuat
tarik lebih besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
 Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat
penting pada pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
 Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu yang
lama.
 Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya.[2]

BETON
1.      Pengertian Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar
dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat
ini yaitu beton normal. Beton normal ialah beton yang mempunyai berat isi 2200–2500
kg/m³ dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan kuat
desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan
pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air semen (F.a.s) dan zat
tambahan (admixture) bila diperlukan (Alam, dkk).
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara.
Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga
menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana
setelah mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003:1). Secara proporsi komposisi
unsur pembentuk beton adalah:
Tabel 1  Unsur Beton
Agregat Kasar + Agregat
Halus
( 60 % - 80 % )

Portland Cement : 7 % - 15 % Air


( 14 % - 21  % )

Udara                  : 1 % - 8 %

                       
Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003:2):
a.       Faktor Air Semen (FAS).
b.      Perbandingan bahan-bahannya.
c.       Mutu  bahan-bahannya.
d.      Susunan butiran agregat yang dipakai.
e.       Ukuran maksimum agregat yang dipakai.w
f.       Bentuk butiran agregat.
g.      Kondisi pada saat mengerjakan.
h.      Kondisi pada saat pengerasan.
2.      Keuntungan dan Kerugian Beton
Beton semakin tahun semakin banyak digunakan baik di negara maju maupun di
negara yang sedang berkembang, sebagai contoh pada tahun 1976 di Amerika Serikat
di produksi beton 100 juta/tahun, di Canada 11 juta ton per tahun, sedang di Indonesia
pada tahun 1985 diproduksi 14 juta ton. Sampai saat ini produksi semen (portland
cement) terus ditingkatkan seperti kita ketahui produksi semen pada tahun 1998
mencapai 17.250.000 ton per tahun (Sutikno, 2003:2).
Keuntungan dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):
 Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak
dalam bentuk apapun dan ukuran berapapun tergantung dari keinginan.
 Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal kecuali Portland
cement, hanya daerah-daerah tertentu sulit mendapatkan pasir maupun
kerikil. Dan cetakan dapat digunakan berulang-ulang sehimgga secara
ekonomis menjadi murah.
 Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi
lingkungan. Bila dibuat secara baik kuat tekannya sama dengan batu alam.
 Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah.
 Energi effisien artinya beton kuat tekannya tinggi mengakibatkan jika
dikombinasikan dengan baja tulangan dapat dikatakan mampu dibuat
strukutur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai koefisien muai
hampir sama.
 Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dipompakan sehingga
memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sangat
sulit. Juga dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama untuk
menyambungkan dengan beton baru (di grouting).
 Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera yang
menghendakinya.
Kerugian dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):
 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan.
 Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah, sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk
memberi tempat untuk kembang susut beton.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air dan air membawa kandungan garam dapat merusak beton.
 Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah
digabungkan dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada
perhitungan bangunantahan gempa.
A.    Bahan Penyusun Beton
1. Portland Cement

Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan
pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan proses waktu
dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan
pasta semen. Penemu semen (Portland Cement) adalah Joseph Aspdin di tahun 1824,
seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen Portland, karena awalnya
semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar karbonat
atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan
perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar dengan suhu 1400º C-
1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan dihaluskan sampai seperti
bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira–kira 2–4 % persen
sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang ditambahkan
pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk menjadikan
semmen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong 40 kg/ 50 kg
(Sutikno, 2003:2).
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut:
Jenis I       : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
    persyaratan khusus.
Jenis II     : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
  sedang.
Jenis III   : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
 mengeras).
Jenis IV   : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V     : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
2. Agregat Kasar dan Agregat Halus
Agregat kasar yang digunakan dalam SCC dibatasi kurang lebih hanya 50% dari
total volume beton. Hal ini dilakukan agar blok-blok yang terjadi ketika aliran beton
melewati tulangan baja dapat ditekan seminimal mungkin. Blok-blok ini terjadi karena
sifat viskositas yang tinggi dari aliran beton segar sehingga agregat-agregat kasar
saling bersinggungan. Akibat terjadinya saling kontak antara agregat kasar maka aliran
beton sangat lambat maka beton akan terkumpul di satu tempat sehingga mengurangi
tingkat workability dari beton. Pembatasan jumlah agregat kasar dilakukan agar
kemampuan aliran beton melewati tulangan lebih maksimal. Demikian pula yang terjadi
dengan agregat halus sehingga jumlah agregat halus dalam mortar dibatasi kurang
lebih 40% dari total volume mortar (Vanda dan Fenny, 2004).
Selain dari segi jumlah, ukuran dari agregat kasar juga harus dibatasi. Batasan
untuk ukuran agregat kasar adalah maksimum 20 mm. Hal ini dilakukan untuk
menghindari segregasi pada saat aliran beton melewati struktur dengan tulangan yang
rapat.
3. Air

Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan semen
untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran
dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran beton
menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang berlebihan
akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses pencampuran yang tidak merata.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram
perliter.
2.      Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan
sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
3.      Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4.      Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
4. Bahan Tambah

a.      Definisi Bahan Tambah


Dimaksud bahan tambah adalah selain bahan-bahan pembentuk beton (semen,
air dan agregat) yang digunakan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai
dengan sifat beton.
Bahan tambah yang digunakan dalam beton menjadi 2 yaitu (Mulyono, 2005:120):
1.        Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixture)
Chemical Admixture adalah bahan tambahan cairan kimia yang ditambahkan untuk
mengendalikan waktu pengerasan, mempercepat atau memperlambat, mereduksi
kebutuhan air dan menambah kemudahan pengerjaan beton.
Menurut standar ASTM. C.494 (1995: .254) jenis dan definisi bahan tambah kimia
sebagai berikut:
a.       Tipe A ” Water-Reducing Admixture” - Mengurangi air.
b.      Tipe B “Retarding Admixture” – Menghambat pengikatan beton.
c.       Tipe C “Accelerating Admixture” – Mempercepat pengikatan.
d.      Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixture” – Mengurangi air dan
menghambat pengikatan.
e.       Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixture” – Mengurangi air dan
mempercepat pengikatan.
f.       Tipe F “Water reducing, High Range Admixture” – superplaticizer
g.      Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixture” – superplaticizer dan
menghambat pengikatan.
2.    Bahan Tambah Mineral (additive) yaitu bahan tambahan merupakan padat yang
dihaluskan yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah
dikerjakan dan kekuatannya serta keawetannya meningkat. Bahan tambahan mineral
ini misalnya puzzolan, slag, fly as dari batu bara, abu sekam, silica fumebahan produksi
sampingan silica, ferro silicon. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah
mineral antara lain (Cain, 1994: 500-508):
a.       Memperbaiki kinerja workability.
b.      Mengurangi panas hidrasi.
c.       Mengurangi biaya pengerjaan beton.
d.      Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika.
e.       Mempertinggi usia beton.
f.       Mempertinggi kekuatan tekan beton.
g.      Mempertinggi keawetan beton.
h.      Mengurangi penyusutan.
i.        Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
PROSES PEMBUATAN BETON

ADDED JAN 6, 2010, UNDER: KONSTRUKSI

Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan. Beton


terdiri dari pasta, agregat dan admixture. Dalam membuat suatu beton dengan mutu
tertentu perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai. Pasta adalah
campuran semen dan air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam
beton. Jumlah pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total
beton. Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%.

 Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan,
keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan
suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses
perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah
proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan
yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28
hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi normalnya.
Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan
terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan terlalu
kering karena akan menyebabkan getas.

 semen dan air

Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus. Dalam pembuatan
beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki beberapa
tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan
kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang
digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis
semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik
juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu
terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran kalsium,
silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan, bahan-bahan
semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain. Contohnya, semen portland
abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran
gas.
Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat mempercepat
proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn pengerjaan. Pada reaksi
kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan untuk reaksi. Air bermanfaat dalam
mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat merendahkan permeabilitas dan kekuatan
beton.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Fungsi
dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak mudah goyah. Selain itu,
semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan membentuk beton agar padat. Proporsi
dari kedua campuran semen dan air menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk.

 agregat

Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain
itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton
yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat
pada beton adalah:

• Menghasilkan beton yang murah


• Menimbulkan volume beton yang stabil
• Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut
Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada
batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang
menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi.

 admixture dan additif

Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai dalam
pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis beton yang
membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-contoh zat admixture :
• super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
• pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
• retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu
pengerjaan
• bahan warna : memberi bahan warna

Persiapan dalam Perencanaan Campuran Beton

 Perbandingan air dengan semen (rasio W/C). faktor air semen berdasarkan
perbandingan berat.tabel di bawah ini menjelaskan nilai rasio W/C maksimum
yang diizinkan untuk berbagai jenis struktur dan sifat lingkungan

 Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton. Slump merupakan perbedaan


tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut terpancung terhadap
tinggi adukan setelah cetakan diambil. Batasan slump bagi jenis elemen struktur
dinyatakan dalam tabel di bawah ini. Nilai pada tabel berlaku untuk pemadatan
dengan alat pengetar. Untuk cara pemadatan yang lain, nilai-nilai slump dapat
dinaikan 25mm lebih besar.

 Ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan


dengan ketentuan dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat
monolit beton. Dalam tabel di bawah ini dijelaskan ukuran maksimum agregat
maksimum yang boleh digunakan untuk pengecoran elemen struktur

 Bagi perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase adanya udara yang
terperangkap, ditetapkan berdasarkan pada besarnya slump rencana dan ukuran
maksimum agregat kasar yang digunakan. Tabel di bawah ini menjelaskan
penentuan jumlah berat air perlu bagi setiap m3 beton berdasarkan nilai slump
rencana.

 Mendapatkan volume rencana agregat kasar setiap m3 beton, digunakan nilai-


nilai yang tercantum pada tabel di bawah ini. Menetapkan terlebih dahulu ukuran
agregat kasar dan nilai modulus kehalusan agregat halus, maka dari tabel
tersebut didapat prosentase volume agregat kasar/satuan volume beton.
Prosentase volume berdasarkan kondisi agregat kering muka. Nilai dalam tabel
mendapatkan nilai prosentase volume dengan tingkat kekenyalan umum. Untuk
pekerjaan beton kurang kenyal, seperti bagi pekerjaan jalan, harga dalam tabel
dapat dinaikan sebanyak 10%.

Metode Pemadatan Cor Beton Dengan Vibrator :

 Masukan vibrator kedalam cor beton dengan cepat, akan tetapi angkat vibrator


setelah pemadatan dengan lambat

 Ketika anda memasukan vibrator kedalam cor beton maka akan tampak radius
vibrasi. Radius vibrasi ini harus menyentuh seluruh arel permukaan beton yang
dicor sehingga masing-masing radius vibrasi saling overlap menyelimuti seluruh
permukaan beton yang dicor.

 Kedalaman batang vibrator kira-kira harus menjangkau dasar cor beton, akan
tetapi jangan sampai menyentuh permukaan cetakan beton (begisting)

 Ketika menggunakan vibrator hindari kontak batang vibrator dengan begisting


(cetakan beton). Hal ini walaupun sekilas bagus karena hampir seluruh
permukaan cor beton tergetar, akan tetapi hal ini justru akan mengakibatkan
beton yang sudah setting tergetar kembali sehingga dapat meninggalkan retakan
kecil, disamping itu waktu  pengetaran menjadi lebih lama hal ini bisa
mengakibatkan segeregasi.
 Tidak dibolehkan memadatkan beton dengan cara menyentuhkan batang
vibrator ke besi tulangan beton.

