Disusun Oleh:
HUKUM KESEHATAN
FAKULTAS HUKUM
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya, yang berjudul “Aspek
hukum rekam medis”.
Akhir kata penulis sempatkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir Semoga
Allah senantiasa Meridhoi segala usaha kita AMIN.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
a)Latar Belakang..................................................................................................
b)Rumusan Masalah.............................................................................................
c)Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
Jawaban Rumusan Masalah................................................................................
BAB III
PENUTUP
a)Kesimpulan.......................................................................................................
b)Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak permulaan sejarah umat manusia sudah dikenal adanya hubungan
kepercayaan antara dua insan, yaitu pengobatan sang penderita, yang pada jaman
modern ini disebut dengan transaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Seperti yang di tuliskan dalam kegunaan rekam medis terdapat aspek legal
(aspek hukum) yaitu suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai hukum,
karena dalam isinya menyangkut adanya perjanjian yang telah di berikan dan
ditandatangani oleh pasien atau pihak penanggung pasien atas tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Dalam rangka usaha menegakkan hukum dan keadilan.
Dimana fungsinya ialah untuk menjaga dan melindungi rumah sakit dari sangsi
hukum. yang berisi penelaahan SK No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang
Rekam medis dan SK No. 290/Menkes/PER/III/2008 tentang inform consent
dapat diuraikan sebagai berikut :
• Bab VI Pengorganisasian
1
Gemala R. Hatta, Peranan Rekam Medis/Kesehatan (Medical record) Dalam
Hukum Kedokteran, Makalah pada Kongres I PERHUKI, 8-9 Agustus, Jakarta,
1986.
• Bab IX Ketentuan penutup
Yaitu hak konsumen untuk memperoleh ganti rugi terhadap kerugian yang
diderita atau gangguan kesehatannya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 4 huruf h, menyebutkannya dengan hak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
Kerugian yang diderita seseorang secara garis besar dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu kerugian yang menimpa harta benda seseorang. Sedangkan kerugian
harta benda sendiri dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta kehilangan
keuntungan yang diharapkan. Kedua bentuk kerugian tersebut dapat dinilai
dengan uang (harta kekayaan). Penentuan besarnya ganti kerugian yang harus
dibayar, pada dasarnya harus berpegang pada asas bahwa ganti kerugian yang
harus dibayar sedapat mungkin membuat pihak yang rugi dikembalikan pada
kedudukan semula seperti sebelum terjadinya kerugian atau dengan kata lain ganti
kerugian menempatkan sejauh mungkin orang yang dirugikan dalam kedudukan
yang seandainya perjanjian dilaksanakan secara baik atau tidak terjadi perbuatan
melanggar hukum. Oleh karenanya, ganti kerugian harus diberikan sesuai dengan
kerugian yang sesungguhnya. Hak ini sangat terkait dengan penggunaan barang
atau jasa yang telah merugikan konsumen baik yang berupa kerugian materi,
maupun kerugian yang menyangkut diri (sakit, cacat, bahkan kematian)
konsumen.Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, konsumen dapat secara langsung meminta ganti kerugian kepada
pelaku usaha, hal ini tertuang dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pelaku usaha bertanggungjawab memberi
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Adapun ganti rugi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tersebut dapat berupa :
a. Pengembalian uang
b. Penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya
c. Perawatan kesehatan
2
M. Yusuf Hanafiah dan Amri amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Rekam medis merupakan proses yang dimulai pada saat diterimanya
pasien di rumah sakit, diteruskan kepada kegiatan pencatatan data dan
dilanjutkan kepada penaganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan , penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan peminjaman untuk keperluan
pasien atau yang berhubungan dengan ketentuan hukum lainnya.
2. Seperti yang di tuliskan dalam kegunaan rekam medis terdapat aspek legal
(aspek hukum) yaitu suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai hukum,
karena dalam isinya menyangkut adanya perjanjian yang telah di berikan dan
ditandatangani oleh pasien atau pihak penanggung pasien atas tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien. Dalam rangka usaha menegakkan hukum dan
keadilan. Dimana fungsinya ialah untuk menjaga dan melindungi rumah sakit
dari sangsi hukum.
B. SARAN
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA