Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola
makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-
obatan, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab
dari penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa
peradangan organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit.
Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian
serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besarserta
kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes
melitus, dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati,
salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008). Hepatitis virus merupakan
infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler
yang khas (Bar, 2002).

Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang merupakan


jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Wening Sari, 2008). Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam Anna (2011)
menyebutkan, hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi virus
hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta orang di antaranya berlanjut jadi
infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per
tahun karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di
Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), prevalensi nasional


hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia
memiliki prevalensi di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di

1
provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit
hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab kematian
pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular.
Keadaan gizi pada penderita penyakit hati perlu mendapat perhatian
khusus karena gangguan gizi dapat memperberat morbiditas serta
memperburuk prognosis penyakitnya. Pada10-80% penderita ditemukan
dalam keadaan malnutrisi. Oleh karena itu, perubahan kebutuhan dan
tolerasi terhadap beberapa komponen gizi selama sakit harus diperhatikan
(Noer 2003).

Diet yang tepat untuk penderita penyakit hati disebut Diet Hati. Diet
Hati terbagi menjadi Diet Hati I, II, III, dan IV. Penggolongan tersebut
berdasarkan kondisi kesehatan pasien. Kandungan energy dan protein pada
masing-masing Diet Hatiberbeda. Semakin tinggi Diet Hati-nya maka
kandungan energy dan proteinnya semakin tinggi pula seiring dengan
semakin baiknya kondisi pasien. Pada pasien dengan asites dan pengeluaran
urinnya kurang baik maka Diet Hatinya bisa dikombinasikan dengan Diet
Rendah Garam (Bagian Gizi RSCM & Persagi 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana diet yang dianjurkan untuk pasien penderita penyakit Hepatitis?
2. Apa saja pantangan makanan untuk pasien penderita Hepatitis?
3. Apa saja zat gizi yang harus dipenuhi untuk pasien penderita Hepatitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui diet yang dianjurkan untuk pasien penderita Hepatitis.
2. Untuk mengetahui pantangan makanan untuk pasien penderita Hepatitis.
3. Untuk mengetahui zat gizi apa saja yang harus di penuhi untuk pasien
penderita Hepatitis.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah ilmu gizi.
2. Menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam
diet pasien penderita Hepatitis.
3. Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan pembaca.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan atau infeksi pada sel-sel hati. Penyebab
hepatitis yang paling sering virus, yang dapat menyebabkan pembengkakan
dan pelunakan hati. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah
kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan
tertentu.

Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang


berkaitan dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan
dalam metabolisme tubuh, seperti:

 Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.


 Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.

 Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.

 Mengaktifkan berbagai enzim.

 Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning),


kolesterol, hormon, dan obat-obatan.

 Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.

 Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan


mineral.

Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang


yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan
perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri,
menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang menjadi gagal

4
hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis
dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. 
Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis
yang diderita dan gejala yang muncul.

B. Penyebab Hepatitis
1. Hepatitis A
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi
feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
2. Hepatitis B 
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B yang bersifat akut
atau kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibanding
dengan penyakit hati yang lain karena penyakit Hepatitis B ini tidak
menunjukkan gejala yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan
kulit disertai lesu. Penderita sering tidak sadar bahwa sudah terinfeksi
virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula menularkan kepada orang lain
(Misnadiarly, 2007). Penyebaran penyakit Hepatitis B sangat mengerikan.
World Health Organization (WHO) tahun 2002 memperkirakan bahwa
satu biliun individu yang hidup telah terinfeksi Hepatitis B, sehingga lebih
dari 200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, dan 1-2 juta kematian
setiap tahun dikaitkan dengan VHB. Pada Tahun 2008 jumlah orang
terinfeksi VHB sebanyak 2 miliar, dan 350 juta orang berlanjut menjadi
pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik (Sufianto, 2002). Infeksi Virus
Hepatitis B (HBV) pada neonatus sebagian akan berakibat penderitanya
menjadi karierdengan HBsAg (+), sedang infeksi yang terjadi pada usia
balita dapat menimbulkan karier HBsAg pada 20-30% kasus. Karier HBV
akan berkembang menjadi hepatitis kronis, sirosis dan karsinoma sel hati
(Widjaya et al., 2000). Angka prevalensi karier HBsAg di dunia bervariasi
mulai kurang dari 0,5% di Eropa Barat dan Amerika Utara hingga 10-15%
di Afrika dan beberapa negara Asia. Di Indonesia, prevalensi infeksi HBV
pada donor darah sekitar 2,4-9,1% (Budihusodo et al., 1991), tetapi di

