Anda di halaman 1dari 4

PSIKOLOGI KESEHATAN PEREMPUAN : INTERNALISASI PERAN GENDER

DAN DAMPAKNYA PADA PEREMPUAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi kesehatan kebidanan
Dosen pengampu Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb

Disusun oleh:
Intan Wahyuningsih
1610104039

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2020
PENDAHULUAN

Diskriminasi terhadap perempuan yang terus terjadi di berbagai belahan dunia


masih menunjukkan bahwa pemahaman serta usaha-usaha untuk mewujudkan kesetaraan
gender masih banyak menemukan kendala. Masih kuatnya budaya patriarkis (budaya yang
didasarkan pada kekuasaan laki-laki) masih memposisikan perempuan pada streotype,
peran, dan posisi yang termarginalkan. Padahal, relasi yang seimbang (kesetaraan gender)
antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan dapat mendorong percepatan
proses pembangunan yang dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi tanpa adanya
imperioritas satu jenis kelamin di satu sisi dan superioritas jenis kelamin di sisi lainnya
(KPPA, 2016).
Perempuan yang sehat, berpendidikan, berdaya akan memiliki anak-anak
perempuan dan laki-laki yang sehat, berpendidikan dan percaya diri. Pengaruh perempuan
yang besar dalam rumah tangga, telah memperlihatkan dampak yang positif pada gizi,
perawatan kesehatan, dan pendidikan anak-anak mereka. Seiring berkembangnya zaman,
peran perempuan mengalami perubahan. Di masa lalu, perempuan hanya berperan di
lingkup rumah tangga saja, namun masa kini selain sebagai ibu rumah tangga, perempuan
dapat berperan menjadi pengacara, guru, pengusaha, politikus, pemberdaya masyarakat,
sehingga lingkungan interaksi perempuan menjadi sangat luas. Mereka tidak lagi
difungsikan sebagai ibu bagi anak-anaknya, istri bagi suaminya, dan anak bagi orang
tuanya, juga difungsikan sebagai mitra kerja di dunia karirnya. Ruang kreativitas
perempuan yang awalnya sedikit tertutup menjadi terbuka. Sehingga, perempuan mampu
melebarkan sayap untuk mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat yang diinginkan,
dengan tidak mengorbankan tanggung jawab domestiknya (Novita, 2017).

IDENTIFIKASI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Bagi beberapa orang, gambaran suami yang bekerja dan istri yang mengurus
anak-anaknya di rumah merupakan hal yang biasa saja. Bahkan, gambaran tersebut
mungkin menjadi semacam standar “keluarga sempurna” bagi mereka. Namun, orang
juga bisa berpendapat bahwa gambaran tersebut melambangkan opresi terhadap
perempuan. Pandangan bahwa perempuan “seharusnya” tinggal dirumah dan mengurus
anak bisa dianggap sebagai upaya laki-laki untuk membatasi potensi perempuan.
B. Internalisasi Gender dalam Keluarga dan Dampaknya bagi perempuan
Banyak streotype bahkan mitos yang sudah tertanam di masyarakat, misalnya
tanggungjawab mutlak terhadap ekonomi keluarga hanya ada di tangan ayah/suami,
sementara tanggungjawab domestik melulu tanggung jawab ibu/istri. Padahal,
faktanya begitu banyak kaum perempuan (istri/ibu) yang mampu menjadi tulang
punggung keluarga, secara mandiri menghidupi keluarganya dan lebih mampu bertahan
dalam kesulitan ekonomi keluarga. Banyak pedagang perempuan di pasar-pasar
tradisional, buruh pabrik perempuan yang secara tekun dan pantang menyerah, sampai
pada profesi terhormat di masyarakat, mampu menjadi sumber ekonomi keluarga.
Tetapi dalam tradisi di banyak daerah, peran perempuan dalam memperkuat ekonomi
keluarga tersebut seringkali tidak diperhitungkan dan selalu dianggap sebagai
pelengkap saja (pencari nafkah tambahan).
Jika diamati, pada saat krisis ekonomi terjadi, dimana banyak pekerja (laki-laki)
yang terkena PHK, serta sulitnya mencari lapangan kerja baru membuat kaum
perempuanlah yang bangkit menjadi pengganti peran pemenuhan kebutuhan keluarga.
Di permukiman pinggiran kota, banyak kaum ibu yang berusaha membuka usaha kecil
seperti warung, berjualan makanan/jajanan atau bekerja paruh waktu untuk tetap
menjaga keberlangsungan hidup keluarga. Dan faktanya, peran itu telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Artinya, bahwa
peran yang dilekatkan pada perempuan sebagai kaum lemah dan hanya dibatasi pada
peran-peran domestik (pengasuhan anak, mengurus rumah, dll.) tidak benar, karena
baik laki-laki maupun perempuan, apabila diberi kesempatan yang setara dapat
melakukan tugas yang sama pentingnya baik di dalam rumah (domestik) maupun di
luar rumah (publik).
Perempuan bekerja memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif negatif
perempuan yang bekerja adalah kurangnya sosialisasi dengan masyarakat, beban
ekonomi sosial yang tinggi, dan kurang terperhatikannya perkembangan anak. Dampak
positif perempuan bekerja adalah bisa mengaktualisasikan ilmu dan mengabdikan diri
dengan masyarakat, memiliki banyak relasi dan pengalaman, serta membantu
mencukupi kebutuhan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). (2016). Press


Release: Perempuan dan Anak Indonesia Masih Mengalami Diskriminasi. Diakses di
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/30/939/press-release-
perempuan-dan-anak-indonesia-masih-mengalami-diskriminasi. Pada 15 Maret 2020
Novita. (2017). Perilaku Gender Yang Terjadi Dalam Keluarga. Diakses di
http://blog.unnes.ac.id/novita3011/?p=13. pada 27 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai