Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu keinginan setiap orang untuk
mempertahankan hidupnya. Didunia kesehatan, para medis yang bertugas
dalam menangani kesehatan masyarakat menyimpulkan berbagai penyakit
kedalam penyebab timbulnya masalah dalam kehidupan.
Untuk itu, kita sebagai manusia yang perlu akan kesehatan sebaiknya
waspada terhadap ancaman berbagai penyakit yang datang. Disini salah
satu penyebab sakit itu adalah faktor lingkungan, genetik, makanan, dan
lainnya. Kebanyakan individu terserang penyakit mulai dari ujung kaki
hingga ujung rambut. Disisi lain, penyakit dapat menyebar begitu cepat
dalam tubuh melalui perantara biologis dan nonbiologis.
Kelainan tubuh terjadi dan beberapa gejala fungsi organ terganngu akibat
kesalahan manusia itu sendiri contohnya, nyeri. Seperti yang ktia ketahui
bahwa nyeri tersebut merupakan suatu gejala yang mengakibatkan
muskulus atau otot menjadi tersendat akibat adanya ketidaknormalan
darah melewati pembuluh darah seperti keadaan normalnya.
Selain itu, nyeri juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui sebagai keadaan yang
tak nyaman. Biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual seperti
otot dan system peredaran darah.
Untuk itu kami mengangkat tema nyeri sebagai bahan acuan dalam
penulisan makalah yang memiliki harapan dan kegunaan bagi diri sendiri
dan para pembaca khususnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri?
2. Apa saja klasifikasi nyeri?
3. Bagaimana reseptor nyeri?
4. Apa saja stimulus nyeri?
5. Bagaimana kecepatan sensasi nyeri?
6. Apa saja teori nyeri?

1
7. Bagaimana mekanisme nyeri?
8. Bagaimana pengkajian nyeri?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan nyeri
2. Agar dapat mengetahui apa saja klasifikasi nyeri
3. Agar dapat mengetahui apa saja reseptor nyeri
4. Agar dapat mengetahui apa saja stimulus nyeri
5. Agar dapat mengetahui bagaimana kecepatan sensasi nyeri
6. Agar dapat mengetahui apa saja teori nyeri
7. Agar dapat mengetahui bagaimana mekanisme nyeri
8. Agar dapat mengetahui bagaimana pengkajian nyeri
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui secara pasti apa sebenarnya nyeri itu
2. Menambah pengetahuan dibidang pembelajaran mengenai kesehatan
secara menyeluruh
3. Dapat mengetahui berbagai penanganan mengenai efek dari nyeri itu
bagi tubuh

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nyeri
 Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang
tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
yang aktual maupun potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy
(2005) Dikutip dari International Association for the Study of Pain
(IASP, 1994),
 Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri
dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik teraktivasi (Elizabeth
Crowin, 2007).
 Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung
saraf tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
 Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional.

B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
nyeri kronis (Long, 1989) :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot (Long, 1989).
Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005).

3
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).
C. Reseptor Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.
D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat
mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold).
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya
adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
Trauma pada jaringan tubuh, Gangguan pada jaringan tubuh,
Tumor

4
E. Kecepatan Sensasi
Fast pain (nyeri cepat) dirasakan selama kurang dari satu detik (biasanya
jauh lebih singkat) setelah aplikasi stimulus nyeri (mis, menyentuh
kompor panas). Nyeri cepat terlokalisasi dengan baik pada suatu tempat
dan sering digambarkan sebagai tusukan ataau tajam. Nyeri cepat biasanya
dirasakan pada atau dekat dengan permukaan tubuh.
Slow pain (nyeri lambat) dirasakan selama satu detik atau lebih setelah
aaplikasi stimulus nyeri (mis, nyeri yang terus terasa setelaah kepala
terbentur). Nyeri lambat sering digambarkaan sebagai tumpul, berdenyut,
atau terbakar. Nyeri ini dapat meningkat dalam beberapa menit dan dapat
terjadi di kulit atau semua jaringan dalam di tubuh. Nyeri lambat dapat
menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas yang berat.
F. Teori Nyeri
a) Teori Pemisahan (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh “Descartes’ pada abad ke-17. teori ini
didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara
khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima
rangsangan nyeri dan mentransmisikanya melalui ujung dorsal dan
substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan
pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri (Tamsuri,
2006).
Menurut teori ini, rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal
cord) melalui dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya,
dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan (Long, 1989).
b) Teori Pola (Pattern theory).
Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri,yaitu serabut yang
mampu menghantarkan rangsangan dengan cepat; dan mampu
menghantarkan rangsangan dengan lambat. Kedua serabut saraf
tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan meneruskan informasi
ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang

5
menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri (Tamsuri,
2006).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebuh tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga minimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas
respo dari reaksi sel T (Long, 1989)
c) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Melzack & Wall (1965) pertama kali mengusulknan teori mekanisme
nyeri yakni teori “Gate Control” mereka menjelaskan teori gerbang
kendali nyeri, yang menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang”
yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri
(Tamsuri, 2006). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat
syaraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion
dorsalis. Rangsangan pada serat syaraf besar akan meningkatkan
aktivitas substansi gelatinosa yang mengakibatakan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan menghantarkan rangsangan nyeri (Long, 1989).
Teori gate control menggambarkan bahwa ada mekanisme pintu
gerbang pada ujung syaraf ruas tulang belakang (spinal cord) yang
dapat meningkatkan atau menurunkan aliran impuls saraf dari serat
perifer menuju system saraf pusat. Mekanisme pintu gerbang ini
dipengaruhi oleh aktifitas A-Beta berdiameter besar, A-Delta
berdiameter kecil dan serabut c serta pengaruh dari otak. Bila pintu
tertutup berakibat tidak ada nyeri; pintu terbuka, nyeri ; sebagian pintu

6
terbuka, nyeri kurang. Ketika pintu ditutup, transmisi impuls nyeri
dihentikan di spinal cord sehingga nyeri tidak mencapai tingkay yang
disadari (Reeder-Martin, 1984 ; Flynn & Heffron, 1984). Sereblum dan
thalamus disebut sebagai pusat control nyeri oleh melzak & Wall
(1965). Pesan sensori yang berbeda dialirkan langsung ke serebrum.
Pusat control memproses informasi dari 3 sumber, yakni informasi
sensori-diskriminatif, informasi motivasi-afektif dan informasi
kognitif-evaluatif. Karena rangsangan nyeri diproses dalam konteks
yang individual, variasi yang luas dari respon nyeri dapat diamati
(Flynn & Heffron, 1984 ; marie, 2002).
d) Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
syaraf, sehingga transmisi impuls menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
impuls-impuls pada serabut besar yang memblok impuls-impuls pada
serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Long, 1989).
G. Mekanisme Nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis,
mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu
serabut saraf A-Delta), sedangkan slow plain (nyeri lambat) biasanya
dicetuskan oleh serabut saraf C).
Karakteristik Serabut A-delta yaitu :
 Menghantar nyeri dengan cepat
 Bermielinasi
Karakteristik Serabut C, yaitu :
 Tidak bermielinasi
 Berukuran sangat kecil
 Bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri

7
Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam
melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
menyampaikan impuls yang terlokalisasi (bersifat difusi), viseral, dan
terus-menerus. Sebagai contoh mekanisme kerja serabut A-delta dan
serabut C dalam suatu trauma adalah ketika seseorang menginjak paku,
sesaat telah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang dari 1 detik akakn
merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi
dari serabut A. dalam beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai
seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C.
Tahap selanjutnya adalah transmisi,dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui
dorsal horn, dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia
gelatinosa (lamina II dan lll). Impuls kemudian menyeberang keatas
melewati traktus spinothalamus anterior dan lateral. Beberapa impuls yang
melewati traktus spinothalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus
tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast pain. Di bagian
thalamus dan korteks serebri inilah individu kemudian dapat
mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan
mulai berespon terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalmaus
pada bagian tengah medula spinalis. Impuls ini memasuki formatio
retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku emosi dengan
kognitf, serta integretasi dari sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi
akan membangkitkan emosi, sehingga timbul respon terkejut, marah,
cemas, tekanan darah meningkta, keluar keringat dingin, dan jantung
berdebar-debar.
H. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan
merupakan proses lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional
perumusan manajemen nyeri terhadap rencana keperawatan. Pengkajian
ini sangat penting dalam mengidentufikasi sindrom nyeri atau penyebab
nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan karakteristik nyeri,

8
pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem saraf akan
dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan
penyebab nyeri (Suza, 2007).\
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya
nyeri
2. Q (quality), yaitu kualitas dari nyeri itu sendiri. Seperti apakah
rasanya : tajam, tumpul, atau tersayat
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri
4. S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri
5. T (time), yaitu lamanya nyeri/waktu serangan atau frekuensi nyeri
Pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek yaitu :
1. Lokasi
Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk
menentukan lokasi nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan letak
nyeri secara tepat, banyak yang mengindikasikan letak dengan dengan
huruf seperti ABC. Pasien boleh menggambarkan lokasi nyeri dalam
bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan anggota keluarga dapat
memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk pengkajianya (Suza,
2007).
2. Intensitas
Seseorang dalam mengekspresikan nyeri mereka hanya mampu
menilai suatu intensitas nyeri secara akurat, dua jenis skala penilaian
intenstas nyeri yang digunakan adalah skala verbal dan skala
numerical.
a. Face Rating Scale
Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk
meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah
pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias
bermanfaat ketika orang dewasa yang mempinyai kesulitan dalam

