Anda di halaman 1dari 13

Tugas Falsafah

Teori Patricia Benner

Oleh :

Kelompok 8

1. Jelang Senja (2019.02.020)


2. Mohammad Rafli Tegar Prayogi (2019.02.028)
3. Muhammad Fuad Hasyim (2019.02.029)
4. Ricky Fikryansa (2019.02.041)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BANYUWANGI
Lembar Pengesahan

Nama :

1. Jelang Senja (2019.02.020)


2. Mohammad Rafli Tegar Prayogi (2019.02.028)
3. Muhammad Fuad Hasyim (2019.02.029)
4. Ricky Fikryansa (2019.02.041)

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Teori Keperawatan Patricia Benner

Berdasarkan hasil bimbingan oleh dosen sejak tanggal 13 oktober 2019.

Banyuwangi, Oktober 2019

Mengetahui

Fransiska Erna
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat,serta izinNYA lah
kami dapat menyelesaikan makalah sains keperawatan dengan topik falsafah keperawatan menurut teori
Patricia Benner ini Perlu kita sadari bahwa falsafah merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu profesi,
tak terkecuali perawat masyarakat yang semakin sadar hukum, globalisasi tenaga kesehatan, dan semakin
bervariasinya masalah kesehatan di masyarakat semakin menekankan urgensi dari pemahaman dan
penerapan falsafah keperawatan bagi setiap praktisi maupun institusi kesehatan yang dialami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun akan sangat kami
apresiasi meskipun demikian, kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini akan memberikan
wawasan baru serta dapat membawa manfaat bagi siapapun yang membawanya. Amin

Kelompok 8
DAFTAR ISI
TEORI FROM NOVICE TO EXPERT

BAB I

1. Latar Belakang

Teori Patricia Benner adalah seorang perawat yang sangat berpengalaman dirumah sakit dan pernah
bekerja di berbagai macam setting tempat perawatan dirumah sakit di samping itu Patricia Benner juga
seorang peneliti yang aktif dan telah mempublikasikan banyak sekali hasil penelitiannya oleh karena
kinerjanya yang baik dan kontribusinya yang signifikan terhadap pengembangan ilmu keperawatan,
patricia benner dipercaya sebagai koordinator evaluasi dan pengembangan kualitas asuhan keperawatan di
wilayah california Atas prestasi dan kinerjanya, Patricia Benner mendapat penghargaan dari National
council and State boards of Nursing pada tahun 2016 atas hasil kerjanya yang menghasilkan instrumen
pengukuran terhadap berbagai penyimpangan dalam asuhan keperawatan instrumen ini disebut
Taxonomy of error, root cause and Practice (TERCAP)(Alligood, 2006).

Terkait paradigma dalam teorinya, pemikiran Patricia Benner sangat di pengaruhi oleh salah satu
teoris besar keperawatan, ;irginia <enderson, dan dua orang professor di university of california (UC),
Hubert dreyfus dan Stuart dreyfus, Henderson pada 1996 berpendapat bahwa teori Patricia Benner dapat
memberikan perubahan yang signifikan dalam pendidikan keperawatan serta mempersiapkan calon calon
perawat yang profesional, terutama dalam hal pendidikan di klinik dimana diperlukan integrasi antara
pengetahuan dan pengalaman pembimbing dan mahasiswa" Sementara itu (reyfus bersaudara
memberikan dasar tentang proses pencapaian skill melalui pengalaman dan tingkatan kompetensi) dalam
teori Patricia Benner (Sitzman, 2011).
BAB II

2. Konsep Teori

Dalam menyusun teorinya, Patricia Benner terinisiasi oleh fenomena di lapangan bahwa banyak
sekali perawat senior dan berpengalaman dirumah sakit yang memiliki pengalaman dan berwawasan luas
akan berbagai kondisi klien dan berbagai modalitas terapi (know what) akan tetapi kurang memiliki
pengetahuan yang melatar belakangi berbagai modalitas perawatan tersebut (know how) demikian pula
sebaliknya, para preceptor (pembimbing klinik) mahasiswa yang berpraktik di rumah sakit kurang dapat
memberikan bimbingan yang optimal kepada mahasiswanya karena lebih memahami pengetahuan teoritis
(know how) tanpa dipadukan dengan pengetahuan klinis yang cukup (know what). dari pengamatan
terhadap dua fenomena ini, Patricia Benner mengambil sudut pandang bahwasannya teori adalah
diturunkan & dikembangkan dari situasi klinis, dan praktik keperawatan di klinik dilaksanakan
berdasarkan teori dan dikembangkan pula oleh teori teori tersebut.

