DINASTI UMAYYAH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah: Fiqh Siyasah
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
M. Nurul Huda
Agam Pebriansah (1902026096)
Marthabatul Aliyah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana Ketatanegaraan pada zaman Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana Sistem Politik pada zaman Dinasti Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
Peristiwa itu terjadi setelah Hasan bin Ali yang dibajat oleh
pengikut setia Ali menjadi Khalifah, sebagai Ali, mengundurkan diri dari
gelanggang politik. Sebab, ia tidak ingin lagi terjadi pertumpahan darah
yang lebih besar, dan menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada
Muawiyah. Langkah penting Hasan bin Ali dapat diselesaikan sebagai
usaha rekonsiliasi umat Islam yang terpecah belah. Karenanya kisah itu
dalam sejarah Islam dikenal dengan tahun persatuan ('al-jama'at). Yaitu
episode sejarah yang mempersatukan umat kembali di bawah kekuasaan
seorang khalifah.169 Rujuk dan pertahankan antara Hasan dan Muawiyah
setelah Muawiyah memenuhi persyaratan yang diminta oleh Hasan. Yaitu
Muawiyah haras menjamin keamanan dan keselamatan jiwa dan harta
keturanan Semua dan pendukungnya. Pernyataan ini diterima Muawiyah
dan dibuat secara tertulis. Persetujuan Muawiyah ini diimbangi oleh
Hasan dengan membaiatnya.2
1
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAINIB Pres,2002),hal 82-83
2
Prof. Dr. Suyutji Pulungan, M.A., FIKIH SIYASAH, PT. Ombak, Yogyakarta, 2019, hal 172
Proses pengangkatan itu dilakukan dihadapan banyak orang.
Mereka yang melakukan sumpah setia ini (bai’at) ada sekitar 40.000 orang
jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran pada saat itu. Orang yang pertama
kali mengangkat sumpah setia adalah Qays bin Sa’ad, kemudian diikuti
oleh umat Islam pendukung setia Ali bin Abi Thalib.
3
Ibid, hal 174
4
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hlm.185
pemimpin sebelumnya. Penyerahan kekuasaan pemerintahan Islam dari
Hasan ke Muawiyah ini menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran
Dinasti Umayyah di bawah pimpinan khalifah pertama, Muawiyah ibn
Abu Sufyan.
Proses penyerahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi
Sufyan dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin dengan ditandai
pengangkatan sumpah setia. Dengan demikian, ia telah berhasil meraih
cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin umat Islam menggantikan
posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah. Meskipun Muawiyah tidak
mendapatkan pengakuan secara resmi dari warga kota Bashrah, usaha ini
tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah sampai akhirnya secara
defacto dan dejure jabatan tertinggi umat Islam berada di tangan
Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani
Umayyah (661-750 M) yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan
cara meniru gaya kepemimpinan raja-raja Persia dan Romawi berupa
peralihan kekuasaan kepada anak-anaknya secara turun temurun. Keadaan
ini yang menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang
didasari asas “demokrasi” untuk menentukan pemimpin umat Islam yang
menjadi pilihan mereka. Pada masa kekuasaan Bani umayyah ibukota
Negara dipindahkan muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat Ia
berkuasa Sebagai gubernur Sebelumnya.
5
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah,(jakarta:Prenamedia Group,2014),hal.90.
6
Ibid, hal.91.
7
Yatim Badri,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008) hal 42
Administrasi pemerintahan dan struktur Pemerintahan dinasti Bani
Umayah merupakan penyempumaan dari pemerintahan Khulafa al-
Rasyidin yang diciptakan oleh Khalifah Umar. Wilayah kekuasaan yang
luas itu, disetujui pada periode Negara Madinah, dibagi menjadi beberapa
wilayah provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh gubernur dengan gelar
wali atau amir yang diangkat oleh khalifah. Gubernur didampingi oleh
beberapa sekretaris, sekretaris, dan pejabat penting lainnya, yaitu shahib
al-kharaj (pejabat pendapatan), shahib al-syurthat (pejabat kepolisian), dan
gadhi (kepala agama dan hakim) . Pejabat pendapatan dan gadhi ditunjuk
oleh khalifan dan bertanggung jawab atas tanggung jawab.189 Di tingkat
pemerintahan pusat m8engatur beberapa lembaga de, al-katib, al-hajib dan
diwan. Lembaga al-katib terdin dari katib al-rasail (sekretaris negara),
katib al-kharaj (sekretaris pendapatan negara), katib al-jund (sekretaris
militer), katib al-syurthat (sekretaris kepolisian) dan katib al-qadhi
(panitera) . Katib juga dianggap penting. Karena itu pejabatnya selalu
orang terpercaya dan pandai dari keluarga kerajaan.
Dinasti Umayah juga mengatur beberapa diwan atau departemen.
1) Diwan al-Rasail, departemen yang menerima surat-surat negara dari
khalifah kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari Gubernur.
Departemen ini memiliki dua sekretariat, untuk pusat menggunakan
bahasa Arab, dan untuk menggunakan bahasa Yunani dan bahasa Persia.
Tapi pada saat Khalifah Abd al-Malik memegang arabisasi, yaitu hanya
menggunakan bahasa Arab dalam surat-surat negara. Politik arabisası ini
diterbitkan pada masa putranya, Khalifah Al-Walid, yaitu penggunaan
bahasa Arab sebagai linguafranca dan ilmu pengetahuan untuk seluruh
wilayah pemerintahan9.
Pengaruhnya melanjutkan sampa sekarang. Misalnya Mesir dan
Irak menggunakan bahasa Panlaw dan Kpti, dan Damaskus bahasa
Yunani, kini menggunakan banase Arab. Kebijaksanaan ini mendorong
8
Prof. Dr. Suyutji Pulungan, M.A., FIKIH SIYASAH, PT. Ombak, Yogyakarta, 2019, hal 178
9
Ibid, hal 179
seorang ulama, Sibawaih, untuk menyusun Al-Kitab yang selanjutnya
menjadi pegangan dalalm tata bahasa Arab.198 2) Diwan al-Khatim,
departemen pencatatan yangMengajukan keputusan dan meregistrasi
semua keputusan khalifah atau peraturan-peraturan pemerintah untuk
dikirim kepada pemerintahan di daerah. 3) Diwan al-Kharaj, departemen
pendapatan negara yang diperoleh dari al-kharaj, 'usyur, zakat, jizyah, fa'i
dan ghanimah dan sumber lain. Semua pemasukan keuangan yang
diperoleh dari sumber-sumber yang dijual di Baitul Mal ( kantor
perbendaharaan negara). 4) Diwan al-Barid, departemen pelayanan
posisikan melayani tentang berita-berita penting di daerah kepada
pemerintah pusat dan sebaliknya, sehingga khalifah dapat mengetahui apa
yang terjadi di daerah dan memudahkannya untuk mengendalikan jalannya
pemerintahan di daerah. 5) Diwan al-Jund, departemen pertahanan yang
mengatur militer.10
Personilnya menyetujui orang-orang Arab. Untuk memperbolehkan
pembahasan tcntang praktik pemerintahan Dinasti Umayah ini,
dikemukakan ciri-ciri khusus yang membedakannya dari praktik
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin dan pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Ciri-cirinya antara lain: uns pengikat bangsa lebih tertuju pada kesatuan
politik dan ekonomi; khalifah adalah jabatan sekuler dan mengerjakan
sebagai kepala pemerintahan eksekutif; kedudukan khalifah masih
mengikuti tradisi kedudukan syaikh (kepala suku) Arab, dan disetujui
siapa saja yang dapat bertemu langsung dengan khalifah untuk
mengabungkan haknya: Dinasti ini jadi eksklusif karena lebih
mengutamakan orang-orang berdarah Arab duduk dalam pemerintahan,
orang-orang non-Arabtidak mendapat peluang yangsama luasnya dengan
orang-orang Arab; dan gadhi (hakim) memiliki kebebasan dalam
memutuskan perkara. Disamping itu Dinasti ini tidak meninggalkan agama
dalam pemerintahan. Formalitas agama tetap dipatuhi dan ditampilkan
menampilkannya sebagai pejuang Islam. Dinasti ini kurang dilaksanakan
10
Ibid, hal 181
musyawarah. Karenanya, kekuasaan khalifah mulai menentang absolut.
