Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DISUSUN OLEH :

NAMA : SARINA RUMLAWANG

NPM : 12114201180025

KELAS : D

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya
bagi penulis , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik.

Penulis sadar sungguh bahwa makalah ini belum sempurna , sehingga penulis berharap
kepada setiap orang yang membaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran yang
dapat membangun dan dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk kedepannya penulis dapat
melakukan makalah ini dengan sebaik-baiknya .

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..3
A. BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..4
a. Latar belakang
b. Tujuan
c. Manfaat
B. BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….5
a. Tinjauan teori gagal ginjal kronik……………………………………………….6
b. Tinjauan teori farmakologi gagal ginjal kronik………………………………….7
c. Asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronik………………………………….13
d. Tinjauan teori BPH……………………………………………………………...23
e. Tinjauan teori farmakologi BPH………………………………………………..24
f. Tinjauan teori terapi diet pada BPH……………………………………………..25
g. Asuhan keperawatan pada BPH ………………………………………………...26
C. BAB III PENUTUP………………………………………………………………….35
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….xxi

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

1. GAGAL GINJAL KRONIK

Penyakit Gagal Ginjal Kronik merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena
penyakit ini dapat berlangsung lama dan mematikan. Disamping itu pula penyakit gagal
ginjal kronik sangat membutuhkan biaya yang cukup banyak tetapi penyakit gagal ginjal
kronik sangat sukar disembuhkan.
Gagal Ginjal Kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah ganguan fungsi ginjal yang
menahun bersifat prognetif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) Brunner Suddarth (2002). Gagal ginjal
kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya
berlangsung beberapa tahun (Price, Sylvia, 2005).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah
( Muttaqin Arif , 2011 ).

2. BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA


Benigna prostat hiperplasia (BPH) ditandai dengan pembesaran kelenjar prostat merupakan
kelainan yang sangat sering terjadi pada pria. BPH biasanya muncul dengan gambaran obstruksi
aliran kandung kemih aliran urin yang buruk, urin menetes setelah selesai berkemih dan
nokturia (Patrick Davey,2003). Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur
dan hormon androgen. Menurut asosiasi urologis Amerika menganggap TURP sebagai
pengobatan standart untuk BPH (Almeida & Silva, 2018).
B. TUJUAN
Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
C. MANFAAT
D. Dapat mengaplikasikan bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah
(Digiulio,Jackson, dan Keogh, 2014) Gagal ginjal kronik atau penyakit tahab akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun berifat progresif dan irreversible (Rendy & Margareth
2012). Chronic kidney disease adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat
dipilih dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai sebagai nama keadaan
selama lebih dari satu abad (Sibuea, Pangabean,)

B. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) dan Digiulio,Jackson,dan Keogh (2014) begitu banyak
kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik. Akan tetapi apapun
penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi
klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri
dan luar ginjal.Penyebab dari ginjal : Penyakit pada saringan (glomerulus) :
glomerulonefritis, Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis, Batu ginjal : nefrolitiasis, Kista
diginjal :polcytis kidney, Trauma langsung pada ginjal , Keganasan pada ginjal sumbatan :
batu ginjal, penyempitan/striktur Penyebab umum di luar ginjal : Penyakit sistemik: diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, Dyslipidermia, Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis,
malaria, hepatitis, Preklamsi, Obat-obatan, Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(kecelakan) dan toksik