Maka pada intinya, sesungguhnya antara pengetahuan yang bersifat teoritik dan pengalaman
pengetahuan yang diperoleh saling menunjang dan memperkuat satu sama lain. inilah yang menjadi dasar
pemikiran bagi Patricia Benner dalam mengembangkan teorinya. dan penekanan utama sebenarnya
adalah pada bagaimana mengembangkan pengalaman perawat di klinik dengan menjadikan pengetahuan
teoritis sebagai acuannya. Patricia Benner menjadikan pengalaman klinik sebagai titik tolak karena
memang selalu lebih bervariasi dan kompleks dibandingkan apa yang dituliskan dalam teori, akan tetapi
tetap sangat bergantung pada teori itu sendiri.

Pengembangan Paradigma menjadi teori.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, titik tolak teori ini adalah pengembangan keilmuan terhadap
pengalaman klinik para perawat. Maka dari itu Patricia Benner melakukan serangkaian pengamatan
terkait integrasi antara pengalaman dan pengetahuan. Hal ini dilakukan karena Patricia Benner
berkeyakinan bahwa pengembangan kompetensi yang berdasarkan pengalaman klinik yang mengacu pada
proses pendidikan akan memberikan hasil yang lebih cepat dan berkualitas (Benner, 1986 dalam
Alligood, 2006)

Salah satu penelitian yang esensial dalam teori Patricia Benner adalah yang dilakukannya pada tahun
(1978-1981) Pada penelitian ini Patricia Benner mengkaji persepsi dan interpretasi suatu fenomena
keperawatan yang sama oleh perawat perawat yang memiliki perbedaan signifikan dalam hal pengalaman,
mahasiswa yang baru praktik, dan mahasiswa senior. melalui penelitian ini Patricia Benner bermaksud
mengkaji bagaimana tingkat pengalaman dan pengetahuan dapat mempengaruhi penilaian perawat
terhadap fenomena keperawatan.
Dari sini Patricia Benner berhasil mengidentifikasi 21 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
perawat ahli/expert, yang secara induktif kemudian dituangkan ke dalam 7 domain sebagai berikut:
(redaksional asli sengaja ditampilkan untuk menghindari salah interpretasi)

1. The helping role/ peran sebagai pemberi pertolongan

2. The teaching-coaching function/ fungsi pemberi edukasi dan pemberi pelatihan

3. The diagnostic and patient monitoring function/ fungsi sebagai pembuat diagnosa (keperawatan
dan monitoring pasien)

4. effective management of rapidly changing situation/ kemampuan mengatasi situasi yang berubah
secara cepat dan mendadak.

5. Administering and monitoring therapeutic interventions andregiments/ memberikan intervensi


dan monitoring respon pasien terhadap intervensi tersebut.

6. monitoring and ensuring the quality of health care practices/memonitor dan memastikan kualitas
pelayanan kesehatan

7. organizational work role competencies/ kemampuan untuk bekerja dan berperan dalam organisasi
dan tim

benner mengembangkan lagi ruang lingkup penelitiannya pada tahun 1984-1990, dan kali ini lebih
memfokuskan penelitiannya pada kompetensi perawat di critical care. Tujuan dari penelitiannya kail ini
adalah :

1. mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pemahaman teoritisterhadap praktik.

2. mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian skill dan kompetensi perawat.

3. mengidentifikasi faktor faktor penghambat yang bersifatinstitutional terhadap pengembangan


kompetensi perawat.

4. mengidentifikasi strategi strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kompetensi


perawat.

Dari penelitian ini Patricia Benner menyimpulkan bahwa pembelajaran yang berkelanjutan dari
pengalaman klinik merupakan faktor utama dari pengembangan kemampuan perawat. Hal ini dicapai
melalui keterlibatan perawat dalam setiap aspek perawatan pasien, termasuk dalam pengambilan
keputusan klinik maupun etik.

Penelitian ini kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1996-1997 yang menghasilkan 6 domain yang
harus dikuasai oleh seorang perawat critical care dan aspek penilaian klinis (clinical judgment yang harus
dimiliki oleh perawat dari sekian banyak penelitian yang telah dilakukannya tersebut,Patricia Benner
mencoba mendefinisikan kembali ke lima level kompetensi perawat yang disusun oleh dreyfus besaudara
sebagai berikut:
1. Novice/pemula adalah perawat yang belum memiliki latar belakang pengalaman klinik. Level ini
paling cocok disematkan kepada mahasiswa keperawatan yang akan memasuki dunia klinik, akan
tetapi Patricia Benner menambahkan perawat senior yang masuk ke lingkungan. Setting yang
sama sekali baru juga dapat dikategorikan ke dalam level ini. Perawat pada level pemula perlu
untuk selalu diarahkan dan diberi petunjuk yang jelas (tidak konteksual, akan tetapi
dapatlangsung diinterpretasi secara tekstual)