 Tidak diperbolehkan meratakan cor-coran beton menggunakan batang vibrator


 Dan jangan pernah meninggalkan batang vibrator di atas areal pengecoran
dalam keadaan hidup walaupun cor-coran beton belum ada.
 Konstruksi  bangunan bertingkat, baik bangunan bertingkat atau tidak, unsur
bahan beton sangat diperlukan bahkan mempunyai fungsi yang dominan. Oleh
krena itu diperlukan unsur yang terkait dalam pengendalian dan pengawasan
mutu (Quality Control ) beton. Para perencana konstruksi lebih cendrung memilih
beton di karenakan beton memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, sifat-sifat
beton itu antara lain : 



A. Bahan atau Material Beton
Sebelum beton digunakan untuk konstruksi, bahan beton harus disiapkan seperti
semen, agregat kasar, agregat halus dan air. Semen yang digunakan adalah
semen portland standar pabrik yaitu semen portland type 1. Agregat kasar
adalah kerikil hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran antara 5 – 40 mm. 

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alam dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5.0 mm.

Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan kimia.
      B.     Proses Pembuatan Beton Normal
  Dalam proses pembuatan beton normal hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain :
  1. Pemeriksaan bahan atau material beton harus sesuai dengan standar
pemeriksaan beton seperti SNI, SKSNI, ASTM DAN AASHTO

2. Pemeriksaan Agregat Kasar


Pemeriksaan Agregat kasar yang digunakan dam proses campuran beton
meliputi :
a.Pemeriksan berat isi
b.Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c.Pemeriksaan menggunakan analisa saringan 
d.Pemeriksaan agregat dengan mesin Los Angeles

3. Pemeriksaan Agregat Halus


Pemeriksaan Agregat Halus yang digunakan dam proses campuran beton
meliputi :
a.Pemeriksan berat isi
b.Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c.Pemeriksaan menggunakan analisa saringan 
d.Pemeriksaan Organik Im Purities

4. Pemeriksaan Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih dan bebas dan tidak
boleh mengandung asam, alkalin, bahan padat, bahan organik,minyak, lumut,
gula, sulfar dan chlorida.

#  Perencanaan Rancangan Campuran Beton ( Job Mix Design Concrete )


Tujuan dari proses perencanaan campuran beton adalah untuk mendapatkan
komposisi atau proporsi campuran beton yang sesuai standar mutu beton
sehingga beton yang  digunakan pada konstruksi adalah mutu beton sesuai
dengan rencana.
#  Percobaab Campuran ( Trial Mix )
Setelah diketahui komposisi atau proporsi campuran beton selanjutnya dilakukan
percobaab campuran ( Trial Mix ) pada mesin pengaduk sehingga diperoleh
contoh – contoh uji yang dicetak sesuai kebutuhan yaitu kubus atau silinder.

#  Slump Test
Percobaab Slump Test pada beton merupakan salah satu metoda yang
digunakan untuk mengetahui Viscositas atau Kekentalan beton segar.
Percobaab Slump Test dilakukan sebelum percetakan benda uji.

#  Perendaman Benda Uji 


Beton yang telah dicetak dalam benda uji, kemudian dikeluarkan dari cetakan
setelah beton berumur 24 jam, kemudian benda uji direndalam bak air. Proses
perendaman benda uji sesuai dengan umur beton yang direncanakan, misalnya
3, 7, 14, 21, 28 hari.

#  Uji Kuat Tekan


Benda uji baik berupa kubus atau silinder selanjutnya dapat di uji tekan pada
mesin tekan sesuai dengan umur beton yang telah direncanakan seperti diatas.
Setelah benda uji kuat tekan dilakukan maka didapat atau dihasilkan Kuat Tekan
Beton ( α hancur ).

#  Pelaporan
Dari evaluasi uji kuat tekan tersebut akan didapat Nilai “Kuat Tekan Beton” yang
dirancang, sehingga dapat diketahui tercapai atau tidaknya Kuat Tekan yang
ditargetkan ( f’cr ). Dari hasil pemeriksaan keseluruhan dirangkum dalam bentuk
laporan

#  Pemeriksaan Beton Dengan Concrete Hammer Test


Pengujian kuat tekan beton dengan Concrete Hammer Test (Baca : Pengujian
Beton Dengan Concret Hammer Test ). Maksud pengujian beton dengan alat
Concrete Hammer test adalah untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah di
cor dilapangan. Pengujian beton dengan Concret Hammer Test dilakukan pada
umur diatas 14 hari.
Dasar-Dasar Beton (4) Komposisi dan Pencampuran Beton
109 Replies

Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat
dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat
dalam kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat
dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton
tersebut akan berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat,
atau kondisi cuaca yang ekstrim.

PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat
aditif.

Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton
yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat.
Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan
pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.

SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan
meningkat. Semen (bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat
agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai yang paling halus.

AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup
digunakan untuk melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif,
dan mudah dikerjakan (workable).
RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar,
kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-
semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang
ada di lingkungan tersebut.

AGREGAT

Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”,
seperti tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan
cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.

Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu,
kelihatan getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.

PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat
tambahan bisa tersebar merata di dalam adukan.

Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di


lapangan (site) ada juga yang sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau
istilahnya ready-mix.

Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur


dan dimasukkan ke dalam truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar
agar beton tidak mengalami setting di dalam drum. Kan aneh kalau misalnya kena
macet trus betonnya sudah mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam perjalanan,
bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau kelamaan diputar, temperatur di
dalam drum meningkat sehingga air menguap. Kondisi ini kadang “diakali” dengan
memasukkan bongkahan es balok yang besar ke dalam drum, sehingga kadar air bisa
tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu bisa kita beri

label “Jus Beton Segar”.. 

Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang


dinamakan MOLEN (mirip-mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur
di lapangan, agregat terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tong (molen), kemudian
diikuti oleh pasir dan terakhir semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai dengan
mutu beton yang diinginkan.

Ada kata pepatah: Jangan menggunakan sekop untuk menakar adukan beton untuk

molen! (Padahal ini yang sering dilakukan) 


Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa
mengukur berat. Jangan sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2
sekop pasir dan 3 sekop kerikil (agregat). Tentu saja hasil (mutu) yang diperoleh akan
berbeda. Kecuali kalau ada sekop canggih yang bisa sekaligus mengukur berat

muatannya.   (hmm..)
Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan
tercampur. Katanya sih, kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata,
berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah dilakukan penambahan air sedikit demi
sedikit.

Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena
proses pencampurannya akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi
secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi, seluruh isi molen dituang ke wadah
sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan beton diangkut
(dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan
pertama sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi
tidak ada delay ketika molen bekerja.

Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan
sekop. Harus dilakukan di tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari
ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen
diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali
dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-
sisinya tertutup sehingga air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan,

langsung saja tuang air ke wadah tersebut. 

Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil,
serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48
\
Pengertian Beton dan Sejarah Beton

Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar dari
kehidupan sosial modern. Beton sendiri adalah merupakan campuran yang homogen
antara semen, air dan aggregat. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan
hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.

Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia
sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton
sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat
halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa
padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).

Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip konstruksi


dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian pada tahun
1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk
di pamerkan pada pameran dunia tahun 1855. Lalu J. Monir, seorang ahli taman dari
Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi
tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886,seorang warga negara Jerman yang
bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton.

Sejarah penemuan teknologi beton  dimulai dari :


 Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
 J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan
dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
 F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi
atap, pipa dan kubah;
 Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang
sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban
akibat  berat sendiri;
 Neuman  melakukan analisis letak garis netral;
 Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
 E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya:
 Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;
 Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk
dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);
 Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
 Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
 Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Sejarah Analisis dasar perhitungan di Indonesia:
 PBI 1955 – PBI 1971  yang lebih dikenal dengan perhitungan lentur cara – n; dan
 SK SNI 1991 ( T-15-1991-03) tentang Standar  Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton.

