Anda di halaman 1dari 78

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Studi Islam-1
AKIDAH dan AKHLAK. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Studi Islam-1 AKIDAH dan AKHLAK dapat
memberikan manfaatnya untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca                                                                                 
                                              

 Medan, 20 Oktober 2018

PENYUSUN

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Umat manusia tentunya menginginkan surga sebagai tempat tujuan. Untuk mencapai
surga, kita harus melewatinya di kehidupan duniawi ini. Mencari pahala sebanyak-banyaknya
dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangan. Walaupun manusia
tidak sempurna, tetapi tidak ada salahnya jika kita sebagai manusia mempelajari hal apa saja
yang menjadi perintah Allah dan apa saja yang dilarang Allah.

Salah satu dari berbagai hal yang harus kita pelajari adalah akhlaq. Banyak akhlak di
dalam islam yang harus kita pelajari agar bisa dilaksanakan dikehidupan nyata. Terdapat
banyak akhlak yaitu Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada Rasulullah,Akhlak kepada Kedua
Orang Tua dan Guru,Akhlak kepada Diri Sendiri,Akhlak di Tengah Masyarakat,Akhlak
terhadap Lingkungan,Akhlak dalam Bernegara. Dan masih banyak lagi. semua akhlak harus
kita tahu batasan-batasannya, yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Semua akhlak penting,
karena akhlaq bisa menentukan kepribadian. Tidak ada satu akhlak pun yang tidak penting.

Di zaman globalisasi ini, banyak orang yang mengaku islam tapi akhalq nya tidak seperti
yang diajakan Rasulullah saw. Banyak orang yang akhlaq nya sudah rusak karena pengaruh
sekularisme, dan pengaruh-pengaruh lain dari barat. Sangat memprihatinkan keadaan
tersebut. Jika generasi penerus bangsa akhlaq nya tidak bagus, lalu mau jadi apa negara kita
ini? Jika disuatu saat nanti, indonesia dipenuhi budaya yang seperti ini, warga tidak berakhlaq
memilih presiden yang tidak berakhlaq. Bisa anda bayangkan keadaan negeri kita jika
keadaannya seperti itu? Dari kasus tersebut, salah satu akhlaq yang penting yang harus kita
ketahui adalah akhlak dalam bernegara.

Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai manusia yang taat kepada Allah menjalankan
kewajiban sebagai seorang warga negara dalam suatu negara? Bernegara di dalam islam
sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw. banyak hal yang harus kita lakukan untuk
memenuhi kewajiban kita sebagai hamba Allah dan juga sebagai Warga negara. Patuh
terhadap aturan negara juga merupakan salah satu yang Allah perintahkan

2
B.   Rumusan Masalah

1. Apa pengertian akhlak?  

2. Apa pengertian negara?

3. Bagaimana penerapan akhlak terhadap Negara?

4. Bagaimana penerapan akhlak terhadap lingkungan?

C.   Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak

2. Untuk mengetahui cara menerapkan akhlak terhadap negara

3. Untuk mengetahui cara menerapkan akhlak terhadap lingkungan

D.   Manfaat

1. Menambah wawasan kita terutama yang menyangkut dengan akhlak kita terhadap
Negara maupun terhadap lingkungan.
2. Sebagai bahan referensi bagi kita semua dalam meningkatkan pengetahuan kita
mengenai akhlak terhadap lingkungan dan Negara.

BAB II
3
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak merupakan komponen dasar islam yang ketiga berisi ajaran tentang perilaku atau
sopan santun. Atau dengan kata lain akhlak dapat disebut sebagai aspek ajaran islam yang
mengatur perilaku manusia. Dalam pembahasan akhlak diatur mana perilaku yang tergolong
baik dan buruk.Akhlak maupun syariah pada dasarnya mengajarkan perilaku manusia, yang
berbeda di antara keduanya adalah obyek materia. Syariah melihat perbuatan manusia dari
segi hukum, yaitu wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan akhlak melihat
perbuatan manusia dari segi nilai atau etika, yaitu perbuatan baik dan buruk.

Akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam ajaran agama islam, karena
perilaku manusia merupakan objek utama ajaran islam. Bahkan maksud diturunkan agama
adalah untuk membimbing sikap dan perilaku manusia agar sesuai dengan fitrahnya. Agama
menyuruh manusia agar meninggalkan kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan ikap
dan perilaku yang baik. Agama menuntun manusia agar memelihara an mengembangkan
kecenderungan mental yang bersih dan jiwa yangsuci. Karena itulah rasul bersabda “tiadalah
aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak dan perilaku manusia”

Alhasil, akhlak merupakan sistematika islam. Sebagai sistem, akhlak memiliki spektrum
yang luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain. Dan makhluk lain, serta terhadap
tuhannya. Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam
melakukan tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak dan tidak melakukan
sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya dan harus menjaga
perintah dan larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab pribadi
muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan
berakhlak. Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada
gambaran jiwa yang tersembunyi.

B. PENGERTIAN NEGARA

4
Pengertian negara menurut dalam ensiklopedi Pouler Politik Pembangunan Pancasila
(1983: 224) dijelaskan secara etimologis bahwa istilah negara berasal dari nagari atau nagara
(sansakerta) yang berarti kota,desa,daerah,wilayah,atau tempat tinggal seorang pangeran.
Negara dalam bahasa inggris sering disebut state atau staat dalam bahasa Belanda. Kata state
berasal dari bahasa latin stato. Istilah stato digunakan pertama kali oleh Machiaveli untuk
menyebut wilayah negara atau pemerintahan yang dikuasai. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia ber-negara diartikan sebagai mempunyai negara dan menjalankan
pemerintahan negara.Seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh ilmu negara,
terdapat pengertian negara yang beraneka ragam. Salah satunya yang tela dikutip oleh
Miriam Budiardjo (2007:39-40)

1. Roger H. Soltau menyatakan bahwa negara adalah alat atau wewenang yang menatur atau
mengendalikan persoalan bersama, atas nama masyarakat.
2. Max Weber mengemukakan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara adalah suatu
organisasi di antara sekelompok atau beberapa kolompok manusia yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi.
Negara adalah organisasi yang memiliki wilayah,rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat
serta mempunyai hak istimewa, seperti hak memaksa, hak monopoli, hak mencangkup
semua, yang bertujuan untuk menjamin perlindungan, keamanan, keadilan, serta tercapainya
tujuan bersama.

C. AKHLAK DAN BERNEGARA

a.Akhlak kepada Negara

Pelaksanaan kebaikan dan pencegahan keburukan dan pengatur kebutuhan


umat/rakyat sehari-hari ,tentunya memerlukan wadah yang sangat besar dan terorganisir
dengan sangat rapi agar tertata dengan baik dan sempurna.Wadah yang sangat besar dan
organisasi yang sangat rapi itulah yang disebut dengan negara( konteks masa kini). Jadi
keberadaan suatu negara adalah wajib bagi umat/rakyat sebagai konsekwensi dari tuntutan
allah SWT dan Rasulullah SAW untuk mengatur dan membina umat.
5
Namun,bentuk negara yang menjadi keputusan politik dalam suatu negara tidak
pernah disebut-sebut dalam Al-qur’an dan sunnah.Wajar bentuk pemerintahan zaman
Rasulullah SAW,zaman khulafa’ ar-rasyidin,zaman bani umayyah,zaman Bani abbasiyah,dan
dinasti-dinasti lain berbeda satu dengan yang lainnya.Oleh karena itu ,kewajaran tersebut
menjadi semakin penting ketika negara sangat dibutuhkan untuk penegakan ideologi,keadilan
dan kemanusiaaan dalam konteks kekinian.Hal ini juga menunjukan bahwa seolah-olah
keputusan politik tentang bentuk negara ini diserahkan kepada pelaku-pelakunya yang ada di
dalam negara tersebut.

Warga neagara yang hidup dalam suatu negara paling tidak memiliki akhlak
terhadapnya demi terwujudnya kehidupan yang berkeadilan dan berkesejahteraan.Untuk
itu,mereka harus memiliki akhlak-akhlak tertentu.

Akhlak-akhlak tertentu ini diantaranya:

 Musyawarah sebagaimana tertera dalam Qs.al-syura:37-38

 Menegakkan keadilan sebagaimana tertera dalam QS.Al-A’raf :29

 Menegakkan amarma’ruf nahi mungkar sebagaimana disebutkan dsalam QS.Ali


imran :104 dan 110.

 Menjaga hubungan pemimpin dan yang dipimpin yang tertera dalam QS.al-
baqarah:257.

Sesungguhnya , akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang
mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap,
natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka
perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.
Tentunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak bernegara
ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya akan menggoda iman
kita , dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.

Contoh akhlak terhadap negara:

1.  Musyawarah

6
Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah adalah
surah Al-Syura ayat 38:

َ ‫َوالَّ ِذينَ ا ْست ََجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوأَقَا ُموا الصَّالةَ َوأَ ْم ُرهُ ْم ُش‬
َ‫ورى بَ ْينَهُ ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِقُون‬

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-
Syura: 38)

Dalam ayat diatas , syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam
dituturkan setelah iman dan shalat . Menurut Taufiq asy-Syawi , hal ini memberi pengertian
bahwa musyawarah mempunyai martabat setelah ibadah terpenting , yakni shalat , sekaligus
memberi pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu ibadah yang tingkatannya
sama dengan shalat dan zakat . Maka masyarakat yang mengabaikannya dianggap sebagai
masyarakat yang tidak menetapi salah Memang , musyawarah sangat diperlukan untuk dapat
mengambil keputusan yang paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan
rasa tanggung jawab bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah
terdapat tujuh hal penting yaitu , mengambil kesimpulan yang benar , mencari pendapat ,
menjaga kekeliruan , menghindari celaan , menciptakan stabilitas emosi , keterpaduan hati ,
mengikuti atsar.

2.    Perilaku Adil

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia


berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang
khusus dalam bidang-bidang tertentu. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 16:90)

 D.AKHLAK KEPADA PIMPINAN DAN BAWAHAN

7
Hendaklah seorang pimpinan memberikan kemudahan untuk para karyawan dalam
mengerjakan kewajiban mereka kepada Allah SWT seperti salat dan puasa. Selain itu,
janganlah membuat peraturan perusahaan yang bertentangan dengan hukum Allah SWT
seperti, melarang jilbab dan sebagainya, atau membuat aturan yang memudahkan terjadinya
perbuatan maksiat dan dosa seperti ikhtilat yang diharamkan antara laki-laki dan perempuan.

Seorang pimpinan hendaknya mengetahui bahwa seorang karyawan yang beragama


lebih dekat kepada kebaikan. Sebab, dia bekerja atas dasar keikhlasan, selalu merasa diawasi
oleh Allah SWT, dan lebih amanah dalam menjalankan peraturan. Orang yang paling bisa
dipercaya adalah mereka yang suka melakukan salat.Umar bin Khatab berkata kepada para
Walinya, “Ingatlah bahwa perkara yang paling penting bagiku adalah salat. Ingatlah bahwa
tidak ada yang paling berharga dan tidak ada keberuntungan dalam Islam bagi orang yang
tidak salat.” Ia menambahkan, “Siapa yang kehilangan salatnya, maka rusak pula perbuatan
yang lain nya.sebagaimana dalam firman nya:

ُ‫إِ َّن خَ ي َْر َم ِن ا ْستَأْ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ اأْل َ ِمين‬

Artinya:“Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (al-Qashash:26).

Seorang pemimpin dibebani amanah dan tanggung jawab yang harus ia laksanakan
untuk mencapai tujuan dari organisasi yang ia pimpin. Dalam islam setiap manusia yang
terlahir di muka Bumi ini yakni seorang pemimpin yang memimpin umat ini kepada Allah

8
SWT. Semakin banyak orang yang dipimpinnya semakin berat pula beban yang dipikulnya.
Dalam sebuah Hadist Rasulullah saw bersabda:

‫كلّكمراعوكلّكممسؤولعنرعيّته‬

Artinya: setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban
tentang bapa yang ia pimpin.

Kepemimpinan tidak boleh diberikan kepada orang yang memintanya terlebih dengan
ambisius untuk mendapatkannya. Kenapa? Karena dikhawatirk dia tidak mampu mengemban
amanah tersebut kemudian mungkin mempunyai niat lain atau ingin mengambil keuntungan
yang banyak ketika ia telah mempunyai kekuasaan.Dalam hal ini, Abu Dzar RA berkata,
”Aku bertanya,” Wahai Rasulullah SAW, maukah engkau mengangkatku memegang satu
jabatan?” kemudian Rasulullah saw menepuk bahuku dengan tangannya sambil
bersabda:”Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah dan sesungguhnya itu (jabatan)
adalah amanah. Dan, sesungguhnya ia pada hari kiamat menjadi kesengsaraan dan
penyesalan, kecuali yang mengambilnya dengan haqnya dan menyempurnakan apa yang
menjadi wajib keatasnya dan di atas jabatan itu.”Seorang pemimpin juga harus memberikan
pemahaman kepada anggotanya bahwa amanah yang dipikul ini akan dipertanggungjawabkan
diakhirat kelak. Apakah ketika mengemban amanah pernah mendzolimi orang atau tidak.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

”Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan rakyat mati, sedangkan
di hari matinya ia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah swt mengharamkan surga
kepadanya.” (muttafaqun ’laih)Sebelum memberi amanah pemimpin  harus melihat kapasitas
yang akan diberi amanah tersebut. Karena amanah haruslah diberikan kepada orang yang
kompeten atasnya kalau tidak maka akan menimbulkan ketidak sampainya tujuan bahkan
mungkin menimbulkan kerusakan.

Dalam sebuah Hadist dikatakan ”Kalau seandainya perkara itu diserahkan kepada
yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.”Tidak hanya pemimpin, sebagai
bahawan pun mempunyai etika yang harus dilakukan kepada pemimpin yang
memmimpinnya.Dimana bawahan harus taat pada pemimpin yang Islami: Nabi SAW
bersabda,  “Barang siapa yang taat kepadaku maka ia telah taat kepada Allah SWT, dan

9
barang siapa yang tidak taat kepadaku maka berarti tidak taat kepada Allah. Barangsiapa
yang taat kepada pimpinan (yang sunnah) maka berarti ia telah taat kepadaku, dan
barangsiapa yang tidak taat kepada pimpinan (yang sunnah) maka berarti ia telah tidak taat
kepadaku.

E. AKHLAQ TERHADAP LINGKUNGAN

Berdasarkan Undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok


pengelolaan lingkungan hidup secara terperinci memberikan pengertian dan hakikat
lingklungan hidup serta arah penyikapan dan patokan-patokan dalam pengelolaan nya.
Dalam islam,setiap manusia memiliki kewajiban akhlak terhadap lingkungan
diantaranya:
 Memanfaatkan potensi alam untuk kepentingan hidup manusia sekaligus
melestarikan nya dan tidak membuat kerusakan di dalam nya sebagaimana
dalam QS .Al-rum:41
 Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahan nyasebagaimana Hadis
Rasulullah SAW
 Merehabilitasi kembali kerusakan lingkungan yang begitu parah akibat
bencana alamiyah dan ulah tangan orang-orang yang tidak bertanggung-jawab
agar menjadi lingkungan baru yang bersahabat bagi manusia.

F. AKHLAK TERHADAP FLORA DAN FAUNA


10
Oleh :Sam’un
Selama ini, masalah akhlak ini hanya sering terfokus terhadap hubungan antar
manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga sangatlah penting. Kita lihat
sekarang ini banyak sekali tingkah laku manusia yang tidak mempedulikan lingkungan
sekitarnya, misalnya dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area
pemukiman, yang akan mengakibatkan pemanasan global karena hutan yang bisa digunakan
untuk mengolah kadar karbon dioksida di alam ini sudah mulai tiada.