2. Advanced beginner/pemula tingkat lanjut Pada level ini perawat telah memiliki pengalaman
klinik dan mampu menangkap makna dari aspek aspek dalam suatu situasi keperawatan. Pada
tahap ini perawat masih memerlukan bimbingan dan arahan secara continue karena belum mampu
memandang situasi secara luas dan holistik. Perawat masih merasa bahwa situasi klinik dan
berbagai kasus pasien adalah sebuah tantangan yang harus dilalui, dan belum memandang dari
sisi kebutuhan pasien. Meskipun demikian mereka masih sangat membutuhkan bantuan dari
senior. Level ini paling sesuai untuk fresh graduate ners.

3. Competent/kompeten/mampupada level ini perawat telah mampu memilah dan memilih


aspek mana dari suatu situasi keperawatan yang benar benar penting dan kurang perlu
dipertimbangkan lebih lanjut. Kriteria utama dari level Ini adalah perawat harus mampu
membuat perencanaan dan memprediksikan hal-hal apa yang mungkin terjadi selanjutnya
keterbatasan dari level ini adalah perawat masih memandang suatu situasi pasien secara parsial
sehingga tindakannya pun kurang dapat menyentuh setiap dimensi pasien sebagai individu yang
holistic

4. Proficient cakap/terampil dan handal pada level ini perawat dapat memandang situasi secara
holistic, tidak hanya poeraspek pada situasi tersebut perawat mampu bertindak bagi pasien tanpa
terlebih dahulu melalui tahapan tahapan penetapan tujuan dan penyusunan rencana tindakan-
tindakan pada level ini juga perawat juga telah lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan
keluarganya,

5. Expert/ahli/pakar pada level ini perawat telah dapat menentukan inti masalah yang dialami oleh
pasien dan mengetahui intervensi apa yang paling tepat diberikan tanpa harus melalui serangkaian
tahap berpikir secara analitis, secara intuitif perawat dapat memnentukan masalah dan tindakan
tanpa dibingungkan dengan berbagai altirnatif. Pengalaman dan pengetahuan yang bersinergi
dangan baik telah membentuk naluri dan intuisinya sehingga dapat memonitoring pasien secara
keseluruhan dalam waktu yang singkat .

Ketujuh domain dan kelima level kompetensi perawat inilah yang kemudian menjadi acuan para
praktisi kepeerawatan dalam menerapkan teori “from novice to expert”.
BAB III

3. Konsep Utama

Patricia Benner mengembangkan konsep yang dikenal sebagai "From Novice to Expert." Konsep ini
menjelaskan bahwa perawat mengembangkan keterampilan dan pemahaman tentang perawatan pasien
dari waktu ke waktu dari kombinasi dasar pendidikan yang kuat dan pengalaman pribadi. Benner
mengusulkan bahwa perawat bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tanpa benar-benar belajar
teori. Dia menjelaskan hal ini sebagai perawat "knowing how" without "knowing that." Dia menjelaskan
lebih lanjut bahwa perkembangan pengetahuan di bidang-bidang seperti keperawatan terdiri dari
perluasan pengetahuan melalui penelitian dan pemahaman melalui pengalaman klinis.Teori ini
mengidentifikasi lima tingkat pengalaman keperawatan: novice, advanced beginner, competent,
proficient, and expert.