Sifat dan karakteristik beton:


 Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah;
 Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan;
 Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;
 Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi;
 Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga   beton dapat dipadatkan dengan  mudah;
 Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang;
 Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi;
 Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan;
 Setelah 28 hari,  beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;
 Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka
dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik;
 Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik;
 Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah;
 Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman
terhadap bahaya kebakaran;
 Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi; dan
 Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.
Beton dibedakan dalam 2 kelompok besar yaitu:
 Beton keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan
kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan
tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan
strukturt beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain:
1. Uji kekuatan tekan (compression test);
2. Uji kekuatan tarik belah (spillting tensile test);
3. Uji kekuatan lentur;
4. Uji lekatan antara beton dan tulangan; dan
5. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.
 Beton segar
Ada 2 hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton:
1. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume; dan
2. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregation.
Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas
karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah
dikembangkan antara lain:
1. Slump test;
2. Compaction test;
3. Flow test;
4. Remoulding test;
5. Penetration test; dan
6. Mixer test.
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
 Kualitas semen;
 Proporsi semen dalam campuran beton;
 Kekuatan dan kebersihan agregat;
 Ikatan/adhesi antar pasta semen dan agregat;
 Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton; dan
 Pemadatan beton dan perawatan. 
Seperti disebutkan oleh L.J. Murdock dan K.M. Brock bahwa “kecakapan tenaga kerja
adalah salah satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan. 3 kinerja yang
dibutuhkan dalam pembuatan beton:
 Memenuhi kriteria konstruksi yaitu mudah dikerjakan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomi;
 Kekuatan tekan tinggi; dan
 Durabilitas atau keawetan tinggi.   
Agregat yang dipakai  untuk campuran beton :
 Agregat halus ( pasir ) dengan diameter maksimal 1 cm; dan
 Agregat kasar ( split ) dengan diameter 2 cm atau lebih.

Kelebihan beton:
 Dapat dibentuk sesuai keinginan;
 Mampu memikul beban tekan yang berat;
 Tahan terhadap temperatur tinggi; dan
 Biaya pemeliharaan rendah/ kecil.
Kekurangan beton:
 Bentuk yang sudah dibuat sulit diubah;
 Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi;
 Berat;
 Daya pantul suara besar;
 Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk;
 Tidak memiliki kekuatan tarik;
 Setelah dicampur beton segera mengeras; dan
 Beton yang mengeras sebelum pengecoran, tidak bisa didaur ulang.
Menurut SNI-15-1990-03, untuk penggunaan beton dengan kekuatan tidak lebih dari 10
MPa boleh menggunakan campuran 1 pc:2 psr:3 batu pecah/split dengan slump untuk
pengukuran pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm.

Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa boleh menggunakan


penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan tekan lebih dari 20 MPa
harus menggunakan campuran berat.     

Salah satu yang kita kenal adalah Beton Ringan (lightweight concrete) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Hebel. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis
(density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut
sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut
juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri
dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang
kemudian dirawat dengan tekanan uap air.

Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Teknologi
material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi
(Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated
Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete (semen
dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris
disebut Aircrete and Thermalite. 

Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai
alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC
ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun 1943.
Pada tahun 1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel
pertama di Jepang.

Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen beton aerasi
terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995,
saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat. Ada beberapa
kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC), yaitu:
 Balok AAC mudah dibentuk;
 Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai;
 AAC dapat mempermudah proses konstruksi;
 Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi;
 Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah;
 Mengurangi biaya penguat atau pondasi;
 Waktu pembangunan lebih pendek;
 Kedap suara;
 Anti jamur;
 Anti serangga;
 Nyaman.
Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan
waste yang cukup besar;
 Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan;
 Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural); dan
 Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional.
Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu:
 Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton
ringan;
 Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu
terbangnya dibersihkan); dan
 Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton.
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas, saat ini
beton ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk:
 Blok (bata);
 Panel; dan
 Ready mix.

Anda mungkin juga menyukai