Dengan demikian tampilnya pemerintahan Dinasti Umayah yang
mengambil bentuk monarki, merupakan babak kedua dari pelaksanaan
pemerintahan umat Islam dalam sejarah.
C. Sistem Politik Bani Umayyah
Selama Bani Umayyah memerintah banyak terjadi kebijakan
politik yang dilakukan pada masa pemerintahannya seperti:
1. Pemisahan kekuasaan
Pemisahan kekuasaan terjadi antara kekuasaan agama (spiritual
pawer), dengan kekuasaan politik (timporer pawer). Sebelumnya pada
masa Khalifah Rasidin belum terjadi pemisahan antara kekuasaan
politik dan kekuasaa agama. Pemisahan kekuasaan yang dilakukan
oleh Muawiyah dapat dipahami karena Muawiyah sebagai penguasa
pertama Negara ini bukanlah orang yang ahli dalam bidang
keagamaan, sehingga masalah keagamaan tersebut diserahkan kepada
‘Ulama. Oleh karena itu dikota-kota besar dibentuk para qhadi/hakim,
pada umumnya para Hakim menghukum sesuai dengan ijtihatnya
yang sesuai dengan landasan Al-Qur’an dan Hadist.11
2. Pembagian Wilayah
Dalam hal pembagian wilayah, pada masa pemerintahan yang di
pimpin oleh Muawiyah terjadi perubahan yang besar. Pada masa
Khalifah Umar bin Khatab, terdapat lapan provinsi. Maka pada masa
pemerintahan yang di pimping Muawiyah menjadi sepuluh provinsi,
seperti:
a. Syiria dan Palisrtina,
b. Kuffah dan Irak,
c. Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan
Yamamah
d. Armenia
e. Hijaz
11
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 85
f. Karman dan India
g. Egypt
h. Afrikiyyah (Afrika utara)
i. Yaman dan Arab Selatan
j. Andalus12.
12
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 196
13
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 87-88
b. Diwan Al-Kharraj
Dewan ini beroperasi disektor pengambilan pajak dan
keuangan. Yang dibentuk pada setiap provinsi yang dikepalai
Shahib Al-Kharaj yang diangkat oleh Khalifah dan bertanggung
jawab kepadanya.
c. Diwan Al-Barid
Disebut juga dengan Badan Intelejen Negara yang
berfungsi sebagai penyampai berita-berita rahasia daerah kepada
pemerintah pusat. Kepala dewan ini memberikan emformasi
tentang tingkah laku para gubernur di daerah atau hal-hal lain
yang ada hubungannya dengan kebijaksanaan pemerintah. Pada
masa pemerintahan Abdul Maalik, berkembang menjadi
Depertemen Pos khusus urusan pemerintah. Dengan demikian
kerjanya semakin luas.
d. Diwan Al-Khatan
Dewan Al-Khartan ( Depertemen Pencatatan), pertama
didirikan oleh Muawiyah. Setiap peraturan yang dikeluarkan oleh
Khalifah harus disalin dalam satu regester, kemudian yang asli
harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju.
4. Politik Arabisasi
Pada masa pemerintahan Bani Umayya ( sejak khalifah Abd
Malik bin Marwan) berkembang istilah arabisasi usaha-usaha
penggaraban oleh Bani Umayyah diwilayah-wilayah yang
dikuasai Islam. Termasuk disini pengangkatan pengajaran bahasa
arab, penerjemahan buku-buku asing kedalam bahasa arab.14
5. Pengangkatan Hakim
BAB III
PENUTUP
15
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah,(jakarta:Prenamedia Group,2014),hlm.93.
16
Suyuthi Pulungan,fikih siyasah,(yogyakarta:Penerbit Ombak,2014),hlm.179.
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2008) hal 42
Firdaus,Harun Maidir, Sejarah Peradaban Islam,(Padang: IAIN IB
Pres,2002)