5
beberapa daerah seperti Nusa Tenggara, prevalensinya mencapai 17%.
Prevalensi infeksi HCV diantara pendonor darah berkisar antara 0,1-0,3%
di Eropa Barat dan Amerika Utara dan 1,2% di Jepang dan Eropa Selatan.
Di Indonesia prevalensi HCV pada pendonor bervariasi antara 0,5-3,4%
(Budihusodo et al., 1991). Penelitian Heryanto (2004) tentang model
peningkatan higiene sanitasi pondok pesantren di tangerang
menunjukkanbahwa kondisi sanitasi Pondok Pesantren secara umum
masih belum baik, sehingga penyakit penular yang berbasis lingkungan
dan perilaku seperti: TB paru, ISPA, diare, dan penyakit menular lainnya
masih banyak ditemukan. HBV sangat mudah ditularkan kepada semua
orang. Penularan HBV dapat melalui cairan tubuh seseorang yang
terinfeksi seperti cairan semen, ludah, darah atau bahan yang berasal dari
darah, lendir kemaluan wanita, darah menstruasi, dan cairan tubuh lainnya.
Mereka yang beresiko adalah bayi yang baru lahir, hubungan seksual tidak
aman, penggunaan pisau, jarum suntik, tindik, tato, sikat gigi, juga minum
dari gelas yang sama secara bergantian dari gelas yang sama. Dalam
jumlah kecil HBsAg dapat juga ditemukan dalam air susu ibu atau ASI, air
liur, air seni, tinja, cairan eksudat seperti pada ascites (burung), cairan
amnion, cairan lambung dan cairan sendi yang sangat kecil peranannya
dalam penularan HBsAG (Sulaiman & Julitasari, 1994). Transmisi
horisontal HBV terjadi karena kontak erat akibat pemakaian bersama
perlengkapan pribadi merupakan faktor yang dapat menjelaskan perbedaan
angka ini. Beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan
hepatitis B adalah riwayat transfusi darah, riwayat penggunaan
jarumsuntik, riwayat pembuatan tato permanen, riwayat tindik, riwayat
akupuntur, riwayat perawatan dokter gigi, ada anggota keluarga yang
menderita hepatitis, riwayat menggunakan sikat gigi secara bergantian,
riwayat menggunakan alat cukur secara bergantian
3. Hepatitis C 
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). . Hepatitis C paling
mudah ditularkan melalui rute parenteral seperti penggunaan narkotika

6
suntik1 dan transfusi darah, akan tetapi sulit ditularkan melalui rute
seksual. Masih terdapat pro kontra mengenai transmisi seksual virus
hepatitis C. Beberapa studi mendapatkan bahwa risiko transmisi seksual
hepatitis C memang ada, namun risiko tersebut rendah. Adanya infeksi
HIV dapat meningkatkan risiko transmisi seksual virus hepatitis C.
Gabrielli dkk10 dalam studi potong lintang mendapatkan prevalensi
hepatitis C pada pasangan seksual pengguna narkotika suntik dengan
koinfeksi HIV/HCV sebesar 9,5%. Pada kelompok pasangan seksual
dengan status HIV positif didapatkan prevalensi hepatitis lebih tinggi
dibandingkan dengan yang HIV negatif (28,6% vs 12,8%). Namun
beberapa studi mendapatkan bahwa koinfeksi HIV/HCV tidak
meningkatkan risiko transmisi seksual virus hepatitis C.
4. Hepatitis D
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D
merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus
hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa
adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
lainnya.
5. Hepatitis E 
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah
terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat
kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

C. Faktor Resiko Hepatitis

Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah


terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang
dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis
E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah.
Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang yang 
kecanduan alkohol.