5
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang men-dasarinya,
tapi dalam perkem-bangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Mula-mula
karena adanya zat toksik, infeksi dan obstruksi saluran kemih yang menyebab-kan retensi
urine. Dari penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR) di seluruh massa nefron
turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya GFR meliputi: sekresi protein
terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini mengakibatkan terjadinya
sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan asam lambung dan pruritus. Asam lambung
yang meningkat akan merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi pada lambung dan
perdarahan jika iritasi tersebut tidak ditangani yang dapat menyebabkan melena. Proses
retensi Na menyebabkan total cairan ekstra seluler meningkat, kemudian terjadilah edema.
Edema tersebut menyebabkan beban jantung naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri
dan curah jantung menurun. Proses hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya
cardiac output yang menyebabkan menurun-nya aliran darah ke ginjal, kemudian terjadilah
retensi Na dan H2O meningkat. Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien
GGK. Selain itu menurunnya cardiac output juga dapat menyebabkan suplai oksigen
kejaringan mengalami penurunan menjadikan metabolism anaerob menyebabkan timbunan
asam meningkat sehingga nyeri sendi terjadi, selain itu cardiac output juga dapat
mengakibatkan penurunan suplai oksigen keotak yang dapat meng-akibatkan kehilangan
kesada-ran. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan payah jantung kiri sehingga bendungan
atrium kiri naik, mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga kapiler paru naik terjadi
edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2 terhambat sehingga pasien merasakan
sesak. Adapun Hb yang menurun akan mengakibatkan suplai O2 Hb turun dan pasien GGK
akan mengalami kelemahan atau gangguan perfusi jaringan. (Corwin,2009)
Klasifikasi chronick kidney disease menurut Smeltzer & Bare (2006) berdasarkan dari
stadium tingkat penurunan GFR adalah
sebagai berikut :
1. Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih).
2. Stadium 2 : Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89).
3. Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59)
4. Stadium 4 : Penurunan berat pada GFR (15-29)
5. Stadium 5 : Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15)

6
7
8
9
10
11
3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GAGAL GINJAL KRONIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :Tn. N
Umur :30tahun
Agama :islam
Jenis kelamin :laki-laki
Status :menikah
pendidikan :SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Suku bangsa :Indonesia
Alamat :kampung baru
Tanggal masuk :17 desember 2019
Tanggal pengkajian :18 desember 2019
No . Register :362.198.2
Diagnose medis : GGK

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. A
Umur : 29thn
Hub dengan pasien : istri
Pekerjaan :ibu rumah tangga
Alamat : kampung baru

3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini : sehat
b. Saat masuk rumah sakit dan saat ini : sesak nafas, lemas, akral dingin,tampak
pucat pusing
c. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini : untuk pemeriksaan
kesehatan dan sudah mengalami sesak ≥ 3hari dirumah

12
4. Status kesehatan masalalu
a. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit apapun sehingga tidak pernah masuk rumah sakit
b. Pernah di rawat : pasien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit
c. Alergi : pasien mengatakan tidak alergi dengan obat maupun makanan
d. Kebiasaan merokok/kopi/alcohol dan lain ) :pasien mengatakan pernah
mengkonsumsi alcohol, kopi, dan rokok
5. Status Riwayat Penyakit keluarga : pasien mengatakan didalam keluarganya tidak
menderita penyakit menular maupun penyakit keturunan yaitu : DM

6. GENOGRAM

KET

: laki-laki

: menikah

13
: meninggal

: perempuan

:Garis keturunan

: Klien

7. Diagnosa medis dan therapy


a. Diagnose medis : CKD (cronic kidney disease).

Therapy : ureum :
a. Oksigen 4L
b. 159mg/dl creatinin : 8,25mg/dl
8. Pola Kebutuhan Dasar (Bio,psiko,sosio,kultural,spiritual)

Pasien mengatakan kebutuhan bio,psiko,sosio,kultural dan spiritual terpenuhi dan


terjalin dengan baik

9. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan


Pasien mengatakan ini baru pertama kali merasakan sesak nafas dan belum
mengerti tentang bahaya yang akan dialami
Pasien juga belum mengetahui penyakit yang diderita pasien dan pasien merasa
pusing dan langsung ke puskesmas terdekat dan didampingi istri.

10. Pola Nutrisi Metabolik


- Sebelum sakit : makan 3x sehari
- Saat sakit : ≤ 1xsehari
- Gizi : tidak seimbang

11. Pola Eliminasi


a. BAB
- Sebelum sakit
Frekuensi : 1x/hari
Warna : cokelat
Bau : khas

14
Konsistensi : padat
- Saat sakit
Frekuensi : 1xsehari
Warna : cokelat
Bau : khas
b. BAK
- Sebelum sakit
Frekuensi : 2x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
- Saat sakit
Frekuensi : 3xsehari
Warna : kunin
Bau : Khas
12. Pola aktifitas dan Latihan
Aktifitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan dan Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
minum
Mandi Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Toileting Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Berpakaian Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Berpindah Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
0: mandiri,1:alat bantu,2:dibantu orang lain,3:dibantu orang lain dan
alat,4:tergantung total

13. Pola kognitif dan persepsi


- Klien mengatakan bahwa selama sakit kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
dengan baik dan selalu sesak pada saat beraktifitas
14. Pola persepsi dan konsep diri
- Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan lingkungan sosial
15. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum sakit

15
Tidur siang : 1-2jam kadang
- Saat sakit
Tidur malam : 3-4 jam dan terbangun dimalam hari karena sesak
16. Pola peran hubungan
- Klien mengatakan bahwa selalu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan
baik dan pada saat jatuh sakit tidak melakukan aktifits dengan baik sehingga
merasa bersalah kepada istri karena harus mengambil tanggungjawab
17. Pola seksual reproduksi
- Sebelum sakit : baik
- Saat sakit : klien mengatakan baik
18. Pola toleransi stress koping
- Klien mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah penyakitnya klien lebih
banyak melakukan aktifitas yang membuatnya merasa nyaman dan tidak
menimbulkan kekawatiran bagi istri dan anak .
- Klien mengatakan selalu berbagi masalah apa yang dirasakan bersama istri
19. Pola nilai – kepercayaan
- Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa menganut agama islam
- Setelah sakit : klien meminta kepada ustad untuk berdoa demi keselamatan
dan kesembuhan
20. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran :
GCS : 15 mata : 4 verbal : 5psikomotor : 6
b. Tanda-tanda vital
Nadi - 110x/mnt
Suhu -35,c
TD- 150/100mmhg
RR-28x/menit
c. Keadaan fisik (inspeksi,palpasi,perkusi,dan auskultasi )
a. Kepala
-Inspeksi : Bentuk kepala bulat, rambut beruban putih odema[-]
Kebersihan kepala baik
-palpasi : odema[-],tidak teraba benjolan

16
b. Leher

- inspeksi : tidak terdapat lipatan kulit maupun luka pada leher akibat
kegemukan, tidak terlihat luka[-]

- palpasi : tidak teraba pembesaran kelejar tyroid ataupun benjolan lain,


[odema]

c. Dada
- Paru
Auskultasi : tidak terdengan bunyi gallop
- Jantung :s1 dan s2 terdegar normal
d. Payudara
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
- Palpasi : tidak terdapat benjolan

e. Ketiak
- Inspeksi : terlihat hitam dan kotor
- Palpasi : tidak terdapat benjolan

f. Abdomen
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
- Palpasi : teraba usus
g. Integumen
- Inspeksi : warna kulit saomatang, tidak terlihat penyakit kulit, kebersihan baik
- Palpasi : kulit teraba hangat, odema (-), turgor kulit (+) spontan < 3detik , suhu
35,c

h. Ekstremitas atas
- Inspeksi : tangan kiri terpasang RL 20tts/menit, fungsi pergerakan baik, jari
dan kuku tampak bersih
- Palpasi : odema tidak ada, nadi terabah kuat dan cepat N : 100x/menit

i. Ekstremitas bawah
- Inspeksi : bentuk kaki normal, simetris kiri dan kanan, fungsi pergerakan baik

17
- Palpasi : tidak terabah benjolan ataupun odema
- Perkusi : reflex patella (+)

m. neurologis
- status mental dan emosi : mental dan emosi tidak stabil
- pengkajian saraf kranial : normal
- pemeriksaan reflex : reflex baik

21. Pemeriksaan penunjang


- Data laboratorium yang berhubungan :
HGB : 9,6 gr%
Ureum : 45
Leukosit : 11.600
As urat : 8,9
- Pemeriksaan radiologi : rontgen pada sumsum tulang belakang
- Hasil konsultasi : dokter mengatakan klien harus banyak mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan perlu istirahat yang cukup dan jangan terlalu
beraktifitas .
- Pemeriksaan diagnostic lain
Diet TKTP Rendah garam
Retriksi Cairan 1500cc
O2 4ltr/menit
IFVD RL 20tpm/m
Balance cairan per24jm 249cc

- Perawatan
Observasi TTV klien
Observasi keluhan dan keadaan umum klien
Mengatur posisi pasien
Membantu memenuhi kebutuhan aktifitas ADL

18
22. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : klien mengatakan sesak Hiperventilasi Ketidakefektifan pola nafas
nafas,
DO : wajah klien tampak
pucat dan cemas

23. Daftar diagnose keperawatan

N Tanggal /jam Diagnosa keperawatan Tanggal teratasi TTD


o Ditemukan
1 20 februari 2020 Ketidakefektifan pola nafas b/d 20 februari 2020
Jam 15.00wit hiperventilasi

24. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN Tujuan dan kriteria hasil
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan - buka jalan nafas,
nafas b/d hiperventilasi tindakan keperawatan gunakan teknik chinlift
paru selama 3x24jam atau jau thrust bila perlu
diharapkan - posisikan pasien untuk
ketidakefektifan Pola memaksimalkan ventilasi
nafas b/d hiperventilasi - indentifikasi pasien
dapat diatasi dengan : perlunya pemasangan alat
1.mendemonstrasikan jalan nafas bantuan
batuk efektif dan suara - keluarkan secret dengan
nafas yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosis dan dyspneu - auskultasi suara nafas,
(mampu mengeluarkan catat adanya suara
sputum, mampu bernafas tambahan
dengan mudah, tidak ada - berikan pelembab udara
pursed lips) kassa basa NaCl lembab

19
2.menunjukan jalan nafas - monitoring respirasi dan
yang paten (klien tidak status O2 oxygen therapy
merasa tercekik, irama - bersikan mulut, hidung
nafas, frekuensi dan secret trekea
pernafasan rentang - monitoring aliran
normal, tidak ada suara oksigen
nafas abnormal) -prtahankan jalan nafas
3.tanda-tanda vital dalam yang paten
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan

IMPLEMENTASI Evaluasi TTD


S: klien mengatakan tidak
-membuka jalan
sesak nafas lagi
nafas, gunakan
O : wajah klien tidak pucat,
teknik chinlift atau
tidak lemas lagi
jau thrust bila
A: masalah teratasi
perlu
P: hentikan intervensi
-memposisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
-mengindentifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas bantuan
-mengeluarkan
secret dengan
batuk atau suction
-mengauskultasi
suara nafas, catat
adanya suara

20
tambahan
-memberikan
pelembab udara
kassa basa NaCl
lembab
-memonitoring
respirasi dan status
O2 oxygen therapy
-membersikan
mulut, hidung dan
secret trekea
-memonitoring
aliran oksigen
-mempertahankan
jalan nafas yang
paten

21
A TINJAUAN TEORI BPH
1. Pengertian
Benigna Prostat hiperplasia adalah bertambah besarnya ukuran prostat biasanya
diiringi dengan bertambahnya usia pada laki laki, membesarnya prostat menyebabkan fungsi
uretra pars prostatika menjadi terganggu, menimbulkan gangguan pada saluran keluar
kandung kemih( Iskandar, 2009).
Benigna prostat hiperplasia adalah terjadinya pelebaran pada prostat yang menimbulkan
penyempitan saluran kencing dan tekanan di bawah kandung kemih dan menyebabkan gejala-
gejala seperti sering kencing dan retensi urin( Aulawi, 2014).

2.Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2014), beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya BPH
yaitu :
a. Dihydrostestosteron adalah pembesaran pada epitel dan stroma kelenjar prostat yang
disebabkan peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andorogen.

b. Adanya ketidakseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen dimana terjadi


peningkatan estrogen dan penurunan testosteron sehingga mengakibatkan pembesaran pada
prostat

c. Interaksi antara stroma dan epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast
growth faktor dan penurunan transforming factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel.

d. Peningkatan estrogen menyebabkan berkurangnya kematian sel stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.

e. Teori sel stem, meningkatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi berlebihan pada
sel stroma maupun sel epitel sehingga menyebabkan proliferasi sel sel prostat ( Purnomo,
2008).

22
3.Manifestasi klinis
Menurut Aulawi (2014) tanda gejala yang muncul pada pasien penderita Benigna
Prostat Hiperplasia adalah :
a. Kesulitan mengawali aliran urine karena adanya tekanan pada uretra dan leher kandung
kemih.

b. Kekuatan aliran urine yang melemah.

c. Aliran urine keluar yang tidak lancar.

d. Keluarnya urine bercampur darah.

