Anda di halaman 1dari 10

Nama : Amalia Adriatna Putri

Nim : 061740421536
Kelas : 6 KIA
Tugas Mata Kuliah: Perancangan Pabrik Kimia

A. Tujuan
Setelah memahami persoalan tersebut diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melatih penggunaan konsep-konsep yang tercakup dalam chemical
engineering tools
2. Melatih dalam tugas menganalisis persoalan-persoalan yang berdasarkan data
informasi yang terbatas hingga diperoleh suatu alternatif pemecahannya dan
memungkinkan untuk dapat menyampaikan saran/ pendapat sebagai
jawabannya
3. Menujukkan bahwa kreativitas berpikir sangat diperlukan untuk melakukan
analisis terhadap suatu persoalan sampai kepada tahap keputusan alternatif
jawabannya.

B. Contoh Kasus
Sebagai seorang engineer muda atau teknisi yang mulai bekerja di pabrik, oleh
pimpinan diberi beban tugas untuk menyelesaikan suatu masalah pada boiler furnace
dan dimana hanya diberikan data informasi yang sangat terbatas seperti berikut.
Pada boiler furnace tersebut hanya diketahui tentang:
1. Komposisi dari bahan bakar producer gas
2. Komposisi flue gas atau hasil pembakaran
Data komposisi (diberikan) seperti berikut:
Producer gas (PG) Flue gas (FG)
Komponen % Komponen %
CO2 9,2 CO2 10,8
C2H4 0,4 CO 0,4
CO 20,9 O2 9,2
H2 15,6 N2 79,4
CH4 1,9 H2O Tidak ada
N2 52,0
Jumlah 97,0 98,8

Penyelesaian:
Asumsi: alat untuk analisis gas ialah alat Orsat
Pada Producer gas terdapat komponen H2, tetapi pada Flue gas tidak terdapat H2O.
Kemungkinan ialah uap airnya diembunkan. Dalam alat Orsat, memang lazim uap
airnya diembunkan, sehingga asumsi di atas cukup beralasan. Komposisi gas tersebut
dalam satuan: %-volum, atau %-mol, diberikan atas dasar water free basis untuk ke
dua gas.
 Basis perhitungan: 100 lbmol DPG = x
Gas Mol atom C mol H2 mol O2
CO2 9,2 9,2 - 9,2
C2H4 0,4 0,8 0,8 -
CO 20,9 20,9 - 10,45
H2 15,6 - 15,6 -
CH4 1,9 1,9 3,8 -
N2 52,0 - - -
Jumlah 100 32,8 20,2 19,65

 Basis perhitungan: 100 lbmol DCG = z


Gas Mol atom C mol O2 mol N2
CO2 10,8 10,8 10,8 -
CO 0,4 0,4 0,2 -
O2 9,2 - 9,2 -
N2 79,0 - - 79,6
Jumlah 100 11,2 20,2 79,6
H2O 6,9*) - 3,45*)
106,9 23,65
Catatan:
*)
H2O = 6,9 mol diperoleh dari hasil kalkulasi berikutnya,
dan O2 ekivalen dengan 3,45 mol.

 Neraca unsur-unsurnya
Basis perhitungan: 100 lbmol DCG = z
Neraca atom C
Masuk = Keluar + Inventory Change
0,328 x + 0,0 y = 0,112 z + 0
atau, x = (11,2/0,328) = 34,15 lbmol fuel gas per-lbmol DCG
Maka, diagram alir kuantitatifnya dapat digambar seperti berikut:
Masuk: Keluar:
DPG = 34,15 lbmol
(x)
(y) DCG (z)
PROSES
Udara = 78,3 lbmol Flue gas
100 lbmol
Jadi, laju aliran dari arus DPG (=x), udara (=y) dan DCG (=z)
sekarang telah diketahui.

 Performance dari boiler (mengubah energi dari fuel ke energi dalam arus)
Pendekatan yang dapat ditempuh ialah membandingkan pemakaian udara
sebenarnya terhadap kebutuhan udara teoritis.