9
menggunakan angka-angka dari skala visual analog (VAS) yang
merupakan alat penilaian pengkajian nyeri secara umum (Suza,
2007)
Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk
mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam
wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah
yang sedang tersenyum “tidak merasa nyeri” kemidian secara
bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang
sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang
sangat” (Potter & Perry, 2005)
b. Flowsheets (Kartu Pencatatan)
Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan
yang bertujuan mempertahankan keberhasilan dalam manajemen
nyeri. Dokter menggunakan flowsheets untuk mencatat waktu,
menilai nyeri dan mengontrol penggunaan obat penghilang rasa
nyeri dan efek sampingnya. Informasi yang ada dalam manajemen
Flowsheet dapat disatukan dalam bentuk bentuk format yang lain
untuk menghindari terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan.
c. Graphic Rating Scale
Graphic rating sacale dikembangkan oleh VAS untuk menambah
kata-kata atau angka diantara awal dan akhir skala. Penambahan
kata-kata seperti tidak nyeri, nyeri sedang dan nyeri berat disebut
verbal graphic rating scale sedangkan jika huruf seperti 0 sampai
10 menjadi numerical graphic rating scale (Suza, 2007
d. Numerical Rating Scale
Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 (Potter &
Perry, 2005). Skala ini digunakan secara verbal atau visual dari 0
sampai 10 dan menambahkan kata-kata dan huruf sepanjang garis
vertical dan horizontal, 0 menunjukkan hasil dari tidak ada nyeri

10
dan 10 menunjukkan hasil dari nyeri yang tak terbayangkan (Suza,
2005)
e. Simple Descriptor Scale (Verbal Descriptor Scale, VDS)
Skala ini menggunakan daftar kata-kata untuk mendeskripsikan
perbedaan tingkat intensitas nyeri, mudah dan sangat sederhana
dalam menggunakannya sebagai contoh tidak ada nyeri, nyeri
ringan , nyeri sedang dan nyeri barat (Suza, 2007).
Skala deskriptif merupaka alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi
ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” (Potter & Perry, 2005).;
f. Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu
garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih
sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka
(McGuire, 1984).
Visual Analog Scale digunakan dengan garis horizontal 10 cm
dengan menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada
nyeri, dan nyeri sangat berat. Pasien membuat sebuah tanda
sepanjang garis untuk mengungkapkan intensitas nyeri, angka
diperoleh dengan mengukur millimeter dari awal sampai akhir
pengukuran dan pasien akan langsung menandainya (Suza, 2007).

11
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LAPORAN ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
 Identitas pasien = Nama,umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
 Identitas penanggung jawab = Nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaaan, hubungan dengan pasien, alamat.
2. KELUHAN UTAMA
Adanya rasa nyeri pada abdomen ,frekuensi nadi meningkat , tekanan
darah meningkat dan tampak meringis.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadinya
nyeri perut , sulit tidur, Tekanan darah meningkat dan frekuensi nadi
meningkat.
4. PENGKAJIAN BERDASARKAN PQRSTP
P : nyeri tusuk pada abdomen sebelah kiri
Q : nyeri tusuk
R : nyeri dirasakan pada abdomen sebelah kiri
S : skala nyeri 8 (berat)
T : nyeri berlangsung ±5-10 menit
5. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Adakah anggota keluarga yang lain pernah menderita penyakit yang sama.
7. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengobati
masalah dan bagaimana motivasi kesembyhan dan cara klien menerima
keadaannya.

13
8. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Meliputi cairan,nutrisi,eliminasi,personal hygience,istirahat tidur, aktivitas
latihan dan kebiasaan.
9. RIWAYAT SPIRITUAL
Kebiasaan-kebiasaan pasien terhadap ibadahnya.
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Keadaan Umum : Lemah dan lesu
2. Tingkat Kesadaran : Compormentis
3. Ekspresi : Lemah
4. Penampilan : Kurang rapi
5. Tanda – tanda Vital
TekananDarah : 110/60 mmHg Pulse : 85 x/menit
Frekuensi Pernafasan : 30 x/menit Temperatur: 36,8ºC
6. PemeriksaanFisik Head to Toe
A. Kepala
Bentuk mesocepal, rambut hitam, lurus, tidak ada hematum maupun jejas.

B. Mata
Pupil isokor, simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, reaksi terhadap cahaya baik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
C. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip maupun secret.
D. Telinga : Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
E. Mulut : tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa bibir kering, tidak ada
sariawan, tidak menggunakan gigi palsu, dan tidak terdapat lesi.
F. Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
(Jugularis Vena Presure).
G. Paru-paru :
 Inspeksi :
– Pengembangan dada simetris antara kanan- kiri.
– tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

14
– RR:23x/ menit.
 Palpasi : Sonor seluruh lapang paru

 Perkusi : Fremitus

 Auskultasi : vesikuler
H. Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

 Palpasi : Ictus cordis teraba kuat di mid klavikula intercosta V


sinistra
 Perkusi : Pekak

 Auskultasi : Bunyi jantung (S1- S2) reguler, tidak ada suara jantung
tambahan.
I. Abdomen :
 Inspeksi : Perut datar, terdapat luka post operasi laparatomi hari 1 ,
tertutup dengan kain steril 7cm. klien terpasang drain, jumlah
pengeluaran darah pada drain ± 4cc
 Auskultasi : Peristaltik usus 4x/ menit

 Palpasi : mengalami nyeri tekan pada luka bekas operasi , hepar


dan lien tidak teraba.
 Perkusi : Timpani
J. Kulit : Turgor kulit elastis, kembali kurang dari 3 detik, tidak ada lesi, tidak
ada kelainan pada kulit.
K. Ekstremitas :
 Ekstremitas atas: kekuatan otot (4), tidak edema, capillary refill 3
detik, terpasang infus RL di tangan kanan.
 Ekstremitas bawah : kekuatan otot (4), tidak edema, capillary refill 3
detik.
PERSEPSI PASIEN & KELUARGA TENTANG PENYAKIT
Harapan – harapan Pasien
Pasien berharap pasien bisa sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.

15
B.Analisa data

1.Nyeri akut penalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan

Gejala mayor : Gejala minor


DS : Mengeluh nyeri DS : tidak tersedia (idiopatik)
DO : DO :
1. Tampak meringis 1. Tekanan darah
2. Gelisah meningkat
3. Frekuensi nadi meningkat 2. Pola nafas berubah
4. Sulit tidur 3. Berfokus pada diri
sendiri

16
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
1. Nyeri akut b/d Agen Setelah diberikan intervensi NIC : Manajemen nyeri
pencedera fisik keperawatan selama ...x... jam, Aktivitas keperawatan:
(karena tusukan) diharapkan pasien mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui seberapa
menunjukkan: secara komprehensif tingkat nyeri yang
NOC : nyeri: Respon psikologi dirasakn klien
tambahan berkurang 2. Gali faktor yang dapat 2. Mengetahui faktor
 Dipertahankan pada :.... menurunkan atau apasaja yang dapat
 Ditingkatkan pada :.... memperberat nyeri menurunkan atau
 1= Berat memperberat raasa nyeri
 2= Cukup berat klien
 3= Sedang 3. Kendalikan faktor 3. Mengurangi rasa nyeri
 4= Ringan lingkungan yang dapat dengan meningkatkan
 5= Tidak ada mempengaruhi respon kemanyamanan klien
Dengan kriteria hasil: nyeri klien terhadap
 Bisa membuat keputusan ketidaknyamanan

17
 Depresi
 Pemikiran yang pesimis 4. Kurangi faktor yang dapat 4. Membantu mengatasi
 Ketakutan pada nyeri yang tidak meningktkan nyeri (mis. rasa nyeri yang dialami
bisa ditahan Takut) klien
 Jengkel terhadap dampak dari
nyeri yang mengganggu 5. Mengurangi kontraksi
5. Atur posisi semi fowler
abdomen

6. Ajarkan teknik relaksasi


6. Teknik relaksasi dapat
meredakan rasa nyeri
klien
7. Mengurangi rasa nyeri
7. Beri kompres air hangat
klien
pada klien jika diperlukan

8. Dorong klien untuk 8. Dengan berbagi


mendiskusikan pengalaman atau sharing
pengalaman nyeri yang masalah yang dialami

18
dirasakan sesuai klien akan membantu
kebutuhan klien meringankan
beban(nyeri) yang
dirasakan klien

tidur 9. Istiraha tidur dapat


9. Dukung istirahat
menurunkan, meredakan,
yang adekuat
meringankan rasa nyeri
klien
10.Obat analgesik
10. Kolaborasi dengan
membantu mengurangi
dokter dalam pemberian
rasa nyeri yang dialami
obat analgesik
klien

19
EVALUASI

1. Penurunan skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala


diberikan 2

2. Merasa nyaman dan dapat istirahat

3. Focus pada diri sendiri

4. Focus menyempit (penurunan persepsi,waktu,tempat,dan


orang,proses berfikir)

5. Tingkah laku distraksik

6. Respon otonom(perubahan tekanan darah,suhu tubuh,nadi)

7. Perubahan nafsu makan

8. Perubahan berat badan

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang kami telah uraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulanBahwa mekanisme nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis,
mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui
dorsal horn, dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia
gelatinosa (lamina II dan lll).

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang nyeri. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
Terima kasih

21
Daftar Pustaka

Sigit Nian Prasetyo 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri,


Penerbit Buku Erlangga

22

Anda mungkin juga menyukai