 Novice/Seorang pemula adalah pemula tanpa pengalaman. Mereka diajarkan aturan umum
untuk membantu melakukan tugas-tugas, dan perilaku aturan-diatur mereka terbatas dan tidak
fleksibel. Dengan kata lain, mereka diberitahu apa yang harus dilakukan dan hanya mengikuti
instruksi.
 Advanced beginner/Pemula maju menunjukkan kinerja yang dapat diterima, dan telah
memperoleh pengalaman sebelumnya dalam situasi keperawatan yang sebenarnya. Hal ini
membantu perawat mengakui berulang komponen bermakna sehingga prinsip, berdasarkan
pengalaman-pengalaman, mulai merumuskan dalam rangka untuk memandu tindakan.
 Competent/Seorang perawat yang kompeten umumnya memiliki dua atau tiga tahun
pengalaman pada pekerjaan di bidang yang sama. Sebagai contoh, dua atau tiga tahun dalam
perawatan intensif. Pengalaman juga mungkin mirip situasi sehari-hari.Perawat ini lebih
sadar akan tujuan jangka panjang, dan mereka mendapatkan perspektif dari perencanaan
tindakan mereka sendiri, yang membantu mereka mencapai efisiensi dan organisasi yang
lebih besar.
 Proficient/Seorang perawat mahir merasakan dan memahami situasi secara keseluruhan
bagian. Dia memiliki pemahaman yang lebih holistik keperawatan, yang meningkatkan
pengambilan keputusan. Perawat ini belajar dari pengalaman apa yang diharapkan dalam
situasi tertentu, serta bagaimana memodifikasi rencana yang diperlukan.
 Expert/Perawat ahli tidak lagi bergantung pada prinsip-prinsip, aturan, atau pedoman untuk
menghubungkan situasi dan menentukan tindakan. Mereka memiliki latar belakang yang
lebih pengalaman dan pemahaman yang intuitif situasi klinis. Penampilan mereka adalah
cairan, fleksibel, dan sangat-mahir. Tulisan Benner menjelaskan bahwa keterampilan
keperawatan melalui pengalaman merupakan prasyarat untuk menjadi perawat ahli.
Ini berbagai tingkat keterampilan menunjukkan perubahan dalam tiga aspek kinerja terampil:

 gerakan dari mengandalkan prinsip-prinsip abstrak untuk menggunakan pengalaman masa lalu
dalam membimbing tindakan
 mengubah persepsi pelajar situasi sebagai bagian keseluruhan daripada bagian yang terpisah
 bagian dari pengamat terpisah untuk seorang pemain yang terlibat, terlibat dalam situasi bukan
hanya di luar itu.

Tingkat mencerminkan gerakan dari ketergantungan pada prinsip-prinsip masa lalu untuk penggunaan
pengalaman masa lalu dan perubahan persepsi situasi secara keseluruhan lengkap dengan bagian-bagian
yang relevan tertentu. Setiap langkah dibangun di atas langkah sebelumnya sebagai prinsip-prinsip yang
disempurnakan dan diperluas dengan pengalaman dan keahlian klinis.

Teori Benner tentang From Novice to Expert mengubah pemahaman tentang apa artinya menjadi
seorang ahli di bidang keperawatan. Ini bergerak label dari seorang perawat dengan gaji tertinggi atau
gelar paling bergengsi bagi perawat yang memberikan perawatan yang terbaik kepada pasiennya.
BAB 4

4. Analisis Teori

a. Clarity

Teori Patricia Benner from Novice to expert menjelaskan 5 tahapan / akusisi peran dan perkembangan
profesi dengan cukup jelas, Namun, ada beberapa konsep dimana kelompok masih kurang memahami
penjelasan Benner.

Model Benner membagi 5 tahap meliputi : Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan
expert dalam memberikan pemahaman terhadap kompetensi kelima level keterampilan dan bagaimana
kemampuan perawat dalam mengidentifikasi karakteristik pada setiap level praktik keperawatan.

Berdasarkan analisa kelompok, dalam tatanan praktik keperawatan, penjelasan lima tahapan Banner
memberikan pemahaman profesi tentang pentingnya menjadi expert (ahli), dimana seorang perawat ahli
adalah perawat yang mampu mengembangkan keterampilan dan pemahaman terhadap pasien dari waktu
ke waktu melalui pendidikan dasar dan banyaknya pengalaman. Banner menggambarkan empat aspek
utama untuk menjadi expert, antara lain menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis, mewujudkan
proses know-how, melihat gambaran yang luas, melihat yang tidak diharapkan. Namun, Banner tidak
secara detail memaparkan empat aspek utama ini dalam kaitannya dengan praktik keperawatan sehingga
dalam hal ini kelompok kurang memahami maksud dari keempat aspek tersebut. Meskipun demikian,
karya Banner saat ini banyak memberikan konstribusi untuk pemahaman praktik klinis serta pengetahuan
keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik.

Konstribusi Banner berdasarkan lima tahapan akuisisi peran yang dikembangkannya dari model
Dryfus ini menjadi dasar dalam penerapan model jenjang karir perawat yang kemudian dikembangkan
lagi oleh Swansburg tahun 2000. Suroso (2011) menjelaskan pada perkembangannya model jenjang karir
perawat diterapkan dan dikembangkan di berbagai Negara, seperti USA, UK, Kanada, Taiwan, Jepang
dan Thailand termasuk juga di Indonesia. Jenjang karir perawat di Indonesai telah disusun oleh PPNI
bersama departemen kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir perawat tahun 2006.
Suroso (2011) memaparkan seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
tingkatan kompetensi yang dimilikinya (jenjang karir perawat). Tatanan pelayanan pengembangan karir
perawat menurut Depkes tahun 2006 dikaitkan dengan lima tahapan Banner , yaitu :

PK 1 : DIII, 2 tahun pengalaman atau Ners tanpa pengalaman dapat dikategorikan dalam level
Novice.