Dalam kasus ini, kita harus mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan
hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri saja tapi merusak lingkungan. Saat ini, alam
sudah sangatlah kritis. Namun, setidaknya saat ini sudah mulai bermunculan aksi-aksi untuk
melakukan penghijauan kembali karena saat ini pemanasan global pengaruhnya sudah sangat
terasa. Setidaknya, dengan peringatan dari Allah ini, manusia di muka bumi telah sadar dan
lebih memperhatikan lingkungan hidupnya lagi. Karena pada awalnya, manusia diciptakan
oleh Allah tujuannya adalah untuk menjadikhalifah di muka bumi, yang tentunya juga harus
dapat melestarikan bumi ini. Memangsuatu saat nanti kiamat pun akan terjadi. Namun jika
manusia terus bersikap merusak lingkungan seperti ini, tentunya kiamat itu sendiri akan
menjadi lebih cepat karena ulah manusia itu sendiri. Setidaknya kita sebagai seorang muslim,
dapat melestarikan lingkungan karena tentunya kita telah mengetahui mana yang baik dan
mana yang buru.Intinya, kita sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara
kelestarianlingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
flora danfauna yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia, dan juga kita
harus sayang kepada sesama makhluk hidup.

ِ •‫ض• فِ• َ•ر• ا• ًش• ا• َ•و• ا•ل•س•َّ َم• ا• َء• بِ• نَ• ا• ًء• َو• أَ• ْن• َز• َل• ِم• َ•ن• ا•ل•س•َّ َم• ا• ِء• َم• ا• ًء• فَ• أَ• ْ•خ• َ•ر• َج• بِ• ِه• ِم• َ•ن• ا•ل•ث•َّ َم• َر• ا‬
•‫ت• ِر• ْ•ز• قً• ا‬ •َ •‫ا•ل•َّ ِذ• ي• َج• َع• َ•ل• لَ• ُك• ُم• ا•أْل َ• ْ•ر‬
•‫لَ• ُك• ْ•م• ۖ• فَ• اَل تَ• ْ•ج• َع• لُ• و•ا• هَّلِل ِ• أَ• ْن• َد• ا• ًد• ا• َو• أَ• ْن• تُ• ْم• تَ• ْع• لَ• ُم• و• َن‬

Artinya:Dialah Yang menjadikan bumi  sebagai hamparan bagimu dan langit


sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. Al- Baqarah : 22)

11
•ۚ •‫ض‬ِ •‫ص• َ•ل• َو• يُ• ْف• ِ•س• ُد• و• َ•ن• فِ• ي• ا•أْل َ• ْ•ر‬
•َ •‫ط• ُع• و• َ•ن• َم• ا• أَ• َم• َر• هَّللا ُ• بِ• ِه• أَ• ْ•ن• يُ• و‬
َ •‫ض• و• َ•ن• َع• ْه• َد• هَّللا ِ• ِم• ْ•ن• بَ• ْع• ِد• ِم• ي•ثَ• ا•قِ• ِه• َ•و• يَ• ْق‬
ُ •ُ‫ا•ل•َّ ِذ• ي• َ•ن• يَ• ْن• ق‬
َ •ِ‫أُ• و•ٰ•لَ• ئ‬
•‫ك• هُ• ُم• ا• ْل• َ•خ• ا• ِس• ُ•ر• و• َن‬

Artinya:(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu


teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang
rugi.
(Al Baqarah : 27)

Flora dan fauna sangatlah penting keberadaannya bagi manusia sehingga mereka
sudah seharusnya dilestarikan dan dijaga kelangsungannya. Dalam hal
nidibutuhkankerjasama dan kesadaran oleh semua pihak sehingga pelestarian tersebut bukan
menjadi angan-angan dan perencanaan belaka melainkan menjadi perwujudan yang nyata,
sinergis dan continous (berkesinambungan) agar kemakmuran dan kesejahteraan hidup
manusiada agar dapat dirasakan oleh setiap generasinya.Akhlak menurut bahasa adalah
perbuatan, adat, perangai, tingkah laku secara umum, baik terpuji ataupun tercela.
Pengertiannya secara sosiologis di Indonesia, akhlak berarti perbuatan atau tingkah laku yang
terpuji. Dengan demikian, apabila dikatakan berakhlak, maksudnya ia memiliki akhlak yang
terpuji. Menurut pengertian istilah, yang dimaksud dengan akhlak adalah al-akhlak al-
Islamiyah atau al-akhlak al-karimah, yaitu tingkah laku, perbuatan dan perangai terpuji
berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.

Selanjutnya akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terhadap Khalik atau
Pencipta (Allah s.w.t.) dan akhlak terhadap makhluk (yang diciptakan) yaitu segala sesuatu
selain Allah s.w.t. Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan
selain manusia. Akhlak terhadap selain manusia dibagi tiga bagian yaitu, terhadap alam
jamadi (benda mati), alam nabati (flora) dan alam hewani (fauna).  Akhlak terhadap manusia
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu terhadap Nabi/Rasul, akhlak terhadap diri sendiri,
terhadap keluarga,masyarakat, akhlak terhadap bangsa dan hubungan antar bangsa.Aqidah,
Syariah dan Akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak bisa diceraipisahkan, satu sama lain
saling terkait dan berkelindan. Namun demikian, aqidah tetap lebih diutamakan karena ia
merupakan pondasi dari keduanya
12
F. URGENSI AKHLAK TERHADAP FLORA DAN FAUNA

Akhlak yang baik bagi sebagian besar masyarakat diterjemahkan sebagai bentuk
ketaatan terhadap hukum agama yang diterjemahkan dalam ritual keagamaan seperti shalat,
puasa, atau naik haji.  Pandangan ini perlu diperluas, sebab akhlak yang baik tidak semata-
mata sekedar menjalankan ibadah atau ritual keagamaan. Akhlak yang baik yang terbatas
pada aktivitas ritual agama saja akan menjadi sempit karena menafikkan relasi manusia
dengan lingkungan sebagai tempat berpijak. Akhlak yang baik yang sesungguhnya adalah
akhlak yang paripurna karena sesungguhnya agama itu adalah akhlak yang baik (khusnul
khuluq). Akhlak yang baik merupakan akhlaq yang di dalamnya tercakup relasi manusia –
Tuhan, relasi antarmanusia, dan relasi manusia-lingkungan. Manusia dengan lingkungan
sesungguhnya terdapat relasi yang sangat erat. Manusia sangat bergantung pada
alam,kerusakan alam adalah ancaman bagi eksistensi manusia. Berbeda dengan alam, alam
tidak memiliki ketergantungan langsung dengan manusia meskipun rusak tidaknya alam
dipengaruhi oleh aktivitas manusia

Artinya :orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh
danmemutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan
kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi merekatempat
kediaman yang buruk (Jahanam).
(Ar-R’adu : 25)

Faktor ketergantungan manusia terhadap alam mestinya menyadarkan manusia untuk


senantiasa menjaga dan merawatnya. Cara Membangun Akhlak yang baik Lingkungan
Akhlak yang baik lingkungan erat dengan akhlaq terhadap lingkungan. Akhlaq bergantung
pada pengendalian hawa nafsu

Artinya :”Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan


(orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-
lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas(al-an’am 119)

13
Hal ini berarti akhlak yang baik bergantung pada bagaimana manusia mampu
mengendalikan hawa nafsu untuk tidak semena-mena terhadap lingkungan. Bentuk semena-
mena terhadap lingkungan dapat dapat berupa eksplorasi sumber daya alam yangtidak
bertanggung jawab, illegal logging, aktivitas yang berakibat pencemaran, dan lain-lain