Udara berlebihan memberikan pengaruh sebagai berikut:


1. Pengenceran pada gas pembakaran, sehingga menyebabkan penurunan suhu
maksimum DCG.
2. Ikut membawa energi termal sehingga mengurangi ‘overall thermal efficiency’
dari konversi kandungan panas bahan bakar menjadi kandungan panas (entalpi)
dalam arus gas bakar.
Jadi, objective (2) yang kita pilih adalah penentuan nilai % excess air
(udara belebihan). Formula excess udara berlebihan adalah seperti berikut:
Formula A: % excess udara = 100 (unnesessary/necessary) of air
= 100 (excess/necessary)
of air
Formula B: % excess udara = 100 (unnecessary)/
(total- unnecessary)
Formula C: % excess udara = 100 (total-necessary)/ (necessary)
Misalnya menggunakan Formula B
Basis: 100 lbmol DCG.
 Total O2 masuk
Total O2 masuk bersama udara ialah 78,3 (21/100) = 16,44 lbmol = 0,21 y
 Excess O2
Udara yang tidak diperlukan (unnecessary) atau excess O2 pada DCG adalah:
= (O2 dalam 100 lbmol DCG) – (O2 yang sebenarnya dipakai untuk membakar CO
menjadi CO2), atau adalah:
= (9,2) – (0,2) = 9,0 lbmol O2 per 100 lbmol DCG.
Jadi excess udara = 9,0/(16,44 – 9,0) x 100% = 121% excess udara

Misalnya menggunakan Formula C


Basis: 100 lbmol fuel
 Total O2 dalam udara
Udara/fuel = y/x = 78,3/34,15 = 2,29
Jadi, lbmol udara/100 lbmol fuel = 78,3/34,15 x 100 = 229
O2 dalam udara ini ialah: 0,21 (229) = 48,2 lbmol O2 tersedia untuk membakar fuel.
 Kebutuhan O2 untuk pembakaran
Untuk membakar 100 lbmol fuel diperlukan O2
- untuk membakar C diperlukan O2 = 32,8 mol
- untuk membakar H diperlukan O2 = (20,2)/2 = 10,1 mol
Tetapi, dalam PG sudah ada O2 sebanyak = 19,65 mol
Jadi, untuk membakar 100 lbmol fuel diperlukan O2 sebanyak = 32,8 + 10,1 –
19,65 = 23,25 lbmol O2. % excess udara = 100(48,2 - 23,25)/23,25 = 107%

Note:
Disini, adanya perbedaan hasil perhitungan menurut formula B dan C bukan karena
perubahan basis hitungan dari 100 lbmol CG ke 100 lbmol fuel gas. Komposisi dari
PG dan CG merupakan hasil analisis terpisah sehingga datanya independen. Jadi,
perbedaan itu lebih disebabkan oleh karena ke dua analisis yang tidak konsisten.

Jika ditinjau dari neraca H dan neraca O:


Neraca ini dibuat untuk lebih meyakinkan pula hasil perhitungan fuel, udara, dan gas
bakar. Tetapi kita tidak memiliki data tentang uap air dalam gas bakar, sehingga
perhitungan dengan cara langsung dari salah satu elemen tersebut tidak mungkin.
 Neraca H
Dari neraca H2 dapat diperkirakan H2O dalam DCG, dan O2 disappearance. Maka
neraca O2 nya juga dapat disusun. Tetapi hasilnya mungkin kurang memuaskan,
karena jika dibuat neraca O2 dan neraca H2, kemungkinan C dan N tidak balance
(tidak sama atau tidak seimbang).
Basis: 100 lbmol DCG
Lbmol air dalam DCG:

100/34,15/20,2/1
100/100/1
= 6,89 = 6,9 lbmol air dalam CG
6,9 lbmol H2O ini ekivalen dengan 3,45 lbmol O2 dalam DCG.
Jadi, dalam DCG terdapat O2 sebanyak = 20,2 + 3,45 = 23,65 lbmol O2
/100 lbmol DCG atau 23,65/106,9 lbmol wet CG.
 Neraca O
Basis: 100 lbmol DCG
Dari neraca O dapat dibuktikan bahwa analisis PG dan DCG tidak konsisten
satu sama lain. Juga dapat diketahui berapa excess udaranya.
Berapa lbmol O2 dalam DCG dan wet CG?
(100/34,15/19,65)/(100/100) + (100/y/21)/(100/100) = 23,65 lbmol O 2 dalam 106,9
lbmol wet CG.
Jadi, dari tinjauan neraca O terdapat variasi hasil terhadap neraca N,
sebesar = (80,6–78,3)100%/78,3= 2,93 atau 3% variasi udara terhitung dari ke
dua metoda tersebut.
Dari %-excess O2 juga dapat dihitung %-excess udara, misalnya menggunakan
formula B:
100 (unnecessary)/(total- unnecessary) = 100(9,0)/(16,95-9,0)= 113% excess udara.
Dari hasil-hasil perhitungan di atas ternyata diperoleh hasil excess udara= 107%,
121%, dan 113%. Perbedaan hasil ini tidak menyulitkan kita karena udara yang kita
pakai jelas terlalu excess. Menurut pengalaman, pembakaran sempurna sudah dapat
di peroleh antara 15-50% excess udara.

 loss efficiency dalam tungku


Karena suhu gas bakar tidak diketahui, maka tentu tidak dapatmenghitung
loss efficiency secara langsung dari data eksperimen. Tetapi penghematan PG (fuel)
dapat diperkirakan atas dasar penghematan atau pengurangan excess udara.
Basis: 100 lbmol PG (fuels)
Asumsi: - Neraca C dan N dapat dipercaya
- Analisis PG dapat dipercaya
- 50% excess udara cukup efisien untuk pembakaran dalam ‘boiler
furnace’.
Misalkan: a = lbmol O2 terdapat dalam udara total yang dipergunakan.

Misalnya menggunakan formula C, untuk 50% excess udara:


50% excess udara = (100 (a-23,25)/23,25 atau a = 0,5 (23,25) + 23,25 =
34,878 = 34,88 lbmol O2 tersedia bila dipakai 50% excess udara.
Atau ekivalen dengan: 34,88 (100)/21 = 166,09 = 166 lbmol udara total tersedia per
100 lbmol PG. Jika dipakai 107% excess udara (perhitungan menurut formula C),
kebutuhan udara total = 229 lbmol.
Berarti ada penghematan sebesar (229-166) = 63 lbmol udara (penghematan
O2 dan N2) dalam CG per 100 lbmol PG. Atau = 63 lbmol udara/100 mol PG x
34,15/100 lbmol PG per lbmol CG = 21,5 lbmol pengurangan udara/100 lbmol DCG.
(Jika 107% excess udara diturunkan 50% excess udara) atau ekivalen dengan 4,5
lbmol O2 dan 17 lbmol N2.
Jadi dengan 50% excess udara terdapat: 106,9-21,5= 85,2 (lbmol WCG
dengan 50% excess/106,9 lbmol WCG dengan 107% excess).

 Penghematan bahan bakar


Orde penghematan bahan bakar dapat diperkirakan dari kehilangan entalpi
pada gas yang keluar cerobong untuk 107% dan 50% excess udara.
Misalkan:
Suhu referensi = 65o,Suhu gas cerobong (stack gas) = 600 oF.
Cp rata-rata dari gas cerobong = 8,0 BTU/lbmol.oF
Basis perhitungan = 34,15 lbmol PG/100 lbmol DCG.
H = nCp∆T, dimana: n = lbmol, ∆T = 600-65= 535 oF.
107% excess udara: H = 106,9 (8,0) (535) = 457.532 = 457.000 BTU/106,9 lbmol
WCG
50% excess udara: H = 85,2 (8,0) (535) = 364.656 = 364.000 BTU/85,2 lbmol WCG
Panas laten penguapan (λ) air yang tidak diembunkan untuk kedua kasus
tersebut sama. Atau λH2O = 6,9 (68.300-57.800) 1,8 = 130.000 BTU/34,15 lbmol PG.
Penghematan panas = (457.000-364.000)x 100%/(457.000+130.000) =
93.000/587.000 x 100% = 15,8%.
Jadi jika excess udara diturunkan dari 107% ke 50%, jumlah stack gas
turun 20,1% dan kehilangan entalpi dalam gas cerobong turun hanya sebesar
15,8%.
Penurunan ini kecil karena pengaruh panas laten penguapan air yang
terbentuk dari H2 dari berasal dari bahan bakar. Tetapi hal ini sebaiknya diteliti
kembali dengan perhitungan lain.

 Perhitungan ‘rate concept’


Basis: - 100 lbmol DCG (107% excess udara)
-34,15 lbmol PG, dengan pembakaran sempurna.
Gas Mol H H BTU
(kkal/gmol) (BTU/lbmol)
CO2 3,14 0,0 0,0 0,0
C2H4 0,14 336.600 605.000 82.400
CO 7,14 67.636 131.600 870.000
H2 5,34 67.600 121.600 649.000
CH4 0,65 212.950 384.000 246.000
N2 17,75 0,0 0,0 0,0
Total 34,15 1.847.400 BTU
dibebaskan per 34,15
lbmol PG
H2O 6,9 -9.800 -17.600 -121.600 BTU
dibebaskan per 34,15
lbmol PG
1.725.800

Jadi kehilangan entalpi:


(587.000/1.725.800)x100 = 34,2% kehilangan entalpi total keluar
cerobong bila dipakai 107%
excess udara
(494.000/1.725.800)x100 = 28,7% kehilangan entalpi total keluar
cerobong bila dipakai 50%
excess udara
= 5,5% pengurangan kehilangan
entalpi melalui cerobong jika
excess udara diturunkan dari
107% ke 50%

Tinjauan termodinamika juga memungkinkan untuk memperkirakan ‘flame


temperature’ teoritis dengan excess udara 107% dan 50%. Berikut ini disajikan tabel
hasil perhitungan ’ trial and error’ pada perkiraan ‘flame temperature’ untuk basis
perhitungan 100 lbmol DCG.

Basis: 100 lbmol DCG — perhitungan ‘trial and error’

Excess udara 107% Excess udara 50%


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Gas n Cp nCp Cp nCp N Cp nCp Cp nCp


CO2 10,8 12,0 130 12,25 132 11,2 12,6 141 124 139
CO 0,4 7,7 3 7,75 3 0 - - - -
O2 9,2 8,0 74 8,1 75 9,0- 8,2 37 8,15 37
4,5
N2 79,6 7,6 604 7,7 613 79,6 7,8 488 7,75 483
-17
H2O 6,9 9,3 64 9,5 65 6,9 9,9 68 9,7 67
106, 875x 888x 735x 728x
9 (2000 (2200- (2635 (243
-65) 65) -65) 5-65)
1.690 1.900 . 1.975 1.770
.000 000 .000 .000
T= 2000 2200 2700 2500o
o o o
F F F F

Menurut hasil perhitungan seperti tercantum dalam daftar di atas, ternyata


pembebasan panas = 1.725.800. Sehingga berdasarkan hasil ini dan hasil pada tabel
terakhir ini dapat diperkirakan ‘flame temperature’ nya.
- Untuk excess udara 107% ---- flame temperature = 2045 oF,
- Untuk excess udara 50% ---- flame temperature = 2445 oF.
Jadi pengurangan excess udara dari 107% menjadi 50% akan
menyebabkan kenaikan flame temperature sekitar (2445-2045)= 400oF.
Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa suhu tungku akan lebih rendah dari
pada suhu api teoritis. Hal ini disebabkan karena adanya:
- thermal loss
- keseimbangan.
Selanjutnya kenaikan suhu tersebut dapat menyebabkan:
- Kecepatan reaksi naik dan CO yang terbentuk akan berkurang;
- Kecepatan transfer panas secara radiasi dan konveksi akan lebih tinggi.

C. Kesimpulan dan Pendapat


1. Analisis bahan bakar dan gas pembakaran cukup baik dan ternyata pemakaian
udara excess lebih dari 110%.
2. Bila operasi pembakaran diubah, misalnya pemakaian excess udara
diturunkan menjadi 50%, ternyata akan diperoleh penghematan bahan bakar
sebesar 5%. Juga ada kemungkinan menaikkan kapasitas boiler bila
diinginkan kenaikan steam.
3. Tentang usaha menaikkan kapasitas boiler, sebaiknya dilakukan test lebih
lengkap sehingga ada kelengkapan data dan neraca bahan dan neraca panas
dapat dibuat lebih teliti/ lebih baik.
4. Jumlah stacks gas akan menjadi turun jika excess udara diturunkan dari 107%
ke 50% dan kehilangan entalpi dalam gas cerobong turun sebesar 15,8%. Hal
ini disebabkan karena pengaruh panas laten penguapan air yang terbentuk dari
H2 dari bahan bakar. Namun dapat menyebabkan kenaikan flame temperature
yang mengakibatkan kecepatan transfer panas secra radiasi dan konveksi akan
lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai