pengering sampai kering dan diperoleh berat kering simplisia. Diblender sampai
menjadi serbuk kering, dan didapat berat serbuk kering. Kemudian serbuk kering
disimpan didalam wadah tertutup baik, dan terhindar dari sinar matahari, serbuk
kering diekstraksi dengan cara maserasi atau dekoktasi, lalu diperoleh volume
hasil ekstraksi dan dipekatkan sehingga diperoleh berat ektrak kental. Hasil
21
22
Dari hasil pengolahan bahan dan ekstrak tumbuhan obat didapat ekstrak
kental seperti pada Tabel 3.1, dilakukan perhitungan terhadap 3% ekstrak yang
dan ekstrak tumbuhan obat yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Berat ransum dan Ekstrak Tumbuhan Obat yang dibutuhkan untuk
membuat 15 Kg Persediaan Ransum
Berat Ekstrak 3%
Perlakuan Berat Ransum Jumlah
(g)
F0 15500 0 15500
F1 15035 465 15500
F2 15035 465 15500
F3 15035 465 15500
setiap formula sesuai dengan rasio ekstrak yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Perlakuan Jumlah
Tumbuhan
F0 F1 F2 F3
EDP 0 58.13 51.67 46.50 156.30
EDA 0 58.13 51.67 46.50 156.30
EHM 0 58.13 51.67 93.00 202.8
EDS 0 58.13 103.33 93.00 254.46
EK 0 116.25 103.33 93.00 312.58
ET 0 116.25 103.33 93.00 312.58
23
mengetahui adanya efek terhadap penurunan kadar lemak daging yang dilakukan
perlakuan F1, F2 dan F3 pakan yang telah ditambahkan ekstrak tumbuhan obat
dengan konsentrasi 3% dengan rasio formulasi berbeda (rasio ekstrak dapat dilihat
pada Tabel 2.2, halaman 14). Pengukuran kadar lemak pada semua kelompok
perlakuan dilakukan dengan metode Soxhlet ketika ayam berumur 5 minggu. Data
berat sampel dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 40. Data berat labu kosong
dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 41. Data berat labu berisi lemak dapat
dilihat pada Lampiran 15, halaman 42. Data pengukuran kadar lemak daging
ditunjukkan pada Tabel 3.4. Grafik pengukuran kadar lemak daging yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Tabel rerata kadar lemak daging pada Tabel 3.5
Jumla Rata-
Perlakuan Kadar Lemak (%) h rata
1 2 3 4 5 6
F0 0.98 0.95 0.82 1.12 0.85 0.96 5.68 0.95
F1 1.67 1.32 2.00 2.86 2.14 1.56 11.55 1.93
F2 1.89 1.86 2.37 2.31 1.14 2.28 11.85 1.98
F3 3.91 2.35 3.28 3.33 2.64 3.2 18.71 3.12
4.5
3.5
2.5 F0
F1
2 F2
F3
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6
yang lebih tinggi, maka nilai rataan dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Perlakuan F0 F1 F2 F3
Rata-rata (%) 0.95±0.106 1.93±0.545 1.98±0.464 3.12±0.551
Hasil penelitian menunjukkan rataan kadar lemak daging ayam broiler pada
F0, F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 0.95, 1.93, 1.98 dan 3.12. Dari tabel 3.5
didapat kadar lemak daging ayam broiler tertinggi pada perlakuan F3. Untuk
Data pengujian kadar lemak pada ayam pedaging (broiler) yang diperoleh
diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS 25.0. Analisa uji statistik
25
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji one way ANOVA dan apabila
dengan sig. > 0,05. Hasil Uji Normalitas dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman
48.
menggunakan uji Lavene diketahui data pengukuran kadar lemak merupakan data
yang homogen dengan nilai sig. > 0.05. Hasil Uji Homogenitas dapat dilihat pada
Hasil analisis statistik data pengukuran kadar lemak yang diperoleh dari uji
one way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi (sig. < 0,05) yaitu sebesar sig.=
0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap perlakuan. Hasil
kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji beda rata-
rata Post-Hoc Duncan dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 51.
pengaruh yang signifikan terhadap kadar lemak ayam pedaging (broiler) antara
perlakuan.
26
penurunan persentase kadar lemak pada ayam pedaging (broiler), berarti ekstrak
tumbuhan obat belum mampu menurunkan presentase lemak pada ayam broiler.
menunjukkan kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan F1 dan F2,
diduga karena pada F3 mengandung rasio yang lebih besar yakni 10 dibanding
meningkat rasio perlakuan yang diberi maka semakin sedikit kandungan ekstrak
menunjukan kadar lemak ayam pedaging (broiler) yang lebih rendah dibanding F2
dan F3,diduga karena pada F1 jumlah ekstrak tumbuhan lebih banyak dibanding
F2 dan F3 . Pada F1 terkandung ekstrak kunyit dan temulawak yang lebih banyak
kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan minyak atsiri mengatur
keluarnya cairan asam lambung agar tidak berlebihan sehingga membantu kerja
usus dan mempercepat pengosongan lambung. Hal ini menyebabkan ayam terus
hari dari setiap perlakuan antara lain: F0= 10955 g; F1= 15010 g; F2= 13030 g;
F3= 12340 g. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi ransum meningkat
pada formula yang memiliki ekstrak kunyit dan temulawak yang lebih banyak.
27