7
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti
hepatitis B, C, dan D lebih berisiko pada:

 Petugas medis.
 Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.

 Berganti-ganti pasangan seksual.

 Orang yang sering menerima transfusi darah.

 Pengaruh Riwayat Vaksinasi Terhadap Kejadian Hepatitis B

D. Diagnosis Hepatitis

Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan


riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu
dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang
muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran
hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat
perubahan warna menjadi kuning.

Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa


pemeriksaan tambahan, seperti:

1. Tes fungsi hati. 

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk
mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan enzim hati dalam
darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase
(AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua
enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan
akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar dalam darah
sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi
hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.

2. Tes antibodi virus hepatitis

8
Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik
untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis
akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik guna memusnahkan virus
yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah
seseorang terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi
pada penderita hepatitis akut, antara lain adalah:

a. Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).


b. Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).

c. Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti


HBs).

d. Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).

e. Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).

3. Tes protein dan materi genetik virus

Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak
dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari
sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi
dengan tes antigen spesifik dan material genetik virus, antara lain:

a. Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).


b. Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).

c. DNA virus hepatitis B (HBV DNA).

d. RNA virus hepatitis C (HCV RNA).

4. USG perut

Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan


pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran
hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga

9
terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung
empedu.

5. Biopsi hati 

Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian
diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat
menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.

E. Komplikasi Hepatitis

Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang


berujung kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala
penderita hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan
kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan
akibat kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati.
Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu
jika tidak dirawat dengan segera.

Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat


mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi
pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan
berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh
sistem imun. Virus yang berkembang biak secara kronis dalam hati
penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat menyebabkan
sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

10
BAB III

ISI

A. Diet yang Dianjurkan untuk Pasien yang Menderita Hepatitis


Tujuan diet pada penderita penyakit hati adalah untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati,
Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
dan atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa, Mencegah penurunan
berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.

Syarat dan Prinsip Diet bagi pasien yang menderita Hepatitis :


 Energi tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah
pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien (40-45 kkal/Kg BB).
 Lemak sedang (cukup), yaitu 20-25 persen dari kebutuhan energi
total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.
Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam
lemak rantai sedang (Medium Chain Triglycerida / MCT). Jenis
lemak ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu
dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram
dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
 Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/Kg BB agar terjadi
anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan
nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak
dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah
koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati
terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan
minimal protein hendaknya 0,8-1 g/Kg BB. Protein nabati

11
memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat
mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering
timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat
mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki
keseimbangan nitrogen.
 Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan
dan toleransi penderita.
 Cukup vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral diberikan sesuai
dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen Vitamin
B kompleks, C dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
anemia.
 Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan
garam/air. Natrium diberikan rendah, bergantung tingkat edema
dan asites. Bila pasien mendapatkan diuretika, garam natrium dapat
diberikan lebih leluasa.
 Mudah dicerna dan tidak merangsang.
 Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan.
 Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi.
 Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau
makan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.

Ada beberapa macam terapi diet untuk penderita Hepatitis, yakni :


1. Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan.
Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang
Branched Chain Amino Acid/BCAA yaitu leusin, isoleusin dan valin dapat
digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan
maksimal 1 liter/hari. Makanan ini karena itu sebaiknya diberikan selama

12
beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan secara Diet Hati I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I.
Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga
diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
2. Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I
kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1
g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam
bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat
besi, vitamin A,C tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam
Rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik diet mengikuti pola diet
Garam Rendah I.
3. Diet Hati III
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II
atau kepada pasien Hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis
Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat
menerima protein, dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral dan
vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah I.

B. Pantangan Makanan Bagi Penderita Hepatitis


Pada dasarnya ada beberapa pedoman yang mestinya
dipatuhi ketika tengah melakukan diet hepatitis ini. Hal tersebut sangat
terkait dengan beberapa pantangan yang sudah sepantasnya dihindari sebagai
berikut:

13
 Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging
kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju,
mentega / margarine, minyak serta makanan bersantan seperti
gulai, kare atau gudeg.
 Makanan yang dikalengkan seperti sarden dan korned.
 Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
 Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah,
kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
 Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka,
jahe.
 Minuman yang mengandung alkohol dan soda

C. Zat Gizi yang Harus Terpenuhi bagi Penderita Hepatitis


1. Sayuran Hijau
Sayur-sayuran seperti brokoli, bayam, dan kol kaya akan sulfur.
Kemampuan zat kimi ini terkenal untuk mendetoksifikasi hati dan dapat
dimasak dengan berbagai cara. Salah satu jenis sayuran yang paling
direkomendasikan adalah dandelion, merupakan tumbuhan yang paling
efektif untuk hati. Tidak hanya itu, dandelion juga dapat menstimulasi
produk empedu hati dan kandung empedu untuk mendungkung
pencernaan dan penyerapan lemak.
2. Buah-buahan
Buahan-buahan yang sangat tersohor untuk membantu
menghambat perkembangan sel kanker di hati adalah buah-buahan ceri.
Stroberi, raspberi, dan cranberi sudah sangat sering disebut sebagai buah-
buahan super karena sangat sehat. Buah-buahan tersebut kaya akan
antioksidan dan dapat mengurangi jerawat, rasa sakit dan penuaan. Selain
itu, buah-buahan tersebut mengandung anthocyanin dan polyphenols, yang
sudah terbukti untuk mengatasi penghambatan sel kanker di hati.
3. Protein Hewan

14
Bagi para pecinta daging yang mengalami penyakit organ hati
tidak usah khawatir. Meskipun terdapat resiko keracunan amonia apabila
anda mengkonsumsi daging dari asal yang tidak terjamin atau daging tidak
dimasak sesuai dengan standar. Apabila anda ingin terhindar dari hal-hal
tersebut, beli makanan tersebut dari merek organi dan dimasak dengan
cara yang benar. Dan juga pilih daging yang memliki sedikit lemak dan
hindari menggorengnya.
4. Air
Hampir sebagian besar tubuh anda itu adalah air. Tetapi manusia
tidak seperti unta, yang dapat menyimpan air di kantung pada punggunya.
Karena di dalam tubuh manusia, air adalah sirkulasi atau perputaran yang
tersimpan di sel tubuh. Apabila konsumsi air anda tidak terpenuhi untuk
tubuh, maka organ-organ yang ada di dalam tubuh tidak menjadi sehat,
salah satunya hati. Karena hati dapat menetralkan racun kemudian dibuang
melalui air, seperti air seni dan keringat. Disarankan agar mengkonsumsi 3
liter air setiap hari. Tetapi jangan mengkonsumsinya secara berlebihan
juga, karena hal seperti itu juga tidak baik.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa diet pada penderita hepatitis perlu
dipakukan karena untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati, Meningkatkan regenerasi jaringan
hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan atau meningkatkan fungsi
jaringan hati yang tersisa, Mencegah penurunan berat badan atau
meningkatkan berat badan bila kurang. Dengan mengkonsumsi sayuran
hijau, buah-buaha, protein hewani dan air.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau
memperdalam kajian ini guna peningkatan kualitas dalam penulisan
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aini , Resmi dan Susiloningsih, Jarwati. 2013. Faktor Resiko yang Berhubungan

dengan Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim

Yogyakarta. Sains Medika, Vol. 5, No. 1: 30-33

Kurniawati, Sri A., dkk. 2015. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Hepatitis C pada Pasangan Seksual Pasien Koinfeksi Human


Immunodeficiency Virus dan Virus Hepatitis C. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, Vol. 2, No. 3: 133-134

Rumini, dkk. 2018. FAKTOR RISIKO HEPATITIS B PADA PASIEN DI RSUD.

Dr. PIRNGADI MEDAN. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 1, No. 1: 37-44

ALODOKTER. ( 20 Desember 2017 ). Hepatitis. Diakses pada 3 November, pada


https://www.alodokter.com/hepatitis

17

Anda mungkin juga menyukai