Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

LANDASAN TEORI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi
(aggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap
hewan atau benda-benda (Munith, 2015). Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan
agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan (Yusuf dkk,
2015).

2. Rentang Respon Marah


Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang
lain. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak
realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu
mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih
terkontrol. Amuk : Perilaku destruktif yang tidak

1
terkontrol

3. Tanda dan Gejala


1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
2
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
4. Proses Terjadinya Marah
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,
atau lingkungan (Keliat, 2011). Amuk adalah respons marah terhadap
adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal.
Secara internal dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri,
sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif.
Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1)
mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila
perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang,
biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah
yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif
dan amuk (Yusuf, dkk, 2015).

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain (Munith, 2015):
a) Sublimasi :
Melampiaskan kemarah pada obyek lain, seperti meremas remas
adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi
3
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak
baik,misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia

4
Mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwatemanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada
orangtuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikanyang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan halyang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga
perasaan benci ituditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
denganmelebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan
danmenggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang
tertarikpada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengankuat.
e) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada
obyekyang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
yangmembangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun
marahkarena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karenamenggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-
perangandengan temanya.

III. A. POHON MASALAH


Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan Subyektif:
1. Klien mengancam
2. Klien mengumpat dengan kata-
kata kotor
3. Klien mengatakan dendam dan
jengkel
4. Klien mengatakan ingin berkelahi
5. Klien menyalahkan dan menuntut
6. Klien meremehkan
Obyektif:
1. Wajah memerah dan tegang
2. Mata melotot
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Postur tubuh kaku
6. Suara keras
Risiko mencederai diri sendiri, Subyektif:
orang lain dan lingkungan 1. Klien benci atau kesal pada
seseorang
2. Klien suka membentak
3. Klien menyerang orang yang
mengusiknya
2. jika sedang kesal atau marah
Obyektif:
1. Wajah agak merah
2. Mata merah
3. Nada suara tinggi dan keras
4. Pandangan tajam
5. Klien mengamuk

6
6. Klien merusak atau melempar
barang-barang
7. Melakukan tindakan kekerasan
pada orang di sekitarnya
Harga Diri Rendah Subyektif:
1. Klien merasa tidak berguna
2. Klien mengungkapkan perasaan
Obyektif:
1. Kehilangan minat melakukan
aktivitas
2. 2. Klien lebih suka sendiri dan
bingung

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perilaku kekerasan dibuktikan dengan harga diri rendah
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.

7
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
1) verbal,
2) terhadap orang lain,
3) terhadap diri sendiri,
4) terhadap lingkungan.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
2) obat;
3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa
marahnya;
4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan
pasien.

8
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu
latihan napas dalam danpukul kasur/bantal, secara sosial/verbal,
secara spiritual, dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrolperilaku kekerasan.
VI. IMPLEMENTASI
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi tand gejala PK dirasaka keluarga dalam
3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan merawat pasien
4. Menidentifikasi akibat PK 2. Menjelaskan pengertian PK,
5. Menyebutkan cara mengontrol PK tanda gejala serta proses
6. Membantu pasien mempraktikkan tejadinya PK
latihan cara mengontrol PK 3. Menjelaskan cara merawat
7. Mengnjurkan pasien memasukkan pasien dengan PK
dalam kegiatan harian

SP 2
1. Menevaluasi jadwal kegiatan SP 2
harian pesien 1. Melatih keluarga
2. Melatih pasien mengontrol PK mempraktikkan cara merawat
dengan cara fisik II pasien dengan PK
3. Menganjurkan pasien 2. Melatih keluarga melakukan
memasukkan dalam kegiatan cara merawat langsung kepada
harian pasien PK

SP 3
1. Menevaluasi jadwal kegiatan SP 3
harian pasien 1. Membantu keluarga membuat
2. Melatih pasien mengontrol PK jadwal aktivitas di rumah
dengan cara verbal termasuk minum obat

9
3. Menganjurkan pasien memasukkan 2. Menjelaskan follow up pasien
dalam jadwal kegiatan harian setelah pulang

SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK
dengan cara spiritual
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP 5
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC

11

Anda mungkin juga menyukai