G. CARA MEMBANGUN AKHLAK TERHADAP FLORA FAUNA

a.Revitalisasi Ajaran Agama

Bentuk ajaran agama yang didominasi dogma-dogma yang sempit perlu diperluas.
Kontekstualisasi agama perlu diperbanyak agar cakrawala pemikiran dan tindakan lebih luas,
tidak hanya sekedar ritual keagamaan saja. Untuk pembelajaran di kelas perlu dilakukan aksi
nyata dibanding pembelajaran yang menekankan aspek kognitif saja.

b.Tadabbur Alam

Alam yang kita tempati sungguh eksotik. Birunya laut, gemuruh ombak, hijaunya
alam dengan aneka flora dan faunanya adalah anugrah Tuhan yang tiada tara. Keeksotikan
dan keindahan alam adalah modal untuk kita berfikir, merenung, dan bermuara pada aktifitas
untuk memanfaatkan, mengelola, dan menjaga dengan penuh tanggung jawab.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang 
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Al-Baqarah : 164

Muhasabah dari Fenomena Alam

Panas bumi yang semakin meningkat, bencana alam yang sering kita dengar,
musimyang tidak teratur, dan rusaknya lapisan ozon adalah fenomena alam yang mestinya

14
menjadi sumber muhasabah bagi setiap individu terhadap berbagai aktifitas yang telah
dilakukan selama ini. Rusaknya alam pada wilayah tertentu berdampak pada kekacauan
lingkungan di seluruh permukaan bumi. Jadi dalam konteks muhasabah terhadap lingkungan
tidak berfikir dan bertindak secara sempit pada wilayah lokal tempat kita tinggal, namun
kesadaran atas tanggung jawab diri sebagai warga dunia

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tanganmanusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatanmereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). Ar-Ruum : 41

c. Berpartisipasi dalam Program Hijau

Program hijau semakin banyak variasinya. Banyaknya acara tersebut sudah


seharusnya bukan sekedar acara sensasional atau seremonial tanpa makna, namun lebih dari
itu. Acara –acara tersebut perlu penghayatan, sebab aktifitas tanpa penghayatan tidak akan
efektif. Setiap individu mestinya dapat memilih dari berbagai program hijau yang sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik dirinya. Ibu rumah tangga dapat melaksanakan program
hijau dari aktifitas di rumah tangga seperti pengelolaan sampah rumah tangga, Pak Sopir
dapat berpartisipasi dengan membatasi emisi kendaraan bermotornya, pengelola super market
perlu mengganti kantong plastik dengan kantong yang dapat didaur ulang, dan lain
sebagainya. Jika setiap profesi melaksanakan program hijau sesuai dengankarakteristik
profesi yang dijalaninya maka akhlak yang baik lingkungan akan terbentuk  bermula dari
akhlak yang baik profesi.

d .Program Reward and Punishment

Akhlak yang baik terhadap lingkungan juga dapat dibentuk melalui program
rewardand punishment. Pemerintah dapat memberi reward kepada siapa saja yang berprestasi
dalam menjaga kelestarian lingkungan, dan program ini telah dilaksanakan. Namun program
punishment terhadap siapa saja yang melakukan aktifitas yang dapat atau berpotensi merusak
lingkungan belum dilakukan dengan tegasBahkan yang jelas-jelas melakukan pengrusakan
secara besar-besaran seringkali kasusnya mengambang dan jelas karena dikalahkan oleh
agenda politik. Hukuman yang tidak tegas sangat menghambat program akhlak yang baik

15
lingkungan. Terwujudnya akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah modal utama dalam
menjaga dan melestarikan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Akhlak yang baik bagi sebagian besar masyarakat diterjemahkan sebagai bentuk
ketaatan terhadap hukum agama yang diterjemahkan dalam ritual keagamaan seperti shalat,
puasa, atau naik haji. Pandangan ini perlu diperluas, sebab akhlak yang baik tidak semata-
mata sekedar menjalankan ibadah atau ritual keagamaan. Akhlak yang baik yang terbatas
pada aktivitas ritual agama saja akan menjadi sempit karena menafikkan relasi manusia
dengan lingkungan sebagai tempat berpijak. Akhlak yang baik yang sesungguhnya adalah
akhlak yang paripurna karena sesungguhnya agama itu adalah akhlak yang baik (khusnul
khuluq). Selama ini, masalah akhlak ini hanya sering terfokus terhadap hubungan antar
manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga sangatlah penting. Kita lihatsekarang
16
ini banyak sekali tingkah laku manusia yang tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya,
misalnya dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area pemukiman, yang akan
mengakibatkan pemanasan global karena hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar
karbondioksida di alam ini sudah mulai tiada. Dalamkasus ini, ita harus mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri saja
tapi merusak lingkungan.Akhlak yang baik bergantung pada bagaimana manusia mampu
mengendalikan hawanafsu untuk tidak semena-mena terhadap lingkungan.

SARAN

Dari pemaparan isi makalah di atas member gambaran kita bahwa Islam adalah agama
yang diridhai Allah, agama yang sempurna dalam mengatur tata cara kehidupan manusia. Di
dalamnya lengkap diatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya. Salah satu di antara tata cara
kehidupan manusia yang telah diatur dalam ajaran Islam adalah tentang hak dan kewajiban
warga Negara yang merupakan perwujudan dari akhlak seseorang kepada Negara.Maka
sebagai seorang mahasiswa yang notabennya adalah generasi muda calon-calon pemimpin
masa depan diharapkan untuk belajar dan mengasah diri dengan sungguh-sungguh karena itu
merupakan salah satu dari wujud akhlak kita terhadap Negara kita tercinta yakni kewajiban
dalam membangun bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Furqan Arif.2002.Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum.Jakarta: Direktorat Jenderal


Kelembagaan Agama Islam Dapartemen Agama RI.Cet II

Azra azyumardi,SuryanaToto,Abduhaq Ishak,Didin Hafiduddin.2002.Buku Teks Pendidikan


Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.Jakarta; Dapatermen Negara RI.Cet III

Nasution Ahmad Bangun;Siregar Rayani Hanum.2013.Akhlak Tasawuf.Jakarta: Raja


Grafindo Persada.Cet I

Sunarsono;Sartono Kus Eddy;Dwikusrahmadi Sigit;Sutarini Nany. dkk2013.Pendidikan


Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta;UNY Press.Cet II

17
Ilyas Yunahar.2000.Kuliah Akhlaq.Yogyakarta;Pustaka Pelajar Offset.

Mukti, Takdir dkk.1998.Membangun Moralitas Bangsa.Yogyakarta;LPPI UMY

njalankan perintah agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta
mendidik agar memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara d alam rangka menyelamatkan
Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai uereka

Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
18
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,
Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,
ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••لم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka

19
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan
rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-

20
berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)


1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya. 
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa

21
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـ َ ْنـ ُع والطاعـة‬: ‫ابـن عـمر رض•••••••ي هللا عـنه عن الن•••••••بي ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وس•••••••لم‬ ْ
ْ ‫عــن‬
‫سـمـ َع‬
ْ ‫المسـلـم فيـما احـبّ وك••••••ره م••••••الم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة ف••••••ا ِ ْن امــر فال‬
ِ ‫المـرْ ِء‬
َ ‫على‬
)‫عـلــي ِه وال طاع••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ة (رواه الترم••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturanng dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya. 
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri. 
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,

22
dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :
)‫السـاع ِة (رواه البخ••••••••••••ارى‬ ِ َ ‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــ‬
َ ‫ظـ ُر‬ ِ َ ‫سـ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬
ِ ‫اذ ُو‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam. 
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
ْ
‫ قــال رســول هللا ص•••••••لى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هري•••••••رة رض•••••••ي هللا عـنه قــال‬َ ‫ عـ‬:
ْ
‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اط••••••اع َهللا‬
ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عص••••••ى هللا‬ ِ ْ
‫ــن أطاع‬ ‫َم‬
)‫َــصانى ِ(رواه البخ••••••••••ارى و مس••••••••••لم‬
َ ‫فـقد أط••••••••••اعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد ع‬
“Dari Abu Huirah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga

23
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara. 
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya. 

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:
)‫صــين ِ(رواه ابن ع••••••••••••••ادى و ال••••••••••••••بيهقى‬
ِّ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ول••••••••••••••وْ ب••••••••••••••ا ل‬
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,

24
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya. 

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya: 
َ َّ‫ك َكأَن‬
ُ ْ‫ك تَ ُم••••••••••••••و‬
‫ت غَ•••••••••••••• دًا‬ َ ••••••••••••••ِ‫ك تَ ِعيْشُ أَبَ••••••••••••••دًا َوا ْع َم••••••••••••••لْ أِل َ ِخ َرت‬
َ َّ‫إِ ْع َم••••••••••••••لْ لِ•••••••••••••• ُد ْنيَاكَ َكأَن‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras

25
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7, 
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya 


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara

26
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pembangunan dalam bidang politik
c. Pembangunan dalam bidang ekonomi
d. Pembangunan dalam bidang sosial 
e. Pembangunan dalam bidang budaya

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim. Penerbit: Jumunatul Ali

Undang-undang Dasar 1945

27
Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islacaman,
tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara yang ada di negeri ini, dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai
ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara.
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman
Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,
Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,
ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••لم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya

28
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan
rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.

29
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)


1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

30
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya. 
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـ َ ْنـ ُع والطاعـة‬: ‫ابـن عـمر رض•••••••ي هللا عـنه عن الن•••••••بي ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وس•••••••لم‬ ْ
ْ ‫عــن‬
‫سـمـ َع‬
ْ ‫المسـلـم فيـما احـبّ وك••••••ره م••••••الم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة ف••••••ا ِ ْن امــر فال‬
ِ ‫المـرْ ِء‬
َ ‫على‬
)‫عـلــي ِه وال طاع••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ة (رواه الترم••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”

31
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya. 
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri. 
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,
dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :
)‫السـاع ِة (رواه البخ••••••••••••ارى‬ ِ َ ‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــ‬
َ ‫ظـ ُر‬ ِ َ ‫سـ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬
ِ ‫اذ ُو‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam. 
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
ْ
‫ قــال رســول هللا ص•••••••لى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هري•••••••رة رض•••••••ي هللا عـنه قــال‬َ ‫ عـ‬:
ْ
‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اط••••••اع َهللا‬
ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عص••••••ى هللا‬ ِ ْ
‫ــن أطاع‬ ‫َم‬
)‫َــصانى ِ(رواه البخ••••••••••ارى و مس••••••••••لم‬
َ ‫فـقد أط••••••••••اعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد ع‬
“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at

32
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara. 
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya. 

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:
)‫صــين ِ(رواه ابن ع••••••••••••••ادى و ال••••••••••••••بيهقى‬
ِّ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ول••••••••••••••وْ ب••••••••••••••ا ل‬

33
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya. 

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya: 
َ َّ‫ك َكأَن‬
ُ ْ‫ك تَ ُم••••••••••••••و‬
‫ت غَ•••••••••••••• دًا‬ َ ••••••••••••••ِ‫ك تَ ِعيْشُ أَبَ••••••••••••••دًا َوا ْع َم••••••••••••••لْ أِل َ ِخ َرت‬
َ َّ‫إِ ْع َم••••••••••••••لْ لِ•••••••••••••• ُد ْنيَاكَ َكأَن‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan

34
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7, 
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya 


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah

35
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:

36
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pembangunan dalam bidang politik
c. Pembangunan dalam bidang ekonomi
d. Pembangunan dalam bidang sosial 
e. Pembangunan dalam bidang budaya

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim. Penerbit: Jumunatul Ali

Undang-undang Dasar 1945

Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.

Diposting oleh 
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman
Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
37
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,
Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,
ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••لم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,

38
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan
rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

39
B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya. 
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـ َ ْنـ ُع والطاعـة‬: ‫ابـن عـمر رض•••••••ي هللا عـنه عن الن•••••••بي ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وس•••••••لم‬ ْ
ْ ‫عــن‬
‫سـمـ َع‬
ْ ‫المسـلـم فيـما احـبّ وك••••••ره م••••••الم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة ف••••••ا ِ ْن امــر فال‬
ِ ‫المـرْ ِء‬
َ ‫على‬
)‫عـلــي ِه وال طاع••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ة (رواه الترم••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati

40
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya. 
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri. 
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,
dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah

41
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :
)‫السـاع ِة (رواه البخ••••••••••••ارى‬ ِ َ ‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــ‬
َ ‫ظـ ُر‬ ِ َ ‫سـ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬
ِ ‫اذ ُو‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam. 
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
ْ
‫ قــال رســول هللا ص•••••••لى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هري•••••••رة رض•••••••ي هللا عـنه قــال‬َ ‫ عـ‬:
ْ
‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اط••••••اع َهللا‬
ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عص••••••ى هللا‬ ِ ْ
‫ــن أطاع‬ ‫َم‬
)‫َــصانى ِ(رواه البخ••••••••••ارى و مس••••••••••لم‬
َ ‫فـقد أط••••••••••اعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد ع‬
“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah

42
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara. 
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya. 

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:
)‫صــين ِ(رواه ابن ع••••••••••••••ادى و ال••••••••••••••بيهقى‬
ِّ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ول••••••••••••••وْ ب••••••••••••••ا ل‬
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam

43
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya. 

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya: 
َ َّ‫ك َكأَن‬
ُ ْ‫ك تَ ُم••••••••••••••و‬
‫ت غَ•••••••••••••• دًا‬ َ ••••••••••••••ِ‫ك تَ ِعيْشُ أَبَ••••••••••••••دًا َوا ْع َم••••••••••••••لْ أِل َ ِخ َرت‬
َ َّ‫إِ ْع َم••••••••••••••لْ لِ•••••••••••••• ُد ْنيَاكَ َكأَن‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7, 
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

44
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya 


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat

45
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pembangunan dalam bidang politik
c. Pembangunan dalam bidang ekonomi
d. Pembangunan dalam bidang sosial 
e. Pembangunan dalam bidang budaya

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim. Penerbit: Jumunatul Ali

Undang-undang Dasar 1945

Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.

Diposting oleh Arda Uciha d


46
egara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di negeri ini, dalam rangka
menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap
kadaulatan Negara.

Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman
Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.

Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”

Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.

Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.

Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,


Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,

ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
47
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara

Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.

Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:

a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum

Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan


terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.

Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara

b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat

Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.

48
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat

Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan


rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.

d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.

Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.

Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.

Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)

1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah

49
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.

Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya.

2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati

Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :

a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,

ْ
‫ السـَنـْ ُع والطاعـة‬: ‫عــن ابـْن عـمر رضي هللا عـنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬

‫المسـلـم فيـما احـبّ وكره مالم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة فا ِ ْن امــر فال سـمـْ َع‬
ِ ‫على المـَرْ ِء‬

50
)‫عـلــي ِه وال طاعة (رواه الترمذى‬

Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)

b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.

Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”

Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya.

c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.

d. Pemimpin yang jujur dan adil.

Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri.

51
e. Pemimpin yang bijaksana.

Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,


dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.

f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin

Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :

)‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــَظـ ِ ُر السـَاع ِة (رواه البخارى‬


ِ َ ‫اذ ُوسـ ِ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬

Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah

Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam.

Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah

ْ َ ‫ عـ‬:
‫ قــال رســول هللا صلى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هريرة رضي هللا عـنه قــال‬

ْ ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عصى هللا‬


‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اطاع َهللا‬ ْ ‫َم‬
ِ ‫ــن أطاع‬

)‫صانى ِ(رواه البخارى و مسلم‬


َ ‫فـقد أطاعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد عَــ‬

“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)

Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
52
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara

Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.

Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara.

Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya.

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:

)‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ولوْ با لصِّ ــين ِ(رواه ابن عادى و البيهقى‬

“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)

53
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik

Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya.

3. Pembangunan Bidang Ekonomi

Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.

54
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya:

ُ ْ‫ك ت َِعيْشُ أَبَدًا َوا ْع َملْ أِل َ ِخ َرتِكَ َكأَنَّكَ تَ ُمو‬


‫ت َغدًا‬ َ َّ‫ك َكأَن‬
َ ‫إِ ْع َملْ لِ ُد ْنيَا‬

Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)

Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,

”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial

Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7,

Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,

3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

55
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],

7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya

Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.

Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.

Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III

KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara

a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh


warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara

b. Tujuan Membela Negara

56
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum

2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat

3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat

4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat

2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)

a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.

b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati

1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya

2) Pemimpin yang tidak syirik

3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia

4) Pemimpin yang jujur dan adil

5) Pemimpin yang bijaksana

6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup

3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:

a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Pembangunan dalam bidang politik

c. Pembangunan dalam bidang ekonomi

d. Pembangunan dalam bidang sosial

e. Pembangunan dalam bidang budaya

57
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim. Penerbit: Jumunatul Ali

Undang-undang Dasar 1945

Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.

Diposting oleh Arda Uciha di 00.30

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Label: makalah

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

58
Posting Lebih Baru BerandaNegara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di
nNegara merupakan kewajiban seluruh warga Negara yang ada di negeri ini, dalam rangka
menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap
kadaulatan Negara.
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman
Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,
Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,
ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••لم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya

59
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan
rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.

60
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)


1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

61
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya. 
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـ َ ْنـ ُع والطاعـة‬: ‫ابـن عـمر رض•••••••ي هللا عـنه عن الن•••••••بي ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وس•••••••لم‬ ْ
ْ ‫عــن‬
‫سـمـ َع‬
ْ ‫المسـلـم فيـما احـبّ وك••••••ره م••••••الم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة ف••••••ا ِ ْن امــر فال‬
ِ ‫المـرْ ِء‬
َ ‫على‬
)‫عـلــي ِه وال طاع••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ة (رواه الترم••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan

62
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya. 
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri. 
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,
dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :
)‫السـاع ِة (رواه البخ••••••••••••ارى‬ ِ َ ‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــ‬
َ ‫ظـ ُر‬ ِ َ ‫سـ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬
ِ ‫اذ ُو‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam. 
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
ْ
‫ قــال رســول هللا ص•••••••لى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هري•••••••رة رض•••••••ي هللا عـنه قــال‬َ ‫ عـ‬:
ْ
‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اط••••••اع َهللا‬
ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عص••••••ى هللا‬ ِ ْ
‫ــن أطاع‬ ‫َم‬
)‫َــصانى ِ(رواه البخ••••••••••ارى و مس••••••••••لم‬
َ ‫فـقد أط••••••••••اعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد ع‬
“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)

63
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara. 
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya. 

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:
)‫صــين ِ(رواه ابن ع••••••••••••••ادى و ال••••••••••••••بيهقى‬
ِّ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ول••••••••••••••وْ ب••••••••••••••ا ل‬
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)

64
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya. 

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya: 
َ َّ‫ك َكأَن‬
ُ ْ‫ك تَ ُم••••••••••••••و‬
‫ت غَ•••••••••••••• دًا‬ َ ••••••••••••••ِ‫ك تَ ِعيْشُ أَبَ••••••••••••••دًا َوا ْع َم••••••••••••••لْ أِل َ ِخ َرت‬
َ َّ‫إِ ْع َم••••••••••••••لْ لِ•••••••••••••• ُد ْنيَاكَ َكأَن‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan

65
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7, 
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya 


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar

66
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara


a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

67
b. Pembangunan dalam bidang politik
c. Pembangunan dalam bidang ekonomi
d. Pembangunan dalam bidang sosial 
e. Pembangunan dalam bidang budaya

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim. Penerbit: Jumunatul Ali

Undang-undang Dasar 1945

Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.

Diposting oleh Arda Uciha di 00.30   


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: makalah

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruBeranda

egeri ini, dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan maupun
gangguan terhadap kadaulatan Negara.
Dalam tuntunan Islam, membela Negara itu hukumnya wajib. Sebagai contoh, pada zaman
Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif berjuang dimedan perang untuk
membela Negara dari rongrongan musuh yang dating dari luar yaitu dari serangan kaun kafir
Quraisy. Ketika itu Negara Madinah sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari

68
tentara Quraisy, maka saat itu Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela
Negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang keras untuk
memerangi kaum musyrikin, karena kaum musyrikin itu berbuat dzalim (aniaya) terhadap
umat islam. Perintah untuk menggerakkan tentara tentara Islam ini di jelaskan dalam al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 65

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu
dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”
Maka dalam hal ini membala Negara adalah mutlak wajib bagi seorang muslim dan sebagai
warga Negara, sebagaimana ungkapan yang menyatakan “Cinta Negara sebagian dari Iman”.
Membela Negara itu bukan hanya ketika Negara terancam oleh pihak luar (penjajah) tetapi
juga ketika nagara ini terancam dari dalam, misalnya pemberontakan, penghianatan, dan
penyelewengan. Kita harus membela Negara kita dari hal-hal tersebut, supaya Negara ini
tidak hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan yang selalu berbuat
kejahatan-kejahatan.
Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran Negara ini dari kejahatan-kejahatan,
Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan Negara sebagaimana terdapat dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim,
ْ ‫فـ‬
‫ َوان لـَـ ْم يَــستــ ِطـيع فـَـبقـَـلبـِـه وذل••ك‬,‫اءن َلـ ْم يـَـسْتـَـ ِط ْيـع فـبـِـلـِـ َسانـِـه‬ ْ َ ‫مـ‬
َ ,‫ـن َراى مـِـنـْكـ ُ ْم مـُـنكـرًا فـَـلـيـُغــيّـِرْ هُ بـِـيَــد ِه‬
)‫ (رواه مس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••لم‬.‫اضْ عـَـفُ االيـْـ َمان‬
Artinya : barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan mulutnya
(dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka cegahlah dengan
hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah selemah-lemah iman,”(HR.
Muslim).

2. Tujuan Bela Negara


Sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan yang telah ada, bahwa pembelaan Negara
itu dapat dilaksanakn dalam hal mempertahankan Negara terhadap ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik dalam maupun dari luar negar kita. Didalam GBHN disebutkan

69
bahwa bela negara merupakan sikap dan tindakan yang teratur menyeluruh terpadu dan
dilandasi cinta tanah air, kesadaran berbangsa, rela berkorban guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari ;uar negeri yang membahyakan kedaulatan Negara.
Adapun fungsi dari warga negara bela negara adalah agar mampu melaksanakan ketertiban
umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka
Pertahanan dan Keamanan Negara (HANKAMNEG). Maka tujuan negara itu untuk:
a. Melaksanakan Fungsi Ketertiban Umum
Melaksanakn ketertiban umum berarti menjaga berbagi kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya kekacauan masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang dapat meresahkan masyarakat
luas umpamanya: mabuk-mabukan, perkelahian, tawuran, keonaran, pengacauan, fitnah,
huru-hara, pemberontakan dan sebagainya.
Dalam hal ini kita sebagai warna Negara mempunyai kewajiban mencegah perbuatan-
perbuatan yang melanggar ketertiban umum tersebut, dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang dibenarkan dalam hokum, sebagai tanggung jawab kita terhadap
Negara
b. Melaksanakn Fungsi Perlindungan Rakyat
Melaksanakn fungsi perlindungan rakyat berarti melakukan sikap atau tindakan untuk
mencegah terjadinya perbuatan yang merugikan rakyat dari tindak sewenang-wenangan
seperti: pemerasan, penipuan, ketidakadilan, penganiayaandan sebagainya.
c. Melaksanakan Fungsi Keamanan Rakyat
Melaksanakan fungsi keamanan rakyat berarti melakukan tidakan untuk mengamankan
rakyat dari berbagai tindak kekerasan yang merugikan kepentingan rakyat seperti:
perampokan, pencurian, pembunuhan dan sebagainya, diantaranya dengan cara siskamling,
membentuk satuan keamanan rakyat (HANDRA, HANSIP) dsb.
d. Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat.
Yaitu melakukan untuk membela negara dengan mengerahkan tenaga atau fisik, berupa
mempertahankan negara oleh rakyat secara keseluruhan untuk menghadapi ancaman negara
baik dari dalam maupun dari luar.
Ancaman dari dalam seperti melakukan pemberontakan, PKI, yang hendak mengulingkan
pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi negara. Adapaun ancaman dari luar seperti:
gangguan terhadap negeri kita oleh bangsa lain, penyusupan kebudayaan asing yang merusak
bangsa kita, penjualan obat-obat terlarang dari luar negeri, penjajahan bangsa asing yang
harus dihadapi oleh seluruh rakyat kita.

70
Dalam hal ini perlu digalang kekompakan dan kesatuan serta persatuan rakyat demi persatuan
bangsa dan negara kita. Pentingnya persatuan dan kesatuan, sebagai wujud dari kekuatan
bangsa. Dipeintahkan allah sebagaimana firmannya dalam (QS.al-imron:103)

”Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan agama Allah,janganlah kamu bercerai-


berai,ingatlah akan nikmat Allah atas kamu sekalian,ketika(dulu) bermusuh-musuhan,maka
Allah lunakkan hatimu,Allah menjadikan kamu karena nikmat Allah,orang-orang yang
bersaudara ketika itu kamu telah berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya,demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya,kepadamu,agar kamu mendapat
petunjuk.”(Q.S. Ali imron:103)

B. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)


1. Pengertian Ulil Amri/Pemimpin/Pemerintah
Ulil Amri adalah orang yang memiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Sebagai anggota masyarakat kita
wajib mentaati aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemimpin selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban kita untuk ta’at kepada pemimpin sama dengan kewajiban kita untuk ta’at kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya, kita wajib ta’at kepada Allah Swt, kepada Rasul Saw
juga ta’at kepada pemimpin. Dalam pandangan Islam pemimpin yang ada dijalan Allah SWT
dan Rasul-Nya memiliki kedudukan yang sangat tinggi, sehingga keta’atan kita kepadanya
disejajarkan dengan keta’atan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59, berbu

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kita wajib ta’at kepada pemimpin selama pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan
rasul-Nya, apabila ia tidak berada dijalan Allah maka kita tidak wajib untuk ta’at kepadanya. 
2. Kriteria Pemimpin Yang Harus di Ta’ati
Tidak semua pemimpin wajib kita ta’ati, tapi hanya pemimpin yang memiliki kriteria tertentu

71
saja, diantara kriteria- criteria tersebut adalah :
a. Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita wajib ta’at kepada seorang pemimpin selama dia berada dijalan Allah dan Rasul-nya,
apabila aturan-aturan yang dikeluarkan bertentangan dan tidak sesuai dengan aturan dan
syari’at agama maka kita tidak wajib ta’at kepadanya sebab Nabi SAW menjelaskan bahwa
tidak ada keta’atan apabila untuk maksiat kepada Allah SWT, sebagaimana hadist beliau,
‫ السـ َ ْنـ ُع والطاعـة‬: ‫ابـن عـمر رض•••••••ي هللا عـنه عن الن•••••••بي ص•••••••لى هللا علي•••••••ه وس•••••••لم‬ ْ
ْ ‫عــن‬
‫سـمـ َع‬
ْ ‫المسـلـم فيـما احـبّ وك••••••ره م••••••الم يــ ُ ْؤمـر يمعـْـصيـة ف••••••ا ِ ْن امــر فال‬
ِ ‫المـرْ ِء‬
َ ‫على‬
)‫عـلــي ِه وال طاع••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ة (رواه الترم••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••ذى‬
Artinya : Dari Nabi SAW bersabda : “ seorang muslim wajib mendengar dan menta’ati
(seorang pemimpin) terhadap apa yang disenangi atau yang dibenci, selama tidak
diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak wajib mendengarkan dan tidak wajib
menta’ati perintah tersebut “ (HR. Thirmidzi)
b. Aturan-aturannya tidak menyebabkan perbuatan syirik.
Apabila aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyebabkan atau mengajak serta
mendorong masyarakat melakukan perbuatan syirik, maka kita tidak wajib menta’ati perintah
tersebut. Sebab syirik merupakan dosa besar dan dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqmanayat 15

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian
Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan apabila kedua orang tuanya mengajak anaknya untuk melakukan
perbuatan syirik maka anak tersebut tidak wajib ta’at kepada kedua orang tuanya. Demikian
halnya dengan pemimpin yang mengajak masyarakatnya atau guru mengajak muridnya untuk
melakukan perbuatan syirik atau maksiat lainnya maka masyarakat tersebut tidak wajib ta’at
pada pemimpinnya dan murid tersebut tidak wajib ta’at pada gurunya. 
c. Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan contoh teladan yang baik terhadap
masyarakatnya, dia tidak hanya pandai member perintah tapi juga pandai melakukan bahkan
member contoh kepada orang lain.

72
d. Pemimpin yang jujur dan adil.
Dia tidak menipu rakyat untuk kepentingan pribadinya dan tidak berlaku dzalim kepada
mereka untuk memperkaya diri sendiri. 
e. Pemimpin yang bijaksana.
Yakni pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri,
dan setiap kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat,
bukan malah menyengsarakan mereka.
f. Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup dalam memimpin
Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengurus yang dipimpinnya, baik lingkup
organisasi, lembaga pendidikan, kota, Negara, dan sebagainya. Jika tidak maka tunggulah
saat kehancurannya, sebagaimana hadis Nabi :
)‫السـاع ِة (رواه البخ••••••••••••ارى‬ ِ َ ‫ـير أ ْهـلـِـ ِه فـَـانـْـتــ‬
َ ‫ظـ ُر‬ ِ َ ‫سـ َد االء مـْـ ُر الى غـ‬
ِ ‫اذ ُو‬
Artinya: “ apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.” (HR.Bukhori)

3. Sikap Ta’at Pemerintah


Ta’at kepada pemerintah berarti mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala
ketentuan yang dibuatnya dengan baik. Namun tidak sembarang pemerintah (pemimpin) yang
memiliki kriteria sesuai dengan ajaran Islam. 
Hadits tentang ta’at kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
ْ
‫ قــال رســول هللا ص•••••••لى هللا عــليه وســـلم‬: ‫ـن ابى هري•••••••رة رض•••••••ي هللا عـنه قــال‬َ ‫ عـ‬:
ْ
‫ـطع األمــير‬ َ ‫ و َمـن عَـ‬,‫َـنى فــق ْد اط••••••اع َهللا‬
ُ ‫ ومـن يـ‬,‫صانى فــقد عص••••••ى هللا‬ ِ ْ
‫ــن أطاع‬ ‫َم‬
)‫َــصانى ِ(رواه البخ••••••••••ارى و مس••••••••••لم‬
َ ‫فـقد أط••••••••••اعنى ومـن يُـعص ِاألمــيرفــقد ع‬
“Dari Abu Hurairah ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : barang siapa yang ta’at
kepadaku, berarti ia ta’at pada Allah SWT, dan barang siapa bermaksiat (melanggar)
kepadaku berarti dia bermaksiat kepada Allah SWT. Barang siapa yang ta’at pada pemimpin
berarti ia ta’at kepadaku, dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin berarti ia bermaksiat
kepadaku. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada hadits di atas, Nabi berpesan kepada setiap muslim hendaknya mendengar dan
mematuhi apa-apa yang menjadi keputusan, kebijaksanaan, dan perundang-undangan yang
telah dibuat oleh para pemimpinnya atau pemerintahannya, baik keputusan atau perundang-
undangan itu disenangi karena member manfa’at dan keuntungan pada dirinya atau peraturan
yang tidak disenangi karena dapat merugikan dirinya,walaupun demikian mungkin akan

73
memberi manfa’at pada orang lain.

C. Ajaran Islam Dalam Membangun Negara


Perjuangan membela Negara telah dimulai oleh bangsa kita sejak abad ke 16, untuk mengusir
penjajah dari bumi Indonesia. Perjuangan tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga
setengah abad dan berakhir sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Menyadari hal tersebut kita sebagai umat Islam wajib melanjutkan perjuangan pendahulu
kita. Maka pada masa kemerdekaan ini kita wajib membangun Negara agar rakyat kita kuat
ekonominya, politiknya, agamanya serta ilmu pengetahuan dan teknologinya. Inilah
perjuangan saat ini yang perlu kita laksanakan untuk membangun Negara. 
Dalam hal membangun Negara dapat kita ambil contoh kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yang meliputi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social dan budaya. 

1. Pembangunan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Kita harus berperan aktif dalam hal pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, akan mencetak sumber daya
manusia yang berkwalitas yang amat menentukan kemajuan bangsa. Pada zaman Rasulullah,
umat Islam berlomba-lomba belajar dengan giat, karena belajar maupun mengajar itu wajib
hukumnya, pembangunan ilmu pengetahuan pada saat itu amat pesat, banyak para sahabat
yang pintar menjadi duta-duta Negara untuk membantu negeri, seperti Ali, Abu bakar, Umar
Salman Alfarisi, Mu’az bin Jabal dan banyak lagi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan sabda
rasulullah:
)‫صــين ِ(رواه ابن ع••••••••••••••ادى و ال••••••••••••••بيهقى‬
ِّ ‫ا ُطـْـلـبُـوا العـِـل َم ول••••••••••••••وْ ب••••••••••••••ا ل‬
“Tuntutlah Ilmu walaupun ke negeri Cina” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Dalam ayat lain Allah Berfirman, dalam surat Ar-Rahman ayat 33,

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan

74
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan(ilmu
pengetahuan dan teknologi)”.

2. Pembangunan Bidang Politik


Kita harus berperan aktif dalam memajukan kekuatan politik pemerintahan agar Negara kuat,
para pemimpin Negara dapat mengendalikan pemerintahannya dengan adil, benar, berkarya
untuk kepentingan Negara. Rasulullaah telah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan dengan menegakkan keadilan, kebenaran dan demokrasi
(masyarakat), menenangkan kekacauan masyarakat, menjaga keutuhan bangsa dan Negara.
Sebagai contoh, persatuan yang multi agama dan multi ras yang terikat dalam piagam
Madinah (deklarasi madinah), untuk hidup rukun, damai, saling membantu, saling menjaga
keamanan dan sebagainya. 

3. Pembangunan Bidang Ekonomi


Kita harus berperan aktif membantu Negara dalam bidang ekonomi, yaitu bidang usaha untuk
menciptakan kemakmuran hidup perekonomian masyarakat, adapun cara yang dapat
ditempuh adalah dengan cara bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta kebutuhan lain seperti kendaraan, penerangan dan hiburan.
Rasulullah memacu para sahabat dan kaum muslimin seluruhnya untuk tidak malas bekerja,
agar ekonomi umat kuat dan dapat membiayai kehidupannya, ekonomi Negara kuat dapat
membiayai pembangunannya, sehingga penduduk sejahtera, dalam hal ini Rasulullah
menggerakkan semangat kerja dengan sabdanya: 
َ َّ‫ك َكأَن‬
ُ ْ‫ك تَ ُم••••••••••••••و‬
‫ت غَ•••••••••••••• دًا‬ َ ••••••••••••••ِ‫ك تَ ِعيْشُ أَبَ••••••••••••••دًا َوا ْع َم••••••••••••••لْ أِل َ ِخ َرت‬
َ َّ‫إِ ْع َم••••••••••••••لْ لِ•••••••••••••• ُد ْنيَاكَ َكأَن‬
Artinya: “ Bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) duniamu seakan-akan kamu akan
hidup selamanya, dan bekerja keraslah kamu untuk (kebahagiaan) akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir)
Allah pun mengingatkan kepada kita akan arti pembangunan ekonomi ini dengan firmannya
dalam surat Ar-Ra’d ayat 11,
”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”.

4. Pembangunan Bidang Sosial


Kita harus berperan aktif dalam bidang social yaitu kita wajib membantu masyarakat agar

75
tercipta kesejahteraan social. Tidak boleh kehidupan masyarakat kita menderita akibat
kurangnya orang-orang yang memperdulikan kehidupan masyarakat. Rasulullah adalah
contoh tauladan kita , beliau mencontohkan serta memerintahkan kepada para sahabat dan
kaum muslimin dalam hal memberantas perbudakan dan kemiskinan, menanggulangi
penderitaan orang-orang miskin serta anak-anak yatim. Allah memperingatkan amat keras
terhadap orang-orang Islam yang tidak mau peduli terhadap penderitaan kaum lemah, mereka
di cap sebagai pendusta agama Allah, firman Allah dalam surat Al-Ma’un ayat:1-7, 
Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna(membayar zakat)

5. Pembangunan Bidang Budaya 


Kita wajib berperan aktif dalam membangun kebudayaan bangsa, maksudnya memajukan
kebudayaan bangsa kita dengan memperkuat mental spiritual bangsa kita sebagai bangsa
yang memiliki kepribadian luhur, mamiliki nilai-nilai yang berharga sebagai jatidiri bangsa
yang berperadaban tinggi.
Budaya bangsa kita yang bernafaskan nilai-nilai agama, jangan sampai tergeser oleh nilai-
nilai materialisme, nilai-nilai kolonialisme, dan nilai-nilai komonisme. Rasulullah pernah
membentuk masyarakat dengan budaya agama, yakni masyarakat yang berakhlak,
masyarakat yang menghargai sesame, masyarakat yang giat, rajin, taat menjalankan perintah
agama, bertoleransi terhadap kelompok atau suku dan agama lain serta mendidik agar
memiliki harga diri sebagai bangsa yang terhormat.
Nilai-nilai yang baik itu perlu dibudayakan, ditumbuh kembangkan menjadi nilai-nilai yang
hidup dan dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa
yang sangat kokoh, tidak terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang akan menyeret
pada kehancuran masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

76
1. Akhlak Terhadap Bangsa Dan Negara
a. Kewajiban Membela Negara : kewajiban membela Negara merupakan kewajiban seluruh
warga Negara dalam rangka menyelamatkan Negara dari berbagai ancaman, tantangan
maupun gangguan terhadap kadaulatan Negara
b. Tujuan Membela Negara
1) Melaksanakan fungsi ketertiban umum
2) Melaksanakan fungsi perlindungan rakyat
3) Melaksanakan fungsi keamanan rakyat
4) Melaksanakan fungsi perlawanan rakyat
2. Akhlak Terhadap Pemimpin (Pemerintah)
a. Ulil Amri adalah orang yang meiliki kekuasaan, yaitu para pemimpin yang mendapat
kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin dan mengurus berbagai urusan mereka, baik
yang berurusan dengan urusan agama atau urusan dunia. Ta’at kepada pemerintah berarti
mematuhi peraturan dan undang-undang dan segala ketentuan yang dibuatnya dengan baik.
b. Kriteria pemimpin yang harus ditaati
1) Pemimpin tersebut berada di jalan Allah SWT dan Rasul-Nya
2) Pemimpin yang tidak syirik
3) Pemimpin yang memiliki akhlak mulia
4) Pemimpin yang jujur dan adil
5) Pemimpin yang bijaksana
6) Pemimpin yang mempunyai keahlian yang cukup
3. Islam mengajarkan setiap manusia seperti dalam kehidupan umat Islam pada masa
Rasulullah SAW yakni meliputi:
a. Pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pembangunan dalam bidang polit
Undang-undang Dasar 1945

Kastuba, Muchtamil dkk. 1996. Buku Pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.
Diposting oleh

77
 

78

Anda mungkin juga menyukai