Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan materi Keperawatan Anak

Nama: Julieta V. Wetik

Tingkat : IIA

NIM: 2018099

“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Typhoid”

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan
pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2015). Demam tifoid adalah
penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan
pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan
ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2013).

Menurut Widagdo (2013, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid adalah
Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili
Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul,
gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada
suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja.
Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15 menit.
Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah komponen dinding sel dari
lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagelum) adalah protein yang
labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat
antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

Menurut WHO (2013), ada 3 macam klasifikasi demam thypoid dengan


perbedaan gejala klinis :

a. Demam thypoid akut non komplikasi


b. Demam thypoid dengan komplikasi
c. Keadaan karier
Tanda dan gejala yang timbul adalah:
 Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
 Nyeri kepala
 Malaise
 Letargi
 Lidah kotor
 Bibir kering pecah-pecah (regaden)
 Mual, muntah
 Nyeri perut
 Nyeri otot
 Anoreksia
 Hepatomegali, splenomegali, dll

Komplikasi dari penyakit ini menurut Widagdo (2014, hal: 220-221) Komplikasi
dari demam tifoid dapat digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1) Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
 Perdarahan
 Perforasi usus
2) Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
 Sepsis
 Hepatitis dan kholesistitis
 Pneumonia atau bronchitis
 Miokarditis toksik
 Trombosis dan flebitis
Patofisiologi dari penyakit ini ialah ketika kuman masuk melalui mulut, sebagian
kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi
masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus
halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi
dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan
kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus,
dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2016, hal: 254).
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan antara lain:
a) Pemeriksaan leukosit
b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
c) Biakan darah
d) Uji widal
Penatalaksanaan medis:
a) Perawataan
b) Diet
c) Obat-obatan

Pengkajian yang dilakukan pada pasien thypoid adalah sebagai berikut:

a) Identitas klien
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Riwayat psiko social dan spiritual
g) Riwayat tumbuh kembang
h) Pola kebiasaan sehari-hari
• Nutrisi
• Eliminasi
• Istirahat tidur
• Personal hygiene
i) Pemeriksaan fisik
• Mata
• Mulut
• Thorak
• Abdomen
• Ekstrimitas
Diagnosa yang sering muncul pada pasien typoid beserta perencanaannya:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella
thypoid.
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Beri kompres pada daerah dahi
3) Anjurkan untuk banyak minum air putih.
4) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
2. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
Intervensi:
1) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan
turgor kulit
2) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah
3) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
4) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
5) Kolaborasi pemberian cairan intravena
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
Intervensi
1) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan
turgor kulit
2) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah
3) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
4) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
5) Kolaborasi pemberian cairan intravena
Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan
cairan
4. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
Intervensi
1) Kaji pola eliminasi klien
2) Auskultasi bising usus
3) Selidiki keluhan nyeri abdomen
4) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
5) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB
6) Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai

  • KMB
    KMB
    Dokumen5 halaman
    KMB
    Julieta Wetik
    Belum ada peringkat
  • KMB
    KMB
    Dokumen5 halaman
    KMB
    Julieta Wetik
    Belum ada peringkat
  • Julet Leaflet KB
    Julet Leaflet KB
    Dokumen2 halaman
    Julet Leaflet KB
    Julieta Wetik
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Julieta Wetik
    Belum ada peringkat
  • Jenis-Jenis Termometer
    Jenis-Jenis Termometer
    Dokumen12 halaman
    Jenis-Jenis Termometer
    Julieta Wetik
    Belum ada peringkat