4. Patofisiologi
Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia seiring dengan pertambahan usia, pada
proses penuaan menimbulkan perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan
estrogen keadaan ini dapat menyebabkan pembesaran prostat, jika terjadi pembesaran prostat
maka dapat meluas ke kandung kemih, sehingga akan mempersempit saluran uretra prostatica
dan akhirnya akan menyumbat aliran urine
Penyempitan pada aliran uretra dapat meningkatkan tekanan pada intravesikal.
Munculnya tahanan pada uretra prostatika menyebabkan otot detrusor dan kandung kemih
akan bekerja lebih kuat saat memompa urine, penegangan yang terjadi secara terus menerus
menyebabkan perubahan anatomi dari buli buli berupa : pembesaran pada otot detrusor,
trabekulasi terbentuknya selula, sekula, dan diventrivel kandung kemih.
Tekanan yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan aliran balik urine ke ureter
dan bila terjadi terus menerus mengakibatkan hidroureter, 4
hidronefrosis, dan kemunduran fungsi ginjal (Muttaqin dan Sari, 2014). Salah satu upaya
pengobatan pada penderita benigna prostat hiperplasi adalah pembedahan terbuka merupakan
tindakan pembedahan pada perut bagian bawah, kelenjar prostat dibuka dan mengangkat
kelenjar prostat yang mengalami pembesaran, untuk mencegah pembentukan pembekuan
darah dialirkan cairan via selang melalui kandung kemih, selang biasanya dibiarkan dalam
kandung kemih sekitar 5 hari setelah operasi dan kemudian dikeluarkan jika tidak ada
pendarahan (Iskandar, 2009).

23
5.TERAPI FARMAKOLOGI
Hiperplasia prostat jinak merupakan diagnosis histologis proliferasi otot polos dan
epitel di zona transisional prostat yang bermanifestasi gejala saluran kemih bagian bawah.
Terapi farmakologis dipertimbangkan pada pasien tanpa kontraindikasi dengan keluhan
sedang hingga berat. Tujuan terapi adalah memperbaiki keluhan, mengurangi progresivitas,
atau keduanya. Empat golongan obat yang menjadi pilihan adalah penghambat reseptor α-
adrenergik, inhibitor 5α-reduktase, antimuskarinik, dan inhibitor 5-fosfodiesterase.
a. Terapi non farmakologi
1. Tidak minum minuman berkafein dan beralkohol agar tidak terlalu sering buang
air kecil
2. Diet rendah lemak
3. Meningkatkan asupan buahbuahan dan sayuran
4. Latihan fisik teratur
5. Tidak merokok
6. Mengurangi minuman setelah makan malam untuk mengurangi nokturia
7. Kurangi makanan pedas dan asin
8. Jangan menahan kencing terlalu lama
b. Terapi farmakologi (medikamentosa) dan terapi bedah
1. Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamika penyebab
obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenegikalfa ( adrenergic
alpha blocker)
2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen static dengan cara menurunkan
kadar hormone testosterone/ di hidrotestosteron ( DHT)
3. Terapi bedah, terdapat 2 pilihan terapi bedah yaitu bedah terbuka dan infasive
minimal,dimana metode infasive minimal lebih sering dipilih oleh spesialis
urologi dalam menangani BPH.

24
6 . ASUHAN KEPERAWATAN PADA BPH

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :Tn. N
Umur :30tahun
Agama :islam
Jenis kelamin :laki-laki
Status :menikah
pendidikan :SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Suku bangsa :Indonesia
Alamat :kampung baru
Tanggal masuk :17 desember 2019
Tanggal pengkajian :18 desember 2019
No . Register :362.198.2
Diagnose medis : BPH

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. A
Umur : 29thn
Hub dengan pasien : istri
Pekerjaan :ibu rumah tangga
Alamat : kampung baru

3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini : sehat
b. Saat masuk rumah sakit dan saat ini : nyeri pada operasi , meringis
c. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini : untuk pemeriksaan
kesehatan dan nyeri pada operasi ≥ 3hari dirumah
d. Status kesehatan masalalu
e. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit apapun sehingga tidak pernah masuk rumah sakit

25
f. Pernah di rawat : pasien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit
g. Alergi : pasien mengatakan tidak alergi dengan obat maupun makanan
h. Kebiasaan merokok/kopi/alcohol dan lain ) :pasien mengatakan pernah
mengkonsumsi alcohol, kopi, dan rokok
e. Status Riwayat Penyakit keluarga : pasien mengatakan didalam keluarganya
tidak menderita penyakit menular maupun penyakit keturunan yaitu : DM

f. GENOGRAM

KET

: laki-laki

: menikah

: meninggal

: perempuan

:Garis keturunan

: Klien

g. Diagnosa medis dan therapy

26
b. Diagnose medis : BPH
c. Therapy :

h. Pola Kebutuhan Dasar (Bio,psiko,sosio,kultural,spiritual)

Pasien mengatakan kebutuhan bio,psiko,sosio,kultural dan spiritual terpenuhi dan


terjalin dengan baik

i. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan


Pasien mengatakan ini baru pertama kali merasakan sesak nafas dan belum
mengerti tentang bahaya yang akan dialami
Pasien juga belum mengetahui penyakit yang diderita pasien dan pasien merasa
pusing dan langsung ke puskesmas terdekat dan didampingi istri.

j. Pola Nutrisi Metabolik


- Sebelum sakit : makan 3x sehari
- Saat sakit : ≤ 1xsehari
- Gizi : tidak seimbang

k. Pola Eliminasi
c. BAB
- Sebelum sakit
Frekuensi : 1x/hari
Warna : cokelat
Bau : khas
Konsistensi : padat
- Saat sakit
Frekuensi : 1xsehari
Warna : cokelat
Bau : khas
d. BAK
- Sebelum sakit
Frekuensi : 2x/hari
Warna : kuning
Bau : khas

27
- Saat sakit
Frekuensi : 3xsehari
Warna : kunin
Bau : Khas
l. Pola aktifitas dan Latihan
Aktifitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan dan Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
minum
Mandi Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Toileting mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Berpakaian mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
Berpindah Mandiri Tidak Tidak Tidak Tidak
0: mandiri,1:alat bantu,2:dibantu orang lain,3:dibantu orang lain dan
alat,4:tergantung total

m. Pola kognitif dan persepsi


- Klien mengatakan bahwa selama sakit kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
dengan baik dan selalu sesak pada saat beraktifitas
n. Pola persepsi dan konsep diri
- Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan lingkungan sosial
o. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum sakit
Tidur siang : 1-2jam kadang
- Saat sakit
Tidur malam : 3-4 jam dan terbangun dimalam hari karena sesak
p. Pola peran hubungan
- Klien mengatakan bahwa selalu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan
baik dan pada saat jatuh sakit tidak melakukan aktifits dengan baik sehingga
merasa bersalah kepada istri karena harus mengambil tanggungjawab
q. Pola seksual reproduksi
- Sebelum sakit : baik
- Saat sakit : klien mengatakan baik

28
r. Pola toleransi stress koping
- Klien mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah penyakitnya klien lebih
banyak melakukan aktifitas yang membuatnya merasa nyaman dan tidak
menimbulkan kekawatiran bagi istri dan anak .
- Klien mengatakan selalu berbagi masalah apa yang dirasakan bersama istri
s. Pola nilai – kepercayaan
- Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa menganut agama islam
- Setelah sakit : klien meminta kepada ustad untuk berdoa demi keselamatan
dan kesembuhan
t. Pengkajian fisik
d. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran :
GCS : 15 mata : 4 verbal : 5psikomotor : 6
Provoking :
Quality : luka post operasi
Region : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
Skala : skala nyeri 6,
Time : Sering
e. Tanda-tanda vital
Nadi - 110x/mnt
Suhu -35,c
TD- 150/100mmhg
RR-28x/menit
f. Keadaan fisik (inspeksi,palpasi,perkusi,dan auskultasi )
7 Kepala

-Inspeksi : Bentuk kepala bulat, rambut beruban putih (-) Kebersihan kepala baik

-palpasi : odema[-],tidak teraba benjolan

8 Leher
- inspeksi : tidak terdapat lipatan kulit maupun luka pada leher kegemukan, tidak
terlihat luka[-]
- palpasi : tidak teraba pembesaran kelejar tyroid ataupun benjolan lain,[odema]
9 Dada

29
- Paru
Auskultasi : tidak terdengan bunyi gallop
- Jantung :s1 dan s2 terdegar normal

10 Payudara
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
- Palpasi : tidak terdapat benjolan

11 Ketiak \
- Inspeksi : terlihat hitam dan kotor
- Palpasi : tidak terdapat benjolan

12 Abdomen
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
- Palpasi : teraba usus
13 Integumen
- Inspeksi : warna kulit saomatang, tidak terlihat penyakit kulit, kebersihan baik
- Palpasi : kulit teraba hangat, odema (-), turgor kulit (+) spontan < 3detik , suhu
35,c

14 Ekstremitas atas
- Inspeksi : tangan kiri terpasang RL 20tts/menit, fungsi pergerakan baik, jari
dan kuku tampak bersih
- Palpasi : odema tidak ada, nadi terabah kuat dan cepat N : 100x/menit

15 Ekstremitas bawah
- Inspeksi : bentuk kaki normal, simetris kiri dan kanan, fungsi pergerakan baik
- Palpasi : tidak terabah benjolan ataupun odema
- Perkusi : reflex patella (+)

m. neurologis
- status mental dan emosi : mental dan emosi tidak stabil
- pengkajian saraf kranial : normal
- pemeriksaan reflex : reflex baik

30
u. Pemeriksaan penunjang
- Data laboratorium yang berhubungan :
HGB : 9,6 gr%
Ureum : 45
Leukosit : 11.600
As urat : 8,9
- Pemeriksaan radiologi : rontgen pada sumsum tulang belakang
- Hasil konsultasi : dokter mengatakan klien harus banyak mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan perlu istirahat yang cukup dan jangan terlalu
beraktifitas .
- Pemeriksaan diagnostic lain
Diet TKTP Rendah garam
Retriksi Cairan 1500cc
IFVD RL 20tpm/m
- Perawatan
Observasi TTV klien
Observasi keluhan dan keadaan umum klien
Mengatur posisi pasien
Membantu memenuhi kebutuhan aktifitas ADL

31
v. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : klien mengatakan nyeri nyeri akut agen cedera fisik
pada bagian bawah perut (pembedahan pada luka
DO : wajah klien tampak operasi
pucat dan cemas

DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN Tujuan dan kriteria hasil
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan - lakukan pengkajian
nafas b/d hiperventilasi tindakan keperawatan nyeri secara komperensif
paru selama 3x24jam termasuk lokasi,
diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
pada luka operasi dapat frekuensi, kualitas dan
diatasi dengan : factor presipitasi.
- mampu mengontrol - observasi reaksi
nyeri (tau penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik non - gunakan teknik
farmakologi untuk komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri, untuk mengetahui
mencari bantuan pengalaman nyeri pasien
- melaporkan bawah - kolaborasi dengan
nyeri berkurang dengan dokter jika pasien
menggunakan mengalami keluhan nyeri
manajement nyeri -
- mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri
- menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

IMPLEMENTASI Evaluasi
S : klien mengatakan nyeri berkurang
-melakukan

32
pengkajian nyeri O : wajah klien tampak cerah dan tidak
pucat lagi
secara komperensif
termasuk lokasi, A : masalah teratasi
karakteristik, durasi,
P : hentikan intervensi
frekuensi, kualitas
dan factor
presipitasi.
-mengobservasi
reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- mengunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
-berkolaborasi
dengan dokter jika
pasien mengalami
keluhan nyeri

BAB III
PENUTUP

33
A. KESIMPULAN.

Untuk mengatasi masalah yang muncul pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia
Post Open prostatectomy dilakukan tindakan sesuai yang direncanakan, untuk mengurangi
nyeri dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas
fisik dilakukan latihan ROM dan latihan gerak aktif, untuk mengatasi resiko kekurangan
cairan dianjurkan klien untuk menigkatkan masukan perolal dan untuk resiko infeksi
dilakukan perawatan luka.
Pada evaluasi proses asuhan keperawatan terdapat tiga masalah keperawatan yang teratasi
sebagian yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik, pembedahan, hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan lingkungan, peralatan terapi, resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif serta 1 masalah
keperawatan yang teratasi yaitu resiko infeksi berhubugan dengan prosedur invasive trauma,
pembedahan.

B. Saran
a. Perawat
Perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara optimal salah satunya melakukan
pemantauan serta pencatatan intake maupun keluaran cairan selama 24 jam untuk
menghindari masalah kekurangan cairan.
b. Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga mampu menerapkan setiap anjuran yang telah di berikan oleh
tenaga medis sehingga klien dapat terhindar dari berbagai komplikasi pada penderita BPH.
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga mampu menciptakan lulusan
yang profesional dan kompeten dalam bidangnya

DAFTAR PUSTAKA

34
Aulawi, K. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing
Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic-Noc 2015

Djuantoro, Dwi. (2011). Case Files: Ilmu Badah (Terjemahan). Edisi 3. Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group
Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

35
36

Anda mungkin juga menyukai