PK2` : DIII, 5 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 3 tahun, dalam kategori Advanced
Beginner dimana pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara
mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan.

PK3 : DIII, 9 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 6 tahun, atau Sp1 tanpa pengalaman
dalam kategori Competent dimana perawat sudah mempunyai kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan, dan sudah mandiri.

PK4 : Ners, 9 tahun pengalaman, Sp1 pengalaman 2 tahun, Sp2 tanpa pengalaman, Proficient
mempunyai kemampuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga
dalam intervensi.

PK5 : Sp1 pengalaman 4 tahun, Sp2 pengalaman 1 thn. Expert mampu mengidentifikasi area
dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnose alternative
dan penyelesaian.

Selain penjelasan lima tahapan di atas, Banner juga menjelaskan pentingnya konsep caring dalam
praktik keperawatan. Banner memandang ”tanpa caring seseorang akan menjadi memprihatinkan”
sehingga konsep caring ini menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada
klien. Kesehatan dipandang tidak hanya terbebas dari penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman
kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Banner memaparkan
manusia ada oleh karena eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia melalui proses perjalanan
hidup. Menurut kelompok, Banner masih secara abstrak menjelaskan manusia sebagai konsep utama
keperawatan, dimana Banner berpendapat manusia ada karena eksistensi filosofi. Kelompok
membutuhkan penalaran mendalam dalam memahami makna dan karakteristik manusia menurut Banner.

Penjelasan tentang stress dan koping cukup jelas dipaparkan oleh Banner. Banner menjelaskan
manusia tidak terlepas dari stress yang membutuhkan koping dalam mengatasi gangguan penyebab stress
yang terjadi. Stress juga membutuhkan caring dalam penanganannya. Pandangan fenomenologi Banner
didasarkan pada situasi. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu
lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi.

b. Simplicity

Teori Patricia Benner from Novice to Expert relatif sederhana dengan hanya membagi 5 tahapan
Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert. Namun menurut kelompok, tahapan ini
hanya dapat digunakan sebagai kerangka kerja karena dalam penerapannya yaitu pada penerapan jenjang
karir disesuaikan dan dimodifikasi berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit serta diperlukan adanya
sosialisasi dan pemahaman dari perawat dalam mengidentifikasi karakteristik dan tujuan dari setiap level
yang ada.
c. Generality

Teori from Novice to Expert memiliki karakteristik yang universal, tidak dibatasi oleh umur, penyakit,
kesehatan atau lokasi praktek keperawatan. Selain iru, Model Banner ini hanya dapat dibuktikan dengan
menggunakan metodologi kualitatif yang terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9
domain perawatan kritis. Kelompok menganalisa bahwa perspektif Banner adalah fenomenologi
meskipun Model Benner didasarkan pada data based research yang mendukung pengembangan praktik
keperawatan.. Namun, kelompok berpendapat bahwasanya model dengan perspektif fenomenologi
seharusnya memiliki karakteristik tertentu tidak universal, sehingga dalam praktiknya dapat secara
spesifik ditentukan masalah keperawatan berdasarkan tingkat umur terkait stress dan koping serta
pengaruhnya terhadap empat asumsi dari paradigma keperawatan, yaitu manusia, kesehatan, keperawatan,
dan lingkungan.

Kelompok berpendapat Banner merupakan tokoh keperawatan dengan dedikasi yang begitu luar
biasa. Metode Banner banyak diadopsi oleh praktisi dan dikembangkan dalam praktik keperawatan,
pendidikan, dan penelitian. Salah satunya, analisa kasus Banner digunakan dalam proyek kolaborasi
universitas pendidikan keperawatan dengan rumah sakit pendidikan. Selain itu, di bidang pendidikan
menjadi perhatian besar bagi Banner tentang pembelajaran berdasarkan pengalaman. Namun, kelompok
masih kurang memahami alasan Banner mengapa beliau sangat mengkritisi konsep competency-based
testing. Sampai saat ini konsep competency-based testing tetap diperlukan dalam uji kompetensi selain
dari segi keahlian yang dimiliki. Menurut kelompok, seorang perawat profesional adalah perawat yang
mampu mengintegrasikan pemahaman analisa kasus berdasarkan tes tertulis dan tes praktik.

Anda mungkin juga menyukai